2.2.1 Definisi
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari
rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. (Sarwono, 2005).
2.2.2 Etiologi
Pada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat
disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta.
1. Faktor maternal
Post term (>42 minggu) diabetes melitus tidak terkontrol, sistematik lupus
eritematotus, infeksi, hipertensi, preeklamsi, eklampsia, hemoglobinopati, umur ibu
tua, penyakit rhesus, ruptura uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu,
kematian ibu
2. Faktor fetal
Hamil kembar, hamil tumbuh terambat, kelainan kongenital, kelainan genetik, dan
infeksi.
3. Faktor plasental
Kelaianan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini, vasa previa. Faktor risiko
terjadinya kematian janin intra uterin meningkat pada usia ibu > 40 tahun, pada ibu
infertil, kemokonsentrasi pada ibu (ureplasma irealitikum), kegemukan, ayah berusia
lanjut.
Untuk diagnosis pasti penyebab kematian sebaiknya dilakukan otopsi janin dan
pemeriksaan plasenta serta selaput. Diperlukan evaluasi secara komprehensif untuk
mencari penyebab kematian janin termasuk analisis kromosom, kemungkinan
terpapar infeksi untuk mengantisipasi kehamilan selanjutnya. Pengelolaan kehamilan
selanjutnya bergantung pada penyebab kematian janin. Meskipun kematin janin
berulang jarang terjadi, demi kesejahteraan keluarga pada kehamilan berikut
diperlukan pengelolaan yang lebih ketat tentang kesejahteraan janin. Pemantauan
kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan anamnesis, dinyatakan aktivitas gerakan
janin pada ibu hamil, bila mencurigakan dapat dilakukan pemeriksaan kardiotokograf.
2.2.2 Diagnosis
Riwayat dan pemeriksaan fisik sangat terbatas nilainya dalam membuat diagnosis
kematian janin. Umumnya penderita hanya mengeluh gerakan janin berkurang. Pada
pemeriksaan fisik tidak terdengar denyut jantung janin. Diagnosis pasti ditegakkan
dengan pemeriksaan ultrasound, dimana tidak tampak adanya gerakan jantung janin.
Pada amamnesis gerakan menghilang. Pada pemeriksaan pertumbuhan janin tidak
ada, yang terlihat tinggi fundus uteri menurun, berta badan ibu menurun, dan lingkar
perut ibu mengecil.
Dengan fetoskop dengan dopler tidak dapat didengar dengan adanya bunyi jantung
janin. Dengan sarana penunjang diagnostik lain yaitu USG, tampak gambaran janin
tanpatanda kehidupan. Dengan radiologik setelah 5 hari tampak tulang kepala kolaps,
tulang kepala saling tumpang tindih (gejala spalding) tulang belakang hiperrefleksi,
edema siktar tulang kepala; tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah.
Pemeriksaan HCG urin menjadi negatif setelah beberapa hari kematian janin.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah trauma psikis ibu ataupun keluara, apalagi bila
waktu antara kematian janin dan persalinan berlangsung lama. Bila terjadi ketuban
pecah dapat terjadi infeksi. Terjadi koagulopati bila kematian janin lebih dari 2
minggu.
1. abrupsio plasenta
3. preeklamsi / eklamsi
4. polihidramnion
6. kehamilan lama
7. kehamilan ganda
8. infeksi
9. diabetes
10. genitourinaria
2.2.6 Komplikasi
1. Trauma emosional yg cukup berat terjadi bila waktu antara kematian janin
dan persalinan cukup lama
2.2.7 Penanganan
Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan ketakutan
memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai
motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima segala
kemungkinan yang ada. Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi
dengan dokter spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen,
maka bidan seharusnya melakukan rujukan.
Menunggu persalinanspontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al
(1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin
setelah diagnosis kematian in utero. Mereka menemukan hubungan kuat antara
menunggu lebih dari 24 jam sebelum permulaan persalinandengan gejala kecemasan.
Maka sering dilakukan terminasi kehamilan.
1. Kuretasi vakum
2. Kuretase tajam
4.Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup maupun janin mati.
Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan pervaginam tidak berhasil, atau bila
didapatkan indikasi ibu maupun janin untuk menyelesaikan persalinan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang mengalami
kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang sesuai dengan
usia kehamilannya.Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth
Restriction adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan
janin yang mengakibatkan berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari usia
kehamilannya. intra uterine fetal deadth (IUFD) atau kematian janin dalam rahim
adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada
usia kehamilan 28 minggu ke atas atau berat janin 1000 gram. IUFD adalah kematian
intrauterin sebelum seluruh produksi konsepsi manusia dikeluarkan, ini tidak
diakibatkan oleh aborsi terapeutik atau kematian janin juga disebut kematian
intrauterin dan mengakibatkan kelahiran mati.
1.2 Saran
Setelah membaca makalah ini sebaiknya perlu peningkatan pemahaman untuk lebih
mampu menangani masalah IUGR dan IUFD. Terutama pada ibu-ibu hamil
sebaiknya memeriksakan kesehatan kehamilannya secara rutin minimal 4 kali selama
kehamilan agar bisa dideteksi secara dini bila ada kelainan pada janinnya, dan kepada
petugas kesehatan agar senantiasa meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya
untuk menurunkan angka mortalitas ibu dan anak, serta bagi kita sebagai mahasiswa
agar lebih sungguh-sungguh belajar.