Anda di halaman 1dari 2

BAB V

DISKUSI

Pada kasus ini pasien usia 24 tahun mengalami hipertensi dalam kehamilan
serta kejang. Pasien mempunyai riwayat asma. Pasien tidak sedang mengalami
pengobatan apapun serta tidak punya riwayat anestesi dan operasi sebelumnya.
Pasien tidak dipuasakan dan menjalani operasi cito kemudian dilakukan operasi
seksio sesarea dengan general anestesi. Sesuai dengan tinjauan pustaka hal ini
dilakukan pada pasien dengan situasi emergensi serta kekurangan waktu untuk
dilakukannya tindakan anestesi neuraxial karena onset dari general anestesi yang
cepat dan dapat terprediksi.
Pada premedikasi pasien diberikan injeksi ondansetron 4 mg. Hal ini berbeda
dengan teori menurut American Society of Anesthesiologist yang mengatakan untuk
profilaksis aspirasi direkomendasikan penggunaan kombinasi antasida dan antagonis
reseptor H2. Serta bisa diberikan metoclopramid 10 mg.
Pada intraoperatif, pasien diinduksi menggunakan propofol 120 mg. Sesuai
dengan teori ada banyak bukti yang mendukung penggunaan propofol sebagai agen
induksi standar untuk anestesi umum pada seksio sesarea dengan preeklampsia.
Karena propofol dapat menyebabkan penurunan tekanan darah ibu serta menurunkan
komplikasi yang timbul dari keadaan darurat hipertensi. Pasien juga diberikan muscle
relaxant berupa rocuronium bromide 30 mg. Menurut teori Rocuronium diberikan
karena tidak mempengaruhi skor Apgar neonatal, sistem pernapasan dan pengukuran
asam basa janin. Namun, durasi kerjanya lebih lama dibandingkan dengan
succinylcholine. Sehingga disarankan untuk dikombinasikan dengan sugammadex 2–
4 mg / kgBB. Untuk terapi analgesia pasien diberikan injeksi fentanyl 100 mcg. Hal
ini sesuai dengan literatur yang tersedia, dimana disarankan penggunaan remifentanil
pada pasien preeklamsia dan pasien berisiko tinggi lainnya yang memiliki fluktuasi
hemodinamik yang berbahaya.
Pasien dilakukan intubasi dan pemasangan endotracheal tube. Menurut
literatur pemasangan endotracheal tube tetap dijadikan standar emas untuk
manajemen jalan nafas pada pasien obstetri dengan ukuran kecil yaitu 6-6,5 karena
ditakutkan adanya edema saluran pernapasan.
Untuk maintanance pasien diberikan isoflurance inhalasi. Sesuai dengan
literatur, anestesi volatile dapat diberikan untuk mencegah terjadinya kesadaran
selama anestesi berlangsung.
Menurut literatur pada pasien dengan eklampsi dapat diberikan magnesium
sulfat sebagai profilaksis terjadinya kejang dengan pemberian bolus awal 4 sampai 6
g magnesium sulfat diberikan selama 20 menit dan diikuti dengan infus intravena 1
sampai 2 g per jam. Penting untuk dilakukan monitoring output urin, laju pernapasan,
dan refleks patela dipantau selama pemberian magnesium sulfat. Pemberian
magnesium sulfat dapat dilanjutkan selama periode intra operatif.
Untuk manajemen post operatif pasien diberikan analgetik berupa fentanyl.
Sesuai dengan literatur yang menganjurkan pemberian analgetik yang adekuat pada
post operatif. Menurut literatur pemberian magnesium sulfat dapat dilanjutkan
setidaknya selama 24 jam setelah melahirkan. Pantau terus adanya kejang, gejala
stroke dan edema paru pada periode post partum.

Anda mungkin juga menyukai