Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KELOMPOK 5

“ KASUS KEHAMILAN “

Disusun oleh :
Jessica Constantia
Okta Anjelia Renopen
Letra Sunata

Dosen Pembimbing:
Asmariyah S.ST,M.KEB

PRODI D3 KEBIDANAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

2021/2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah atas limpahan Rahmhat, Taufiq, serta Hidayah -Nya sehingga
tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah banyak memberikan inspirasi kepada
penulis sehingga terselesaikanlah tugas makalah ini. walaupun masih banyak kekurangan,
sebagaimana kata pepatah “tiada gading yang tak retak”, untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan oleh penyusun.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar penyusunan makalah selanjutnya lebih baik
lagi. Semoga makalah ini memberi manfaat bagi banyak orang.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..…3

BAB I……………………………………………………………………………….……………..4

PENDAHULUAN………………………….………………………………………………….....4

A.Latar Belakang………………………………………………….………………………………4

B.Rumusan Masalah…..………………………………………………..........……………..........10

C.Tujuan ………………………………………………………………...……………………..10

BAB II…………………………………………………………………………………….……..11

PEMBAHASAN…………………………………………………………………………..……11

D.Pengertian Kehamilan……......………………………………………………………………..11

E.Faktor Resiko Pada Kehamilan ………..……..…....………….………………………………11

BAB III…………………………………………………………………………………………..11

PENUTUP……………………………………………………………………………………....11

F. Kesimpulan…………………………………………..………………………………………..11

G. saran.………………..………………………………...………………………………………12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..12
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat. Gangguan
kesehatan dalam masa kehamilan dan persalinan mengakibatkan ancaman, baik bagi jiwa ibu
maupun bayi yang dilahirkan (Vivian dan Sunarsih, 2011:13).Proses kehamilan, persalinan,
nifas, bayi baru lahir atau neonatus, dan pemilihan metode KB merupakan suatu mata rantai yang
berkesinambungan dan berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak. Setiap prosesnya tidak
dapat dipisahkan satu sama lain dan kondisi setiap proses akan mempengaruhi proses
selanjutnya. Pada umumnya kehamilan, persalinan nifas, dan neonatus merupakan suatu kejadian
fisiologis yang normal. Tapi kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit
diketahui sebelumnya bahwa kehamilan, persalinan, nifas, dan neonatus yang semula fisiologis
berkembang menjadi keadaan patologis dan dapat mengancam jiwa ibu serta bayi. Pada
umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 20% disertai dengan penyakit
atau berkembang menjadi kehamilan patolgi .

Mengingat kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir merupakan keadaan
fisiologis yang bisa berubah menjadi keadaan patologis dan diperlukan asuhan yang
berkesinambungan dan berkualitas pada saat kunjungan antenatal ke petugas kesehatan minimal
4 kali yaitu 1 kali pada TM 1, 1 kali pada TM II, dan 2 kali pada TM III, pertolongan persalinan
ditenaga kesehatan, melakukan kunjungan neonatus, ibu paska salin memakai alat kontrasepsi
yang sesuai pilihan. Kenyataan hal tersebut tidak sesuai dengan harapan. Dibuktikan dari data
yang di dapat bahwa terjadinya penurunan pemeriksaan pada kehamilan. Berdasarkan
pengalaman praktek di BPM dari bulan Januari sampai dengan November 2015 di BPM terdapat
data kunjungan K1 sebanyak 148 orang ibu hamil, sedangkan kunjungan K4 sebanyak 140
(95%) orang ibu hamil dari keseluruhan ibu hamil. Dari 104 persalinan terdapat 86 (83%)
persalinan normal dan 18 (17%) kegawatdaruratan persalinan atau sehingga dilakukan rujukan
ke rumah sakit dengan indikasi atau komplikasi 1(6%) gemeli, 6 (33%) KPD, 8 (44%) partus
lama, 2 (11%) sungsang, 1(6%) Riwayat SC. Salah satu kegawatdaruratan persalinan yang
pernah saya temui di BPM yaitu persalinan macet pada ibu G1P00000 dikarenakan kelainan his
yang sehingga kepala janin tidak segera turun hal ini menyebabkan fase aktif kala 1 memanjang
melewati garis waspada pada lembar observasi. Jika tidak segera dirujuk, bayi bisa mengalami
asfiksia karena fetal distress. Data masa nifas dari bulan Januari sampai November 2015
sebanyak 86 ibu melahirkan secara normal di BPM semuanya (100%) mendapatkan kunjungan
nifas lengkap. Kasus pada masa nifas ini yang pernah saya temukan adalah terdapat atonia uteri
pada ibu G4P40004. Ini terjadi karena rahim atau uterus tidak berkontraksi atau lembek. Jika
tidak teratasi ibu akan mengalami perdarahan yang parah dan ibu akan mengalami syok berat.
Pada data yang didapat dari BPM kunjungan yaitu 105 neonatus. Salah satu diantaranya
yaitu gemeli. Dari kunjungan tersebut salah satu kasus pada neonatus ini yaitu asfiksia. Asfiksia
disebabkan oleh persalinan lama. Pada kasus asfiksia, tindakan yang harus dilakukan pada
neonatus yaitu resusitasi. Dan data pada keluarga berencana (KB) capaian sebanyak 83 Pus
menjadi akseptor KB baru. Dari data tersebut sebanyak 40(48%) menggunakan KB suntik 3
bulan, 19 (23%) menggunakan Kb suntik 1 bulan, 10(12%) menggunakan KB implant, 9 (11%)
KB IUD, 2 (2%) Kb Kondom, dan 3 (4%) KB Pil. Dari pengalaman yang pernah saya temui di
BPM tentang kasus kontrasepsi yaitu efek samping pada pemasangan kontrasepsi AKDR yaitu
haid lebih lama dan banyak.

Adanya kesenjangan antara K1 dengan K4 menunjukkan bahwa masih banyak ibu hamil
yang telah melakuakan kunjungan antenatal pertama tetapi tidak melakukan kunjungan hingga
K4 pada trimester III,sehingga kehamilannya lepas dari pemantauan petugas kesehatan. Hal ini
berdampak pada perkembangan janin dan kesehatan ibu jika tidak dilakukan ANC secara rutin.
Komplikasi yang sering timbul pada masa nifas yaitu perdarahan pervaginam, infeksi di masa
nifas, sakit kepala, nyeri epigastrik,pengelihatan kabur, pembengkakan di wajah dan ekstremitas,
demam,muntah, rasa nyeri waktu berkemih, payudara yang berubah, kehilangan nafsu makan,
pembengkakan pada kaki, perubahan psikologis.

Neonatus memiliki masa kehidupan yang berlangsung 4 minggu merupakan masa hidup
yang paling kritis karena banyak terjadi kematian khususnya beberapa hari setelah persalinan.
Masa kritis ini terutama disebabkan kegagalan neonatus untuk beradaptasi dengan lingkungan
yang baru, yang merupakan perubahan kehidupan dari intrauterin di dalam air menjadi di luar
uterus (Manuaba, 2010:339). Penyebab kematian bayi adalah asfiksia intrauterin dan persalinan
prematuritas.Menurut world health organisation (WHO) keluarga berencana adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan,
mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan
umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2015:27).

Penyebab dari ibu tidak memeriksakan kehamilannya antara lain fasilitas pelayanan
antenatal yang tidak memadai, fasilitas tidak berfungsi dengan baik, harus menunggu lama,
perlakuan petugas yang kurang memuaskan, ibu dan keluarga tidak mampu untuk membayar
pemeriksaan, terdapat tradisi ibu hamil tidak boleh meninggalkan rumah untuk memeriksakan
kehamilan (Wiknjosastro, 2006:20). Pengawasan antenatal dan postnatal sangat penting dalam
upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Pengawasan antenatal
memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara
dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan
persalinannya. Diketahui bahwa janin dalam rahim dan ibunya merupakan satu kesatuan yang
saling mempengaruhi, sehingga kesehatan ibu yang optimal akan meningkatkan kesehatan,
pertumbuhan dan perkembangan janin (Manuaba, 2010:109-110). Selama melakukan kunjungan
untuk asuhan antenatal, para ibu mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya
memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit
atau gangguan kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran kesehatan
selama kehamilan (Saifuddin, 2009:279). Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling
sedikit 4 kali selama kehamilan; satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua,
dan dua kali pada triwulan ketiga.Setiap ibui hamil (Saifuddin, 2006:90). Dasar asuhan
persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir,
serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi dan asfiksia
bayi baru lahir (Saifuddin, 2009:334).

Persalinan lama, disebut juga “distosia”, disefinisikan sebagai persalinan yang abnormal
atau sulit. His (kekuatan kontrasksi otot rahim) yang normal mempunyai sifat kontraksi otot
rahim mulai dari salah satu tanduk rahim,fundus dominan menjalar ke seluruh otot rahim
(Manuaba, 2010:372).Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun, keadaan ibu yang
bersangkutan harus diawasi dengan seksama. Tekanan darah diukur tiap empat jam, denyut
jantung janin dicatat setiap setengah jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala II (Saifuddin,
2009:566-567). Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Kunjungan masa nifas dilakukan untuk
menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah,mendeteksi dan menangani masalah-
masalah yang terjadi, kunjungan 6-8 jam setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu
setelah persalinan, dan 6 minggu setelah persalinan (Saifuddin, 2006:122-123).Pengawasan
untuk bayi baru lahir juga penting untuk diperhatikan, harapan supaya ibu dan bayi sehat
pengawasan pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan cara melakukan kunjungan minimal 3
kali dua kali pada usia 0-7 hari dan satu kali usia 8-28 hari hari disebut KN lengkap, pemberian
imunisasi, manajemen terpadu balita muda (MTBM) dan penyuluhan perawatan neonatus di
rumah.Seorang perempuan menjadi subur dan dapat melahirkan segera setelah ia mendapatkan
haid yang pertama (menarke),dan kesuburan seorang perempuan akan terus berlangsung sampai
mati haid(menopause).Kehamilan dan kelahiran yang terbaik, artinya risikonya paling rendah
untuk ibu dan anak, adalah antara 20-35 tahun sedangkan persalinan pertama dan kedua paling
rendah risikonya bila jarak antara dua kelahiran adalah 2-4 tahun (Anwar, 2011). Dalam
melakukan pemilihan metode kontrasepsi perlu diperhatikan ketetapan bahwa makin rendah
pendidikan masyarakat, semakin efektif metode KB yang dianjurkan yaitu kontap, suntikan KB,
susuk KB, atau AKBK (alat susuk bawah kulit),AKDR/IUD (Manuaba, 2010:592).

Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan,persalinan dan kala
nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal. (Sunarsih, 2011 :3).Bidan merupakan
matarantai yang sangat sangat penting karena kedudukannya sebagai ujung tombak dalam upaya
meningkatkan sumber daya manusia melalui kemampuannya untuk melakukan pengawasan,
pertolongan, dan pengawasan neonatus dan pada persalinan ibu postpartum. Di samping itu,
upaya untuk meningktakan sumber daya manusia dapat dibebankan kepada bidan melalui
pelayanan keluarga berencana. Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak
hal yang perlu diperhatikan. denganmeningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak melalui upaya
pemantauandan perawatan kesehatan mulai proses kehamilan, bersalin, nifas, neonatusdan
KB.Proses tersebut merupakan suatu keadaan yang alamiah danfisiologis bagi seorang wanita,
namun dalam prosesnya apabila tidaK diawasi secara tepat terdapat kemungkinan keadaan
tersebut berubah menjadi patologis bahkan dapat menimbulkan kematian ibu dan
bayi.Berdasarkan latar belakang di atas, sebagai calon bidan tertarik untuk melaksanakan Asuhan
Kebidanan dengan cara berkesinambungan pada ibu hamil TM III, bersalin, nifas, neonatus, dan
Keluarga Berencana.Dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dengan metode
SOAP.

B. Rumusan Masalah

Memberikan asuhan kebidanan kehamilan TM III UK 34-36 minggu,persalinan, nifas, bayi baru
lahir (BBL), dan KB yang sesuai dengan standart pelayanan asuhan kebidanan dengan
pendokumentasian menggunakan SOAP.

C. Tujuan Penyusunan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan secara berkesinambungan (continuty of care)


pada ibu hamil TM III UK 34-36 minggu, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan KB dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menggunkaan metode SOAP.
BAB II

Pembahasan

D. Pengertian Kehamilan

Masa kehamilan dimulai sejak dari konsepsi sampai lahirya janin. Proses kehamilan
seperti mata rantai yang berkesinambungan dari ovulasi hingga tahap akhir yaitu tumbuh
kembang hasil konsepsi. Kehamilan normal dibagi menjadi tiga yaitu kehamilan trimester I (0 -
12 minggu), kehamilan trimester II (12 - 28 minggu) dan kehamilan trimester III (29 – 40
minggu). Kehamilan trimester III merupakan akhir dari suatu kehamilan dalam periode ini
pertumbuhan janin berada dalam rentang waktu 29 - 40 minggu dan janin dalam tahap
penyempuran (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2005).

E. Faktor Risiko pada Kehamilan

Menurut Rochjati, (2003), pada kehamilan terdapat batasan faktor risiko yaitu factor
risiko pertama adalah primipara umur < 20 tahun, multipara umur lebih dari 35 tahun, tinggi
badan <145 cm, jarak kehamilan ini dengan sebelumnya < 2 tahun, jarak kehamilan ini dengan
sebelumnya ≥ 10 tahun.

F. Praktek, Kebiasaan dan Kepercayaan Masyarakat Yang Terkait Dengan Kesehatan


Anak/Bayi

Bentuk tindakan dan kebiasaanyang dilakukan masyarakat terkait upaya kesehatan anak, dimulai
dari perawatan kehamilan, pertolongan persalinan sampai dengan perawatan anak pasca
kelahiran. Dalam upaya perawatan kehamilan, ada kecenderungan masyarakat yang belum
memanfaatkan pelayanan kesehatan secara optimal. Masyarakat masih cenderung melakukan
pemeriksaan kehamilan setelah kehamilan sudah memasuki trisemester ke dua. Di samping itu,
sebagian masyarakat akan melakukan pemeriksaan kehamilan dengan dukun beranak jika
mereka ingin memastikan kehamilan, mengalami keluhan dan ingin membetulkan letak posisi
janin yang ada dalam kandungan. Pada kasus kematian bayi dari kehamilan di luar pernikahan,
kesadaran untuk pemeriksaan kehamilan dan menjaga kesehatan bayi juga belum memadai.
Walaupun ada pemeriksaan kehamilan dengan tenaga kesehatan, namun pemeriksaannya tidak
memenuhi standar kesehatan. Pemeriksaan kehamilan cenderung dilakukan untuk memastikan
kehamilan dan pada saat menjelang kelahiran. Selanjutnya karena faktor malu, pemeriksaan
kehamilan pun cenderung tidak dilakukan pada tenaga kesehatan setempat, tetapi dilakukan
dengan tenaga bidan yang berada di luar wilayahnya.
Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa ada masyarakat yang benar-benar fanatik atau
percaya dengan satu bidan, sehingga ketika mengalami masalah dalam proses persalinan dan
harus dirujuk ke rumah sakit mereka cenderung untuk menolak. Akhirnya proses persalinan
tetapditangani oleh bidan, namun proses persalinan mengalami hambatan dan harus segera
dibawa ke rumah sakit. Kondisiketerlambatan untuk segera mendapatkan pelayanan kesehatan
inilah menyebabkan bayi tidak bisa terselamatkan.

Masyarakat di daerah pedesaan khususnya daerah terpencil cenderung masih melahirkan di


rumah dengan bantuan tenaga dukun beranak. Walaupun sudah tersedia tenaga bidan, namun
kebiasaan dan tradisi melahirkan di rumah dengan bantuan dukun beranak tersebut masih
dilakukan oleh masyarakat. Alasan informan melahirkan di rumah karena merasa lebih nyaman,
tenangdi rumah sendiri didampingi oleh keluarga.

Dukun dipilih sebagai penolong persalinan karena sudah dikenal dekat, mempunyai
kedudukan/kekuatan yang kuat, dipercaya, sudah merupakan tradisi/kebiasaan yang dilakukan
secara turun , temurun, dan bayarannya bisa dengan beras tergantung dari kondisi ekonomi
masyarakat. Masyarakat juga ada yang memilih untuk melakukan pertolongan persalinan dengan
dukun beranak terlebih dahulu, dan kalau kondisinya sudah tidak bisa lagi ditangani oleh dukun
beranak, maka barulah biasanya dukun beranak tersebut meminta keluarga untuk memanggil
bidan. Dalam halini keberadaan dukun beranak masih dihargai oleh dan dipercaya masyarakat.
Jika ada terjadi permasalahan dengan kelahiran dan dukun beranak sudah tidak sanggup lagi,
maka baru dipanggil bidan. Pada saat ini kondisinya cederung sudah tidak bisa ditangani oleh
bidan dan harus di rujuk ke rumah sakit. Namun karena adanya kebiasaan musyawarah yang
dilakukan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan cenderung relatif lama berakibat pada
keterlambatan untuk sampai pada tempat pelayanan rujukan. Pada sisi lain pengambilan
keputusan bisa saja menyebabkan tidak dirujuk, dan hal ini dengan pertimbangan besarnya
biayayang akan dikeluarkan nantinya jika akan dirujuk ke rumah sakit. Apalagi jika harus dirujuk
ke rumah sakit yang berada di Padang, dan tentunya menjadi pertimbangan bagi keluarga mereka
karena merekatidak mempunyai jaminan kesehatan secara gratis. Pada hal kondisi bayi dianggap
sudah parah dan harus dirujuk, dan hal inilah yang menyebabkan bayi akhirnya meninggal di
rumah. Sementara itu, ada perilaku dan

kebiasaan masyarakat yang dianggap kurang mementingkan pemeliharaan kesehatan. Hal ini
bisa dilihat dari salah satu kasus kematian bayi (umur 3 bulan) akibat pneumonia, yang
dilatarbelakangi oleh adanya kebiasaan keluarga yang membawa anaknya sejak usia satu
setengah bulan ke tempat pekerjaan (bekerja di peternakan ayam) dengan lingkungannya kurang
bersih dan sehat. Kondisi ini berisiko terhadap kesehatan anaknya (pneumonia) dan harus dirujuk
ke rumah sakit. Namun, karena alasan pertimbangan kondisi ekonomi keluarga, anak tersebut
tidak jadi dirujuk ke rumah sakit, dan akhirnya meninggal di rumah. Informan menyatakan
sangat menyesal sedih sekali karena anaknya ke empat tersebut adalah perempuan satu-satunya.
Dia tidak menyadari bahwa tindakan kebiasaan yang dilakukannya tersebut berisiko terhadap
kesehatan anaknya tersebut.
Kebiasaan masyarakat lainya adalah kebiasaandalam pemberian susu botol (pengganti ASI) yang
dianggap kurang memperhatikan kebersihan botol (botol tidak direbus dan kebersihannya kurang
terjaga),dan akhirnya anak mengalami diare dan tidak bisa terselamatkan. Hasil penelitian juga
menemukan bahwa alasan masyarakat tidak melaksanakan pemberian ASI ekslusif secara 6
bulan terkait alasan pekerjaan, yang mana setelah 3 bulan cuti melahirkan mereka harus
kembalibekerja, sehingga pemberian ASI tidak bisa optimal dan digantikan dengan susu formula
dengan menggunakan botol. Masyarakat yang terdapat di pedesaan dan memiliki pekerjaan ke
sawah juga mengalami hal yang tidak jauh berbeda, sehingga jika anak menangis karena lapar
maka anggota keluarga akan memberikan makanan tambahan seperti biskuit, roti, pisang, bubur

dll.

Tindakan dan kebiasaan masyarakat dalam merespon ketika anak mereka mengalami sakit juga
berbeda. Bagi mereka yang mempunyai persepsi bahwa ketika anak panas disebabkan oleh
adanya gangguan penyakit, maka mereka akan berupaya mencari pengobatan melalui tenaga
kesehatan. Namun jika masyarakat mempunyai persepsi bahwa ketika anak kejang-kejang
dianggap karena tasapo (diganggu makluk halus), akan berupaya mencari pengobatan tradisional
atau dukun kampung. Persepsi masyarakat ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa jika
anak panas dan kejang-kejang diakibatkan adanya gangguan makluk halus (hal gaib), maka
dukun kampung yang bisa menyembuhkan. Selanjutnya apabila penyakit tersebut tidak kunjung
dapat disembuhkan, maka mereka baru pergi ke tenaga kesehatan, dan pada saat ini kondisinya
harus dirujuk ke rumah sakit. Selanjutnya jika kondisi ini tidak segera dirujuk ke rumah sakit
tentunya beresiko terhadap keselamatan anak mereka. Berdasarkan hasil temuan dilapangan juga
diketahui bahwa hambatan untuk mendapatkan akses pelayanan juga terkait dengan
keterlambatan dalam pengambilan keputusan. Hal ini bisa dilihat dari kasus kematian bayi yang
dialami infoman akibat adanya keterlambatan dalam mengambil keputusan karena harus
menunggu suami pulang ke rumah.
BAB III

Penutup

F. Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami susun dapat disimpulkan bahwa makalah ini bermanfaat untuk:

1.mengembangkan ilmu pengetahuan.

2. penerapan pelayanan kebidanan secara continuity of care pada kehamilan, persalinan, nifas,
neonatus, dan KB.

G. Saran

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan, maka dari itu kami
membutuhkan masukan atau saran untuk memperbaiki pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/178500-ID-permasalahan-sosial-budaya-dalam-
upaya-p.pdf

Afriliandhani, Briana Elvira. 2014. Resiko Kehamilan Usia Muda Terhadap Kesehatan Ibu dan
Anak. Makalah tidak diterbitkan. Malang: Program Studi DIII Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineke Cipta

Budiman. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika

Departemen Kesehatan RI. 2005 Profil Kesehatan Indonesia 1999. Jakarta: Pusat Data Kesehatan
Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 1999. Jakarta: Pusat Data
Kesehatan Jakarta.

Dinkes Ponorogo, 2015. Laporan Jumlah Persalinan Usia Dini di Tahun 2014.

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai