Anda di halaman 1dari 3

Nama : Okta Anjelia Renopen

NPM : F0G021028
Prodi : D3 Kebidanan

1.Mencari artikel tentang ‘Pengendalian hama dengan entomopatogen bakteri’ dan


membuat kesimpulan dari metode perbanyakan jamur entomopatogen.

2.Mengamati serta menganalisis hama mati bergejala jamur atau bakteri.

Judul Artikel : Pemanfaatan Bakteri Entomopatogenik Bacillus cereus Terhadap


Hama Spodoptera litura Pada Tanaman Kubis.

Kesimpulan Artikel :

Penelitian ini bertujuan memperoleh bakteri entomopatogenik (Bacillus


cereus) yang berpotensi sebagai pengendali hayati terhadap hama Spodoptera
litura serta mengetahui karakteristik morfologi maupun potensi daya bunuh isolat
B. cereus. Bakteri endogenik dieksplorasi dari 99 sampel tanah yang berasal dari
Kabupaten Minahasa, Minahasa Selatan dan Kota Tomohon. Bakteri diisolasi
secara selektif menggunakan metode Ohba dan Aizawa kemudian diidentifikasi
berdasarkan morfologi koloni dan sel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
99 sampel tanah diperoleh 141 isolat yang diidentifikasi sebagai Bacillus cereus.
Skrining 141 isolat terhadap larva S. litura terdapat 80 isolat yang dapat
menimbulkan penyakit dan mematikan larva uji > 50 % setelah 96 jam dengan
dosis inokulum 1,5 x 107 spora/ml. Isolat yang berpotensi selanjutnya akan
diseleksi berdasarkan patogenisitasnya kemudian akan dikembangkan menjadi
biopestisida untuk mengendalikan hama S. litura pada tanaman kubis bunga dan
brokoli.

Kesimpulan Metode Perbanyakan Jamur Entomopatogen

1. Peremajaan Jamur B. bassiana pada Media PDA


Jamur entomopatogen yang digunakan adalah jamur B. Bassiana isolat
dari Riptortus linearis koleksi Laboratorium Jurusan Hama dan Penyakit
Tanaman Fakultas Pertanian. Biakan jamur tersebut kemudian
diperbanyak pada media PDA. Isolat jamur yang tersedia dalam bentuk
suspensi tersebut diremajakan pada media PDA dengan metode tuang.
Metode tuang merupakan cara perbanyakan jamur dengan meneteskan 100
µl suspensi jamur pada media PDA yang belum memadat, lalu digoyang-
goyangkan perlahan dan dibiarkan memadat. Koloni yang berkembang
akan tertanam di dalam media tersebut. Setelah itu diinkubasi selama 7
hari pada suhu 250 C hingga petridish penuh dengan spora. Selanjutnya
dilakukan identifikasi jamur, identifikasi bertujuan untuk memastikan
spesies jamur entomopatogen yang menyebabkan kematian pada Gryllus
sp. adalah jamur B. bassiana. Identifikasi dilakukan berdasarkan pada
morfologi konidia, hifa, konidiofor dan warna koloni menggunakan
mikroskop. Kunci identifikasi cendawan yang digunakan adalah Barnett
dan Hunter (1972). Isolat Cendawan yang sudah diidentifikasi,
diperbanyak dengan media cair.
2. Perbanyakan Jamur B. Bassiana pada Media EKG
Perbanyakan jamur B. bassiana pada media cair dengan bantuan alat
fermentor sederhana (Gambar 1) bertujuan untuk memperoleh suspensi
jamur B. bassiana sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan yaitu 500 ml.
Jamur B. bassiana yang telah diremajakan pada media PDA dengan
pengayaan media tepung jangkrik 1%, diambil menggunakan cork borrer
setiap 100 ml diberikan 1 plong spora, kemudian dimasukkan pada media
cair EKG yang digunakan sebanyak 500 ml. Setelah itu, suspensi
diinkubasikan selama 7 hari menggunakan alat fermentor. Hasil panenan
jamur B. bassiana kemudian di identifikasi kembali di bawah mikroskop.

Hama Mati Bergejala Jamur Atau Bakteri

Filum Arthropoda,salah satu jenis hama dari Filum Arthropoda yang banyak
menimbulkan kerugian ditanaman adalah serangga.Berbagai belalang,kumbang,
dan serangga kecil seperti : thrips,kutu daun dan larva lalat dapat menyebabkan
kerusakan yang signifikan pada tanaman.Serangga merupakan salah satu
organisme pengganggu tanaman,akan tetapi serangga juga dapat berperan sebagai
organisme yang menguntungkan seperti serangga sebagai musuh alami bagi hama
tanaman seperti parasitoid dan predator.

Ciri Ciri Filum Arthporoda;

 Tubuhnya beruas ruas dengan kerangka luar yang terdiri dari kitin.
 Tubuhnya memiliki segmen berbentuk simetris bilateral,dan dilengkapi
dengan kaki yang beruas ruas dimana pada setiap ruas tubuhnya memiliki
sepasang tungkai (kaki).
 Sistem peredaran Filum Arthporoda ini adalah sistem peredaran darah
terbuka.
 Sistem reproduksinnya seksual serta sistem pencernaan Filum Arthporoda
ini berupa mulut,esofagus,lambung,usus,serta anus.
 Sistem saraf dari filum Arthporoda ini berada disepanjang sisi ventral
tubuhnya berupa sistem saraf tangga tali yang berjumlah sepasang.

Anda mungkin juga menyukai