OBSTETRI
Pembimbing :
Dr. Askan, Sp.OG, M.MKes.
Oleh :
EKA NUR ASIA, S. Ked
08700332
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kebesaran Allah SWT telah menciptakan keanekaragaman
ilmu pengetahuan alam semesta ini. Dan karena rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan referat ini.
Telah kita pelajari sebelumnya ilmu-ilmu di bumi ini selagi kita kecil sampai
dengan beranjak dewasa, tugas ini disusun berdasarkan literatur-literatur ilmu
kandungan dan kebidanan.
Penyelesaian dari referat ini tidak terlepas dari peran serta dari berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan kali ini izinkanlah
penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan referat ini.
Semoga Allah SWT membalasnya dengan memberikan imbalan yang
setimpal. Setiap manusia pasti memiliki kesalahan. Begitu pula dengan buah karya
dari tangan manusia itu sendiri yang masih memerlukan beberapa perbaikan dalam
pembuatan referat selanjutnya.
Karena itu penulis sangat memerlukan saran, kritik, dan komentar, agar dapat
dijadikan pedoman dalam pembuatan referat selanjutnya. Semoga referat ini dapat
berguna bagi para pembaca.
Penulis
PENDAHULUAN
Perawatan selama persalinan dan kehamilan yang telah diperbaiki dapat
mengurangi kematian maternal dan kematian perinatal. Perbaikan aspek sosial,
budaya,ekonomi,danpendidikan,dapatmembantumengatasi64persenpenyebab
kematianibu.Perbaikanpenangananklinis,dapatmengatasi36persenkematianibu.
Kesadaran masyarakat akan tandatanda bahaya pada kehamilan dan pengetahuan
mengenaikehamilanakanmeminimalkankegawatdaruratanobstetri,namunbanyak
kepercayaan tradisional dan praktek penundaan pengambilan keputusan untuk
mencari perawatan pada fasilitas kesehatan, masih dilakukan masyarakat. Faktor
medisadalahkenyataanbahwasuamidananggotaseniorkeluargatidakmengenal
adanyatandabahayaselamakehamilandanterjadinyaketerlambatanmenggunakan
fasilitasmedis.Fasilitasmedissepertipersediaandarahdirumahsakityangminim,
akan mempengaruhi proses selanjutnya pada kasuskasus tersebut. Faktor
kepercayaandantradisidisampingkeadaansosioekonomijugamemberisumbangan
kepadaterjadinyakeadaanfatalbagiibu.Faktormedisdannonmedismungkinjuga
mempengaruhi proses pengambilan keputusan pada kedaruratan medis yang
menyebabkankematian.(1)
Kematian pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara
berkembang. Di negara berkembang sekitar 25 50% kematian terjadi pada wanita
usia subur. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama kematian wanita
muda pada masa puncak produktivitasnya. Angka kematian ibu merupakan tolok ukur
untuk menilai keadaan pelayanan obstetri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi
berarti sistim pelayanan obstetri
KEGAWATDARURATAN OBSTETRI
Kegawatdaruratan obstetri adalah keaadaan pada kehamilan yang membutuhkan
penanganan segera atau keadaan pada kehamilan yang mengancam jiwa ibu. Dapat
terjadi pada awal kehamilan, kehamilan lanjut dan mendekati persalinan, saat
persalinan dan pasca persalinan. (3)
Kegawatdaruratan obstetri pada awal kehamilan(3):
abortus
Plasenta previa
Solusio plasenta
Rupture uteri
Eklampsia
Sepsis
retensio plasenta
atonia uteri
eklampsia
infeksi/sepsis
ABORTUS
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa
mempersoalkan
penyebabnya.
Bayi
mungkin
hidup
di
dunia
luar
tanpa
Klasifikasi abortus(4):
1. abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis
maupun mekanis.
2. abortus buatan, abortus provokatus, yaitu abortus buatan menurut kaidah ilmu
dan abortus buatan kriminal
Etiologi:
Faktor yang menyebabkan terjadinya abortus, yaitu(4,5):
1. faktor janin, yaitu gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin dan plasenta.
Biasanya yang menyebabkan abortus pada trimester pertama yaitu: kelainan
telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau kelainan
kromosom, embrio dengan kelainan lokal, abnormalitas pembetukan plasenta.
2. faktor maternal yaitu infeksi maternal dapat membawa risiko bagi janin yang
sedang berkembang, terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester
kedua, penyakit vaskular seperti hipertensi vaskular, kelainan endokrin, faktor
imunologis, trauma, kelainan uterus, dan faktor psikosomatik.
3. faktor eksterna seperti radiasi, obat-obatan antagonis asam folat, antikoagulan,
merokok, alkohol, caffeine dan lain-lain.
Patogenesis
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian
diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan nekrotik
pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut dan akhirnya perdarahan
pervaginam. Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian. Hal ini menyebabkan
kontraksi uterus dimulai dan segera itu setelah terjadi pendorongan benda asing itu
keluar rongga rahim. Pada abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling
lama 2 minggu sebelum perdarahan(4).
Sebelum minggu ke 10 hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Karena
villi korialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua hingga telur
mudah terlepas seluruhnya. Antara minggu ke 10-12 korion tumbuh dengan cepat dan
hubungan villi korialis dengan desidua makin erat mulai saat tersebut sering sisa-sisa
korion (plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus. Empat komponen pembeda masing2
abortus adalah : jumlah perdarahan, kolik rahim, pembukaan leher rahim dan ukuran
rahim. (4,5).
Gambaran klinis:
Abortus iminens
Threatened abortion, didiagnosis bila seseorang wanita hamil < 20 minggu
mengeluarkan darah sedikit pervagina. Pedarahan dapat belanjut beberapa hari atau
dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau punggung bawah. Setengah dari
abortus akan menjadi abortus komplit atau inkomplit(4).
Dasar diagnosis(4):
1. anamnesis yaitu perdarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut tidak ada
atau ringan
2. pemeriksaan dalam yaitu fluksus ada (sedikit)
3. pemeriksaan penunjang (hasil USG menunjukkan; buah kehamilan masih
utuh, ada tanda kehidupan, meragukan atau buah kehamilan mati
Pengobatan:
Bila kehamilan utuh, ada tanda kehidupan janin: bed rest selama 3x24 jam, bila kadar
progesteron < 5-10 nanogram, berikan preparat progesteron, no sexual intercourse,
penenang jika pasien gelisah, tokolitik (hystolan), antiprostaglandin (aspirin/aspilet),
asam folat (folaplus). Bila hasil USG meragukan, ulangi pemeriksaan USG 1-2
minggu, kemudian bila hasil USG tidak baik, evakuasi(4,5).
Abortus Insipiens
Abortus yang sedang berlangsung, ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang
keluar gumpalan darah yang disertai nyeri karena kontraksi rahim yang kuat dan
ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban
dapat teraba. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan merupakan
kontra indikasi Usaha untuk mempertahankan kehamilan akan sia2, untuk kehamilan
kurang 12 minggu dilakukan kuret dengan vakum maupun kuret biasa. Jika kehamilan
lebih dari 12 minggu, janin dilahirkan terlebih dulu dengan menginduksi
kehamilan/abortus. (4,5).
Dasar diagnosis(4):
1. anamnesis perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri/ kontraksi rahim
2. pemeriksaan dalam, ostium terbuka, buah kehamilan masih dalam rahim dan
ketuban utuh.
Pengobatan(4):
1. evakuasi
2. uterotonik pascaevakuasi
3. antibiotik selama 3 hari
Abortus inkomplit
Didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina,
tetapi sebagian tertinggal. Pada beberapa kasus perdarahn tidka banyak dan biasanya
serviks akan menutup kembali(4).
Dasar diagnosis:
1. anamnesis yaitu perdarahan dari jalan lahir, nyeri/kontraksi rahim ada, dan
bila perdarahan banyak dapat terjadi syok.
2. pemeriksaan dalam ostium terbuka, teraba sisa jaringan buah kehamilan.
Pengobatan(4):
1. perbaiki keadaan umum, bila ada syok, atasi syok, bila Hb < 8 gr% transfusi
2. evakuasi; digital, kuret
3. uterotonik
4. antibiotik selama 3 hari
Abortus Komplit
Kalau telur lahir lengkap, abortus disebut komplit. Kuret tidak perlu dilakukan.
Perdarahan akan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambatlambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena dalam masa ini luka
rahim telah sembuh dan epitelisas telah selesai. Bila masih ada perdarahan, pikirkan
abortus inkomplit atau endometritis(4).
Abortus tertunda (missed abortion)
Apabila buah kehamilan telah mati tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau lebih.
Dengan pemeriksaan USG tampak janin tidka utuh dna membentuk gambaran
kompleks, diagnosis USG tidak selalu harus tertahan > 8 minggu(4).
Dasar diagnosis(4):
1. anamnesis yaitu perdarahan bisa ada atau tidak
8
2. pemeriksaan obstetri yaitu fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan dan
bunyi jantung janin tidak ada
3. pemeriksaan penunjang USG, laboratorium.
Pengobatan(4):
1. Perbaikan keadaan umum
2. darah segar
3. Fibrinogen
4. evakuasi dengan kuret, bila umur kehamilan > 12 minggu didahului dnegan
pemasangan laminaria stift
Abortus habitualis
Bila abortus spontan terjadi 3 kali berturut-turut atau lebih. Kejadiannya jauh lebih
sedikit daripada abortus spontan dan lebih sering pada primitua. Etiologi abortus ini
adalah kelainan genetik (kromosom), kelainan hormonal dan kelainan anatomis(4).
KEHAMILAN EKTOPIK
Kehamilan secara normal akan berada pada kavum uteri. Suatu kehamilan disebut
kehamilan ektopik bila zigot terimplantasi di lokasi-lokasi selain cavum uteri, seperti
di ovarium, tuba, serviks, bahkan rongga abdomen. (6,7).
Etiologi
Kehamilan ektopik pada dasarnya disebabkan segala hal yang menghambat perjalanan
zigot menuju kavum uteri. Faktor-faktor mekanis yang menyebabkan kehamilan
ektopik antara lain: riwayat operasi tuba, salpingitis, perlekatan tuba akibat operasi
non-ginekologis seperti apendektomi, pajanan terhadap diethylstilbestrol, salpingitis
isthmica nodosum (penonjolan-penonjolan kecil ke dalam lumen tuba yang
menyerupai divertikula), dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Hal-hal tersebut
secara umum menyebabkan perlengketan intra- maupun ekstraluminal pada tuba,
sehingga menghambat perjalanan zigot menuju kavum uteri. Selain itu ada pula
faktor-faktor fungsional, yaitu perubahan motilitas tuba yang berhubungan dengan
faktor hormonal dan defek fase luteal. Dalam hal ini gerakan peristalsis tuba menjadi
lamban, sehingga implantasi zigot terjadi sebelum zigot mencapai kavum uteri.
Dikatakan juga bahwa meningkatnya usia ibu akan diiringi dengan penurunan
aktivitas mioelektrik tuba.(7)
Gejala-gejala(6):
1. nyeri perut dapat unilateral atau bilateral di abdomen bagian bawah
2. amenorea
3. perdarahan pervaginam (dengan matinya telur desidua yg mengalami
degenerasi dan nekrosis, selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk perdarahan)
4. syok karena hipovolemia
5. pembesaran uterus (karena pengaruh hormon kehamilan, tetapi sedikit lebih
kecil dibandingkan uterus pada kehamilan intrauterin yang sama umurnya)
6. tumor dalam rongga panggul
7. perubahan darah.
10
sempit. Pada kehamilan di pars interstitialis ruptur terjadi lebih lambat (8-16 minggu)
karena lokasi tersebut berada di dalam kavum uteri yang lebih akomodatif, sehingga
sering kali kehamilan pars interstitialis disangka sebagai kehamilan intrauterin biasa.
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan pars interstitialis cepat berakibat fatal karena
suplai darah berasal dari arteri uterina dan ovarika. Oleh sebab itu kehamilan pars
interstitialis adalah kehamilan ektopik dengan angka mortalitas tertinggi. Kerusakan
yang melibatkan kavum uteri cukup besar sehingga histerektomi pun diindikasikan.
Ruptur, baik pada kehamilan fimbriae, ampulla, isthmus maupun pars interstitialis,
dapat terjadi secara spontan maupun akibat trauma ringan, seperti koitus dan
pemeriksaan vaginal. Bila setelah ruptur janin terekspulsi ke luar lumen tuba, masih
terbungkus selaput amnion dan dengan plasenta yang masih utuh, maka kehamilan
dapat berlanjut di rongga abdomen.(7)
Membantu diagnosis, dapat dilakukan(6):
1. tes kehamilan kalau positif maka ada kehamilan
2. douglas punksi (kuldosentesis) jarum besar yang dihubungkan dengan spuit
ditusukkan ke dalam kavum douglas di tempat kavum douglas menonjol ke
forniks posterior.
3. USG
4. laparoskopi
12
massa hasil konsepsi. Terapi methotrexate dosis tunggal adalah modalitas terapeutik
paling ekonomis untuk kehamilan ektopik yang belum terganggu. (7)
Penatalaksanaan Bedah
Pada dasarnya ada 2 macam pembedahan untuk menterminasi kehamilan tuba, yaitu
pembedahan konservatif, di mana integritas tuba dipertahankan, dan pembedahan
radikal, di mana salpingektomi dilakukan. Pembedahan konservatif mencakup 2
teknik yang kita kenal sebagai salpingostomi dan salpingotomi. (7)
Salpingostomi
Salpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil konsepsi yang
berdiameter kurang dari 2 cm dan berlokasi di sepertiga distal tuba fallopii. Pada
prosedur ini dibuat insisi linear sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat di atas hasil
konsepsi, di perbatasan antimesenterik. Setelah insisi hasil konsepsi segera terekspos
dan kemudian dikeluarkan dengan hati-hati. Perdarahan yang terjadi umumnya sedikit
dan dapat dikendalikan dengan elektrokauter. Insisi kemudian dibiarkan terbuka (tidak
dijahit kembali) untuk sembuh per sekundam. Prosedur ini dapat dilakukan dengan
laparotomi maupun laparoskopi. Metode per laparoskopi saat ini menjadi gold
standard untuk kehamilan tuba yang belum terganggu. (7)
Salpingotomi
Pada dasarnya prosedur ini sama dengan salpingostomi, kecuali bahwa pada
salpingotomi insisi dijahit kembali. Beberapa literatur menyebutkan bahwa tidak ada
perbedaan bermakna dalam hal prognosis, patensi dan perlekatan tuba pascaoperatif
antara salpingostomi dan salpingotomi. (7)
Salpingektomi
Salpingektomi diindikasikan pada keadaan-keadaan berikut ini: 1) kehamilan ektopik
mengalami ruptur (terganggu), 2) pasien tidak menginginkan fertilitas pascaoperatif,
3) terjadi kegagalan sterilisasi, 4) telah dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba
sebelumnya, 5) pasien meminta dilakukan sterilisasi, 6) perdarahan berlanjut
pascasalpingotomi, 7) kehamilan tuba berulang, 8) kehamilan heterotopik, dan 9)
massa gestasi berdiameter lebih dari 5 cm. Reseksi massa hasil konsepsi dan
anastomosis tuba kadang-kadang dilakukan pada kehamilan pars ismika yang belum
14
terganggu. Metode ini lebih dipilih daripada salpingostomi, sebab salpingostomi dapat
menyebabkan jaringan parut dan penyempitan lumen pars ismika yang sebenarnya
sudah sempit. Pada salpingektomi, bagian tuba antara uterus dan massa hasil konsepsi
diklem, digunting, dan kemudian sisanya (stump) diikat dengan jahitan ligasi. Arteria
tuboovarika diligasi, sedangkan arteria uteroovarika dipertahankan. Tuba yang
direseksi dipisahkan dari mesosalping. (7)
Evakuasi Fimbrae dan Fimbraektomi
Bila terjadi kehamilan di fimbrae, massa hasil konsepsi dapat dievakuasi dari fimbrae
tanpa melakukan fimbraektomi. Fimbraektomi dikerjakan bila massa hasil konsepsi
berdiameter cukup besar sehingga tidak dapat diekspulsi dengan cairan bertekanan. (7)
Klasifikasi Kehamilan Ektopik Selain Kehamilan Tuba.
1. Kehamilan abdominal
Dibedakan menjadi(8):
a. Kehamilan abdominal primer
Yaitu setelah terjadi fertilisasi, zigot berimplantasi di dalam kavum
abdominal.
b. Kehamilan abdominal sekunder
Yaitu zigot berimplantasi di dalam tuba atau ditempat lain terlebih dulu lalu
zigot berimplantasi di kavum abdominal setelah terjadi rupture tuba.
Kehamilan abdominal biasanya disertai dengan gejala iritasi peritoneum antara
lain: nyeri perut bagian bawah, mual dan muntah. Diagnosis ditegakkan dengan
palpasi; kadang teraba uterus terpisah dengan janin. Dapat pula dilakukan tes
oksitosin. Caranya dengan menyuntikkan oksitosin intravena. Adanya kontraksi
uters menunjukkan adanya kehamilan intrauterine, sedangkan bila tidak terjadi
kontraksi berarti terjadi kehamilan intrabdominal(8).
2. Kehamilan ovarial
Diagnosis kehamilan ovarial ditegakkan atas dasar criteria Spielberg(8):
a. tuba pada sisi kehamilan harus normal
b. kantung janin harus terletak di dalam ovarium
c. kantung janin harus dihubungkan dengan uteru oleh ligamentum ovarii
propium
15
d. jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantung janin
Kehamilan ini biasanya rupture pada umur kehamilan awal yang kemudian
menyebabkan perdarahan intraabdomen
3. Kehamilan servikal
Implantasi zigot dalam kanalis servikalis biasanya menyebbabkan
perdarahan tanpa rasa nyeri pada umur kehamilan awal. Jika kehamilan terus
berlanjut, serviks membesar dengan OUE sedikit tebuka. Kehamilan servikal
jarang berlanjut sampai umur kehamilan 12 minggu dan biasanya diakhiri secara
operatif karena perdarahan. Pengeluaran hasil konsepsi pervaginam dapat
menyebabkan
perdarahan
hebat,
sehingga
kadang
diperlukan
tindakan
histerektomi total(8).
Diagnosis kehamilan servikal ditegakkan dengan criteria Rubin:
a. Kelenjar serviks harus ditemukan ditempat yang berseberangan dengan
tempat implantasi zigot
b. Plasenta berimplantasi dibawah dibawah arteri uterine atau dibawah
peritoneum viscerale uterus.
c. Janin tidak boleh terdapat di daerah korpus uterus.
d. Plasenta berimplantasi kuat di serviks
Namun criteria Rubin ini menyulitkan tim medis karena harus dilakukan
histerektomi atau biopsy jaringan yang adekuat. Karena itu digunakan criteria
klinis dari Paalman & McElin (1959) (8):
a. Ostium uteri internum tertutup
b. Ostium uteri eksternum sebagian membuka
c. Seluruh hasil konsepsi terletak didalam endoserviks
d. Perdarahan uterus setelah fase amenorrhea, tanpa disertai nyeri
e. Serviks lunak, membesar, dapat lebih besar daripada fundus sehingga
membentuk hour-glass uterus.
PLASENTA PREVIA
Definisi
16
2.2
plasenta previa lateralis anterior; bila sebagian menutupi ostea bagian depan.
2.3
plasenta previa marginalis; bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostea yang
ditutupi plasenta.
17
18
tidak akan berakibat fatal. Perdarahan berikut biasanya lebih banyak apalagi kalau
dilakukan pemeriksaan dalam. Perdarahan ini disebabkan(9,11):
a.
b.
hitaman. Sumber perdarahan adalah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya
plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena serabut otot SBR tidak mampu
berkontraksi untuk menghentikan darah. Makin rendah letak plasenta makin dini
perdarahan. Gejala lain adalah bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta
terletak pada kutub bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati
pintu atas panggul(9,11).
Kemudian pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka sering
disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh plasenta lateral dan marginal,
sedangkan pada plasenta letak rendah, robekannya beberapa sentimeter dari tepi
plasenta(9).
Diagnosis
Setiap perdarahan antepartum curigai plasenta previa sampai terbukti bukan
plasenta previa. Pada anamnesis didapatkan perdarahan setelah 22 minggu tanpa
nyeri, tanpa sebab. Pemeriksaan luar didapatkan bagian terbawah janin belum masuk
PAP dan sukar didorong kedalam. Inspekulo dapat melihat asal darah dari OUE(11).
Penentuan letak plasenta tidak langsung dengan cara radiografi, radioisotop,
USG. Penentuan letak plasenta langsung dengan perabaan fornik didapatkan lunak
bila antara kepala janin terdapat plasenta, padat bila tidak terdapat plasenta dan
pemeriksaan melalui canalis servikalis teraba kotiledon. Apabila kotiledon plasenta
teraba segera jari telunjuk dikeluarkan dari kanalis servikalis. Hal ini harus dilakukan
dengan hati-hati karena dapat menyebabkan perdarahan banyak(11).
Penanganan
Prinsip penaganan adalah setiap ibu perdarahan harus segera dikirim ke rumah
sakit yang memiliki fasilitas transfusi dan operasi. Perdarahan yang terjadi pertama
19
sekali jarang sekali menyebabkan kematian, asal sebelumnya tidak diperiksa dalam.
Peradarahan berikutnya akan selalu lebih banyak daripada perdarahan sebelumnya .
Apabila dengan penilaian ternyata perdarahan yang telah berlangsung atau yang akan
berlangsung tidak akan membahayakan ibu dan anak, kehamilan belum cukup 36
minggu atau taksiran berat janin kurang dari 2500 gram dan persalinan belum mulai
dapat dibenarkan untuk menunda persalinan sampai janin dapat hidup di luar
kandungan(11).
Pengobatan plasenta dapat dibagi dalam dua golongan(9):
1. terminasi kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang
membawa maut. Misalnya pada kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak,
parturien, dan anak mati.
2. ekspektatif, dilakukan bila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di
dunia luar kecil sekali. Keadaan ini dilakukan bila ibu dalam kondisi baik dan
perdarah sedikt atau sudah berhenti.
SOLUSIO PLASENTA
Definisi
Solusio plasenta adalah lepasnya sebagian atau seluruh plasenta normal implantasinya
diatas 22 minggu dan sebelum lahirnya anak(9).
21
Etiologi
Etiologi solusio plasenta hingga saat ini belum dietahui dengan jelas.
Meskipun demikian, beberapa hal yang tersebut di bawah ini diduga merupakan
faktor yang mempengaruhi kejadiannya(9):
1. hipertensi esensialis atau preeklamsia
2. tali pusat yang pendek
3. trauma
4. tekanan rahim yang membesar pada vena cava inferior
5. uterus yang mengecil (hidramnion pada waktu ketuban pecah, kehamilan
ganda pada waktu anak pertama lahir).
6. umur lanjur
7. multiparitas
8. ketuban pecah sebelum waktunya
9. defisiensi asam folat
10. merokok, alkohol, kokain
11. mioma uteri
Patologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematoma desidua sehingga plasenta terdesak dan kemudian terlepas.
Apabila perdarahan yang kecil hanya akan mendesak jaringan plasenta, perdarahan
antara uterus dan plasenta belum terganggu dan tanda serta gejalanyapun tidak jelas.
Kejadian ini baru diketahui setelah lahir pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada
permukaan maternalnya dan bekuandarah lama yang berwarna kehitam-hitaman(11).
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus karena otot uterus yang
merenggang oleh kehamilan tidak mampu berkontraksi untuk menghentikan
perdarahan. Akibatnya hematom retroplasenter akan bertambah besar sehingga
sebagian dan akhirnya seluruhnya akan terlepas. Darah dapat menyeludup kedibawah
selaput ketutuban keluar melalui vagina, atau masuk ke dalam kantong ketuban, atau
ekstravasasi ke serabut otot bila banyak warna uterus berbercak biru atau ungu disebut
uterus Couvelaire(11).
Kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter menyebabkan
banyak tromboplastin masuk ke peredaran darah ibu sehingga terjadi pembekuan
intra vaskuler dimana-mana yang menghabiskan sebagian fibrinogen akibatnya
22
23
Gejala-gejala(9):
1. perdarahan yang disertai nyeri (juga diluar his) sehingga anemia dan syok
2. rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isis rahim bertambah
dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim terregang
(uterus en bois), menyebabkan palpasi sukar karena rahim keras
3. fundus uteri makin lama makin naik dan bunyi jantung biasanya tidak ada
4. pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena isi rahim
bertambah)
5. sering ada proteinuri karena disertai preeklamsia.
Diagnosis
Tanda-tanda solusio plasenta berat ialah sakit perut terus menerus, perdarahan
pervaginam, syok, bunyi jantung janin tidak terdengar lagi, air ketuban berwarna
kemerah-merahan bercampur darah. Solusio plasenta sedang tidak semua tanda dan
gejala nyata seperti sakit perut terus menerus, nyeri tekan, uterus tegang terus
menerus selalu ada, juga pada solusio plasenta ringan(11).
Penatalaksanaan
Pada sulusio plasenta ringan bila kehamilan <36 mg kemudian perdarahan
berhenti, uterus tidak menjadi tegang maka rawat konservatif dengan observasi yang
ketat. Apabila perdarahan berlangsung terus dan gejala solusio plasenta itu bertambah
jelas atau dalam pemantauan dengan USG solusio plasenta bertambah maka
kehamilan harus diakhiri(11).
24
Pada solusio plasenta sedang dan berat penanganan di rumah sakit meliputi
trasfusi darah, pemecahan ketuban, infus oksitosin, jika perlu seksio sesarea. Ketuban
harus segera dipecahkan tidak peduli bagaimana keadaan umum penderita dan tidak
peduli apakah persalinan akan diselesaika pervaginam atau perabdominam.
Pemecahan ketuban in merangsang dimulainya persalinan dan mengurangai tekanan
intrauterin yang dapat menyebabkan komplikasi nekrosis ginjal mugnkin melalui apa
yang disebut reflek uterorenal. Apabila perlu persalinan dengan pemberian
oksitosin(11).
Pencegahan payah ginjal meliputi pergantian darah yang hilang secukupnya,
pemberantasan infeksi, atasi hipovolemi, menyelesaikan persalinan dan mengatasi
kelainan pembekuan. Untuk mengatasi hipofibrinogen maka diberikan fibrinogen. 1
gram fibrinogen menaikkan fibrinogen darah 40%. Kadar kritis fibrinogen 150 mg%
Apabila persalinan tidak selesai dalam 6 jam setelah terjadi solusio harus dilakukan
seksio sesarea(11).
25
Ruptur uteri ada 2 macam: yaitu ruptur uteri completa (jika semua lapisan
dinding rahim sobek) dan ruptur uteri incompleta (jika perimetrium masih
utuh)
Gejalanya ancaman robekan rahim:
1. Lingkaran retraksi patologis/ lingkaran Bandl yang tinggi mendekati
pusat dan naik terus.
2. kontraksi rahim kuat dan terus menerus
3. penderita gelisah, nyeri perut bagian bawah, juga diluar his
4. palpasi segmen bawah rahim terasa nyeri (diatas simpisis)
5. ligamnetum rotundum tegang
6. BJA biasanya tidak ada atau tidak baik karena anak mengalami asfiksia
7. air kencing mengandung darah
Gejala- gejala ruptur uteri(12):
1. sewaktu kontraksi kuat pasien tiba-tiba merasa nyeri yang menyayat
diperut bagian bawah
2. segmen bawah rahim nyeri sekali pada saat dilakukan palpasi
3. his berhenti/ hilang
4. ada perdarahan pervaginam
5. bagian anak mudah diraba jik aanak masuk dalam rongga perut
6. kadang disamping anak teraba tumor yaitu rahim yang telah mengecil.
7. pada saat periksa dalam ternyata bagian depan mudah ditolak ke atas
bahkan sudah tidak teraba lagi
8. BJA tidak ada atau tidak terdengar
9. jika sudah lama terjadi perut trjadi nyeri dan kembung
10. adanya kencing berdarah.
Pengobatan:
Gejala
ancaman
robekan
rahim
merupakan
indikasi
untuk
segera
derajat perdarahannya
kondisi ibu
2. robekan violent
terjadi karena keelakaan, tetapi lebih sering karena versi(12).
3. robekan bekas luka sectio
ruptur luka bekas seksio sesaria klasik sudah dapat terjadi pada akhir
kehamilan, sedangkan luka bekas sectio cesaria profunda biasanya baru terjadi
dalam persalinan(12).
PREEKLAMSIA
Yaitu penyakit hipertensi yang khas dalam kehamilan dengan gejala utama hipertensi
yang akut pada wanita hamil dan wanita dalam nifas. Disertai proteinuri.
Gejala-gejalanya(15) :
1. hipertensi yang terjadi tiba-tiba. Tekanan darah sistolik 140 mmHg dan
diastoliknya 90 mmHg, tetapi juga kenaikan sistolik 30 mmHg atau diastolik
15 mmHg diatas tekanan darah biasanya.
27
Diagnosis:
Umur kehamilan 20 minggu atau lebih ditemukan gejala hipertensi, proteinuri dan
atau edem(15).
28
Pengobatan:
preeklampsia ringan:
rawat jalan: banyak istirahat, diet cukup. Sedatif ringan berupa fenobarbital (3x30 mg
peroral), roboransia, pernatal care tiap minggu.
Rawat inap: tidak ada perbaikan dari rawat jalan, berat badan meningkat > 2 kg/
minggu(15)
Preeklampsia berat:
Mencegah terjadi eklampsia. Terapi istirahat, diet sedatif, obat-obatan antihipertensi
dan induksi persalinan(15).
EKLAMPSIA
Adalah kejang pada wanita hamil, dalam persalinan, atau masa nifas yang disertai
gejala preeklampsia (hipertensi, edem dan proteinuri) Sebagian besar kasus eclampsia
hadir pada trimester ketiga kehamilan, dengan sekitar 80% dari serangan eclamptic
terjadi intrapartum atau yang pertama dalam 48 jam setelah pengiriman. Langka kasus
telah dilaporkan sebelum 20 minggu kehamilan atau sebagai terlambat sebagai 23 hari
postpartum. (15,16).
Eklapmsia dibedakan menjadi:
1. eklampsia antepartum
2. eklampsia intrapartum
3. eklamspsia pascapartum
Eklampsia pascapersalinan dapat terjadi segera yaitu setelah 24 jam sampai 7 hari
pasca persalinan atau lambat yaitu setelah 7 hari pasca persalinan selama masa nifas.
Tingkat kejang dibagi menjadi(15):
1. tingkat invasi (tingkat permulaan) mata terpaku, kepala dipalingkan ke satu
pihak dan kejang halus terlihat pada wajah. Berlangsung beberapa detik
2. tingkat kontraksi (tingkat kejang tonis) sseluruh badan berlangsung selama 15
sampai 20 detik.
3. tingkat konvulsi (tingkat kejang klonis) hilang timbul, rahang membuka
menutup, otot-otot badan berkontraksi dan bereklasasi berulang. Kejang ini
sangat kuat. Lamanya 1 menit.
29
4. tingkat koma, setelah kejang klonis ini, pasien jatuh dalam koma. Lamanya
koma bervariasi dari beberapa menit sampai berjam-jam.
Kadang-kadang terjadi eklapmsia tanpa kejang yang disebut eclampsi sine eclampsi.
Setelah persalinan, keadaan pasien berangsur baik, kira-kira dalam 12-24 jam.
Proteinuri akan menghilang 4-5 hari, sedangkan tekanan darah akan normal kembali
dalam waktu 2 minggu(15)
Etiologi:
Belum diketahui, merupakan kelanjutan preeklampsia(15).
Diagnosis:
Semua ibu dalam kehamilan dan masa nifas yang mengalami kejang-kejang dan
hipertensi harus dianggap sebagai penderita eklampsia sampai terbukti bukan
eklampsia. Harus dikesampingkan keadaan seperti uremia, keracunan, tetanus,
epilepsi, histeri, ensefalitis, meningitis, tumor ota, pecahnya aneurisma otak(15).
Terapi(15):
1. profilaksis: pencegahan eklampsia dengan menemukan kasus preeklampsia
sedini mungkin
2. pengobatan: penderita harus dirawat di ICU.
Pengobatan bertujuan mencegah timbulnya kejang selanjutnya. Menurunkan
atau mengontrol tekanan darah, tekanan darah tidak boleh kurang dari 140/90,
dan mengatasi hemokonsentrasi dan memperbaiki diuresi pemberian cairan.
Mengatasi hipoksia dan asidosis dengan mengusahakan agar penderita
memperoleh Oksigen dan mengakhiri kehamilan tanpa memandang umur
kehamilan setelah kejang dapat teratasi/
Pengobatan medisinalis(15):
Dosis awal MgSO4:
a. masukkan 4 gr MgSO4 20 % dalam larutan 20 cc IV selama 4 menit
b. susul dengan pemberian 8 gr MgSO 4 40 % IM dalam larutan 20 cc diberikan
pada bokong kiri dan kanan masing-masing 4 gr
30
Grandemultipara
31
Uterus yang terlalu regang (hidramnion, hamil ganda, anak besar (BB > 4000
gr)
Partus precipitatus
Infeksi uterus
Anemi berat
IUFD yang sudah lama, penyakit hati, emboli air ketuban (koagulopati)
Gejala klinis
Atonia uteri(17)
Gejala dan tanda yang selalu ada:
a. Uterus tidak berkontraksi dan lembek
b. Perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan pascapersalinan primer)
Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada:
a. Syok (tekanan darah rendah,denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin,
gelisah, mual,dan lain-lain).
Diagnosis perdarahan pascapersalinan
Nadi serta pernafasan menjadi lebih cepat dan tekanan darah menurun.
Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume
total tanpa mengalami gejala-gejala klinik. Gejala-gejala baru tampak pada
kehilangan darah 20%. Jika perdarahan berlangsung terus, dapat timbul syok.
Diagnosis perdarahan pascapersalinan dipermudah apabila pada tiap-tiap persalinan
setelah anak lahir secara rutin diukur pengeluaran darah dalam kala III dan satu jam
sesudahnya. Apabila terjadi perdarahan pascapersalinan dan plasenta belum lahir,
32
perlu diusahakan untuk melahirkan plasenta segera. Jika plasenta sudah lahir, perlu
dibedakan antara perdarahan akibat atonia uteri atau perdarahan karena perlukaan
jalan lahir(17).
Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada palpasi;
sedangkan pada perdarahan karena perlukaan jalan lahir, uterus berkontraksi dengan
baik. Dalam hal uterus berkontaraksi dengan baik, perlu diperiksa lebih lanjut tentang
adanya dan dimana letaknya perlukaan jalan lahir. Pada persalinan di rumah sakit,
dengan fasilitas yang baik untuk melakukan transfusi darah, seharusnya kematian
akibat perdarahan pascapersalinan dapat dicegah(17).
SYOK
Syok adalah suatu kondisi gawat darurat yang memerlukan penanganan segera dan
intensif untuk menyelamatkan jiwa pasien. Syok mengakibatkan gangguan aliran
darah dan perfusi jaringan akibat kegagalan sistem sirkulasi. Terdapat berbagai
penyebab syok, umumnya disebabkan oleh perdarahan, infeksi/sepsis atau trauma.(19)
Dalam kehamilan fisiologik terjadi perubahan-perubahan hemodinamik yang
memberi perlindungan atau justru memberi pradisposisi terhadap timbulnya syok,
seperti antara lain peningkatan curah jantung dan perubahan mekanisme pembekuan
darah. Ada keadaan-keadaan patologik waktu kehamilan atau persalinan yang
memberi pradisposisi terhadap timbulnya syok, seperti anemi, gangguan gizi, partus
lama disertai dehidrasi dan asidosis dan sebagainya. Syok pada waktu kehamilan
mengakibatkan syok pula pada janin yang berada dalam kandungan.(20)
Tanda-tanda syok(19):
1. nadi cepat dan halus ( > 100 x/menit)
2. menurunnya tekanan darah ( diastolik < 60 mmHg )
3. pernafasan cepat (respirasi > 32 x/menit)
4. pucat (terutama pada konjungtiva palpepra, telapak tangan, bibir)
5. berkeringat, gelisah, apatis/ bingung atau pingsan/tidak sadar
33
Semua macam syok, apa pun sebabnya, bersumber pada berkurangnya perfusi
jaringan dengan darah sebagai akibat gangguan sirkulasi mikro. Suatu kesatuan
sirkulasi mikro terdiri dari arteriol, metarteriol, kapiler dan venula. Darah dari arteriol
memasuki metarteriol, dari metarteriol darah memasuki kapilar. Metarteriol
mempunyai struktur antara arteriol dan kapilar. Pada ujung kapilar di metarteriol
didapat otot polos yang melingkari kapilar (precapillary sphincter). Darah dari kapilar
kemudian memasuki venula(20).
34
35
periksa tanda-tanda vital, pasien dalam kondisi yang tidak hipotermi, posisi
dimiringkan agar tidak aspirasi.
Bebaskan jalan napas, bila ada O2 berikan melali selang atau masker dengan
kecepatan 6-8 liter/menit
Posisi trendelenburg untuk membantu beban kerja jantung. Bila setelah posisi
seperti itu pasien menjadi sesak, mungkin terjadi kegagalan jantung dan edem
paru, maka ubah menjadi posisi fowler untuk mengurangi tekanan hidrostatik
di paru-paru.
Perbaiki cairan isotonik (RL atau NaCl) 1 liter dalam 15 20 menit kemudian
lanjutkan hingga mencapai 3 liter (lihat kondisi pasien) dalam 2-3 jam. Jangan
berikan cairan peroral.
Transfusi darah bila Hb < 6 g% atau Ht < 20, keadaan ini menunjukkan
kondisi yang kritis (kehilangan sangat banyak butir-butir darah merah)
sehingga mutlak diberi transfusi darah agar perfusi oksigen ke jaringan cukup.
Infeksi/sepsis
Infeksi merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kasus-kasus perdarahan pada
kehamilan muda ata persalinan traumatik. Sisa konsepsi atau debris merupakan media
yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Infeksi tersebut umumnya terjadi
akibat prosedur pencegahan infeksi tidak dilakukan secara benar. Stabilitas dan
pengobatan sumber infeksi, sangat diperlukan untuk menyelamatkan jiwa pasien.(ponek)
Tanda-tanda(19):
1. demam (temperatur > 38o C), menggigil atau berkeringat
2. sekret pervaginam yang berbau/ keluar cairan mukopurulen melalui ostium
servik
3. tegang/kaku dinding perut bawah (dengan atau tanpa nyeri tekan-lepas)
4. nyeri goyang serviks (pada pemeriksaan bimanual)
36
gejala(19):
1. riwayat pengakhiran kehamilan secara terpaksa atau persalinan traumatik
2. nyeri perut bawah
3. perdarahan pervaginam yang lama ( > 8 hari)
4. kelemahan umum (gejala seperti flu)
pada kasus infeksi, nilai kemungkinan sepsis/syok septik dengan melihat(19):
usia kehamilan
penyebab perdarahan
penanganan awal(19)
Bebaskan jalan napas, bila ada O2 berikan melali selang atau masker dengan
kecepatan 6-8 liter/menit
Perbaiki cairan isotonik (RL atau NaCl) 1 liter dalam 15 20 menit kemudian
lanjutkan hingga mencapai 3 liter (lihat kondisi pasien) dalam 2-3 jam. Jangan
berikan cairan peroral.
37
Penanganan lanjutan:
Setelah penyebab infeksi ditangani dan antibiotik diberikan, lanjutkan pengamatan
tanda vital dan keseluruhan kondisi pasien. Perhatikan keseimbangan cairan dan
produksi urin. Sesuaikan pengobatan yang diberikan dengan perubahan kondisi
pasien(19) .
Syok septik
Infeksi berat sebagai penyebab syok masih banyak dijumpai dalam praktek
kebidanan. Syok karena infeksi berat dinamakan syok septik (septicaemic shock) atau
syok endotoksik (endotoxic shock). Syok endotoksik terutama dijumpai pada infeksi
berat dengan kuman gram negatif, seperti Escherichia coli, Pseudomonas, Proteus,
Klebsielia dan lain-lain. Diperkirakan bahwa endotoksin yang menimbulkan syok
adalah suatu kompleks lipopolysaccharide, protein berasal dari desintegrasi dinding
bakteri-bakteri gram negatif yang berada dalam peredaran darah dalam jumlah yang
besar.(20)
Peristiwa-peristiwa infeksi yang dapat menimbulkan syok septik adalah(20) :
1. Abortus infeksiosus, terutama abortus kriminalis
2. Febris puerperalis yang berat
Riwayat(19):
1. perdarahan yang lama ( lebih dari 7 hari)
2. upaya pengakhiran kehamilan atau persalinan secara paksa
3. riwayat trauma atau manipulasi berlebihan pada organ genitalia atau jalan lahir
4. demam atau gejala seperti influenza
5. nyeri perut bawah, spasme
periksa tanda vital(19,20):
1. pucat (konjuntiva palpebra, telapak tangan, bibir)
2. sianosis (ekstremitas, muka, dada)
3. tekanan darah turun ( < 90/60 mmHg, < 60 mmHg atau tidak terdeksi)
4. nadi cepat dan halus ( > 120 x/menit)
5. pernapasan cepat ( > 40 x/menit), dalam atau dangkal, tidak teratur
6. suhu badan tinggi atau rendah sekali
38
inotropik
terhadap
jantung
dan
memperbaiki
perfusi
ginjal.
cairan garam fisiologik melalui infus. Jika belum ada perbaikan, perlu diberi 25 mg
Furosemid secara intravena dan dosis dapat diulangi setiap jam. Apabila dengan
demikian masih belum juga ada perbaikan, kemungkinan terjadinya kegagalan fungsi
ginial harus dipertimbangkan. (20)
Dalam mengatasi syok septik, penyingkiran sarang infeksi sangatlah penting.
Sehubungan itu, tindakan operatif sering perlu dilakukan, seperti tindakan kuret,
histerektomi dan sebagainya. (20)
DAFTAR PUSTAKA
1. Hasnah dan Atik Triratnawati. Penelusuran Kasus-kasus kegawatdaruratan
obstetri yang berakibat kematian maternal, dalam Makara Kesehatan, vol 7, no
2. 2003, hal 1.
2. Nasution, Syamsul arifin, Gambar Penanganan Kasus Kedaruratan Obstetri di
RSU Tanjung Pura Kabupaten Lankat dan RSU. Kisaran Kabupaten Asahan
Bagian Obstetri Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara. 2003, Tersedia dalam http://72.14.235.132/search?q=cache:O0QF
TMKfzFUJ:library.usu.ac.id/download/fk/obstetri =id (diakses tanggal 26
Agustus 2013)
3. Sunarto, Agus, kegawatdaruratan Obstetri FKUMJ, Tersedia dalam
http://medicalanswer.multiply.com/journal/item/2. 2008 (diakses tanggal 26
Agustus 2013)
4. Sastrawinata, sulaiman dkk, Kelainan Lama Kehamilan, dalam Obstetri
Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran, EGC: Jakarta, 2005, hal 2-9.
5. Kusmarjadi, Didi. Perdarahan di trimester 1 Kehamilan. 2008. Tersedia di
http://www.drdidispog.com/2008/08/perdarahan-di-trimester-i-kehamilan.html
(diakses tanggal 26 Agustus 2013)
40
41
dalam
(diakses
42