BLOK EMERGENSI
KELOMPOK A-9
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2018
SKENARIO
Seorang pasien wanita usia 18 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan utama
kepala terasa sakit. Pasien ini dengan kehamilan pertama dan usia kehamilan 32 minggu
jika dihitung dari hari pertama haid terakhirnya. Pasien melakukan ANC ke Puskesmas
sebanyak 4 kali dan terakhir control 1 minggu lalu. Berdasarkan ANC sebelumnya
diketahui pasien memiliki tekanan darah tinggi dan sudah diberikan obat antihipertensi.
Selama kehamilan pasien mengalami kenaikan berat badan 20 kg dan tidak ada edema
pada tungkai. Dari riwayat penyakit keluarga tidak ada keluarga yang menderita penyakit
jantung, ginjal, diabetes, dan hipertensi. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan pasien tampak
sakit sedang, tekanan darah 180/120 mmHg, nadi 92x/menit, nafas 22x/menit, suhu 36,3 oc.
Dari status obstetric didapatkan tinggi fundus uteri 26 cm dan denyut jantung janin
154x/menit. Tanda-tanda persalinan tidak ada. Selanjutnya dilakukan pemerikasaan
penungjang USG dengan hasil janin hidup tunggal intra uterin presentasi kepala dan hasil
pemerikasaan laboraturiun urin protein positif 3. Dari hasil pemeriksaan darah didapatkan
Hb 10,5 gr %, leukosit 12.000/mm3, trombosit 95.000/mm3.
RUMUSAN MASALAH
Pre eklamsia dapat terjadi pada wanita yang memiliki factor-faktor resiko seperti
riwayat keluarga mengalami pre eklamsi, kehamilan pertama, obesitas, kehamilan ganda,
hipertensi kronis, dan usia kehamilan yang <20 tahun atau >40 tahun, dan dapat
mengalami gejala berupa terdapatnya hipertensi dengan TD >140/90 mmHG, proteinuria,
disfungsi endotel pembuluh darah, IUGR, dan lain-lain yang untuk menatalaksainya
adalah dengan di akhiri kehamilanya apabila usia kehamilan >37 minggu, apabila kurang
dari itu maka akan diberikan terapi medikamtosa dan tirah baring.
SASARAN BELAJAR
LO.1.1. Definisi
LO.1.2. Etiologi
LO.1.3. Klasifikasi
LO.1.4. Patofisiologi
LO.1 7. Tatalaksana
LO.1.8. Komplikasi
LO.1.9. Prognosis
LI.1. Mempelajari dan Memahami Hipertensi Pada Kehamilan
LO.1.1. Definisi
Nilai yang lebih tinggi (sistolik) menunjukkan fase darah yang dipompa
keluar oleh jantung, seangkan nilai yang lebih rendah (diastolik) menunjukkan fase
darah kembali ke dalam jantung. Hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan
vascular yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada
masa nifas. Ditandai dengan hipertensi dan sering disertai proteinuria, edema,
kejang, koma atau gejala lain.
Primigravida, primipaternitas
Hiperplasentosis, misal: molahidatidosa, kehamilan multipel, DM,
hidrops fetalis, bayi besar.
Umur yang ekstrim.
Riwayat keluarga pernah preeklampsia atau eklampsia.
Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil.
Obesitas
Sosio-ekonomi yang rendah
LO.1.3. Klasifikasi
LO.1.4. Patofisiologi
Pada kehamilan normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi
trofoblas kedalam lapisan otot arteria spiralis, yang menimbulkan degenerasi
lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga
memasuki jaringan sekitar arteri spiralis sehingga jaringan matriks menjadi gembur
dan memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi
dan vasodilatasi arteri spiralis akan memberi dampak berupa penurunan tekanan
darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan aliran darah pada daerah
utero plasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi juga
meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini
dinamakan “remodeling arteri spiralis”.
Pada hipertensi pada kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada
lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot-otot spiralis
menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan
mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relatif vasokonstriksi
dan terjadi kegagalan remodelling arteri spiralis, sehingga aliran darah
uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Diameter
rata-rata arteri spiralis pada hamil normal adalah 500 mikron, sedangkan untuk
preeklampsia rata-rata 200 mikron.
Oksidan atau radikal bebas adalah senyawa penerima elektron atau atom/molekul
yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting yang
dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya
terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Sebenarnya produksi oksidan pada
manusia adalah suatu proses normal, karena oksidan memang dibutuhkan untuk
perlindungan tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam darah mungkin dahulu
dianggap sebagai bahan toksin yang beredar dalam darah, maka hipertensi dalam
kehamilan disebut toxaemia.
Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang mengandung banyak asam
lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan merusak
membran sel, juga akan merusak nukleus dan protein sel endotel.
Pada hipertensi pada kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan, khususnya
peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan, misal vitamin E kadarnya
menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksidan peroksida lemak yang relatif
tinggi.
Peroksida lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat toksis ini akan beredar
di seluruh tubuh dalam aliran darah dan merusak membran sel endotel. Membran
sel endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida lemak, karena
letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan mengandung banyak asam
lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap oksidan radikal
hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida lemak.
c. Disfungsi endotel
Akibat sel endotel terpapar peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel,
yang kerusakannya dimulai dari membran endotel. Kerusakan membran sel endotel
mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel
endotel. Keadaan inilah yang disebut disfungsi endotel (endothelial dysfunction).
Ketika terjadi disfungsi endotel maka akan terjadi:
Pada wanita yang hamil normal, terdapat human leukocyte antigen protein G
(HLA-G) yang berperan penting dalam modulasi respons imun sehingga tidak
terjadi penolakan hasil konsepsi (plasenta). HLA-G pada plasenta dapat melindungi
trofoblas janin dari lisis oleh sel Natural Killer (NK) ibu. HLA-G juga akan
mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu. Pada hipertensi
dalam kehamilan, plasenta mengalami penurunan ekspresi HLA-G, sehingga
menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua.
Selain itu, pada kehamilan normal, sel limfosit T-helper (Th) diproduksi dengan
perbandingan aktivitas Th2 lebih tinggi dibanding Th1. Namun pada hipertensi
dalam kehamilan, di awal trimester kedua, terjadi perubahan perbandingan antara
aktivitas Th1 dan Th2, di mana Th1 menjadi lebih tinggi dari Th2.
Pada pasien dengan hipertensi kronik, pasien kehilangan daya refrakter terhadap
bahan vasokonstriktor sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap
bahan vasopressor.
5.Teori Genetik
Genotipe ibu lebih menentukan. Telah terbukti bahwa ibu yang mengalami
preeklampsia, 26% anak perempuannya akan mengalami preeklamsia pula.
6. Teori defisiensi besi
c) Diagnosis preeklamsia berat ditegakkan bila menemukan satu atau lebih gejala
sebagai berikut:
Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg.
Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah
sakit dan sudah menjalani tirah baring.
Proteinuria > 5 g/ 24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif.
Oliguria, produksi urin < 500 cc/ 24 jam
Kenaikan kadar kreatinin plasma
Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma, dan
pandangan kabur.
Nyeri epigastrium, atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula Glisson).
Edema paru-paru dan sianosis.
Hemolisis mikroangiopatik
Trombositopenia berat: trombosit < 100.000 sel/mm³ atau penurunan trombosit
dengan cepat.
Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin
aspartate aminotransferase
Pertumbuhan janin intrauterine terhambat
Sindrom HELLP
d) Diagnosis eklamsia:
Didahului oleh gejala preeklamsia.
Disertai kejang menyeluruh dan koma. Kejang tersebut dapat terjadi pada saat
sebelum, selama dan setelah persalinan.
Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi, perdarahan
subarakhnoid, dan meningitis)
Diagnosis banding:
Antiphospholipid Antibody Glomerulonephritis, Chronic
Syndrome and Pregnancy Graves Disease
Antithrombin Deficiency Hashimoto Thyroiditis
Aortic Coarctation Hematologic Disease and
Autoimmune Thyroid Pregnancy
Disease and Pregnancy Hemolytic-Uremic Syndrome
Cardiomyopathy, Peripartum Hydatidiform Mole
Common Pregnancy Complaints Hyperaldosteronism, Primary
and Questions Hyperparathyroidism
Cushing Syndrome Hypertension
Diabetes Mellitus and Hypertension, Malignant
Pregnancy Hyperthyroidism
Disseminated Intravascular Hypothyroidism
Coagulation
Nephrotic Syndrome
Eclampsia
Normal Labor and Delivery
Encephalopathy, Hypertensive
Preeclampsia
Evaluation of Fetal Death
Protein C Deficiency
Evaluation of Gestation
Protein S Deficiency
Fetal Growth Restriction
Pulmonary Disease and
Gastrointestinal Disease and Pregnancy
Pregnancy
Systemic Lupus Erythematosus
Glomerulonephritis, Acute
Systemic Lupus Erythematosus
and Pregnancy
Teratology and Drug Use During
Pregnancy
Thrombotic Thrombocytopenic
Purpura
LO.1 7. Tatalaksana
antihipertensi.
Pilihan antihipertensi didasarkan terutama pada pengalaman dokter dan
ketersediaan obat. Beberapa jenis antihipertensi yang dapat digunakan :
Antihipertensi golongan ACE inhibitor (misalnya kaptopril), ARB
(misalnya valsartan), dan klorotiazid dikontraindikasikan pada ibu hamil.
Ibu yang mendapat terapi antihipertensi di masa antenatal dianjurkan untuk
melanjutkan terapi antihipertensi hingga persalinan
Terapi antihipertensi dianjurkan untuk hipertensi pascasalin berat.
LO.1.8. Komplikasi
LO.1.9. Prognosis
Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan, maka
gejala perbaikan akan tampak jelas setelah kehamilanya diakhiri. Segera
setelah persalinan berakhir perubahan patofisiologik akan segera pula
mengalami perbaikan. Diuresis terjadi 12 jam kemudian setelah
persalinan. Keadaan ini merupakan tanda prognosis yang baik, karena hal
ini merupakan gejala pertama penyembuhan. Tekanan darah kembali
normal dalam beberapa jam kemudian.
Manuaba, IBG, Manuaba, IAC & Manuaba, IBGF 2007, Pengantar kuliah
obstetri,EGC, Jakarta.
Norwitz, Errol. 2007. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Erlangga.Hlm
: 88-89.