Anda di halaman 1dari 34

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG


PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN T.A 2018/2019

Alamat : Jl. A. Yani No 1A Tambahrejo Telp. (0729) 333343 Gadingrejo Pringsewu Lampung

Mata Kuliah : Ginekologi


Kode Mata Kuliah : Bd 4A414
Waktu Perkuliahan : 340 Menit
Pertemuan ke :9
Dosen : Novi Sumanti

OBJEK PERILAKU SISWA

Peserta didik mampu menerapkan Askeb pada gangguan dan masalah sistem reproduksi

SUMBER PUSTAKA

1. Rahardjo.S. Myoma uteri di Rumah Sakit.Dr. Soetomo 1972-1974.skripsi. Surabaya:


Bagian Obstetri dan ginekologi
2. Sulistyo, R. Sunardi Saiman R. Myoma uteri di rumah sakit Hasan Sadikin Bandung,
1970-1972. Medan : Kngr Myoma Ginekol Indonesia III, 1976
3. http://tumor ganas.com/1101/kanker-ovarium/
4. http://rahmat-dharmawan.com/kanker-indung-telur-atau-ovarium/
5. http://astaqauliyah.com/2010/05/referat-kedokteran-epidemiologi-etiologi-dan-
patofisiologi-penyakit-kista-ovarium/
6. Prawirohardjo, Sarwono. 2007.Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka edisi 2
URAIAN MATERI

TUMOR JALAN LAHIR

I. TUMOR JINAK
A. TUMOR JINAK PADA VAGINA
1. Tumor Kistik
Kistik terjadi akibat perlukaan, terutama pada persalinan karena episiotomi atau
robekan, dimana suatu segmen epitel terpendam dan kemudian menjadi kista berwarna
kekuning-kuningan atau abu-abu, biasnya bergaris tengah kurang dari 1 cm dan berisi
cairan kental. Umumnya tidak menimbulkan keluhan.
2. Tumor solid
a. Tumor epitel
1) Kondiloma akuminatum
Penyakit ini disebabkan oleh virus HPV tipe 6 dan 2. Akhir-akhir ini juga dimasukkan
dalam golongan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Gambaran
histologik adalah suatu papiloma yang sekali-sekali setelah lama dapat menjadi ganas.
Gambaran makroskopis adalah seperti jengger ayam. Kondiloma akuminatum dapat
tumbuh pada vulva dan sekitar anus sampai vagina dan serviks.
2) Karunkula uretra
Dibagi menjadi 2 macam:
a) Karankula uretra neoplasma
Terdiri dari polip merah muda dengan tangkai pada tepi dorsal muara uretra,
mikroskopik sebagai papiloma uretra yang ditutupi oleh epitel transisional yang
tersusun sebagai lipatan dengan tipe yang sering menyerupai pertumbuhan ganas.
Tumor I ni mempunyai kecenderungan untuk kambuh local. Gangguan yang
ditimbulkan antara lain adalah nyeri pada waktu berjalan dan duduk, ispareunia,
disuria, perdarahan dan pembengkakan.
b) Karankula uretra granulomatosa
Penonjolan ini terdiri dari jaringan granulomatosa pada muara uretra terutama
bagian belakang yang meluas ke samping juga. Dengan demikian, lubang muara
uretra ini menonjol akan tetapi tidak mempunyai tangkai, berwarna merah kusam
dan tidak menimbulkan nyeri seperti pada karunkula uretra neoplasma. Gambaran
mikroskopik adalah reaksi granulomataosa jaringan terhadap infeksi kronik pada
ueretra. Karunkula ini sering terdapat pada wanita pasca menopause, kebanyakan
merupakan penampilan investasi Trikomonas vaginalis. Apabila etiologi infeksi
tidak diobati maka karunkula ini sering kambuh.
c) Hiperkeratosis
Harus dibedakan karena leukoderma atau vitiligo dimana pigmentasi tidak terjadi,
serta karsinoma vulva insitu maupun invasive.
Pada hyperkeratosis dibedakan:
(a) Yang disebabkan infeksi menahun: dermatitis.
(b) Tumor jinak berpapil yang sudah menahun.
(c) Distrofi (leukoplakia):
- Likhen skelorsis, kadang-kadang disertai atropi eitelnya saja: kraukosis
(berkerut).
- Hiperkeratosis: khas daan tidak khas.
- Campuran antar 1 dan 2. Untuk membedakannya dengan karsinoma
seringkali memerlukan pemeriksaan lanjut (kolposkopi, sitologi maupun
histologi)
d) Nevus pigmentosus
Walaupun kulit vulva hanya 3% seluruh kulit badan, melanoma maligna terjadi pada
vulva dan vagina 7-10%. Nevus ini tampak sebagai lesi berwarna kehitam-hitaman
pada permukaan vulva berdiameter 1-2 mm. pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
sel nevus yang khas dengan inti biru tua dan terletak di bawah lapisan epitel.
Menururt Masson sel nervus berasal dai melanosit dalam epidermis atau dari sel
Schwan dari serabut saraf yang menuju kulit. Yang berbahaya ialah lesi yang
berpigmen dan tak meluas sehingga sebaiknya diperiksa secara histologik.
b. Tumor jaringan mesoderm
1) Fibroma: berasal dari jaringan di sekitar labium majus, dapat tumbuh besar dengan
konsistensi lunak dan berwarna putih keabu-abuan
2) Lipoma: berasal dari jaringan lemak di sekitar labium majus dengan konsistensi
lunak, dapat bertangkai dan mencapai ukuran besar.
3) Neurofibroma: berasal dari sarung serabut saraf, biasanya kecil saja, lunak,
berbentuk polipoid dan berwarna seperti daging
4) Hemangioma: yang berasala dari congenital biasanya akan menghilang sendiri
pada pertumbuhan anak. Pada wanita pascamenopause biasanya terjadi karena
adanya varises yang kecil-kecil dan dapat menyebabkan perdarahan
pascamenopause. Angiokeratoma adalah jenis hemangioma dengan kapiler
membesar pada korium dan dengan hyperkeratosis pada epidermis. Hemangioma
kavernosum mempunyai ruangan yang luas dengan permukaan yang tidak rata,
berisi darah dengan dinding sel endotel, tumor ini kadang-kadang masuk ke
jaringan di bawahnya.
5) Limfangioma: berasal dari jaringan pembuluh limfe, jarang sekali dijumpai.
Mikroskopik tampak seperti limfangiom namun tidak berwarna.

B. TUMOR JINAK PADA VULVA


1. Tumor kistik
Tumor-tumor di vagina umunya mempunyai sifat yang sama dengan yang ddapatkan
pada vulva. Tumor vulva dan vagina hendaknya dibedakan dengan vaginitis
emfisematosa. Dapat juga saluran Muller terjadi di dekat serviks biasanya soliter, akan
tetapi dapat multiple, kista ini dilapisis epitel seperti endoserviks, berisi cairan musin.
2. Tumor solid
a. Granuloma
Bukan neoplasma yang sebenarnya. Jaringan merupakan granulasi yang terbatas-
batas, seringkali berbentuk polip terutama terjadi pada bekas operasi kolpografi
dan histerektomi total dan dapat bertahan sampai bertahun-tahun.
b. Tumor miksoid vagina
Konsistensi lunak seperti kista berisi jaringan miksomatosa, jaringan pengikat dan
jaringan lemak seperti yang biasa terdapat pada daerah glutea, fossa iskhiorektales,
serta apabila terdapat di vagina berada pada daerah parakolpos. Kadang-kadang
kambuh kembali dan dapat juga menjadi ganas.
c. Adenosis vagina
Berasal dari sisa saluran paramesonefridikus Muler berupa tumor jinak vagina,
terutama terletak dekat serviks uteri, terdiri dari epitel torak yang mengeluarkan
mucus. Di tempat itu mukosa vagina tampak merah dan berbintik. Ini disebabkan
karena pemberian hormone estrogen sintesis lain, diberikan pada ibu penderita
waktu hamil muda (sindrom D.E.S). Tumor ini dapat menjadi adenocarcinoma.
Diagnosis ditegakkan dengan kolposkopi yang terlihat sebagai ulserasi di
kemudian dilanjutkan dengan biopsy dan pemeriksaan histopatologi.

C. TUMOR JINAK PADA UTERUS


1. Tumor ektoserviks
a. Kista sisa jaringan embrional: berasal dari saluran mesonefridikus Wolffi terdapat
dinding samping ektoserviks
b. Kista endometriosis: letaknya superficial.
c. Folikel atau kista Naboth: kista retensi kelenjar endoserviks, biasanya terdapat
pada wanita multipara, sebagai penampilan servisitis. Kista ini jarang mencapai
ukuran besar berwarna putih mengkilap berisi cairan mucus. Kalau kista ini
menjadi besar dapat menyebabkan perasaan nyeri.
d. Papiloma: dapat tunggal maupun multiple seperti kondiloma akuminata.
Kebanyakan papiloma ini adalah sisa epitel yang terlebih pada trauma bedah
maupun persalinan.
e. Hemangioma: jarang terjadi, biasanya terletak superficial, dapat membesar pada
waktu kehamilan, dapat menyebabkan metroragi. Terapi tumor ektoserviks
tergantung pada kelainan ataupun potensi akan kelainan yang dapat
disebabkannya. Umunya bersifat ekspektatif saja. Kista Nabothi dapat diinsisi,
tumor-tumor lain dapat dilakukan ekstirpasi, kauterisasi dan krioterapi.
2. Tumor endoserviks
Polip: sebetulnya adalah suatu adenoma maupun adenofibroma yang berasal
dari selaput lender endoserviks. Tangkainya dapat panjang hingga keluar dari vulva.
Epitel yang melapisi biasanya adalah epitel endoserviks yang dapat juga mengalami
menjadi lebih semakin kompleks. Bagian ujung polip dapat mengalami nekrosis, serta
mudah berdarah. Polip ini berkembang karena pengaruh radang maupun virus. Harus
ditegakkan apakah polip itu suatu adenoma, sarcoma botriodes, adenokarsinoma
serviks atau mioma yang dilahirkan. Polip endoserviks diangkat dan perlu diperiksa
secara histologik.
D. TUMOR JINAK PADA TUBA
Tumor tuba uterine dapat berupa neoplasma maupun non neoplasma. Tumor tuba
uterine yang neoplastik jarang seklai ditemukan. Endometriosis yang sebenarnya bukan
neoplasma lebih sering didapat pada tuba, terkadang dikira ganas. Tuba uterine falopii
dan jaringan sekitarnya serta tumor-tumor yang disebabkan oleh radang.
E. TUMOR JINAK PADA OVARIUM
1. Tumor endometrium
a. Polip endometrium
Sering didapati terutama dengan pemeriksaan histeroskop. Polip berasal dari:
1) Adenoma, adenofibroma
2) Mioma submukosum
3) Plasenta
b. Adenoma-adenofibroma
Biasanya terjadi dari epitel endometrium dengan stroma yang sesuai dengan daur
haid. Adenoma ini biasanya merupakan penampilan hyperplasia endometrium, dengan
konsistensi lunak dan berwarna kemerah-merahan. Gangguan yang sering ditimbulkan
adalah metroragi sampai menometroragi, infertilias. Mempunyai kecenderungan
kambuh kembali.
c. Mioma submukosum
Sarang mioma dapat tumbuh bertangkai dan keluar dari uterus menjadi mioma yang
dilahirkan. Tumor berkonsistensi kenyal berwarna putih.
d. Polip plasenta
Berasal dari plasenta yang tertinggal setelah partus maupun abortus. Pemeriksaan
histology memeperlihatkan vili korialis dalam berbagai tingkat degenerasi yang dilapisi
endometrium. Polip plasenta menyebabkan uterus mengalami subinvolusio yang
menimbulkan perdarahan. Polip endometriosis umumnya diangkat dengan cara
kauterisasi dan bedah laser.
e. Miometrium
Neoplasma ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya. Efek
fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen.
Menurut letaknya, mioma dapat kita bagi menjadi:
(a) Mioma submukosum: berada id bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga
uterus.
(b) Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium.
(c) Mioma subserosum: apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus, diliputi oleh serosa.
f. Adenomiosis
Adenomiosis adalah adanya sarang enometriosis di antara serabut miometrium.
g. Hemangioma
Tumor jinak pembuluh darah ini jarang sekali ditemukan. Umunya didapatkan secara
kebetulan pada pemeriksaan histologik uterus yang diangkat karena perdarahan. Bentuk
histologinya dapat beraneka ragam

II. TUMOR GANAS


A. TUMOR GANAS PADA VULVA
1. Karsinoma Vulva
a. Epidemiologi
80-85% terdapat pada wanita pasca menopause, terutama yang dalam dekade ke-
7 sebagai puncak insidensi, paling tidak mengenai 30%. Karsinoma vulva jarang
ditemukan pada golongan umur <> 50%). Paritas dan suku / ras tidak mempunyai peran.
b. Etiologi
Tidak banyak diketahui mengenai etiologi jenis tumor ganas ini, meskipun disebut
tentang lambatnya menarche (15-17 tahun) dan awalnya menopous (40 tahun) dalam
riwayat penyakitnya. Faktor etnik tidak berpengaru, meskipun lesi granulomatosa
sering ditemukan pada suku negro.
c. Faktor resiko terjadinya kanker vulva
1) Infeksi HPV atau kutil kelamin (kutil genitalis) HPV merupakan virus penyebab
kutil kelamin dan ditularkan melalui hubungan seksual.
2) Pernah menderita kanker leher rahim atau kanker vagina
3) Infeksi sifilis
4) Diabetes
5) Obesitas
6) Tekanan darah tinggi.
7) Usia
Tiga perempat penderita kanker vulva berusia diatas 50 tahun dan dua pertiganya
berusia diatas 70 tahun ketika kanker pertama kali terdiagnosis.Usia rata-rata
penderita kanker invasif adalah 65-70 tahun.
8) Hubungan seksual pada usia dini
9) Berganti-ganti pasangan seksual
10) Merokok
11) Infeksi HIV
HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini menyebabkan kerusakan pada sistem
kekebalan tubuh sehingga wanita lebih mudah mengalami infeksi HPV menahun.
Golongan sosial-ekonimi rendah.Hal ini berhubungan dengan pelayanan
kesehatan yang adekuat, termasuk pemeriksaan kandungan yang rutin.
12) Neoplasia intraepitel vulva (NIV)
13) Liken sklerosus
14) Penyakit ini menyebabkan kulit vulva menjadi tipis dan gatal.
15) Peradangan vulva menahun
16) Melanoma atau tahi lalat atipik pada kulit selain vulva.
d. Patologi
Lesi primer sering berupa ulkus denag tepi induratif (ulcero-granulating) atau
sebagai tumbuhan eksofitik ( wart / kutil) dengan tempat predileksi terutama di labia
mayora, labia minora, klitoris dan komisura posterior. Lesi bilateral tidaklah jarang,
bahkan kedua labia mayora dapat simetris terkena (kissing).
e. Tingkatan pra-maligna
Kurang lebih 50% dari semua karsinoma vulva didahului oleh suatu keadaan yang
sedikit banyakdapat ditetapkan sebagai pendahulnya. Yang paling sering adalh distrofia
vulva seperti pada vulvitis atrofik, vulvitis diabetik, leukoplakia, lichen atau lichenoid
seperti pada lichen sclerosus et atrophicus, kraurosis vulva denagan hiperplasi. Yang
sangat potensial menjadi pendahulu keganasan vulva adalah kondiloma akuminata atau
kondoloma lata, infeksi oleh HVP ( Human Papiloma Virus ) tipe-16 dan mungkin juga
tipe-18. pada Neoplasma Intraepitelial vagina (NIV) tidak ada bukti bahwa NIV akan
berlanjut menjadi kanker vulva yang invasif bila dibiarkan tanpa pengobatan. NIV-I,
II, III, biasanya terdapat pada wanita <> 60-70 tahun.
Secara umum diterima, bahwa pada kanker serviks terdapat periode laten 5-10
tahun sebelim lesi pra-maligna ( NIS-I , II , III , KIS )menjadi kanker yang invasif.
Mengingat lokasi tomur primer (karsinoma epidermoid ) hampir 60% pada labium
majus, 20% pada labium minus atau veitibulum, 12% di klitoris dan 6% di komisura
posterior, perembetan ke jaringan sekitar akan meluas ke urethra, kandung kemih,
vagina, rektum dan malalui pembuluh getah bening secara embolisasi. Rute primer
penyebaran ke kelenjar inguinal adalah malalui kelenjar femoral luar (superfisial),
kemudian kelenjar femoral dalam (profundal) untuk akhirnya menuju kelenjar getah
bening panggul melalui kelenjar iliak luar / ekstern, obturator, iliaka komunisdan
kelenjar para-aorta.
f. Pembagian tingkat keganasan karsinoma vulva
Menurut klasifikasi FIGO 76

Tingkat Kriteria
0 Karsinoma in situ, karsinoma intraepitel seperti pada penyakit Bowen, penyakit Paget yang
noninvasif
I Tumor terbatas pada vulva dengan diameter terbesar 2 cm / kurang kelenjar di lipat paha tak
teraba, atau teraba tidak membesar dan mudah digerakan (mobil), klinis tidak mencurigakan
adanya anak sebar di situ.
II Tumor terbatas pada vulva dengan diameter > 2 c, kelejar di lipat paha ( inguinal )tidak teraba
bilateral, tidak membesar dan mobil, klinis tidak mencurigakan adanya anak sebar di situ.
III Tumor dari setiap ukuran dengan :
1) Perluasan ke urethra, atau vagina, perineum dan anus
2) Pembesaran kelenjar lipat pada uni/ bilateral, mobil tapi klinis mencurigakan telah
terinfiltrasi oleh sel tumor.
IV Tumor dari setiap ukuran yang :
1) Telah menginfiltrasi kandung kemih, mukosa rektum, atau ke dua-duanya termasuk
bagian proksimal dari urethra
2) Telah menyebar ke tulang atau metastasis jauh.

g. Gambaran klinis dan diagnosis


Penderita ini datang dengan keluhan samar-samar mengenai iritasi vulva atau
pruritus (gatal-gatal) vulva.Diagnosis akan lebih mudah dibuat bila ditemukan
benjolan, ulkus atau lesi yang berdarah. Nyeri biasanya dikeluhkan bila lesinya terdapat
dekat klitoris atau urethra, karena pedih waktu kencing. Superinfeksi dari lesi ganas
juga menimbulkan rasa sakit dan lebih banyak iritasi akibat keputihan yang terus-
menerus. Hanya sekitar 5 % yang datang denga pembesaran kelenjar lipat paha atau
abses sebagai keluhan utama.
h. Diagnosis dini
Perasaan gatal atau terbakar di vulva harus mendapatkan perhatian, untuk mencari
area yang mencurigakan akan keganasan.
Daerah tersebut dapat berupa wart (kutil), benjolan kecil yang berwarna
kemerahan, keputihan atau berfigmen, agak meninggi, atau ulkus datar yang mudah
berdarah dengan tepi induratif. Kalau prosesnya sudah agak lanjut, mungkin akan
ditemukan luka yang dalam, yang telah mengalami infeksi dan nekrotik, atau tampak
seperti bunga kobis / kool.
Golongan resiko tinggi ialah wanita yang mempunyai faktor predisposisi :
1) Diabetes Melitus
2) Obesitas
3) Hygiene seksual yang tidak baik
4) Lichen sclerosus atrophicus
5) Leukoplakia & kraurosis vulva
i. Penanganan
Pada tingkat klink 0 (KIS / Intraepitelial karsinoma) dikerjakan vulvektomi dengan
mengangkat kedua labia mayora, labia minora, sebagian mons veneris dan himen.
Pada tingkat klinik I dan II dilakukan vulvektomi radikal dengan limfadenektomi
bilateral kelenjar inguinal luar dan dalam, dalam satu tahap (enblok).
Komplikasi vulvektomi radikal dengan limfadenektomi bilateralis yang perlu
diamati ialah infeksi luka dan dehisensi, limfoedema (33%), parestesia saraf femoralis,
perdarahan sekunder asal dari arteri dan vena femoralis, kista getah bening yang
sekunder terinfeksi dan menimbulkan nyeri yang sangat, penyakit trombo-embolik,
infeksi saluran kemih, disfungsi seksual terutama sangat menurunnya libido (gairah
seksual), anorgasme dan dispareunia.
2. Melanoma vulva
Melanoma vulva adalah keganasan nomor dua pada vulva sesudah karsinoma.
Hampir 5% dari semua melanoma maligna muncul di vulva yang merupakan hanya 1%
dari kulit permukaan seluruh tubuh. Terdapat predileksi di labia minora dan klitoris,
sering meluas ke vagina dan urethra berupa benjolan (nodul) yang berwarna hitam
kebiruan. Menyebar secara limfogen denga membentuk nodul satelit sekeliling tumor
primer untuk kemudian bermestastasis ke kelenjar limfa regional. Bila terjadi penyebaran
secara hematogen, anak sebar terdapat di paru-paru (terasering), kemudian otak, hati dan
jantung juga tidak jarang.
3. Adenokarsinoma
Pada vulva jarang dan umumnya berasal dari kelenjar bartholini.
4. Basalioma (basal sel karsinoma)
Biasanya ditemukan di daerah yang berambut, sesekali pada labia mayora sebagai
makula kemerahan/ kecoklatan atau sebagai nodul kecil yang mengalami ulserasi di
tengahnya (ulkus rodens). Lesi ini hampir tak pernah menyebar ke kelenjar getah
bening, sebab itu eksisi lokal yang luas sudah memadai untuk tujuan kuratif.
5. Penyakit Paget
Merupakan lesi intra epitelial vulva yang sering bersama-sama dengan munculnya
adenokarsinoma kelenjar apokrin
6. Karsinoma verukosa
Karsinoma ini adalah keganasan pada vulva berbentuk tumor eksofitik seperti papil
pada kondiloma akuminata, atau seprti bunga kol (cauliflower like).
7. Sarkoma pada vulva
Sarkoma vulva sangat jarang tapi metastasis berjarak jauh umum terjadi. Tumor ini
histologik dapat berupa leiomiosarkoma (paling sering), liposarkoma,
rhabmiosarkoma, fibrosarkoma, angiosarkoma, limfosarkoma, dan epiteloidsarkoma.
Penyebarannya sangat cepat, karena secra hematogen. Prognosiscsangat buruk. Peran
radioterapi dan atau kemoterapi sebagai adjuvans perlu dipertimbangkan.
8. Tumor ganas sekunder pada vulva
Berasal dari jaringan dekat vulva seperti serviks uteri, vagina, uterus yang
merembet langsung atau secra limfogen atau embolisasi melalui pembuluh darah balik.
Paling sering ditemukan adalh metastasis koriokarsinoma yang memberi gambaran
khas yang berwarna biru kehitaman. Penanganan dengan kemoterapi tunggal (MTX)
atau kombinasi, tergantung dari faktor resikonya.
B. TUMOR GANAS PADA VAGINA
1. Tumor Ganas Primer Vagina
Tumor ganas primer di vagina sangat jarang. Bilamana serviks uterus ikut terlibat
dalam proses, maka dianggap sebagai tumor ganas serviks uteri. Begitu juga bilamana
vulva ikut terlibat dalam proses, maka dianggaptumor ganas itu adalah tumor ganas
vulva.
a. Gejala
Kanker vulva mudah dilihat dan teraba sebagai benjolan, penebalan ataupun luka
terbuka pada atau di sekitar lubang vagina.Kadang terbentuk bercak bersisik atau
perubahan warna.Jaringan di sekitarnya mengkerut disertai gatal-gatal.Pada akhirnya
akan terjadi perdarahan dan keluar cairan yang encer.
Gejala lainnya adalah:
1) Nyeri ketika berkemih
2) Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
3) Hampir 20% penderita yang tidak menunjukkan gejala.
2. Karsinoma vagina
a. Epidemiologi
Kanker vagina jarang terjadi, biasanya diderita oleh wanita berumur 50 tahun ke
atas. Insidensi.
b. Patologi
Terbanyak (hampir 99%) adalah squamous cell carsinoma, sisanya adenokarsinoma
dan embrional rhabdomiosarkoma (sarkoma botrioides).
c. Tingkat pra-maligna
Sebelum menjadi infasif, lesi itu melalui tingkatan pra-maligna yang disebut sebagai
NIV (Neoplasia Intraepitelial Vagina) I, II, III (Displasia ringan, sedang, berat) dan
KIS (karsinoma in situ), yang berlangsung beberapa tahun dan dapat dideteksi awal
melalui Pap’smear atau bilamana perlu biopsi terarah dengan bimbingan kolposkop
terhadap ‘lesi yang mencurigakan.
d. Penyebaran
Bila proses terdapat pada sepertiga bagian atas vagina, penyebarannya akan terjadi
seperti pada karsinoma serviks;bila berlokasi pada sepertiga bagian distal vagina,
penyebarannya akan menyerupai karsinoma vulva.
e. Pembagian tingkat keganasan
Umumnya karsinoma epidermoid pada vagina muncul di 2/3 di bagian proksimal
vagina. Lokasi paling sering di dinding paling atas (proksimal)atau depan
bawah(distal)vagina,berbentuk eksopitik seperti bunga kol, endofitik ulseratif,infiltratif
atau papilomatosa.
Pembagian tingkat keganasan menurut FIGO 1
Tingkat Kriteria
0 Karsinoma in situ, karsinoma intra epitelial
I Proses masih terbatas padadinding vagina
II Proses sudah meluas sampai jaringan para vagina,tetapi belum
mencapai dinding panggul;
III Proses telah meluas sampai ke salah satu/kedua dinding panggul;
IV Proses sudah keluar dari panggul kecil,atau sudah menginfiltrasi
mukosa rektum/kandung kemih

f. Gambar klinik dan diagnosa


Karsinoma in situ lebih sering didapat sebai proses yang multifokal.Ia dapat
ditemukan bersama-sama dengan tumor sejenis di bagian lain dari traktus genitalis,atau
setelah pembedahan yang tidak radikal pada karsinoma in situ serviks uterus,atau pasca
radiasi karsinoma serviks uterus.Adenokarsinoma vagina yang jarang,dapat berasal
dari urethra,kelenjar Bartholin,atau sebagai metastasis dari karsinoma
endometrium/ovarium.
Pada pemeriksaan in spekulo dapat ditemukan ulkus dengan tepi yang induratif atau
pertumbuhan tumor eksofitik seperti bunga kol (cauliflower) yang mudah berdarah
pada sentuhan.Biopsi harus dibuat pada daerah yang dicurigai,sehingga bukti histologik
dapat menegakkan diagnosis.
g. Diagnosis dini
Pada pemeriksaan rutin secara berkala,pengambilan bahan untuk pemeriksaan
sitologik dari dinding vagina perlu pula pengambilanbahan dari ekto-danendoserviks.
Pada klinik yang sudah maju,pemeriksaan kolposkopik,biopsi terarah dengan
bimbingan kolposkop, kolpomikroskopi dilakukan untuk membuat diagnosis dini.
h. Penanganan
Untuk tingkat klinik 0, dapat dilakukan vaginektomi, elektrokoterisasi, bedah krio
(cryo-surgeri), penggunaan sitostatika topikal atau sinar laser.Untuk tingkat klinik I dan
II dilakukan opersi atau penyinaran.Operasi pada tumor di bagian atas vagina sama
dengan operasi pada karsinoma serviks uterus,hanya vaginektomi dilakukan lebih
luas(>1/2 puncak vagina harus diangkat),sedang operasi pada bagian bawah vagina
mendekati operasi pada karsinoma vulva.
Kemoterapi dengan peraturan VAC (Vincristine,Aktinomisin-D dan
Cytoxan/Endoxan) hanya untuk pengobatan embrional rabdomiosarkoma (sarkoma
botrioides) pada anak-anak,yang ternyata efektif. Tumor ini berbentuk polipoid seperti
buah anggur yang berasal dari bagian atas vagina dan dapat menonjol keluar sampai di
introitus vagina. Penyebaran secara hematogen ke paru-paru atau tulang
C. TUMOR GANAS PADA TUBA
a. Patologi :
Hsu, Taymor, dan Hertig membagi histologik tumor ini dalam 3 jenis menurut
keganasannya:
1) Jenis papiler : tumor belum mencapai otot tuba dan difeensiasi selnya masih baik,
batas daerah normal dengan tumor masih dapat ditunjukkan.
2) Jenis papilo-alveolar (adenomatosa) : tumor ini telah memasuki otot tuba dan
memperlihatkan gambaran kelenjar.
3) Jenis alveo-meduler : terlihat mitosis yang atipik dan terlihat invasi sel ganas ke
dalam saluran limfa tuba.

b. Penyebaran :
Pada umumnya terjadi secara langsung ke alat sekitarnya, kemudian melalui
pembuluh getah bening ke abdomen, leher, daerah inguinal, vagina, tuba, ovarium dan
uterus.
c. Tingkat Klinis Keganasan
Tingkat Kriteria
Klinik

IA 1) Pertumbuhan tumor terbatas pada salah satu tuba; tidak ada ascites.
2) Tak ditemukan tumor di permukaan luar, kapsulnya utuh.
3) Tumor terdapat di permukaan luar, atau kapsulnya pecah atau kedua-
duanya.
IB 1) Pertumbuhan tumor terbatas pada kedua tuba; tidak ada asites.
2) Tak ada tumor di permukaan luar, kapsulnya utuh.
3) Tumor terdapat di permukaan luar, atau kapsulnya pecah, atau kedua-
duanya.
IC Tumor dari tingkatan klinik 1A dan IB, tetapi ada asites atau cucian
rongga perut positif.
II Pertumbuhan tumor melibatkan satu atau dua tuba, dengan perluasan ke
panggul.
IIA Perluasan proses dan/ atau metastatis ke uterus atau ovarium.
IIB Perluasan proses ke jaringan panggul lainnya.
IIC Tumor dari tingkat klinik IIA atau IIB, tetapi dengan asites dan/atau
cucian rongga perut positif.
III Tumor melibatkan satu atau dua tuba dengan penyebaran kelenjar limfa
intraperitoneal, atau kedua-duanya. Tumor terbatas pada panggul kecil
dengan bukti histologik penyebaran ke usus halus atau omentum.
IV Pertumbuhan tumor melibatkan salah satu atau kedua tuba dengan
metastasis berjarak jauh. Bilamana didapatkan efusi pleural, harus ada
sitologi positif untuk menyebutnya sebagai tingkat klinik IV. Begitu pula
ditemukannya metastasis keparenkim hati.

d. Gambaran klinik dan diagnosis


Pada awal penyakit tidak menimbulkan gejala diagnosis sering terlambat dibuat
karena letaknya yang sangat tersembunyi dan pemeriksaan histologik atas spesimen
yang dikirim. Kalau sudah ada keluhan, biasanya sudah terlambat. Deteksi dini tumor
ganas tuba Falloppii sukar diupayakan. Perlu dapat perhatian khusus bila wanita berusia
(45-55 tahun), ditemukan tumor adneksa (tumor radang: hidrosalping, piosalping atau
abses tubo-ovarial dan sebagainya) disertai rasa nyeri dan adanya getah vagina yang
semula kekuning-kuningan kemudian bercampur darah, perlu dicurigai kemungkinan
akan adanya tunor ganas tuba terutama pada nullipara atau primipara. Wanita beranak
satu (sterilitas satu anak) biasanya oleh karena mengalami infeksi gonokokus yang
menimbulkan peradangan tuba dan menjadi buntu. Perasaan nyeri ini dapat intermiten
atau terus menerus dan menjalar ke pangkal paha dan punggung bagian bawah (regio
sakro-koksigeal). Rasa sakit ini yang menyebabkan penderita datang ke dokter.
Pemeriksa sitologi usapan serviks tidak banyak membantu. Akan tetapi bilamana
hasilnya sel ganas positif, sedangkan di serviks maupun di kavum uteri dapat
dinyatakan tidak ada keganasan, maka perlu dipikirkan kemungkinan keganasan di tuba
atau ovarium, lebih lebih jika ada mas tumor pada adneksa. Histero-salpingografi
(HSG) tidak dianjurkan karena dapat berakibat meluasnya proses ganas/radang.
Kuldoskopi dan laparoskopi juga tak banyak berarti karena sulit membedakan tumor
ganas tuba dari tumor radang, kecuali bilamana pemeriksaan tersebut disertai tindakan
biopsi. Transvagina/transrektal USG dapat membantu untuk menegakkan diagnosis.
e. Penanganan
Penanganan utama yang dianjurkan adalah TAH + BSO + OM + APP (Total
Abdominal Hysterectomy + Bilateral Salpingo-Oophorectomy + Omentectomy +
Appendectomy). Dapat dipertimbangkan (Optional) instilasi Phosphor 32 radioaktif
atau khemoterapi profilaksis. Sayatan dinding perut harus longitudinal linea mediana,
cukup panjang untuk memungkinkan mengdakan eksplorasi secara gentle (lembut)
seluruh rongga perut dan panggul, khususnya di daerah subdiafragmatika dan
mengirimkan sample cucian rongga perut untuk pemeriksaan sitologi eksfoliatif.
Radioterapi hanya dikerjakan pada tumor bed dan jenis histologik keganasan tertentu
seperti disgerminoma.
D. TUMOR GANAS PADA UTERUS
Kanker Rahim adalah tumor ganas pada endometrium (lapisan rahim).Kanker
rahim biasanya terjadi setelah masa menopause, paling sering menyerang wanita
berusia 50-60 taun.Kanker bisa menyebar (metastase) secara lokal maupun ke berbagai
bagian tubuh (misalnya kanalis servikalis, tuba falopii, ovarium, daerah di sekitar
rahim, sistem getah bening atau ke bagian tubuh lainnya melalui pembuluh darah).
a. Penyebab
Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi tampaknya penyakit ini melibatkan
peningkatan kadar estrogen.Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah merangsang
pembentukan lapisan epitel pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan
kepada hewan percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan
kanker.
Wanita yang menderita kanker rahim tampaknya memiliki faktor resiko tertentu.
(faktor resiko adalah sesuatu yang menyebabkan bertambahnya kemungkinan
seseorang untuk menderita suatu penyakit).Wanita yang memiliki faktor resiko tidak
selalu menderita kanker rahim, sebaliknya banyak penderita kanker rahim yang tidak
memiliki faktor resiko. Kadang tidak dapat dijelaskan mengapa seorang wanita
menderita kanker rahim sedangkan wanita yang lainnya tidak.
Penelitian telah menemukan beberapa faktor resiko pada kanker rahim:
1) Usia Kanker uterus terutama menyeranga wanita berusia 50 tahun keatas.
2) Hiperplasia endometrium
3) Terapi Sulih Hormon (TSH)
TSH digunakan untuk mengatasi gejala-gejala menopause, mencegah
osteoporosis dan mengurangi resiko penyakit jantung atau stroke. Wanita yang
mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron memiliki resiko yang lebih tinggi.
Pemakaian estrogen dosis tinggi dan jangka panjang tampaknya mempertinggi
resiko ini.Wanita yang mengkonsumsi estrogen dan progesteron memiliki
resiko yang lebih rendah karena progesteron melindungi rahim.
4) Obesitas
Tubuh membuat sebagian estrogen di dalam jaringan lemak sehingga wanita
yang gemuk memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi. Tingginya kadar
estrogen merupakan penyebab meningkatnya resiko kanker rahim pada wanita
obes.
5) Diabetes (kencing manis)
6) Hipertensi (tekanan darah tinggi)
7) Tamoksifen
Wanita yang mengkonsumsi tamoksifen untuk mencegah atau mengobati
kanker payudara memiliki resiko yang lebih tinggi. Resiko ini tampaknya
berhubungan dengan efek tamoksifen yang menyerupai estrogen terhadap
rahim. Keuntungan yang diperoleh dari tamoksifen lebih besar daripada resiko
terjadinya kanker lain, tetapi setiap wanita memberikan reaksi yang berlainan.
8) Ras : Kanker rahim lebih sering ditemukan pada wanita kulit putih.
9) Kanker kolorektal
10) Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun
11) Menopause setelah usia 52 tahun
12) Tidak memiliki anak
13) Kemandulan
14) Penyakit ovarium polikista
15) Polip endometrium.
b. Gejala
Gejala kanker rahim tidak spesifik. Studi terbaru menunjukkan bahwa penderita
kanker rahim biasanya mengalami gejala berikut ini secara menetap:
1) tekanan abdomen (merasa penuh, bengkak atau kembung)
2) Perasaan ingin buang air kecil terus menerus
Gejala lainnya meliputi:
1) Gangguan pencernaan yang menetap (gas atau mual)
2) Perubahan kebiasaan BAB tanpa alasan jelas, seperti sembelit
3) Kehilangan nafsu makan atau cepat merasa kenyang
4) Lemas & letih lesu yang berkelanjutan
5) Sakit pada daerah sekitar pinggang/panggul
6) Perubahan dalam siklus menstruasi
7) Perdarahan rahim yang abnormal
8) Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami
menstruasi)
9) Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause
10) Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas
40 tahun)
11) Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
12) Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)
13) Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
14) Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
Dengan mengetahui gejala nya diharapkan bidan dapat meduga degredasi ganas
pada kanker rahim dengan bertindak :
1) Melakukan pemeriksaan pap smear
2) Melakukan pemeriksaan dalam
 Rahim agak membesar,lunak
 Setelah pemeriksaan dalam kemungkinan terjadi perdarahan
 Pada pemeriksaan speculum :
- Perdarahan dari mulut rahim
- Jaringan keluar dari mulut rahim
2) Jaringan yang keluar dari mulit rahim diambil dan dikirim ke dokter ahli
patologi anatomi
3) Bidan segera merujuk penderita untuk menegakkan diagnose pasti ke
puskesmas,dokter ahli kandungan atau ke RS
c. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:
 Pemeriksaan panggul
 Pap smear
 USG transvagina
 Biopsi endometrium.
Untuk membantu menentukan stadium atau penyebaran kanker, dilakukan pemeriksaan
berikut:
 Pemeriksaan darah lengkap
 Pemeriksaan air kemih
 Rontgen dada
 CT scan tulang dan hati
 Sigmoidoskopi
 Limfangiografi
 Kolonoskopi
 Sistoskopi.
Bidan mempunyai tugas menegakkan diagnosis dini kanker rahim dengan :
1) Melakukan KIE dan Motivasi tentang gejala klinik stadium awal
 Beser putih atau bercampur darah
 Perdarahan mendadak/sedikit setelah menopause
 Terjadi sesak di bagian bawah abdomen
2) Melakukan pemeriksaan sederhana ;
 Pengambilan pap smear
 Pemeriksaan dalam untuk menilai rahim
3) Merujuk penderita untuk menegakkan diagnisa pasti
Staging (Menentukan stadium kanker)
Stadium I : Kanker hanya tumbuh di badan rahim
Stadium II : Kanker telah menyebar ke leher rahim (serviks)
Stadium III : Kanker telah menyebar ke luar rahim, tetapi masih di dalam
rongga panggul dan belum menyerang kandung kemih maupun
rektum. Kelenjar getah bening panggul mungkin mengandung
sel-sel kanker
Stadium IV : Kanker telah menyebar ke dalam kandung kemih atau rektum atau
kanker telah menyebar ke luar rongga panggul.

d. Pengobatan
Pemilihan pengobatan tergantung kepada ukuran tumor, stadium, pengaruh hormon
terhadap pertumbuhan tumor dan kecepatan pertumbuhan tumor serta usia dan keadaan
umum penderita.
1) Metode pengobatan:
a) Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan rahim).
Kedua tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral)
karena sel-sel tumor bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak
aktif) yang mungkin tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang
dihasilkan oleh ovarium. .
b) Terapi penyinaran (radiasi)
Digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.
Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel kanker di daerah
yang disinari. Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi penyinaran dan
pembedahan. Penyinaran bisa dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil
ukuran tumor) atau setelah pembedahan (untuk membunuh sel-sel kanker yang
tersisa).
e) Kemoterapi
Pada terapi hormonal digunakan zat yang mampu mencegah sampainya hormon
ke sel kanker dan mencegah pemakaian hormon oleh sel kanker. Hormon bisa
menempel pada reseptor hormon dan menyebabkan perubahan di dalam jaringan
rahim.
Sebelum dilakukan terapi hormon, penderita menjalani tes reseptor hormon. Jika
jaringan memiliki reseptor, maka kemungkinan besar penderita akan memberikan
respon terhadap terapi hormonal. Terapi hormonal merupakan terapi sistemik karena
bisa mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. Pada terapi hormonal biasanya
digunakan pil progesteron.
Terapi hormonal dilakukan pada:
 penderita kanker rahim yang tidak mungkin menjalani pembedahan ataupun
terapi penyinaran
 penderita yang kankernya telah menyebar ke paru-paru atau organ tubuh lainnya
 penderita yang kanker rahimnya kembali kambuh.
Jika kanker telah menyebar atau tidak memberikan respon terhadap terapi
hormonal, maka diberikan obat kemoterapi lain, yaitu siklofosfamid, doksorubisin
dan sisplastin.
2) Efek samping pengobatan kanker
a) Setelah menjalani histerektomi, penderita biasanya mengalami nyeri dan merasa
sangat lelah. Kebanyakan penderita akan kembali menjalani aktivitasnya yang
normal dalam waktu 4-8 minggu setelah pembedahan.Beberapa penderita
mengalami mual dan muntah serta gangguan berkemih dan buang air besar.
b) Wanita yang telah menjalani histerektomi tidak akan mengalami menstruasi dan
tidak dapat hamil lagi. Jika ovarium juga diangkat, maka penderita juga mengalami
menopause. Hot flashes dan gejala menopause lainnya akibat histerektomi biasanya
lebih berat dibandingkan dengan gejala yang timbul karena menopause alami.
c) Pada beberapa penderita, histerektomi bisa mempengaruhi hubungan seksual.
Penderita merasakan kehilangan sehingga mengalami kesulitan dalam melakukan
hubungan seksual
e. Pencegahan
1) Setiap wanita sebaiknya menjalani pemeriksaan panggul dan Pap smear secara rutin,
untuk menemukan tanda-tanda pertumbuhan yang abnormal.
2) Wanita yang memiliki faktor resiko kanker rahim sebaiknya lebih sering menjalani
pemeriksaan panggul, Pap smear dan tes penyaringan (termasuk biopsi endometrium).
E. TUMOR GANAS PADA OVARIUM
a. Patologi
Pertumbuhan tumor prime diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang
menyebabkan berbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebah, makan sedikit
terasa cepat menjadi kenyang, sering kembung, nafsu makan menurun. Kecenderungan
untuk melakukan implantasi di rongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas
ovarium yang menghasilkan ascites.
Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis yang
beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, entodermal, dan
mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam. Oleh
sebab itu histiogenesis maupun klasifikasinya masih sering menjadi perdebatan.
Kira-kira 60% terdapat pada usia peri-menopausal, 30% dalam masa reproduksi dan
10% pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak
tapi juga tidak pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of low-malignant
potential) dan yang jelas ganas (true malignant).
b. Klasifikasi Tumor Ovrium Epitelial
1) Tumor-Tumor Epitelial Ovarium
Ada 2 jenis : serosa dan musinosa. Kedua-duanya mempunyai kecenderungan untuk
tumbuh bilateral dan berimplantasi di rongga peritoneum. Perubahan ke arah ganas
terjadi pada yang berjenis serosa. Kistadenokarsinoma papiliferum pseudo-musinosa
merupakan satu variasi dari tumor dengan kemungkinan penyebaran lokal yang tinggi.
2) Tumor-Tumor Stroma Sex-Cord
Diduga berasal dari mesenkhim gonad, yang potensial mampu mendiferensiasi ke
dalam struktur gonad laki-laki dan wanita hingga tumor dapat mengakibatkan
munculnya tanda-tanda maskulinisasi atau feminisasi pada penderitanya.
Androblastoma atau tumor yang berasal dari mesenkhim akan mendiferensiasi ke
dalam struktur gonadal laki-laki : 1). Arrhenoblastoma, mikroskopik terlihat gambaran
tubuler dan berhubungan denagan gejala/ tanda defeminisasi atau maskulinisasi, 2)
Tumor Sertoli cell, adalah bentuk feminisasi dari Androblastoma. Sel-sel sertoli
merupakan sumber dari estrogen pada gonad lelaki, 3) Tmor Sel Granulosa, 4) Tumor
Sel Theca.
3) Tumor-Tumor Sel Germinal (Germcell tumours)
Tumor ini berasal dari sel germinal dan derivatnya.
a) Disgerminoma
Biasanya terdapat pada wanita muda dan sangat radioaktif. Tumor dengan
permukaan rata, konsistensi kenyal, kecuali di bagian-bagian yang mengalami
degenerasi, berwarna sawo matang sampai keabu-abuan. Pada pemeriksaan
mikroskopik terlihat gambaran sarang-sarang sel telur yang besar, bundar, ovoid,
atau poligonal, terpisah oleh septa jaringan ikat. 88,6% dapat disembuhkan hanya
dengan USO (Unilateral Salpingo Oerectomy), kalau perlu pasca bedah dapat
dipertimbangkan radioterapi pada tumor bed karena tumor ini sangat radiosensitif
dan radiocurable.
b) Teratoma
Diduga berkembang dari jaringan embrional yang pluripoten dan mampu
membentuk elemen-elemen dari ketiga lapisan embrional. Teratoma ovarium bisa
ditemukan dalam bentuk kistik maupun solid. Teratoma maligna yang ganas
berbentuk solid, terdiri atas campuran jaringan sel telur yang matang (matur) dan
yang tidak matang (immatur). Teratoma ganas biasanya ditemukan pada anak-anak
dan pada penderita dalam masa pubertas. Tumor ini tumbuh cepat dan mempunyai
prognosis yang buruk. Pada pemeriksaan klinik ditemukan tumor di samping
uterus, kadang kala disertai perdarahan dari uterus dan ascites. Terapinya
pembedahan dengan khemoterapi sebelum atau sesudahnya.
c) Tumor sinus endodermal
Berasal dari jolk sac atau saccus vitellinus, umumnya ditemukan pada gadis
atau wanita muda (20 tahun) dan sangat ganas. Pada pemeriksaan mikroskopik
didapatkan retikulum dengan ruangan berbentuk kistik (sinus endodermal) di
tengahnya. Sinus tersebut terdiri atas pembuluh darah ditengahnya oleh sel-sel
kuboid.
d) Khoriokarsinoma
Tumor primer berasal dari ovarium jarang ditemukan mempunyai ciri-ciri
seperti khoriokarsinoma sesudah kehamilan (NTGG = Neoplasia Trofoblast Ganas
Gestasional). Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan sinsio – dan sitotrofoblas
tanpa villikhoroalis.
e) Gonadoblastoma
Tumor yang diperkenalkan oleh Scully pada tahun 1953 dijumpai dalam
ovarium atau testis yang disgenetik, terdiri dari sel-sel telur dan sel-sel yang
menyerupai sel-sel Sertoli-Leydig atau sel-sel granulosa. Kebanyakan penderitanya
wanita dan sering menunjukkan kario-tipe yang abnormal dengan mengandung
khromosom Y. Gonadoblastoma mempunyai potensi untuk menjadi ganas.
4) Tumor-Tumor yang berasal dari Stroma Ovarium
a) Sarkoma Ovarium
Tumor ganas ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Sarkoma teratoid : sering terdiri dari elemen-elemen tanpa diferensi, akan tetapi
unsur-unsur teratoid masih dapat dikenal. Tumor tumbuh cepat dengan
prognosis jelek.
2) Stromal Sarkoma : berasal dari jaringan mesenkhim dan dapat ditemukan dalam
2 jenis : 1) Stroma-cell sarkoma, dan 2) Leiomiosarkoma. Prognosis umumnya
baik, apabila tumor belum meluas pada waktu operasi dilakukan.
3) Sarkoma paramesonefrik : merupakan mixed mesodermal tumor, terdiri atas
sel-sel epitel yang tersusun tidak rata dan stroma yang berproliferasi cepat.
Tumor biasanya ditemukan pada wanita usia lanjut, tumbuh cepat dan dapat
menimbulkan rasa nyeri di perut bagian bawah. Penyebaran sel-sel tumor juga
cepat secara hematogen.
b) Karsinoma Ovarium Metastatik
Karsinoma ini biasanya bilateral dan solid. Tumor primernya berasal dari korpus
uterus, usus-usus, mamma atau kelejar tiroid. Termasuk dalam golongan ini adalah
Tumor Krukenberg yang mempunyai gambaran mikroskopik khas, berupa sel-sel
yang menyerupai cincin signet di tengah-tengah stroma. Sebagian besar dari Tumor
Krukenberg adalah metastatis dari karsinoma ventrikuli (gaster).
c. Penyebaran
Tumor ganas ovarium menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta, mediastinal,
dan supraklavikular, untuk seterusnya menyebar ke alat-alat yang jauh, terutama paru-
paru, hati dan otak.
d. Penetapan tingkat klinis keganasan
UICC Kriteria FIGO
T1 Terbatas pada ovarium I
Tia Satu ovarium, tanpa ascites Ia
Tib Kedua ovarium, tanpa ascites Ib
Tic Satu/ dua ovarium, ada ascites Ic
T2 Dengan perluasan ke panggul II
T2a Uterus dan/ atau tuba, tanpa ascites IIa
T2b Jaringan panggul lainnya, tanpa ascites IIb
T2c Jaringan panggul lainnya, dengan ascites IIc
T3 Perluasan ke usus halus/ omentum dalam panggul, III
atau penyebaran intraperitoneal/ kelenjar
retraperitoneal
M1 Penyebaran ke alat-alat jauh IV

e. Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas 3 gejala/ tanda yang biasanya muncul dalam perjalanan
penyakitnya yang sudah agak lanjut :
1) Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan infiltrasi ke
jaringan sekitar,
2) Gejala diseminasi/ penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi peritoneal dan
bermanifestasi adanya ascites
3) Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminisasi, maskulinisasi atau
hiperestrogenisme, intensitas gejala ini sangat bervariasi dengan tipe histologik
tumor dan usia penderita.
Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan mendapatkan tumor atau masa,
di dalam panggul dengan bermacam-macam konsistensi mulai dari yang kistik sampai
yang solid (padat). Pemakaian USG (Ultra Sono Graphy) dan CTscan (Computerised
axial Tomography scanning) dapat memberi informasi yang berharga mengenai ukuran
tumor dan perluasannya sebelum pembedahan. Laparotomi eksploratif disertai biopsi
potong beku (Frozen section) masih tetap merupakan prosedur diagnostik paling berguna
untuk mendapat gambaran sebenarnhya mengenai tumor dan perluasannya seta
menentukan strategi penanganan selanjutnya.
f. Terapi Tumor Ganas Ovarium
Pada tingkatan awal, prosedur adalah TAH + BSO + OM + APP (optional). Luas
prosedur pembedahan ditentukan oleh insidensi dari seringnya penyebaran ke sebelah
yang lain (bilateral) dan kecenderungan untuk menginvasi badan rahim (korpus uteri).
Tindakan konservatif (hanya mengangkat tumor ovariumnya saja : oophorektomi atau
oophoro kistektomi) masih dapat dibenarkan jika tingkat klinik penyakit T1a, wanita
masih muda, blum mempunyai anak, derajat keganasan tuor rendah seperti
disgerminoma, tumor sel granulosa, dan arrhenoblastoma atau low potential malignancy
= bordeline malignancy.
1) Radioterapi
Sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik TI dan T2
(FIGO: Tingkat I dan II), yang diberikan kpada panggul saja atau seluruh rongga
perut. Pada tingkat klinik T3 dan T4 (FIGO: tingkay III dan IV) dilakukan debulking
dilanjutkan dengan khemoterapi. Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa,
hanya efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti
disgerminoma dan tumor sel granulosa.
2) Khemoterapi
Sekarang telah mendapat tempat yang diakui dalam penanganan tumor ganas
ovarium. Sejumlah obat sitostatika telah digunakan, termasuk agens alkylating
(seperti cyclophospamide, chlorambucil), antimetabolit (seperti Adriamisin) dan
agens lain (seperti Cis-Platinum). Penanganan paliatif tumor ganas ovarium sering
menggunakan preparat hormon progestativa.
3) Komplikasi
Obstruksi usus merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kasus tingkatan
lanjut yang dikelola dengan melakukan reseksi usus sekali atau beberapa kali untuk
membuat by pass bila kondisi penderita mengizinkan.
5) Second-look laparotomi
Untuk memastikan keberhasilan penanganan dengan radioterapi atau khemoterapi,
lazim dilakukan laparotomi kedua, bahkan kadang sampai ketiga (third-look
laparotomi). Hal ini memungkinkan kita membuat penilaian akurat proses penyakit,
hingga dapat menetapkan strategi pengobatan selanjutnya. Bisa dihentikan atau perlu
dilanjutkan dengan alternatif pengobatan lain.
g. Neoplasma Ovarium yang jarang
Teratoma ovarium (termasuk Tumor sinus Endodermal). Menarik perhatian karena
pekanya terhadap khemoterapi dan hubungannya dengan petanda tumor (tumor marker)
AFP (Alfa Feto-protein). Petanda tumor ini sangat berguna untuk diagnosis maupun
pemantauan (monitoring) dan penanganan/ pengobatan.
Tumor yang mensekresi endokrin adalah penting karena mereka dapat
menampakkan diri dengan kelainan-kelainan endokrin, dan pengobatannya mungkin
akan sangat efektif dengan mengendalikan gejala-gejalanya.
Pengamatan lanjut
Untuk tumor ganas ovarium skema/ bagan pengamatan lanjut (follow up control)
adalah sebagai berikut :
1) Sampai 1 tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan,
2) Kemudian sampai 3 tahun setelah penanganan, setiap 4 bulan,
3) Kemudian sampai 5 tahun setlah penanganan, setipa 6 bulan,
4) Seterusnya setiap setahun sekali.
Konsep tatalaksana kanker ovarium
Predisposisi : Keluhan utama :
1) Kista pada anak/remaja 1) Tanpa keluhan
2) Kista usia lanjut 2) Kista cepat besar
3) Kista di atas 45 tahun 3) Stadium lanjut :
4) Ovarium masih teraba pada  Kahesia
menopause  Tumor pada abdomen
 Asites
Pemeriksaan kanker ovarium :
Inspeksi : Pemeriksaan palpasi : Pemeriksaan palpasi :
1) Terlihat tumor pada 1) Teraba tumor 1) Terasa teraba tumor
abdomen 2) Nerbenjol-benjol abdomen
2) Pembuluh darah 3) Gerak terbatas 2) Padat kenyal gerak
prominen 4) Terdapat asites terbatas
3) Badan atas 5) Konsitensi:padat 3) Ovarium masih teraba
kurus,edema tungkai kenyal setelah menopause

III. PENCEGAHAN DINI KANKER SERVIKS


A. Skrining
Mencegah kanker serviks dapat dilakukan dengan mendeteksi secara dini,
tujuannya adalah untuk menemukan lesi pra kanker dan kanker stadium awal. Saat ini
terdapat beberapa cara alternatif untuk skrining kanker serviks yaitu :

1) Kalposkopi digunakan sebagai alat pemeriksaan awal dan lebih sering digunakan
untuk pemeriksaan lanjutan dari hasil test pap smear yang abnormal. Namun,
kalposkopi jarang digunakan karena biayanya yang mahal, kurang praktis dan
memerlukan biopsi
2) Servikografi merupakan pemeriksaan untuk melihat kelainan porsio. Untuk
membuat foto pembesaran porsio dipulas dengan menggunakan asam asetat 3 –
5%.
3) Pap net (dengan komputerisasi) merupakan slide pemeriksaan pap smear untuk
mengidentifikasi sel yang abnormal dibantu dengan menggunakan komputerisasi.
4) Tes molecular HPV – DNA membuktikan bahwa 90% kandiloma serviks, NIS dan
kanker serviks mengandung HPV – DNA.
5) Inspeksi visual dengan asam asetat ( IV A) menjadi metode skrining alternative
yang mudah untuk diaplikasikan diberbagai Negara. Pada umumnya metode IVA
mudah, praktis, alat yang digunakan sederhana, dapat dilakukan oleh petugas
kesehatan bukan dokter dan metode ini sesuai dengan pusat pelayanan kesehatan
yang sederhana. Untuk pemeriksaan serviks dengan IVA, awalnya dengan
menggunakan speculum yang sudah diolesi oleh asam asetat 3 – 5%. Pada lesi pra
kanker akan terlihat bercak berwarna putih yang disebut aceto white epithelium,
maka dapat disimpulkan bahwa dari bercak putih hasil test adalah IVA positif
sehingga dapat ditindak lanjuti dengan melakukan biopsi.
Tiap – tiap metode skrining dapat dikaji dari segi keefektifannya, kepraktisan,
kemudahan dan dari tersedianya sarana. Perbandingan dari kualitas metode skrining
dapat dilihat pada tabel.
Perbandingan Metode Skrining Pap Smear
Metode Praktis Mampu
Efektifitas Tersedia
Skrining Laksana Sarana
+ +/- +/- +/-
Tes Pap Smear
+ + + +
IVA
+/- + + +/-
IVAB
+ +/- - +/-
Kalposkopi
+/- + - -
Servikografi
+/- + - +/-
Pap Net
+/- + - -
Tes HPV

Dari berbagai metode alternatif untuk skrining kanker serviks, metode


pemeriksaan yang paling utama dan dianjurkan untuk deteksi dini kanker serviks adalah
pemeriksaan papaniculou smear atau yang dikenal dengan pap smear. Pap smear tidak
hanya perlu dilakukan sekali seumur hidup tetapi perlu dilakukan secara berkala setelah
wanita berusia 40 tahun. World Health Organization (WHO) menyarankan skrining pap
smear minimal satu kali selama hidup pada umur 35 – 40 tahun. Apabila fasilitas terbatas,
skirining setiap 10 tahun pada umur 35 – 50 tahun, fasilitas tersedia mencukupi setiap 5
tahun pada umur 35 – 55 tahun, dan fasilitas ideal setiap 3 tahun pada umur 25 – 60
tahun. Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan berupa cost and effectiveness.
Sedangkan the American cancer society menyarankan pemeriksaan skirining
rutin dilakukan pada wanita yang tidak menunjukkan gejala, sejak usia 20 tahun atau
lebih, atau kurang dari 20 tahun bila secara seksual sudah aktif. Pemeriksaan dilakukan
2 kali berturut – turut dan bila negatif ,pemeriksaan berikutnya paling sedikit setiap 3
tahun sampai berusia 65 tahun. Pada wanita resiko tinggi atau pernah mendapat hasil
abnormal harus diperiksa setiap tahun.
Manfaat skrining di Negara maju terbukti mampu menurunkan angka kematian
akibat kanker serviks 50% sampai 60% dalam kurun waktu 20 tahun. Sayangnya,
program skrining di Indonesia masih belum memasyarakat. Kebijakan pemerintah dalam
penanggulangan kanker di arahkan pada peningkatan cakupan dan mutu pelayanan
fasilitas kesehatan dan menurunkan angka kesakitan serta kematian akibat kanker.
B. Pap Smear
1. Perkembangan Pap Smear
Pada tahun 1924, George N. Papinocolou mempelajari perubahan hormon
dengan memeriksa eksfoliasi sel vagina. Secara tidak sengaja diamati tingginya sel –
sel abnormal pada sediaan dari pasien dengan kanker serviks. Penemuan ini
merupakan awal dari digunakannya pap smear untuk skrining kanker serviks,
penggunaan papsmear untuk skrining secara masal baru dimulai pada tahun 1949di
British Columbia dan kemudian secara luas digunakan di Amerika Serikat pada tahun
1950. Sedangkan di Indonesia, perkembangan pap smear di mulai pada tahun 1970
dan dipopulerkan di beberapa kota besar seperti Surabaya, Yogyakarta ,Bandung,
Jakarta, Medan, Palembang, Padang, Denpasar, Ujungpandang dan Manado.
2. Test Pap Smear
Diagnosis penyakit kanker serviks pada stadium lanjut didasarkan atas adanya
keluhan pendarahan atau keputihan yang terus – menerus. Pada pemeriksaan dalam
terlihat perubahan bentuk pada daerah mulut rahim yang berbenjol tidak teratur serta
sangat rapuh sifatnya. Pada stadium dini gambaran semacam ini belum nampak,
sehingga diperlukan pemeriksaan khusus. Pemeriksaan yang sederhana, aman namun
memiliki kepekaan yang tinggi adalah dengan pap smear.
Pap smear adalah pemeriksaan sitologik epitel porsio (vagina ) dan serviks
untuk menentukan adanya perubahan keganasan di porsio atau serviks dan digunakan
dalam penemuan dini kanker serviks. Atau pap smear merupakan skrining yang
paling sederhana, praktis, akurat, ekonomis, dapat dikerjakan dengan cepat, tidak
sakit dan tidak merusak jaringan serta mudah diulang jika diperlukan. Cara untuk
pemeriksaan lendir serviks yang diambil dengan menggunakan spatula (gabungan
spatula dan sikat kecil) yang dinamakan cytobrush
Pemeriksaan pap smear bertujuan untuk mengetahui adanya sel – sel abnormal
di leher rahim sehingga dapat mencegah terjadinya kanker serviks. Pemeriksaan pap
smear terbukti dapat menurunkan mortalitas kanker serviks. Adapun prinsip dasar
pap smear antara lain :
1) Epitel permukaan selalu mengelupas (eksfoliasi) dan diganti lapisan epitel bawah
2) Epitel permukaan merupakan gambaran keadaan jaringan di bawahnya juga. Sel
yang berasal dari eksfoliasi serviks diambil dan diwarnai secara khusus, sel – sel
yang abnormal dapat terlihat dibawah mikroskop.
Salah satu cara untuk mengurangi angka negatif palsu dari test pap smear adalah
dengan melakukan pemeriksaan kolposkopi selain melakukan pemeriksaan test pap
smear. Adapun anjuran untuk melakukan pemeriksaan pap smear adalah sebagai
berikut :
1) Setiap tahun untuk perempuan yang berusia diatas 35 tahun
2) Setiap tahun untuk perempuan yang berganti – ganti pasangan seksual atau
pernah menderita infeksi HPV atau kutil kelamin
3) Setiap tahun untuk perempuan yang memakai pil KB
4) Setiap 2 – 3 tahun untuk perempuan berusia diatas 35 tahun jika 3 kali pap smear
berturut – turut menunjukkan hasil negatif atau untuk perempuan yang telah
menjalani histerektomi bukan karena kanker
5) Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal
6) Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker
serviks
3. Alat – alat yang diperlukan untuk pengambilan test Pap Smear
Alat yang digunakan pada pemeriksaan pap smear sebagai berikut :
1) Formulir konsultasi sitologi
2) Spatula ayre yang dimodifikasikan dan cytobrush
3) Kaca benda yang satu sisinya telah diberikan tanda atau tabel
4) Spekulum cocor bebek (grave’s) kering
5) Tabung berisi larutan fiksasi alkohol 96%
4. Cara pemeriksaan Pap Smear
Pemriksaan skrining dengan pap smear sangat aman karena hanya diambil getah
lendir di mulut rahim menggunakan alat (spatula) yang tidak merusak. Getah lendir
dioleskan pada kaca objek dan sudah diwarnai akan diperiksa dibawah mikroskop.
Gambaran sel yang terdapat dalam getah lendir tersebut dapat menunjukkan apakah
sudah terkena penyakit keganasan ini pada stadium ini. Untuk memastikan diagnosa
harus dilakukan biopsi jaringan mukosa dinding rahim dan selanjutnya diperiksa
dibawah mikroskop. Untuk pengobatan sangat tergantung pada stadium penyakit yaitu
dapat berupa penyinaran radium sampai harus dilakukan operasi pengangkatan rahim.

5. Hasil pemeriksaan test Pap Smear


1) Infeksi
Infeksi paling sering bersarang dimulut rahim, sebagian besar tanpa adanya gejala,
namun sebagian dikenali dengan adanya keluhan berupa keputihan untuk itu perlu
dilakukan pemeriksaan ulang pap smear 6 bulan kemudian untuk melihat dan
mengevaluasi apakah radang di mulut rahim sudah sembuh. Selang infeksi
servisitis, hasil pap smear dapat juga trikomoniasis dan kandidasi yang disebabkan
oleh infeksi menular seksual (IMS) dengan keluhan yang sama yaitu keputihan
yang disertai bau dengan rasa gatal.
2) Atytical Squamous Cells of Undetermined Significance (ASCUS)
Merupakan sedikit kelainan di sel – sel leher rahim yang belum jelas, maka
diperlukan pemeriksaan pap smear setiap 6 bulan selama 2 tahun untuk
memastikan dilanjutkan dengan pemeriksaan HPV dan DNA. Apabila ASCUS
disertai oleh infeksi HPV dan faktor resiko maka dilakukan kalposkopi biopsi
untuk histopatologi. ASCUS dengan diplansia ringan, dilakukan test HPV. Apabila
HPV negative atau positif diulangi 6 bulan. Apabila HPV positif pada lesi resiko
tinggi maka dilakukan konfirmasi kalposkopi dan histopologis.

IV. PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)


A. Pengertian
Menurut Rasjidi (2011) deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan melalui
beberapa cara, yaitu pemeriksaan secara klinis, maupun dengan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan klinis yang dianjurkan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang terlatih Clinical Breast Examination (CBE) ataupun dilakukan sendiri (di kenal
sebagai SARARI atau pemeriksaan payudara sendiri). SADARI efektif dilakukan
dalam waktu 5 menit. Kanker payudara lebih mudah diobati dan bisa disembuhkan jika
masih pada stadium dini. Pemeriksaan payudara secara klinis dan mammografi
merupakan prosedur pendeteksian kanker secara dini.
SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri untuk mendeteksi dini kanker
payudara pada setiap wanita.Sedangkan menurut Rasjidi, SADARI adalah pemeriksaan
payudara sendiri yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker payudara. Kemudian
menurut Nurchasanah (2010), SADARI adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh setiap
wanita untuk mencari benjolan atau kelainan pada payudara.
Ketika seorang wanita telah mencapai masa pubertas dan mulai mengalami
perkembangan pada payudaranya, pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) perlu
dilakukan. Hal ini memberikan kesempatan kepada seorang wanita untuk memahami
tubuhnya sendiri dan membentuk kebiasaan yang baik untuk masa depan nantinya.
B. Tujuan SADARI
Tujuan utama deteksi dini kanker payudara adalah untuk mendeteksi secara dini
terdapat benjolan pada payudara (Nurcahyo, 2010). Sedangkan menurut Sandina
(2011) tujuan dilakukan sadari adalah untuk menemukan kanker dalam stadium dini
sehingga pengobatannya menjadi lebih baik.
C. Cara Pemeriksaan Payudara Sendiri
1. Melihat
Buka baju dan berdiri tegak didepan cermin dengan kedua bahu lurus dan lengan
di pinggang. Perhatikan ada tidaknya perubahan ukuran dan bentuk dari payudara
(bentuknya membesar atau mengeras, berlekuk, ada kerutan pada kulit atau tidak).

Gambar 1. Melihat

2. Menilai
Angkat tangan diatas kepala dan lihat ada atau tidaknya perubahan ukuran, bentuk
serta letak dari payudara anda.

Gambar 2. Menilai
3. Memijat
Pijat daerah sekitar putting, pelan-pelan perhatikan apakah ada yang berbeda atau
tidak, seperti keluar cairan yang tidak normal seperti keluar nanah dari puting susu,
dibawah payudara terdapat benjolan atau tidak. Lakukan pada payudara yang
satunya.

Gambar 3. Memijat

4. Meraba Ketiak
Setelah itu raba ketiak dan area disekitar payudara. Tekan payudara memutar
searah jarum jam dengan bidang datar dari jari-jari yang dirapatkan, dimulai dari
posisi jam 12.00 pada tepi luar payudara, putar belahan kebagian dalam dan
diakhiri pada bagian putting susu. Ketika menekan, periksa berlahan ada benjolan
atau tidak pada permukaan kulit, tengah-tengah jaringan payudara dan didasar
payudara, saat meraba terasa nyeri atau tidak.

Gambar 4. Meraba Ketiak

5. Menekan
Baringkan tubuh dengan punggung disangga bantal dan salah satu tangan dibagian
kepala. Gunakan 3 ujung jari tengah yang dirapatkan untuk merasakan seluruh
permukaan payudara dengan menekan. Lakukan untuk payudara yang satunya.
Bila dalam pemeriksaa payudara sendiri ini menemukan suatu kelainan (misal
benjolan, sekecil apapun), segera periksa kedokter. Jangan takut dan tunda lagi,
karena kanker payudara yang ditemukan pada tahap dini dan ditangani secara benar
dapat sembuh secara tuntas (Kasdu, 2005).

Gambar 5. Menekan

6. Waktu Pelaksanaan SADARI


Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan sebulan sekali. Para wanita
yang sedang haid sebaiknya melakukan pemeriksaan pada hari ke-5 sampai ke-7
setelah masa haid bermula, ketika payudara mereka sedang mengendur dan terasa
lebih lunak.
Jika menemukan adanya benjolan atau perubahan pada payudara yang
membuat diri Anda resah, segera konsultasikan ke dokter. Jika dokter
menginformasikan bahwa hasil pemeriksaannya menunjukkan tidak adanya
kelainan tapi Anda masih tetap resah, Anda bisa meminta kunjungan lanjutan.
Anda juga bisa meminta pendapat kedua dari seorang dokter spesialis. Para wanita
yang telah berusia 20 tahun dianjurkan untuk mulai melakukan SADARI bulanan
dan Clinical Breast Examination (CBE) tahunan, dan harus melakukan
pemeriksaan mamografi setahun sekali bila mereka telah memasuki usia 40 tahun
(Rasjidi, 2010).

Anda mungkin juga menyukai