Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
Limfangioma adalah suatu tumor jinak pembuluh getah bening atau limfa.
Kelianan ini biasanya merupakan kelainan bawaan. Dikenal dua macam
limfangioma yaitu limfangioma kapiliare yang terdiri atas saluran limfa kecil-
kecil dan umumnya dijumpai dibawah kulit kepala, leher dan ketiak, biasanya
sebagai daerah yang menimbul dipermukaan kulit dan berbatas tegas. Sedangkan
limfangioma kavemosum atau higroma kistik yang terdiri atas ruangan-ruangan
limfatik yang besar biasanya dileher atau ketiak.

B. Etiologi
1. Genetik
2. Kelainan sistem kekebalan tubuh
3. Paparan tembakau konsumsi alkohol
4. Virus dan difesiensi makanan

C. Klasifikasi
1. Limfangioma sirkumskripta (limfangioma kompleks)
Lesi biasa muncul pada sat bayi, berupa bercak soiter kecil dengan
diameter kurang dari 1 cm, terdidi dari vesikel-vesikel berdinding tebal, berisi
cairan limfe dan menyerupai telur katak. Bila bercampur darah lesi dapat
berwarna ungu.
Pada pemeriksaan histopalogi adanya dilatasi kistik dari pembuluh
limfe yang dindingnya dibatasi oleh selaput ondotel yang terdapat pada dermis
bagian atas. Ketebalan epidermis bervaraiasi pada beberapa kista limfe,
epidermisnya menipis.
2. Limfangioma sirkum skriptum (tipe klasik)
Manifestasinya berupa lesi yang timbul pada saat lahir atau pada awal
kehidupan.dan ditandi dengan satu atau beberapa bercak besar dengan vesikel-
vesikel jernih. Dapat dalam jumlah sangat banyak. Dinding vesikelnya tampak
jernih, tipis dan sering disertai edema yang difus pada jaringan subkutis
dibawahnya, bahkan kadang-kadang edema seluruh ekstermitas yang terkena.
Lokasi lesi sering pada aksila, lengan dada lateral, sekitar mulut dan lidah.
Pada pemeriksaan histopatologi tampak gambaran yang mirip dengan
limfangioma sirkumskripta. Hanya derajat hyperkeratosis dan
papilomatosisnya lebih nyata dan dilatasi lebih luas sampai dermis dermis
bagian bawah dan lemak subkutan. Pembuluh limfe pada lemak subkutan
sering berukuran besar dan dindingnya dilapisi otot.
3. Limfangioma kavernosa
Lesi berupa suatu pembengkakan jaringan subkutan yang
sirkumskripta atau difus dengan konsistensi lunak seperti lipoma atau kista.
Paling sering dijumpai disekitar dan dalam mulut. Limfangioma kavernova
sering terdapat bersama-sama dengan limfangioma sirkumskripta. Bila
mengenai pipi, lidah biasanya murni merupakan limfangioma kavernova.
Tetapi bila terletak pada leher, aksila dasar mulut, mediastinum biasanya
kombinasi dan disebut hemngioma kistik.
Pemeriksaan hispatologi ditandai dengan adanya kista-kista yang besar
dengan bentuk ireguler, dindingnya terdiri atas selapis sel endotel dan terletak
pada jaringan subkutan. Periendotel jaringan konektif dapat tersusun oleh
stroma yang longgar atau padat bahkan terdapat fibrosa.

D. Patofisiologi
Pada tahun 1976 Whimster mempelajari pathogenesis limfangioma
sirkumkriptum. Ditemukan bendungan limfe dilapisan subkutan yang terpisah dari
jaringan normal pembuluh getah bening. Whimster berteori bendungan limfe
dapat berasal dari kantung getah bening primitive yang gagal untuk berhubungan
dengan system limfatik selama perkembangan embrio (Scwartz, 2011).
Lapisan tebal serat otot menyebabkan kontraksi ritmis kantung primitive.
Kontraksi berirama meningkatkan tekanan intramural menyebabkan melebarnya
saluran yang berasal dari dinding kiste ke kulit. Penelitian menunjukan kiste besar
meluas jauh kedalam kulit dan diluar lesi klinis. Limfangioma yang terletak jauh
didalam dermis menunjukkan bukti tidak ada hubungan system limfatik.
Penyebab kegagalan kantung getah bening untuk berhubungan dengan system
limfatik belum diketahui (Scwartz, 2011).
Secara mikroskopik vesikula limfangioma sirkumkriptum merupakan
saluran saluran getah bening yang sangat membesar yang menyebabkan papillary
dermis meluas. Ada beberapa saluran dalam dermis atas yang sering memanjang
ke subkutan yang sebagian besar mengandung jaringan lemak dan jaringan ikat.
Pembuluh yang lebih besar memiliki dinding otot polos yang tebal. Lumen diisi
dengan cairan limfatik tetapi sering mengandung sel-sel darah merah, limfosit,
makrofag dan neutrophil. Saluran yang dilapisi dengan sel endotel. Interstisium
memiliki benyak sel-sel limfoid dan menunjukan adanya fibroplasia
(pembentukan jaringan fibrosa). Nodul (sebuah masa kecil jaringan atau agregasi
sel) dilimfangioma kavernosa besar, salurannya tidak teratur diretikuler dermis
dan jaringan subkutan dibatasi oleh satu lapisan sel endotel. Lapisan otot polos
juga melapisi dinding saluran ini. Stroma terdiri dari jaringan ikat longgar dengan
banyak sel-sel inflamasi. Tumor ini biasanya menembus sel otot, higroma kistik
sulit dibedakan dengan limfoma kavernosa secara histologi (Amouri, et al, 2007).
Limfangioma sirkumkriptum menunjukan riwayat dari sejumlah kecil
vesikel khas pada kulit saat lahir atau segera setelah lahir. Dalam tahun-tahun
berikutnya vesikel cenderung meningkat dalam jumlahnya dan daerah kulit yang
terkena terus bertambah.vesikel atau gangguan kulit yang lainnya mungkin tidak
diperhatikan sampai beberaa tahun setelah kelahiran. Biasanya lesi tidak
menunjukan gejala atau menunjukan tidak ada bukti penyakit. Namun sebagian
besar pasien secara acak mungkin mengalami pendarahan dari vesikula yang
pecah (Amouri, et al, 2007).
Hygroma cvstic menyebabkan pembengkakan subkutan. Biasanya
diketiak, pangkal leher atau selangkangan, dan biasanya terlihat segera setelah
lahir. Jika lesi dikeringkan maka dengan cepat akan terisi oleh cairan agi. Lesi
akan tumbuh dan meningkat menjadi ukuran yang lebih besar jika mereka tidak
sepenuhnya dihilangkan dengan operasi (Scwartz, 2011).
E. Manifestasi Klinik
Limfangioma kebanyakan tampak klinisnya secara jelas pada saat lahir,
dan hampir semua yang jelas pada usia 2 tahun. Kebanyakan muncul sebagai
massa adonan lembut yang terletak didaerah kepala, leher, ketiak dan sebagian
besar tidak memiliki gejala yang berhubungan. Manifestasi klinis tergantung pada
aliran getah bening dalam saluran lesi. Malforasi besar dileher atau mediastinum
dapat membahayakan saluran udara, menyebabkan stridor, disfonia, atau dyspnea.

F. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis lifangioma terutama berdasarkan riwayat klinis dan hasil
pemeriksaan fisik dan makroskop cahaya konvesional. Kasus limfangioma
didagnosa melalui pengamatan histologis. Pada kasus prenatal limfangioma kistik
didiagnosa melalui ultrasound, amniosintesis disarankan untuk memeriksa dalam
hubungannya dengan genetic.
MRI dapat membantu tingkat keterlihatan dan anatomi seluruh lesi
limfangioma. Temuan demoskopi dapat membantu dalam diagnosis kulit
limfangioma circumscriptum. Nodul ini diisi dengan cairan cahaya cokelat muda
(Scwartz, 2011).
Foto thorax membantu mengatahui adanya metastasi jauh (diperkirakan
15% pasien) atau atau adanya tumor primer kedua (second primery, 5-10%). CT
scan atau MRI dari dasar tengkorak sampai ke klavikula akan memberika
informasi dtail tentangekstensi keterlibatan jaringn lunak atau tulang oleh tumor
dan adanya metastase regional.
Biopsi dapat dilakukan secara scapel atau biopsi punch untuk tumor
primer fine needle aspiration (FNAB) pada kelenjar getah bening leher dianjurkan
untuk dilakukan blind biopsy pada waldeyer’s ring.
G. Penatalaksanaan
1. Farmakologis

Untuk malformasi limfatik local, berbagai agen farmakologis telah


digunakan diseluruh dunia untuk mengobati limfangioma. Beberapa teori yang
digunakan daam terapi sklerotik termasuk air mendidih, tetrasiklin, bleomycin dan
cvclophosphamide (Scwartz, 2011).

Aspirasi limfangioma pada telah dilakukan dimasa lalu tetapi sebagian


besar kurang disukai karena tingkat kekambuhannya yang tinggi. Namun, masih
digunakan unyuk mengatasi limfangioma yang mengancam kehidupan dimana
membutuhkan pengurangan sesegra mungkin (Scwartz, 2011).
2. Pembedahan

Eksisi bedah adaah pengobatan pilihan untuk limfangioma local jika secara
anatomis memungkinkan. Tindakan pembedahan yaitu tindakan untuk
mengangkat limfangioma itu dendiri.

H. Komplikasi
Komplikasi limfangioma tergantung pada lokasi dan luasnya penyakit.
Penyait cervicofacial difus dapat mengkibatkn hipertrofi mandibulary karena
infeksi langsung dari pertumbuhan tulang dan kelainan didalam tulang.
Mempertahankan jalan napas yang aman pada pasien sangat penting. Trakeostomi
mungkin diperlukan untuk menghindari pernapasan akut. Limfangioma sering
membengkak dan timbul infeksi virus atau infeksi bakteri. Pada hal ini antibiotic
intravena diperlukan (Scwartz, 2011).
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelelahan, kelemahan atau malaise umum Kehilangan produktifitas
dan penurunan toleransi latihan, kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda : Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain yang
menunjukkan kelelahan
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, angina/nyeri dada
Tanda : Takikardia, disritmia, sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase
vena karena pembesaran nodus limfa adalah kejadian yang jarang)
Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan
obtruksi duktus empedu dan pembesaran nodus limfa(mungkin tanda lanjut)
Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
3. Integritas Ego
Gejala : Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga takut/ansietas
sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan takut mati
Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan
(kemoterapi dan terapi radiasi)
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan karakteristik urine dan atau feses. Riwayat Obstruksi usus,
contoh intususepsi, atau sindrom malabsorbsi (infiltrasi dari nodus limfa
retroperitoneal)
Tanda : Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi
(hepatomegali), Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada
palpasi (splenomegali), Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria
(obstruksi uretal/ gagal ginjal). Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi
batang spinal terjadi lebih lanjut).
5. Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia/kehilangna nafsu makan, Disfagia (tekanan pada
easofagus), Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama
dengan 10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan
tanpa upaya diet.
Tanda : Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan
(sekunder terhadap kompresi venakava superior oleh pembesaran nodus
limfa)
6. Neurosensori
Gejala : Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh
pembesaran nodus limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus sakral
Kelemahan otot, parestesia.
Tanda : Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum terhadap
sekitar. Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal, keterlibatan
diskus pada kompresiegenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batang
spinal.
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada
sekitar mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebra), nyeri
tulang umum (keterlibatan tulang limfomatus). Nyeri segera pada area yang
terkena setelah minum alkohol.
Tanda : Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.
8. Pernapasan
Gejala : Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.
Tanda : Dispnea, takikardia Batuk kering non-produktif Tanda distres
pernapasan, contoh peningkatan frekwensi pernapasan dan kedaalaman
penggunaan otot bantu, stridor, sianosis. Parau/paralisis laringeal (tekanan
dari pembesaran nodus pada saraf laringeal).
9. Keamanan
Gejala : Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitasimunitas seluler
pwencetus untuk infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau
infeksi bakterial), Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada
pasien yang titer tinggi virus Epstein-Barr).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologi
2. Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia
3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri klien
berkurang/hilang dengan kriteria hasil :
a. Skala nyeri 0-3
b. Wajah klien tidak meringis
c. Klien tidak memegang daerah nyeri

Intervensi :
a. Kaji skala nyeri dengan PQRST
R : untuk mengetahui skala nyeri klien dan untuk mempermudah dalam
menentukan intervensi selanjutnya
b. Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi
R : teknik relaksasi dan distraksi yang diajarkan kepada klien, dapat
membantu dalam mengurangi persepsi klien terhadap nyeri yang
dideritanya
c. Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik
R : obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang
diderita oleh klien

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


mual, muntah
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan Kriteria hasil :
a. Menunjukkan peningkatan berat badan/berat badan stabil
b. Nafsu makan klien meningkat
c. Klien menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk
mempertahankan berat badan yang sesuai

Intervensi :
a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
R : mengidentifikasi defisiensi nutrisi dan juga untuk intervensi
selanjutnya
b. Observasi dan catat masukan makanan klien
R : mengawasi masukan kalori
c. Timbang berat badan klien tiap hari
R : mengawasi penurunan berat badan dan efektivitas intervensi nutrisi
d. Berikan makan sedikit namun frekuensinya sering
R : meningkatkan pemasukan kalori secara total dan juga untuk mencegah
distensi gaster
e. Kolaborasi dalam pemberian suplemen nutrisi
R : meningkatkan masukan protein dan kalori

3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,


malnutrisi, kelelahan.
Tujuan : aktivitas dapat ditingkatkan

Intervensi :
a. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, peningkatan
kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda-tanda vital selama dan setelah
aktivitas
R : menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi
b. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADL
R : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan
kebutuhan oksigen
c. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien
R : membantu dan memenuhi ADL pasien
d. Beri aktivitas sesuai dengan kemampuan pasien
R : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan
kebutuhan oksigen).
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan sela 1 x 24 jam diharapkan
diharapkan klien dan keluarganya dapat mengetahui tentang penyakit yang
diderita oleh klien dengan kriteria hasil :
a. Klien dan keluarga klien dapat memahami proses penyakit klien
b. Klien dan keluarga klien mendapatkan informasi yang jelas tentang
penyakit yang diderita oleh klien
c. Klien dan keluarga klien dapat mematuhi proses terapiutik yang akan
dilaksanakan

Intervensi :

a. Berikan komunikasi terapiutuk kepada klien dan keluarga klien


R : memudahkan dalam melakukan prosedur terpiutuk kepada klien
b. Berikan KIE mengenai proses penyakitnya kepada klien dan keluarga
klien
R : klien dan keluarga klien dapat mengetahui proses penyakit yang
diderita oleh klien
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Sudarth. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Volume 1. Jakarta:EGC

Marilynn E Doengoes.2000. Rencana Asuhan Keperawatan, pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta :EGC

Rosernberg, Martha Craft & Smith, Kelly. 2010. Nanda Diagnosa Keperawatan.
Yogyakarta: Digna Pustaka

http://indokes.blogspot.co.id/2010/07/askep-limfomakanker-kelenjar-getah.html

http://setiawatisalb.blogspot.co.id/

document.tips/documents/limfangioma-revisi.html

Anda mungkin juga menyukai