Kelompok VI:
Elisya Anggraini : PO:62.31.3.16.230
Erni Susanti : PO:62.31.3.16.231
Dinda Putri S.N : PO:62.31.3.16.227
Meytira Panjiastuti : PO:62.31.3.16.246
Rizka Fitriani : PO:62.31.3.16.439
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia, taufik dan hidayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Pengawasan Mutu Pangan “Manajemen
Penyelengaraan Makan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 01
Cipayun” ini tanpa suatu halangan apapun. Tidak lupa kami menyampaikan
terima kasih kepada Ibu Rizky Kusuma Wardhani, S.Si.,M.Biomed dan
Bapak Mars Khendra Kusfriyadi, STP, MPH selaku dosen pengampu dan
bapak Sugyanto, S.Gz, M.Pd selaku Ketua Prodi D-IV Gizi serta mahasiswa
D-IV di Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palangka Raya yang telah
membantu kami dalam proses pembuatan makalah ini sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baikanya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, semoga Allah SWT senantiasa memberi petunjuk terhadap segala
upaya yang kami lakukan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
Kelompok VI
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbaikan gizi sebagai salah satu dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi menyebabkan usia harapan hidup rata-rata meningkat. Dengan semakin
luasnya pelaksanaan upaya kesehatan dan keberhasilan pembangunan nasional pada
semua sektor, sehingga hal tersebut mendorong peningkatan kesejahteraan sosio-
ekonomi serta kesehatan. Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan program
kesehatan adalah pendekatan kepada keluarga dan masyarakat. Pendekatan ini lebih
memprioritaskan upaya memelihara dan mejaga yang sehat semakin sehat serta
merawat yang sakit menjadi sehat (Maryam, 2008).
Menurut pasal 138 UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, upaya pemeliharaan
kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan
produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan martabat kemanusiaan.
Menurut UN-population Division, Departement of ergonomic and sosial Affairs
jumlah populasi lanjut usia lebih dari 60 tahun di dunia diperkirakan hampir mencapai
600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun 2050. Saat itu lanjut
usia akan melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun), pertama kali dalam sejarah
umat manusia (Darmojo, 2009). Jumlah lanjut usia akan naik lebih cepat daripada anak
atau jumlah pertumbuhan penduduk keseluruhan, golongan lanjut usia di Indonesia
akan naik 3,96% setahunnya. Angka pertumbuhan lanjut usia yang berumur 70 tahun
ke atas akan naik 5,6% dalam kurun waktu 1985-1995. Menurut laporan data demografi
penduduk internasional yang dikeluarkan oleh Bureau of the Census USA (1993),
dilaporkan bahwa Indonesia pada tahun 1990-2025 akan mempunyai kenaikan jumlah
usia lanjut sebesar 414%, suatu angka paling tinggi di seluruh dunia. Sebagai
perbandingan Kenya 347%, Brazil 255%, India 242%, China 220%, Jepang 129%,
Jerman 66% dan Swedia 33%. Pada tahun 2000, dua diantara tiga lanjut usia di seluruh
dunia yang berjumlah 600 juta, akan hidup bertempat tinggal di negara-negara sedang
berkembang (Darmojo, 2009).
Berdasarkan data Departemen Sosial tahun 2004, jumlah lanjut usia tercatat
16.522.311 jiwa. Dari jumlah itu, 3.092.910 jiwa atau sekitar 20% diantaranya adalah
lanjut usia terlantar yang tidak memiliki pensiun, aset, maupun tabungan yang cukup.
Sehingga mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya sehari-hari.
3
Perlahan tapi pasti masalah lanjut usia mulai mendapatkan perhatian pemerintah dan
masyarakat. Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para
professional kesehatan, serta bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk
mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) lanjut usia.
Pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lain-lainnya telah dikerjakan pada
berbagai tingkatan, yaitu ditingkat individu lanjut usia, kelompok lanjut usia, keluarga,
panti sosial tresna werdha (PSTW), sarana tresna werdha (STW), sarana pelayanan
kesehatan tingkat dasar (primer), sarana pelayaan kesehatan rujukan tingkat pertama
(sekunder), dan sarana pelayanan kesehatan tingkat lanjutan (tersier) untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi pada lanjut usia. Tujuan umum pembinaan kesehatan lanjut
usia dipanti yaitu meningkatnya derajat kesehatan dan mutu Kehidupan lanjut usia di
panti agar mereka dapat hidup layak (Maryam, 2008). Dasar hukum pendirian panti
werdha adalah Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia. Pendirian panti dilakukan dalam upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan.
Menurut Darmojo (2009) makanan yang cukup dan sehat termasuk kedalam 10
kebutuhan bagi lanjut usia. Bagi lanjut usia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan
dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan
pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Proses penuaan dapat
diperlambat apabila mempunyai asupan gizi yang baik. Bila asupan zat gizi tersebut
tidak diantisipasi dengan pemberian nutrisi secara tepat, maka akan timbul masalah
nutrisi yang dapat mempercepat atau memperburuk kondisi lanjut usia. Ditambah
dengan Penurunan daya tahan tubuhnya sehingga lanjut usia mudah terkena penyakit
dan bila terserang penyakit akan lama proses penyembuhannya serta mengakibatkan
kualitas hidup lanjut usia menjadi rendah. Penyelenggaraan makanan sangat penting
untuk mendukung masuknya zat-zat gizi, sehingga kondisi fisik dan kesehatan dari
para lanjut usia dapat tetap terjaga. Panti werdha juga memerlukan sistem manajemen
penyelenggaraan makanan untuk mendukung terpenuhinya kebutuhan gizi para
penghuni panti
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran sistem penyelenggaraan makanan Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010.
C. Tujuan
4
Untuk mengetahui gambaran sistem penyelenggaraan makanan Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 01 Cipayung tahun 2010.
D. Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan menganalisis gambaran sistem
penyelenggaraan makanan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 01 Cipayung tahun
2010.
5
BAB II
6
proses kegiatan secara langsung dan tenaga instansi banyak berperan. Sedangkan
kelemahannya adalah untuk dapat melakukan seluruh proses kegiatan dibutuhkan
tenaga dalam jumlah besar serta kualifikasi yang sesuai, kebutuhan sarana dan
prasarana termasuk peralatan masak dan peralatan makan yang besar.
b) Tenaga
Pedoman pengelolaan makanan bagi pekerja menjelaskan bahwa untuk
mengelola makanan diperkukan macam dan jumlah tenaga yang khusus, yang
terdiri dari penanggung jawab yang bertanggung jawab atas semua kegiatan
institusi termasuk kegiatan pengelolaan makanan. Untuk pelaksana sehari-hari,
pemimpin akan menujuk staf institusi yang dianggap erat kaitannya dengan
kegiatan pengelolaan makanan. Di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung,
penanggung jawab atas semua kegiatan di Panti dipegang oleh Kepala Panti
termasuk dalam kegiatan pengelolaan makanan.
Dalam pelaksanaanya Kepala Panti PSTW Budi Mulia 01 Cipayung
mengawasi dan menggerakan bawahannya dalam penyediaan makanan yang
memenuhi selera konsumen dan penggunaan bahan makanan yang tidak
dianjurkan. Penanggung jawab pengelolaan sebaiknya mengerti dan memahami
masalah dalam pengelolaan makanan banyak, tahu kualitas bahan makanan, tata
cara dan prosedur dalam pengelolaan makanan banyak. Selain itu juga mampu
mengarahkan dan menggerakan bawahan dalam penyediaan makanan yang
memenuhi selera konsumen, syarat gizi dan kesehatan. Memiliki gelar sarjana
dalam bidangnya dan pernah mengikuti kegiatan seminar atau penataran,
khususnya tentang gizi, manajemen penyelenggaraan makanan dan kesehatan.
Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Panti dibantu oleh Kepala Seksi
Keperawatan untuk mengawasi dan menggerakan bawahannya dalam proses
penyelenggaraan makanan di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung. Menurut Depkes
(1991) pengawas bertugas memimpin dan mengarahkan serta menggerakan
bawahan, berpendidikan SMKTA / boga / gizi / sederajat.
Tenaga pelaksana di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung berjumlah empat
orang yang seluruhnya berlatar belakang pendidikaan Sekolah Menengah Atas
(SMA). Tenaga pelaksana di dapur PSTW Budi Mulia 01 Cipayung cukup
cekatan dalam melaksanakan tugasnya, hal ini dapat dilihat tidak pernah
8
makanan disiapkan melebihi jam makan yang telah ditentukan. Dari keempat
tenaga tersebut tidak ada yang berlatar belakang gizi, kesehatan ataupun
sanitasi.
Tenaga pelaksana yang berpengalaman dalam pemasakan makanan
menurut resep yang ada, memahami gizi, kesehatan, sanitasi, dan pengetahuan
bahan makanan serta terampil dan cekatan dalam melakukan tugas yang
ditetapkan, Pembersih peralatan juga sebaiknya telah dilatih dalam tugas
sanitasi peralatan, perlengkapan dan memahami prosedur pembersihan dapur
dan peralatan penyelenggaraan makanan banyak. Ketiga tenaga kerja diatas
haruslah berbadan sehat dan bebas dari penyakit menular.
Namun pernah diadakan penataran terhadap pegawai mengenai perawatan
dan kesehatan lanjut usia. Penataran ini dilakukan di PSTW Budi Mulia 01
Cipayung kepada seluruh petugas, tidak hanya petugas dapur. Selain itu PSTW
Budi Mulia 01 Cipayung juga sering dijadikan tempat praktik mahasiswa
keperawatan dan pada akhir praktik biasanya mereka akan mengadakan seminar
atau penyuluhan mengenai kesehatan lanjut usia. Hal ini sangat berguna untuk
menambah pengetahuan khususnya pegawai PSTW Budi Mulia 01 Cipayung
termasuk tentang gizi lanjut usia.
Tenaga yang terlibat dalam penyelenggaraan makanan di PSTW Budi
Mulia 01 Cipayung merupakan tenaga yang berpengalaman dibidangnya.
Sebaiknya jika dalam suatu institusi tidak terdapat tenaga yang berlatar
belakang gizi dan kesehatan yang cukup, dapat digunakan tenaga sarjana gizi
yang bekerja sebagai konsultan, khususnya dalam menetukan sistem pelayanan,
cara pengolahan yang dipilih serta penetapan standar makanan bagi institusi
yang memenuhi syarat gizi dan kesehatan.
9
dapur yaitu dapur mudah dicapai dari semua ruang makan, sehingga
pelayanan makanan dapat berjalan lancar.
Dapur PSTW Budi Mulia 01 Cipayung mudah dijangkau kendaraan
dari luar. Pada bagian samping dapur terdapat halaman yang cukup luas
sehingga kendaraandapat masuk hingga dekat dapur, Hal ini memudahkan
dalam pengiriman bahan makanan dari luar. Dapur juga harus mudah
dicapai kendaraan dari luar, sehingga memudahkan pengiriman bahan
makanan dari luar.
Pada bagian belakang dapur kotor terdapat tumpukan sampah. Hal ini
dikarenakan masih adanya lanjut usia yang membuang sampah ditempat
tersebut meskipun telah dilarang oleh petugas panti. Dapur sebaiknya tidak
berdekatan dengan tempat pembuangan sampah. Hal ini dikarenakan tempat
sampah yang terbuka hanya akan mengundang lalat dan serangga lain yang
setiap saat dapat membawa kuman ke makanan.
Perlu dilakukan pemanfaatan lahan dibelakang dapur sehingga lanjut
usia tidak membuang sampah dilahan tersebut, seperti penanaman tanaman
atau pembuatan taman. Dengan demikian dapat dijadikan tempat lanjut usia
bersantai dan berkumpul dengan lanjut usia yang lain di sore hari sehingga
tidak bosan di dalam wisma sepanjang hari.
Gambar 1. Halaman di Belakang Dapur PSTW Budi Mulia 01 Cipayung
2) Ruangan
Luas bangunan dapur di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung + 120 m2. Ini
hanya 5/6 dari jumlah WBS yang ada. Menurut Depkes luas bangunan dapur
disarankan 1/7-1/5 dari jumlah klien. Luas bangunan dapur PSTW Budi
Mulia 01 Cipayung cukup luas untuk melakukan proses penyelenggaraan
makanan sebuah institusi.
Gedung dapur PSTW Budi Mulia 01 Cipayung terdiri dari beberapa
ruangan yaitu satu ruang tempat menyimpan bahan makanan yang akan
segera dipakai, didalamnya juga terdapat dua kulkas untuk menyimpan
bahan makanan segar. Tiga ruangan lainnya digunakan untuk menyimpan
10
bahan makanan kering serta satu ruangan untuk menyimpan peralatan dapur.
Selain itu terdapat pula dapur bersih tempat melakukan persiapan bahan
makanan dan pemorsian makanan untuk tiap-tiap wisma. Dapur kotor
digunakan untuk melakukan kegiatan pengolahan makanan yang disertai
dengan tempat sampah dan tempat pencucian. Diluar dapur kotor terdapat
tempat pencucian peralatan dapur maupun bahan makanan serta tempat
sampah. Namun tempat sampah di dapur PSTW Budi Mulia 01 Cipayung
tidak disertai dengan penutup tempat sampah. Hal ini dikhawatirkan akan
mengundang banyak lalat yang dapat membawa kuman penyakit ke
makanan lanjut usia. Untuk menghindari hal tersebut perlu disediakan
tempat sampah yang disertai dengan penutupnya.
Menurut Depkes luas bangunan dapur mencakup ruang penerimaan
bahan makanan, ruang penyimpanan, ruang pemasakan, ruang distribusi,
ruang pencucian alat, kantor kepala/ pimpinan penyelenggara makanan, dan
kamar kecil.
Gambar 2 Ruang Dapur PSTW Budi Mulia 01 Cipayung
4) Kontruksi dapur
Menurut Depkes dinding dapur hendaknya dari keramik berwarna yang
dapat memantulkan cahaya. Untuk memberikan cahaya yang cukup dinding
diberi jendela kaca. Dinding dapur PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tebuat
11
dari keramik dengan warna yang cukup cerah sehingga dapat memantulkan
cahaya. Pada ruang dapur kotor terdapat dinding terbuka yang hanya di
tutupi kawat sehingga cahaya dan sirkulasi udara dapat masuk ke dalam
dapur secara baik. Namun dengan demikian makanan dalam proses
pengolahan lebih memungkinkan terkontaminasi debu dari udara luar.
Sebaiknya untuk menghindari hal tersebut dalam proses pengolahan
makanan, makanan harus ditutupi dengan penutup panci untuk menghindari
kemungkinan mengalami kontaminasi debu atau yang lainnya.
Lantai dapur PSTW Budi Mulia 01 Cipayung terbuat dari keramik
sehingga kedap air, tidak licin, dan mudah untuk dibersihkan. Dapur juga
dilengkapi dengan exhaust fan yang dapat digunakan untuk penyerap udara
serta satu buah kipas angin, sehingga mengurangi panas dalam ruang dapur.
Menurut Depkes Lantai dapur sebaiknya terbuat dari bahan yang kedap air,
tidak licin dan tahan terhadap asam. Pada tempat pemasakan tertentu
digunakan penyerap udara yang terbuat dari logam anti karat atau perlatan
sejenis lainnya.
12
diletakkan dalam dua buah rak juga diletakkan disebelah dapur kotor.
Penempatan peralatan dapur sudah cukup baik sehingga sedkit mungkin
bolak-balik dari tempat pengolahan bahan makanan. Menurut Depkes semua
peralatan besar dapat ditata dengan baik. Penyusunan peralatan harus
berdasarkan arus kerja yang sedikit mungkin bolak-balik.
Jumlah peralatan dapur PSTW Budi Mulia 01 Cipayung masih kurang,
seperti penutup untuk makanan yang telah diporsikan. Hal ini
mengakibatkan makanan yang telah diporsikan untuk masing-masing wisma
ada yang tidak ditutupi sehingga makanan yang telah siap untuk
didistribusikan ke masing-masing wisma mudah terkontaminasi debu, lalat,
dan lain-lain. Menurut Depkes kebutuhan peralatan dipertimbangkan
menggunakan data tentang jumlah pemakaian alat / hari / minggu. Untuk
menghindari kontaminasi tersebut perlu ditambah peralatan penutup
hidangan makanan.
13
Provinsi DKI Jakarta Pasar Rebo sehingga telah memenuhi standar gizi untuk
lanjut usia.
Menu yang disajikan telah memenuhi pesan gizi seimbang yaitu terdiri dari
makan beranekaragam makanan, banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan,
mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi, mengonsumsi
anekaragam makanan pokok, batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak,
biasakan sarapan, biasakan minum air putih yang cukup dan aman, biasakan
membaca label pada kemasan pangan ,cuci tangan pakai sabun dan air bersih
mengalir serta Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan
normal.
Maka menu yang disajikan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi penerimanya.
Susu diberikan seminggu tiga kali yaitu pada hari senin, rabu, dan jumat. Setiap
susu diberikan selalu disertai dengan pemberian biskuit. Kudapan dalam siklus
menu tidak selalu diberikan setiap hari, kudapan diberikan ketika panti mendapat
bantuan dari pihak luar. Kudapan diberikan pada saat panti mengadakan kegiatan
yaitu pada hari senin, rabu, dan jumat. Kudapan memiliki manfaat untuk
menambah asupan kalori bagi lanjut usia.
Di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung telah memiliki siklus menu sepuluh hari,
namun dalam pengaplikasiannya menu tersebut tidak selalu menjadi patokan
bagian dapur. Menu dimodifikasi untuk menghindari kebosanan lanjut usia.
Menurut Moehyi masakan harus bervariasi, satu jenis masakan yang dihidangkan
berkali-kali dalam jangka waktu yang singkat akan membosankan konsumen.
Begitu juga penggunaan bahan makanan dasar untuk membuat masakan berkali-
kali dalam jangka waktu yang singkat akan membuat penerima merasa jenuh.
14
Namun berdasarkan Depkes (2007) dalam bukunya yang berjudul pedoman
penyelenggaraan makanan rumah sakit menjelaskan bahwa sebuah institusi harus
menetapkan pola menu. Tujuan dibuat pola menu adalah agar dalam siklus menu
dapat dipastikan menggunakan bahan makanan sumber zat gizi yang dibutuhkan
konsumen. Selain itu dengan penetapan pola dapat dikendalikan bahan makanan
sumber zat gizi yang diperlukan. Sebaiknya dalam penerapannya tetap
menggunakan bahan makanan yang telah ditetapkan pihak panti namun tetap
dilakukan variasi cara pemasakan untuk menghindari kebosanan lanjut usia. Hal
ini dilakukan untuk memastikan lanjut usia tetap mendapatkan sumber zat gizi
dari bahan makanan yang telah ditetapkan panti setelah disetujui ahli gizi rumah
sakit sehingga zat gizi yang dibutuhkan lanjut usia tetap dapat terpenuhi. Selain
itu perlu dibuat pola menu sehingga petugas dapur dapat mudah memodifikasi
cara pemasakan namun tetap menggunakan bahan makanan yang telah ditetapkan.
Penggantian menu disesuaikan dengan dana yang telah ditetapkan.
Biaya yang tersedia untuk menyelenggarakan makanan harus diperhitungkan
dalam penyusunan menu. Selain pertimbangan kebutuhan gizi dan biaya,
penyelenggaraan makanan di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung juga
memperhatikan peralatan untuk megolah makanan yang akan disajikan, bahan
makanan diolah berdasarkan peralatan yang tersedia di PSTW Budi Mulia 01
Cipayung. Misalnya bahan makanan seperti daging tidak dipresto karena
keterbatasan peralatan yang dimiliki panti.
Jenis makanan tertentu yang memerlukan peralatan khusus untuk
memasaknya sebaiknya tidak disediakan jika institusi itu tidak memiliki peralatan
tersebut. Macam masakan yang disajikan diusahakan petugas dapur sesuai dengan
kebiasaan makanan lanjut usia penghuni panti. Misalnya untuk sayuran seperti
terong dimasak hingga empuk. Daging, ikan, ayam digoreng hingga renyah sesuai
dengan keinginan lanjut usia. Menurut Depkes (2007) Macam masakan yang
disajikan sedapat mungkin disesuaikan dengan kebiasaan makanan penerimanya.
15
Di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung perhitungan bahan makanan dilakukan
hanya berdasarkan estimasi petugas dapur. Dalam perencanaan menu tidak
ditetapkan porsi baku dari tiap-tiap bahan makanan. Pihak dapur mengestimasikan
berdasarkan jumlah lanjut usia melalui percobaan yang dilakukan ternyata porsi
yang ditetapkan rata-rata untuk pembelian sayuran sebesar 7 Kg, daging sebanyak
6 kg, ayam 12 ekor, beras 40 Kg, pepaya 5 buah, pisang 12 sisir, dan semangka 3
buah dengan berat + 4 kg. Untuk dapat menghitung kebutuhan bahan makanan
diperlukan keterangan pembantu, seperti resep baku masing-masing jenis
makanan dan porsi baku makanan untuk setiap orang.
Pembagian porsi di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung tidak menggunakan
porsi baku. Pembagian porsi dilakukan berdasarkan estimasi menurut jumlah
lanjut usia di masing-masing wisma. Wisma yang paling banyak jumlah lanjut
usianya di sediakan lebih banyak nasi, lauk, sayur, dan buah, begitupun
sebaliknya. Nasi dan sayur diletakkan dalam masing-masing wadah yang akan
dibagikan sesuai dengan porsi yang diinginkan lanjut usia. Untuk wisma lanjut
usia laki-laki juga disediakan porsi yang lebih besar dibandingkan dengan wisma
perempuan, hal ini didasarkan pada kebiasaan makan lanjut usia laki-laki yang
lebih banyak dibandingkan lanjut usia perempuan di PSTW Budi Mulia 01
Cipayung. Namun untuk lauk dan buah sudah diporsikan untuk masing-masing
lanjut usia.
Menurut Departemen Kesehatan (2007) sebagai pedoman untuk menetapkan
porsi baku makanan Indonesia dapat digunakan angka patokan kecukupan
makanan yang dianjurkan yang disusun oleh Departemen Kesehatan untuk
digunakan di rumah sakit atau institusi lain.
Gambar 6. Tempat Penyimpanan Daging, Ikan atau Unggas di PSTW Budi Mulia 01
Cipayung
18
standar. Oleh Karena itu perlu membungkus sayuran yang sudah dicuci bersih dan
siap santap. Simpan pada kotak khusus penyimpan sayuran atau buah.
Menurut Rahayu (2009) sebagian besar jenis sayuran bersifat mudah rusak
bahkan sangat mudah rusak untuk itu harus segera membersihkan sayuran yang
telah beli dari pasar (umumnya sayuran dari supermarket telah dibersihkan),
setelah itu memasukkannya ke dalam kantong plastik yang dilubangi sekitar 5%
dari luas permukaan kemudian menyimpannya di dalam pendingin (kulkas).
Pembersihan sayuran ditujukan untuk menghilangkan tanah ataupun
mikroorganisme penyebab kebusukan. Sedangkan pengemasan dalam plastik
berperforasi dapat meminimalisasi kelayuan dan mencegah reaksi anaerob yang
menyebabkan bau. Jika tidak memiliki kulkas sebaiknya memilih sayuran yang
relatif tidak mudah rusak untuk persediaan seperti kacang panjang, buncis, wortel,
kentang dan lain-lain.
19
Ruang gudang kedua merupakan tempat penyimpanan bahan makanan kering
seperti mie, biskuit, susu bubuk, dan lain-lain. Ketersediaan barang-barang
tersebut baik dari pembelian maupun bantuan dari yayasan, masyarakat, dan lain-
lain. Ruang gudang ketiga digunakan juga untuk menyimpan bahan makanan
kering seperti minyak, gula, dan lain-lain yang merupakan bahan yang digunakan
untuk proses pemasakan.
Menurut Depkes (2007) Bahan makanan yang tahan lama disimpan dan
pengadaannya dalam jumlah banyak, harus dicatat dalam buku atau kartu stok
bahan makanan pada waktu penerimaan dan pengeluarannya. unan bahan
makanan pada ruang penyimpanan dilakukan menggunakan kardus yang tertutup
rapat menurut macam atau jenis barang. Pencatatan selalu dilakukan pada saat
barang keluar dan masuk ruang penyimpanan. Ruangan tersebut hanya dibuka
ketika ada penerimaan dan pengeluaran barang serta pada saat merapihkan
ataupun membersihkan ruangan tersebut. Selebihnya ruangan selalu dalam kondisi
tertutup dan terkunci.
Lebih lanjut Depkes (2007) menjelaskan syarat utama untuk menyimpan
bahan makanan kering adalah bahan makanan harus ditempatkan secara teratur
menurut macam, golongan ataupun urutan pemakaian bahan makanan,
menggunakan bahan yang diterima terlebih dahulu (FIFO=First In First Out),
kartu/buku penerimaan, stok, dan pengeluaran bahan makanan harus segera diisi
dan diletakkan pada tempatnya, gudang dibuka pada waktu yang telah ditentukan,
semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat tertutup, terbungkus rapat dan
tidak berlubang, diletakkan di atas rak bertingkat yang cukup kuat dan tidak
menempel pada dinding, pintu harus selalu terkunci pada saat tidak ada kegiatan
serta dibuka pada waktu-waktu yang ditentukan, suhu ruangan harus kering
sebaiknya berkisar antara 19-210C, pembersihan ruangan secara periodik.
Pembersihan ruang gudang penyimpanan makanan yang akan segera digunakan di
PSTW Budi Mulia 01 Cipayung dilakukan setiap hari namun tidak dengan
penyemprotan insektisida. Menurut Depkes (2007) dua kali seminggu,
penyemprotan ruangan dengan insektisida hendaknya dilakukan secara periodik
dengan mempertimbangkan keadaan ruangan, semua lubang yang ada di gudang
20
harus berkasa, serta bila terjadi pengrusakan oleh binatang pengerat harus segera
diperbaiki. Disekitar ruang penyimpanan memang masih terdapat binatang seperti
tikus yang berkeliaran terutama pada malam hari. Namun keempat ruang gudang
penyimpanan tersebut.
i. Pengawasan
Menurut Depkes (2007) pengawasan adalah salah satu dari fungsi
manajemen, yang merupakan proses kegiatan pimpinan untuk memastikan,
menjamin, bahwa tujuan dan tugas-tugas organisasi akan terlaksana dengan baik
sesuai kebijakan. Pengawasan dalam penyelenggaraan makanan di PSTW Budi
Mulia 01 Cipayung dilakukan oleh Kepala Panti dengan mendatangi dapur setiap
hari mengontrol menu apa saja yang disajikan pada hari tersebut untuk mencegah
24
adanya penyelewengan terhadap penggunaan bahan makanan yang dilarang bagi
lanjut usia. Berdasarkan Depkes (2007) hakekat pengawasan adalah mencegah
sedini mungkin terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan,
hambatan, kesalahan, dan kegagalan dalam pencapaian tujuan dan pelaksanaan
tugas organisasi.
Selain itu Kepala Panti juga menegur petugas dapur jika masakan yang
dimasak terlalu asin dan menggunakan bahan makanan yang dilarang oleh ahli
gizi seperti santan, kangkung, dan lain-lain. Kepala Panti juga menerima keluhan
dari lanjut usia mengenai makanan yang disajikan kemudian akan
menyampaikannya kembali pada petugas dapur untuk memperbaiki cara
pengolahan bahan makanan sesuai dengan selera lanjut usia. Dalam melaksanakan
tugasnya kepala panti juga dibantu oleh staf panti yaitu Kepala Seksi
Keperawatan. Selain itu pengawasan juga dilakukan sesekali oleh petugas dari
Balai Kota DKI Jakarta (BKD) dengan melakukan sidak atau inspeksi mendadak.
Petugas mengecek apakah menu yang disajikan pada hari tersebut sesuai dengan
siklus menu yang telah ditetapkan. Petugas tersebut akan menegur pertugas dapur
jika menu yang disajikan tidak sesuai dengan siklus menu yang telah ditetapkan.
Namun tidak ada tindak lanjut lagi dari hasil inspeksi mendadak tersebut.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Moehyi dalam bukunya yang berjudul Makanan Institusi dan Jasa Boga
menjelaskan bahwa penyelenggaraan makanan berdasarkan waktu dibedakan menjadi
tiga kelompok, yaitu penyelenggaraan makanan hanya satu kali saja, penyelenggaraan
makanan secara tetap untuk jangka waktu tidak terbatas, dan penyelenggaraan
makanan dalam keadaan darurat yang persediannya dilakukan untuk jangka waktu
tertentu.
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 01 Cipayung berdasarkan waktu
penyelenggaraan makanan merupakan jenis penyelenggaraan makanan secara tetap
untuk jangka waktu tidak terbatas. Makanan yang disajikan berupa makanan lengkap
yang terdiri dari nasi, lauk, pauk, sayuran, dan buah serta kudapan. . Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 01 Cipayung termasuk penyelenggaraan makanan institusi
yaitu bentuk penyelenggaraan makanan yang tempat memasak dan menyajikan
makanan berada pada satu tempat. Jenis penyelenggaraan makanan ini biasanya
bersifat non komersial.
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 01 Cipayung merupakan jenis
pengelolaan penyelenggaraan makanan swakelola dimana sistem penyelenggaraaan
makanan yang dilakukan menggunakan seluruh sumber daya yang disediakan oleh
institusi tersebut begitu juga pengelolaan dan kebijakan yang berjalan di dalam
insitusi.
Tenaga pelaksana di dapur PSTW Budi Mulia 01 Cipayung cukup cekatan dalam
melaksanakan tugasnya, hal ini dapat dilihat tidak pernah makanan disiapkan melebihi
jam makan yang telah ditentukan. Dari keempat tenaga tersebut tidak ada yang berlatar
belakang gizi, kesehatan ataupun sanitasi. Pendistribusian makanan di PSTW Budi
Mulia 01 Cipayung selalu tepat pada waktu yang ditentukan namun ada beberapa
lanjut usia yang tidak langsung memakan makanan yang disajikan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, F., et al. 2009. Hygiene dan Sanitasi Pada Pedagang Makanan Jajanan
Tradisional di Lingkungan Sekolah Dasar Kelurahan Denang Lebar Daun
Palembang. [Karya Tulis Ilmiah]. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Almatsier, S., et al. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. 2011. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Damiati, Santi. 2008. Hubungan Pola Makan dan Status Gizi Dengan Prestasi
Belajar Remaja Putri Pondok Pesantren Alkhairat Pusat Palu. [Serial
Online]. http://www.scribd.com/doc/16348310/Hubungan-Pola-Makan-
Dan-Status-Gizi-Dengan-Prestasi-Belajar-Remaja-Putri-Pondok-Pesantren-
Alkhairat-Pusat-Palu. (24 Januari 2019).
Depkes RI. 2001. Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta: Direktorat
Gizi Masyarakat Depkes
27
Depkes RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/Menkes/SK/VII/2002 Tentang Persyaratan Kualitas Air minum.
28
29
1