Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Dilema

Banyak kasus yang timbul dalam masyarakat dapat menimbulkan


permasalahan bagi tenaga medis. Permasalahan itu mengakibatkan dilema dalam
tindakan profesi, karena apabila seorang tenaga medis melakukan tindakan yang
tidak di setujui oleh pasien(klien) ataupun diluar wewenang, hal ini akan dapat
mempengaruhi moral dirinya sebagai tenaga medis. Ini terbukti dengan
banyaknya kasus medis yang di bawa ke meja hijau akibat dilema moral yang
mengakibatkan tindakan melanggar hukum.

Dilema moral akan selalu ada dalam kehidupan setiap manusia termasuk
di dunia kesehatan atau bahkan dalam profesi kebidanan karena manusia menjadi
objek dalam melaksanakan asuhan kebidanan. Manusia memiliki latar belakang
budaya, agama, pendidikan, dan ekonomi yang berbeda, sehingga masalah yang
muncul dan yang harus dihadapi sangat kompleks. Dengan kata lain manusia
mempunyai kemampuan untuk menerima dan memecahkan satu masalah yang di
hadapinya. Oleh karena itu profosional dituntut untuk memiliki wawasan luas
agar dapat mengatasi permasalahan yang ada, terutama berhubungan dengan
dilema moral.

Menurut campbell 1984, dilema moral merupakan situasi yang


menghadapkan individu pada dua pilihan dan tidak satupun dari pilihan itu
dianggap sebagai jalan keluar yang paling tepat. Saat terjadi dilema alternatif yang
ada tampaknya setara atau sama saja, sehingga sulit menetapkan pilihan yang
tepat, seperti berada di persimpangan jalan. Semakin sulit kita memprediksi
konsekuensi tindakan yang akan kita terima semakin besar dilema yang kita
hadapi. Dalam oxford learner’s pocke dictionary (1995), “moral dilemma is
concraning principles of right and wrong in difficult situation in which one has to
choose between two thinks”. Hal ini berarti bahwa dilema moral berkaitan dengan

3
prinsip benar dan salah yang dalam situasi sulit, individu di tuntut untuk memilih
satu dari dua pilihan yang ada.

Dilema moral yang di hadapi oleh seorang bidan sedikit berbeda dengan
yang dihadapi orang lain, karena bidan memiliki kode etik profesi dengan
batasan-batasan yang menegaskan garis kewenangannya. Kode etik kebidanan
pun sebenarnya telah menimbulkan dilema, karena di satu sisi bidan di minta
untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan pasien serta berupaya memenuhi
kebutuhan pasien namun bidan juga harus menjamin bahwa tindakannya tidak
akan membahayakan pasien. Meskipun mempertimbangkan situasi dimana salah
satunya mungkin dapat memperhitungkan kedua persyaratan moral ini
menunjukkan adanya dilema yang sebenarnya muncul. Johnson(1990)
membuatnya mudah yaitu sebenarnya konflik antara prinsip moral atau
Kewajiban yang sering menyebabkan dilema dia menunjukkan dua jenis konflik
tersebut, salah satunya adalah konflik dengan prinsipnya, seperti otonom.
Hal ini tercermin dalam kode etik profesi 1992 yang di keluarkan oleh
lembaga profesi united kingdom central council (UKCC). Dua poin pertama dari
16 poin pernyataan kode etik profesi menyatakan bahwa :”sebagai perawat, bidan,
atau pelayanan kesehatan terdaftar, secara pribadi anda bertanggung jawab
terhadap tindakan praktik anda, dan dalam melaksanakan tindakan profesional
anda harus :

1. Selalu bersikap mengutamakan keinginan, keselamatan, dan kesehatan


pasien dan klien.
2. Memastikan tidak melanggar atau lalai dalam melakukan tanggung jawab
yang dapat mengganggu kepentingan dan keselamatan pasien dan klien.

Dilema tidak hanya di ciptakan oleh beberapa kemungkinan yang dihasilkan oleh
tindakan tetapi juga dari hipotesis dan kenyataan yang tidak di duga.

Menurut beauchamp dan childress 1994 ada dua bentuk dilema moral yaitu :

1. Bila alternatif tindakan sama kuat terdapat alasan yang sama kuat untuk
melakukan atau tidak melakukan tindakan. ( contoh, kasus si ibu yang

4
menolak episiotomi). Pada kasus tersebut, jika bidan mengikuti keinginan
si ibu berati bidan sudah menghormati autonomi si ibu. Akan tetapi jika
bidan tetap melakukan episiotomi berati bidan telah menyelamatkan si
bayi. Kedua alasan yang ada sama kuat.
2. Bila alternatif tindakan tidak sama kuat. Satu tindakan dianggap benar
sedangkan tindakan yang lainnya dianggap salah. (contoh kasus seorang
remaja yang hamil karena pergaulan bebas ingin menggugurkan
kandungannya). Pada kasus tersebut, jika bidan mengikuti keinginan si
remaja tersebut, maka ia bisa dianggap malapraktik karena melakukan
aborsi tanpa indikasi medis yang jelas.
Dilema muncul karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin,
atau peertentanagn antara nilai nilai yang diiyakini bidan dengan
kenyataan yang ada.
Ketika mencari solusi atau pemecahan masalah harus mengingat akan
tanggung jawab professional, yaitu:
1. Tindakan selalu ditujukanuntuk peningkatan kenyamanan dan
kessejahteraan klien
2. Menjamin bahwa tidak ada tindakan yang menghilangkansuatu
bagian, disertai rasa tanggung jawab memperhatikan kondisi dan
keamanan pasien atau klien

2.2 Konflik Moral

Konflik adalah suatu proses ketika dua pihak atau lebih berusaha
memaksakan tujuannya dengan cara mengusahakan untuk menggagalkan
tujuan yang ingin dicapai pihak lain(setiawan,2004). Jonson (1990) membagi
konflik menjadi dua yaitu :

1. Konflik yang terjadi adalah sebuah prinsip seperti menggunakan


autonomi, kapankah kita menerima autonomi sebagai nilai moral yang
harus di promosikan dan dilindungi, serta apa alasannya ? apakah itu bidan
atau klien?

5
2. Konflik yang terjadi berada pada dua prinsip terpisah (contoh bidan harus
mengerti penolakan seorang ibu terhadap tindakan episiotomi yang
menurut bidan dapat melindungi bayinya, tetapi juga bidan harus
mempertimbangkan kesejahteraan atau kesehatan ibu).

Konflik moral merupakan suatu hal yang sulit dihindari khususnya dalam
dunia kesehatan. Konflik moral terjadi karena kesenjangan antara prinsip
moral yang dianut dengan situasi kenyataan yang dihadapi. Konflik moral
dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari, baik dibidang kedokteran atau
kebidanan. Tenaga kesehatan dan klien bisa berada dalam situasi
ketidakpastian manakala menghadapi banyak pilihan namun yang paling sulit
adalah bagaimana meramalkan konsekuensi suatu tindakan, karena semakin
besar konflik semakin besar pula dilema yang dihadapi( cambell, 1984). Ilmu
pengetahuan mengungkapkan banyak hal baru tetapi tidak menjelaskan apa
yang merupakan tujuan akhir atau bagaimana cara pelaksanaan( jalan keluar)
apabila timbul masalah baru dibidang moral dan hendak di selesaikan semua
pemecahan masalah tersebut diserahkan kepada kelompok masyarakat atau
menurut moral yang didalam hati nurani individu.

Dalam masyarakat yang kompleks sebagai dampak moderenisasi terjadi


pergeseran moral dan etik kearah keterpurukan. Untuk mencegah penurunan
moral dan etik diperlukan sikap etis yang menunjukan bahwa sikap tindakan
moral terdiri atas kewajiban dan hak yang di tentukan dengan peraturan yang
bertujuan legalisasi dari moral dan moralisasi dari hukum. Semua orang
mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga
kesehatan profesional tetapi kenyataannya hanya sedikit masyarakat yang
memperoleh pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan profesional itu.
Pelayanan tersebut banyak memberi manfaat dalam menyelesaikan konflik
yang mungkin dihadapi masyarakat dalam menjalankan kehidupannya.

Pandangan tenaga kesehatan dan klien tentunya akan berbeda dalam


memberi pelayanan kesehatan, sering kali tenaga kesehatan hanya memandang
dari sudut medis sedangkan klien mempertimbangkan suatu keadaan dari

6
berbagai hal. Tenaga kesehatan mempunyai kewajiban untuk melakukan
pengobatan dan tindakan medik terbaik menurut pengetahuan yang dimiliki.
Sedangkan klien atau keluarga klien mempunyai hak untuk menentukan
tindakan atau pengobatan yang akan dijalani.

Penyebab munculnya konflik:


a. Berusaha mencapai tujuan dengan cara memuaskan kebutuhan
b. Mempertahankan nilai-nilai
c. Memaksakan kepentingan
d. Sumber daya yang tidak mencukupi
e. Kurang atau ketiadaan komunikasi antara pihak-pihak berkonflik
f. Kurangnya rasa percaya satu sama lain
g. Saling tidak mengahargai hubungan
h. Kekuasaan terpusat (tidak terbagi secara merata)
i. Kesenjangan antara prinsip moral yang dianut dengan situasi kenyataan
yang dihadapi.
Contoh konflik moral:
a. Aborsi
b. Bayi tabung
c. Sewa rahim
d. Bank sperma
e. Kloning
Untuk mengatasi konflik moral setiap pihak harus menyadari hak dan
kewajibannya serta mampu menempatkan dirinya dalam porsi yang tepat.
Upaya yang dapat mempertemukan kebutuhan kedua belah pihak tanpa
merugikan salah satu pihak adalah melalui komunikasi interpersonal atau
konseling antara tenaga kesehatan dengan kliennya. Komunikasi tersebut
terwujud dalam bentuk informed choice dan informed consent. Infored choice
dan informed consent merupakan satu kesatuan yang tidak dapat di pisahkan
untuk mendapatkan informed consent dari klien, tenaga kesehatan harus
memastikan bahwa kliennya mendapatkan informed choice terlebih dahulu.

7
2.3 Teori-Teori Pengambilan Keputusan

1. Teori Utilitarisme
Teori utilitarisme mengutamakan adanya konsenkuesi kepercayaan
adanya kegunaan. Di percaya bahwa semua manusia mempunyai
perasaan menyenangkan dan perasaan sakit. Ketika keputusan dibuat
seharusnya memaksimalkan kesenangan dan meminamlkan
ketidaksenangkan. Prinsip umum dalam utilitarisme adalah di dasari
bahwa tindakan moral menghasilkan kebahagian yang besar bila
jumlah atau angka yang besar. Ada dua bentuk teori utilitarisme,
yaitu:
a. Utilitarisme berdasar tindakan
b. Utilitarisme berdasar aturan.

Prinsip utilitarisme berdasar tindakan adalah setiap tindakan


ditujukan untuk keuntungan menghasilkan hasil atau tingkatan yang
lebih besar. Utilitarisme berdasar aturan adalah modifikasi antara
utilitarisme tindakan dan aturan moral,aturan yang baik akan
menghasilkan keuntungan yang maksimal.Tindakan individu
didasarkan atas prinsip kegunaan dan aturan moral.Tindakan dikatan
baik bila didasari aturan moral yang baik.Menurut filsuf john stuart
mill (1864), Bahwa kesenangan dan kebahigaan dinilai secara
kualitatif. Menurutnya “everybody count for one,Nobody count for
more than one”, suatu perbuataan dinilai baik, jika kebahigaan
melebihan ketidak bahagiaan. Tidak ada seorang pun yang tidak
berguna bagi yang lain. Kebahigaan terbesar adalah milik semua
orang yang bisa di rasakan berguna bagi banyak orang. Menurut
richard B.brandt bahwa perbuataan dinilai baik secara moral jika
sesuai dengan aturan moral yang berlaku dan berguna pada suatu
masyarakat.

8
2. Teori Deontology
Menurut Imannuel Kant(1724-1864), sesuatu dikata baik dalam arti
sesungguhnya adalah kehendak yang baik, kesehatan, kekayaan,
kepandaian adalah baik, jika digunakan dengan baik oleh kehendak
manusia, tetapi jika digunakan dengan kehendak yang jahat, akan
menjadi jelek sekali. Kehendak menjadi baik jika bertindak karena
kewajiban. Kalau seorang bertindak karena motif tertentu atau
keinginan tertentu berarti di sebut tindakan yang tidak baik. Bertindak
sesuai kewajiban disebut legalitas. Menurut W.D Ross (1877-1971),
setiap manusia mempunyai intu isi akan kewajiban,Semua kewajiban
berlaku langsung pada diri kita. Kewajiban untuk mengatakan
kebenaran merupakan kewajiban utama,termasuk kewajiban
kesetiaan, ganti rugi, terimakasih , keadilan, berbuat baik,dsb. Contoh
yang lain adalah bila berjanji harus di tepati,bila meminjam harus di
kembalikan, dsb. Dengan memahami kewajiban akan terhindar dari
keputusan yang menimbulkan konflik atau dilema.

3. Teori Hedonisme
Menurut Aristippos (433-355 SM), sesuai kodratnya setiap
manusia mencari kesenangan dan menghindari ketidaksenangan. Hal
yang penting adalah menggunakan kesenangan dengan baik, dan tidak
terbawa oleh kesenangan. Menurut Epikuros (341-270 SM) dalam
menilai kesenangan (Hedone) tidak hanya kesenangan indrawi, tetapi
kebebasan dari rasa nyeri, kebebasan dari keresahan jiwa juga. Apa
tujuan terakhir dari kehidupan manusia adalah kesenangan. Menurut
john locke (1632-1704), kita sebut baik bila kita meningkatkan
kesenangan dan sebaliknya dinamakan jahat kalau mengurangi
kesenangan atau menimbulkan ketidaksenangan.

9
4. Teori Eudmonisme
Menurut filsufi nani aris toteles(384-322 SM) dalam buku ethika
nikomakeheia, bahwa dalam setiap kegiatannya manusia mengejar
suatu tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kita. Seringkali
kita mencari suatu tujuan untuk mencapai suatu tujuan yang lain lagi.
Semua orang akan menyetujui bahwa tujuan terakhir hidup manusia
adalah kebahagiaan (eudaimonia) seseorang mampu menyapai
tujuannya jika mampu menjalankan fungsinya dengan
baik,keunggulan manusia adalah akal dan budi. Manusia mencapai
kebahagian dengan menjalankan kegiataan yang rasional. Ada dua
macam keutamaan, yaitu keutaman intelektual dan keutamaan moral.

Setiap keputusan yang diambil , akan disusun oleh keputusan


keputusan lainnya yang berkaitan..Keputusan yang kita ambil
beraneka ragam. Tapi ada tanda tanda umumnya:

1. Keputuan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual


2. Keputusan selalu melibatkan plihan dari berbagai alternative
3. Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun
pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan
Faktor personal amat menetukan apa yang di putuskan itu, antara
lain kognisi,, motif dan sikap. Kognisi artinya kualitas atau kuantitas
pengetahuan yang dimiliki. Motif amat mempengaruhi pengambilan
keputusan. Sikap juga factor penentu dalam hal menggubris sesuatu
atau tidak peduli sama sekali

10

Anda mungkin juga menyukai