Anda di halaman 1dari 8

EPIDEMIOLOGI GIZI

DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DEWASA MUDA

OLEH

NAMA : SARIFA KARINA

NIM : J1A117265

KELAS : EPIDEMIOLOGI 017

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
1. DEFINISI DIABETES MELITUS TIPE 2

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit ganguan pada endokrin yang merupakan

hasil dari proses destruksi sel pancreas sehingga insulin mengalami kekurangan (Suriadi dan

Rita,2010). Menurut America Diabetes Associantion, 2011, Diabetes mellitus (DM) adalah

penyakit multi sistem kronik yang berhubungan dengan ketidak normalan produksi insulin,

ketidakmampuan penggunaan insulin atau keduanya (Lewis, dkk, 2011:). Diabetes mellitus

merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat

menurunkan sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi

sistem kesehatan suatu negara (Suyono, 2007).

Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis

termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah

berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan

postprandial, aterosklerosis dan penyakit vascular mikroangiopati.

Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas sel

terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal.

Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe II

dianggap sebagai non insulin dependent diabetes mellitus.

Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh

kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan

fungsi insulin (resistensi insulin).


2. PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2

Secara global, jumlah penderita Diabetes Mellitus (DM) pada tahun 2015 sebanyak 415

juta orang dan diperkirakan pada tahun 2040 akan meningkat menjadi 642 juta orang

(International Diabetes Federation (IDF), 2015). Sebanyak 43% dari 3,7 juta kematian DM

terjadi sebelum berusia 70 tahun dan persentase kematian tersebut lebih banyak terjadi di negara

berkembang daripada di negara maju (WHO, 2016a). Indonesia merupakan satu dari 10 negara

yang memiliki jumlah penderita DM terbanyak (Mihardja dkk, 2013). Pada tahun 2015, jumlah

penderita DM di Indonesia sebanyak 10 juta orang (IDF, 2015). Berdasarkan data dari WHO,

prevalensi DM di Indonesia pada tahun 2000 yakni 8,4 juta orang dan diperkirakan pada tahun

2030 akan mencapai 21,3 juta orang (WHO, 2016b).

Indonesia termasuk Negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyakdidunia.Hal ini

dapat di buktikan dalam (Arisman, 2011) Indonesia termasuk dalam 10 besar Negara dengan

jumlah pengidap Diabetes terbanyak di dunia.Indonesia menempati peringkat ke-7, dengan

jumlah pengidap Diabetes sebanyak 4,5 juta jiwa. Pada tahun 2025 Indonesia di prediksi akan

naik dua peringkat menjadi peringkat ke 5, dengan prakiraan jumlah pengidap sebanyak 12,4 juta

jiwa.Ini cukup mengkhawatirkan, karena masyarakat Indonesia kurang memperhatikan kesehatan

dirinya. Ini juga bisa di buktikan dari (Kemenkes, 2009) Secara epidemiologi, diperkirakan pada

tahun 2030 prevalensi Diabetes Mellitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang.

Sedangkan pada tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat Diabetes

Mellitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu

14,7%. Dan daerah pedesaan, Diabetes Mellitus menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%. Diabetes

Mellitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama Diabetes Mellitus yang disebabkan keturunan dan

tipe kedua disebabkan life style atau gaya hidup.


Secara umum, hampir 80 % prevalensi Diabetes Mellitus adalah DM tipe 2. Ini berarti

gaya hidup atau life style yang tidak sehat menjadi pemicu utama meningkatnya prevalensi

Diabetes Mellitus. Bila dilihat, penduduk yang obesitas mempunyai risiko terkena Diabetes

Mellitus lebih besar dari penduduk yang tidak obesitas. Untuk penderita berumur lebih dari 60

tahun dengan komplikasi , sasaran kendali kadar glukosa lebih tinggi dari biasa (puasa 100-125

mg/dL dan sesudah makan 145-180mg/dL) (PERKENI, 2011).

Prevalensi Diabetes di Indonesia yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen. Diabetes

Mellitus terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi Diabetes yang

terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi

Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Sedangkan untuk di Jawa Tengah sendiri sebesar

1,6 persen. Prevalensi Diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di

Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara

Timur (3,3%). Untuk di Jawa Tengah sebesar 1,9 persen (Riskesdas, 2013).

Kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki.Wanita lebih berisiko

mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh

yang lebih besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan prevalensi DM di

Indonesia membesar sampai 57%, pada tahun 2012 angka kejadian diabetes melitus didunia

adalah sebanyak 371 juta jiwa, dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari

populasi dunia yang menderita diabetesmellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita

diabetes mellitus tipe 1.


3. FAKTOR RISIKO

Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan dengan

beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan

faktor lain. Menurut American DiabetesAssociation (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor

risiko yang tidak dapat diubah meliputiriwayat keluarga dengan DM (first degree relative), umur

=45 tahun, etnik, riwayatmelahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau

riwayat pernah menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan beratbadan rendah (<2,5

kg).

Faktor risiko yang dapatdiubah meliputi obesitas berdasarkan IMT =25kg/m2 atau

lingkar perut =80 cm pada wanita dan =90 cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik,

hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat. Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah

penderita polycystic ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolikmemiliki riwatyat

toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya,

memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau peripheral rrterial Diseases

(PAD), konsumsi alkohol,faktor stres, kebiasaan merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi dan

kafein.

1. Obesitas (kegemukan)

Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah, pada derajat

kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah

menjadi 200mg%.
2. Hipertensi

Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak tepatnya

penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi

pembuluh darah perifer.

3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus

Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen diabetes. Diduga

bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot

dengan gen resesif tersebut yang menderita Diabetes Mellitus.

4. Dislipedimia

Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida > 250

mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35

mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.

5. Umur

Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus adalah > 45 tahun.

6. Riwayat persalinan

Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi > 4000 gram

7. Faktor Genetik

DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental Penyakit ini sudah

lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko emperis dalam hal

terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua atau

saudara kandung mengalami penyakit ini.

8. Alkohol dan Rokok


Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan peningkatan frekuensi

DM tipe 2.Walaupun kebanyakan peningkatan ini dihubungkan dengan peningkatan

obesitas dan pengurangan ketidakaktifan fisik, faktor-faktor lain yang berhubungan

dengan perubahan dari lingkungan tradisional kelingkungan kebarat- baratan yang

meliputi perubahan-perubahan dalam konsumsi alkohol dan rokok, juga berperan dalam

peningkatan DM tipe.

Alkohol akan menganggu metabolisme gula darah terutama pada penderita DM,

sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan tekanan darah.

Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila mengkonsumsi etil alkohol lebih dari

60ml/hari yang setara dengan 100 ml proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml.

Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2, dibedakan menjadi dua.

Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya umur, faktor genetik, pola

makan yang tidak seimbang jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan,

aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh.


KERANGKA KONSEP KEJADIAN DIABETS MELITUS TIPE 2

TERLALU BANYAK DUDUK

KURANG PEKERJAAN
AKTIVITAS

KURANG KONSUMSI BUAH


ASD (AUTISM
DAN SAYUR OBESITAS
SYNDROME DISORDER

GDM (RIWAYAT DM
PADA KEHAMILAN)
POLA KONSUMSI ALKOHOL
DM TIPE 2 TINGKAT BERAT DAN BERKADAR
DUKUNGAN GULA TINGGI
DEPRESI BERAT
KELUARGA

RIWAYAT DM PADA
KELUARGA
USIA
JENIS KELAMIN

Anda mungkin juga menyukai