Anda di halaman 1dari 9

2.

2      INTRAUTERINE FETAL DEATH (IUFD)

2.2.1        Definisi

Menurut WHO dan The American Collage of Obstetricians and Gynecologistsintra


uterine fetal deadth (IUFD) atau kematian janin dalam rahim adalah janin yang mati
dalam dalam rahim dengan berta badan 500 gram atau lebih atau kematian janin
dalam rahimpada kehamilan 20 minggu atau lebih.kematian janin merupakan hasil
dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau infeksi. (Edisi IV. Jakarta,
2012:Penerbit Buku Ilmu Kebidanan).

IUFD adalah kematian intrauterin sebelum seluruh produksi konsepsi manusia


dikeluarkan, ini tidak diakibatkan oleh aborsi terapeutik atau kematian janin juga
disebut kematian intrauterin dan mengakibatkan kelahiran mati. (Wiknjosastro,
Hanifa. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP).

IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari
rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. (Sarwono, 2005).

2.2.2 Etiologi

Pada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat
disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta.

1.      Faktor maternal

Post term (>42 minggu) diabetes melitus tidak terkontrol, sistematik lupus
eritematotus, infeksi, hipertensi, preeklamsi, eklampsia, hemoglobinopati, umur ibu
tua, penyakit rhesus, ruptura uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu,
kematian ibu
2.      Faktor fetal

Hamil kembar, hamil tumbuh terambat, kelainan kongenital, kelainan genetik, dan
infeksi.

3.      Faktor plasental

Kelaianan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini, vasa previa. Faktor risiko
terjadinya kematian janin intra uterin meningkat pada usia ibu > 40 tahun, pada ibu
infertil, kemokonsentrasi pada ibu (ureplasma irealitikum), kegemukan, ayah berusia
lanjut.

Untuk diagnosis pasti penyebab kematian sebaiknya dilakukan otopsi janin dan
pemeriksaan plasenta serta selaput. Diperlukan evaluasi secara komprehensif untuk
mencari penyebab kematian janin termasuk analisis kromosom, kemungkinan
terpapar infeksi untuk mengantisipasi kehamilan selanjutnya. Pengelolaan kehamilan
selanjutnya bergantung pada penyebab kematian janin. Meskipun kematin janin
berulang jarang terjadi, demi kesejahteraan keluarga pada kehamilan berikut
diperlukan pengelolaan yang lebih ketat tentang kesejahteraan janin.    Pemantauan
kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan anamnesis, dinyatakan aktivitas gerakan
janin pada ibu hamil, bila mencurigakan dapat dilakukan pemeriksaan kardiotokograf.

2.2.2        Diagnosis

Riwayat dan pemeriksaan fisik sangat terbatas nilainya dalam membuat diagnosis
kematian janin. Umumnya penderita hanya mengeluh gerakan janin berkurang. Pada
pemeriksaan fisik tidak terdengar denyut jantung janin. Diagnosis pasti ditegakkan
dengan pemeriksaan ultrasound, dimana tidak tampak adanya gerakan jantung janin.
Pada amamnesis gerakan menghilang. Pada pemeriksaan pertumbuhan janin tidak
ada, yang terlihat tinggi fundus uteri menurun, berta badan ibu menurun, dan lingkar
perut ibu mengecil.

Dengan fetoskop dengan dopler tidak dapat didengar dengan adanya bunyi jantung
janin. Dengan sarana penunjang diagnostik lain yaitu USG, tampak gambaran janin
tanpatanda kehidupan. Dengan radiologik setelah 5 hari tampak tulang kepala kolaps,
tulang kepala saling tumpang tindih (gejala spalding) tulang belakang hiperrefleksi,
edema siktar tulang kepala; tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah.
Pemeriksaan HCG urin menjadi negatif setelah beberapa hari kematian janin.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah trauma psikis ibu ataupun keluara, apalagi bila
waktu antara kematian janin dan persalinan berlangsung lama. Bila terjadi ketuban
pecah dapat terjadi infeksi. Terjadi koagulopati bila kematian janin lebih dari 2
minggu.

2.2.3 Faktor predisposisi IUFD

A .Factor Ibu (High Risk Mothers) :

1.status sosial ekonomi yang rendah

2. tingkat pendidikan ibu yang rendah

3. umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun

4. paritas pertama atau paritas kelima atau lebih

5. tinggi dan BB ibu tidak proporsional

6. kehamilan di luar perkawinan

 7. kehamilan tanpa pengawasan antenatal

8. ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan


B.Factor Bayi (High Risk Infants) :

1.   bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital

1.      bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)

2.      bayi dalam keluarga yang mempunyai problema social

C. Factor Yang Berhubungan Dengan Kehamilan

1. abrupsio plasenta

 2. plasenta previa

3. preeklamsi / eklamsi

4. polihidramnion

5. inkompatibilitas golongan darah

6. kehamilan lama

7. kehamilan ganda

8. infeksi

9. diabetes

10. genitourinaria

2.2.5        Tanda dan gejala

1.Terhentinya pertumbuhan uterus, atau penurunan TFU

2.      Terhentinya pergerakan janin

3.      Terhentinya denyut jantung janin

4.      Penurunan atau terhentinya peningkatan berat badan ibu.

5.      Perut tidak membesar tapi mengecil dan terasa dingin


6.      Terhentinya perubahan payudara

2.2.6        Komplikasi

1.          Trauma emosional yg cukup berat terjadi bila waktu antara kematian janin
dan persalinan cukup lama

2.         Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah

3.            Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung lebih dari 2minggu.

4.            Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak


membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan
darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar. Kematian janin akan menyebabkan
desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan tromboplastin masuk kedalam
peredaran darah ibu, pembekuan intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh
darah oleh trombosit terjadilah pembekuan darah yang meluas menjadi Disseminated
intravascular coagulation hipofibrinogenemia (kadarfibrinogen <100mg%). Kadar
normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700 mg%. Akibat kekurangan
fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik postpartum. Partus biasanya berlangsung 2-
3 minggu setelah janin mati. 

2.2.7        Penanganan

Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan ketakutan
memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai
motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima segala
kemungkinan yang ada. Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi
dengan dokter spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen,
maka bidan seharusnya melakukan rujukan.
Menunggu persalinanspontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al
(1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin
setelah diagnosis kematian in utero. Mereka menemukan hubungan kuat antara
menunggu lebih dari 24 jam sebelum permulaan persalinandengan gejala kecemasan.
Maka sering dilakukan terminasi kehamilan.

Pengakhiran kehamilan  jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu kehamilan.


Persiapan:

A.    Keadaan memungkinkan yaitu Hb> 10 gr%, tekanan darah baik.Dilakukan


pemeriksaan laboratorium, yaitu:pemeriksaan trombosit, fibrinogen, waktu
pembekuan, waktu perdarahan, dan waktu protombin.Tindakan:

1.      Kuretasi vakum

2.      Kuretase tajam

3.      Dilatasi dan kuretasi taja

B.     Pengakhiran kehamilan  jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu sampai 20


minggu maka akan diberi :

1.      misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah


pemberian pertama.

2.      Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya.

3.      Kombinasi pematangan batang laminaria dengan misoprostol atau pemberian


tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes -60tetespermenit.
Catatan: dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan.

C.     Pengakhiran kehamilan  jika lebih dari 20 – 28 minggu

1.Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah


pemberian pertama.

2.Pemasangan batang laminaria selama 12 jam.


3.Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai
maksimal 60 tetes per menit.

4.Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup maupun janin mati.

5.Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin mati.


Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melairkan pervaginam dianggap tidak
berhasil atau atas indikasi ibu, dengan sepengetahuan konsulen.

D.    Pengakhiran kehamilan  jika lebih dari 28 minggu kehamilan

1. Misoprostol 50 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah


pemberian pertama.

2 .Pemasangan metrolisa 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk pematangan serviks


(tidak efektif bila dilakukan pada KPD).

3. Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit


sampai maksimal 60 tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk grande
multigravida sebanyak 2 labu.

4. Kombinasi ketiga cara diatas.

Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan pervaginam tidak berhasil, atau bila
didapatkan indikasi ibu maupun janin untuk menyelesaikan persalinan.

 
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang mengalami
kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang sesuai dengan
usia kehamilannya.Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth
Restriction adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan
janin yang mengakibatkan berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari usia
kehamilannya. intra uterine fetal deadth (IUFD) atau kematian janin dalam rahim
adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada
usia kehamilan 28 minggu ke atas atau berat janin 1000 gram. IUFD adalah kematian
intrauterin sebelum seluruh produksi konsepsi manusia dikeluarkan, ini tidak
diakibatkan oleh aborsi terapeutik atau kematian janin juga disebut kematian
intrauterin dan mengakibatkan kelahiran mati. 

1.2  Saran

Setelah membaca makalah ini sebaiknya perlu peningkatan pemahaman untuk lebih
mampu menangani masalah IUGR dan IUFD. Terutama pada ibu-ibu hamil
sebaiknya memeriksakan kesehatan kehamilannya secara rutin minimal 4 kali selama
kehamilan agar bisa dideteksi secara dini bila ada kelainan pada janinnya, dan kepada
petugas kesehatan agar senantiasa meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya
untuk menurunkan angka mortalitas ibu dan anak, serta bagi kita sebagai mahasiswa
agar lebih sungguh-sungguh belajar.

Anda mungkin juga menyukai