Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

Gambarana Klinis Skizofrenia dari Fase Prodromal, Fase Aktif, dan Fase
Residual

PEMBIMBING :

dr. Muh. Danial Umar, Sp. KJ

Oleh :

Gabriel Hezekiah Hadisaputro

112020025

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

2021
PENDAHULUAN

Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa berat yang dapat mempengaruhi
pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang. Skizofrenia merupakan bagian dari psikosis yang
terutama ditandai dengan hilangnya pemahaman terhadap realitas dan daya tilik diri. Skizofrenia
adalah salah satu gangguan psikotik yang tersering, dimana hampir 1% dari penduduk dunia
menderita psikotik selama hidup mereka. Tanda dan gejalanya bervariasi termasuk adanya
perubahan persepsi, emosi, kognisi, pemikiran, dan perilaku. Terdapat dua figure utama dalam
psikiatri dan neurologi yang mempelajari gangguan ini yaitu Emil Kraepelin (1856-1962) dan
Eugene Bleuler (1857-1936). Sebelumnya Benedict Morel (1809-1973) sudah pernah memakai
istilah demence precoce untuk menggambarkan pasien yang secara klinis muncul deteriorasi
pada usia remaja.1,2

Skizofrenia lebih sering terjadi pada populasi urban dan pada kelompok sosial
ekonomi yang rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan karena suatu kecenderungan terpuruk.
Lingkungan yang buruk ini tidak penyebabkan gangguan, namun lingkungan yang buruk
membuat penyakit ini sulit untuk dikontrol. Prevalensi seumur hidup dari skizofrenia berkisar
antara 0.3%-0.7% meskipun dilaporkan dari berbagai ras,/etnis, negara, imigran yang bervariasi. 3
Di Amerika Serikat terdapat sekitar 0,05% dari seluruh populasi yang dirawat karena skizofrenia
dalam setahun, dan hanya setengahnya dari seluruh pasien skizofrenia yang mendapatkan
pengobatan meskipun gangguannya cukup berat. Kejadian skizofrenia. Penderita skizofrenia
sering kali sulit beradaptasi terhadap realita kehidupan psikososial disekitarnya. Sehingga akan
menimbulkan berbagai kesulitan bagi penderita sendiri, keluarga, dan lingkungan sosialnya.
Pada gangguan psikosis termasuk skizofrenia, dapat ditemukan gejala gangguan jiwa berat
seperti halusinasi, waham, perilaku yang kacai, dan pembicaraan yang kacau, serta gejala
negatif. tidak ada satupun gejala yang patognomonik untuk skizofrenia. Terdapat tiga tahap
dalam perkembangan skizofrenia yaitu fase prodromal, fase pertama dan fase kronik.
DEFINISI

 Skizofrenia adalah gangguan jiwa berat (psikosis) yang ditandai dengan distorsi pada
pikiran, persepsi, emosi, pembicaraan, tilikan diri, dan perilaku. Skizofrenia memiliki
berbagai variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.4

ETIOLOGI

 Faktor Genetik
Adanya pengaruh genetik dalam terjadinya skizofrenia, dimana pasien pada keturunan
pertama atau kedua memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita skizofrenia. Selain
itu beberapa data juga menunjukkan bahwa umur seorang ayah juga berpengaruh pada
berkembangnya skizofrenia pada anak, karena spermatogenesis pada orang yang sudah
tua memiliki kerusakan epigenetik yang lebih besar dibandingkan yang masih muda.1
 Faktor Biokimia
o Pada pasien skizofrenia memiliki aktivitas dopamin yang berlebihan. Dopamin
yang berlebihan ini berkaitan dengan adanya keparahan dari gejala positif
psikotik.
o Serotonin yang berlebihan pada pasien skizofrenia juga menjadi penyebab gejala
negatif dan positif.
o Degenerasi neuronal selektif dalam sistem reward pada norepinefrin
menyebabkan terjadinya anhedonia pada penderita skizofrenia. Dimana pasien
akan mengalami kehilangan atau penurunan akan minat, motivasi, dan
kesenangan.
o Pada penelitian didapatkan bahwa pasien skizofrenia kehilangan neuron
GABAergic di hipokampus, yang merupakan pengatur dari aktivitas dopamine.
Hal ini yang membuat hiperaktivitas dopamin.
o Terdapat penurunan reseptor muskarinik dan nikotinik di cauda-putamen
hipokampus dan daerah prefrontal korteks yang memainkan peran untuk
mengatur neutransmitter yang membuat terjadinya gangguan kognitif pada
penderita skizofrenia.
o Glutamat juga berperan karena membuat gejala akut yang mirip dengan
skizofrenia karena hipofungsi dari reseptor glutamate yaitu N-methyl-D-aspartate
(NMDA).
o Neuropeptide yang berpengaruh dalam mekanisme yang dapat memfasilitasi,
menghambat, atau mengatur penembakan sistem saraf.
 Neuropatologi
o Ventrikel serebral : CT-Scan pada pasien skizofrenia menunjukan adanya
pembesaran pada ventrikel lateral dan ketiga serta reduksi di volume kortikal.
Penurunan volume kortikal gray matter ini terjadi pada tahap awal dari penyakit
ini. penelitian menunjukan bahwa lesi ini terlihat pada saat berlangsungnya onset
penyakit. Namun apakah proses patologis ini progresif atau tidak masih belum
dapat dipastikan.
o Mengurangi simetri : ada pengurangan simetri di beberapa bagian otak pada
penderita skizofrenia, termasuk di temporal, frontal, dan lobus occipital.
Berdasarkan beberapa peneliti hal ini terjadi pada saat masih didalam janin
dimana and mengindikasikan adanya gangguan pada lateralisasi otak selama
perkembangan saraf.
o Sistem limbik : terdapat penurunan ukuran di beberapa area seperti amigdala,
hippocampus, dan gyrus parahippocampal. Bukan hanya ukuran yang mengecil di
hippocampus tetapi juga fungsi yang abnormal yang membuat gangguan transmisi
glutamat.
o Korteks prefrontal : terdapat bentuk anatomi prefrontar cortex yang abnormal
pada pasien skizofrenia.
o Thalamus : beberapa penelitian menunjukan adanya penurunan volum dan
hilangnya saraf di thalamus.
o Basal ganglia dan cerebellum : adanya pengaruh dari basal ganglia dan
cerebellum pada pasien skizofrenia dikarenakan adanya gerakan aneh seperti
gaya berjalan, ekspresi wajah, dan gerakan lainnya.
 Sirkuit neural
Adanya gangguan pada sirkuit neural berhubungan dengan adanya halusinasi auditorik.
 Metabolisme otak
Ditemukan bahwa pasien dengan skizofrenia memiliki kadar fosfomonoester dan fosfat
inorganik yang rendah dan tingginya fosfodiester dibandingkan dengan orang normal.
Selain itu juga konsentrasi dari N-acetyl aspartate yang merupakan marker neuron
menunjukan hasil yang lebih rendah di hippocampus dan lobus frontal.
 Terapan elektrofisiologi
Terdapat catatan yang abnormal ada elektroensefalografi pasien skizofrenia yang
menunjukan peningkatan aktivitas. Pasien ini juga menunjukan ketikdakmampuan untuk
menyingkiarkan suara-suara yang tidak relevan dan sangat sensitive terhadap kebisingan.
Hal ini membuat sulit berkonsentrasi dan mungkin menjadi faktor dalam terjadinya
halusinasi auditorik.
 Disfungsi pergerakan mata
Ketidakmampuan untuk mengikuti target visual yang bergerak secara akurat merupakan
suatu penanda untuk skizofrenia.
 Psikoneuroimunologi
Adanya penurunan produksi T-cell IL-2, penurunan jumlah dan respon dari limfosit
perifer, reaktivitas seluler dan humoral yang abnormal terhadap neuron dan adanya
antibrain antibodies.
 Psikoneuoendokrinologi
Pada penelitian didapatkan hasil bahwa adanya penurunan konsentrasi dari hormol LH
atau FSH berkaitan dengan usia onset dan lamanya sakit. Selain itu adanya gejala negatif
dipengaruhi oleh keluarnya hormone prolactin dan growth hormone pada stimulasi dari
GnRH Thyrotropine releasing hormone.

EPIDEMIOLOGI

Penderita skizofrenia memiliki prevalensi yang sama antara pria dan wanita. Namun
kedua nya ini memiliki onset dan perjalanan penyakit yang berbeda. Laki-laki memiliki onset
yang lebih dahulu dibandingkan perempuan. Laki-laki lebih banyak yang mulai onset diusia 10-
25 tahun. Sedangkan perempuan onset diusia 25-35 tahun. Jika onset baru terjadi setelah usia 40
tahun, masa gangguan ini disebut sebagai skizofrenia onset lambat.3

Meningkatnya angka fertility rate pada pasien dengan skizofrenia membuat banyaknya
keturunan yang skizofrenia. Keturunan tingkat pertama pada orang tua yang menderita
skizofrenia akan menghasilkan anak yang berisiko sepuluh kali lebih besar untuk memiliki
gangguan skizofrenia dibandingkan dengan populasi umum. Selain itu pada penelitian
didapatkan hasil bahwa pasien dengan skizofrenia 80% memiliki penyakit lain yang bersamaan,
dan 50% dari hal tersebut seringkali tidak terdiagnosis.

Penyalahgunaan zat sering ditemukan pada pasien dengan skizofrenia seperti penggunaan
ganja. Dimana ganja akan meningkatkan risiko terjadinya skizofrenia enam kali lipat
dibandingkan yang tidak menggunakan. Selain itu juga terdapat obat-obatan lain seperti
amfetamin, kokain, dan obat serupa lainnya yang dapat meningkatkan gejala psikotik.1

Kepadatan populasi disuatu negara juga berpengaruh pada banyaknya penderita


skizofrenia, dimana stressor sosial yang ada diperkotaan akan mempengaruhi perkembangan
skizofrenia pada orang yang berisiko. Selain itu juga terdapat pengaruh dari sosioekonomi dan
faktor budaya dari suatu negara.

GAMBARAN KLINIS

Gejala dari skizofrenia dapat dibagi menjadi 4

1. Gejala positif : terdiri dari gejala-gejala psikotik seperti halusinasi yang biasanya
auditorik, delusi, dan pembicaraan serta perilaku yang kacau.
2. Gejala negatif : afek tumpul, penarikan diri dari lingkungan sosial, tidak banyak
berbicara, kurangnya perawatan diri
3. Gejala kognitif : fungsi eksekutif yang buruk (sulit memahami suatu informasi dan
memanfaatkan informasi tersebut untuk membuat keputusan), gangguan memusatkan
perhatian, sulit mengingat sesuatu
4. Gangguan mood
Kriteria diagnostik pada skizofrenia yaitu :

 Terdapat adanya 2 atau lebih gejala yang signifikan dalam waktu 1 bulan4.

 Waham
 Halusinasi
 Pembicaraan kacau
 Perilaku kacau / katatonik yang nyata

 Gejala negatif
 Dalam kurun waktu yang signifikan sejak munculnya onset terdarapat menurunnya fungsi
pada satu atau lebih area seperti pekerjaan/akademik, relasi interpersonal, dan perawatan
diri.3
 Tanda yang muncul berkelanjutan dan menetap setidaknya 6 bulan. Dalam periode 6
bulan setidaknya ada 1 bulan dengan gejala fase aktif dan termasuk gejala gejala fase
prodromal dan residual. Pada fase prodromal dan residual terdapat 2 atau lebih gejala
aktif dalam bentuk yang kurang jelas
 Gangguan skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik harus dieksklusi,1) tidak
ada depresi mayor atau episode manik ketika gejala fase aktif terjadi. Atau 2) jika episode
gangguan mood terjadi saat fase aktif, terlihatnya hanya sebentar dibandingkan dari total
durasi pada saat fase aktif ataupun residual.
 Gangguan tidak disebabkan karena zat psikoaktif atau kondisi medis lainnya.

Gambar 1. Fase psikosis pada skizofrenia


 Fase Prodromal
Tanda dan gejala dari fase prodromal biasanya sudah terjadi beberapa bulan atau tahun
sebelum pasien tersebut didiagnosis atau dirawat dirumah sakit karena skizofrenia.
Gejalanya mulai dari keluhan gejala somatik seperti sakit kepala, nyeri punggung atau
otot, kelemahan, dan masalah pencernaan. Diagnosis awal dapat berpura-pura sakit,
sindrom kelelahan kronis, dan gangguan somatisasi. Keluarga dan teman-temannya
mungkin sudah memperhatikan adanya perubahan pada pekerjaan, sosial, maupun
aktivitas pribadi pada orang tersebut. pada keadaan ini pasien dapat memiliki ide yang
abstrak, filosofi, dan pertanyaan tentang okultisme atau agama. Selain itu juga terdapat
adanya perilaku aneh, afek abnormal, ucapan yang tidak biasa, ide yang tidak biasa, sulit
membuat keputusan, sulit fokus, dan pengalaman persepsi yang aneh.1
 Fase Aktif
Fase ini adalah dimana sudah munculnya gejala psikotik seperti halusinasi, delusi,
berkata-kata dan bertingkah laku aneh dan tidak teratur sangat terlihat. Hal ini sangat
menyusahkan bagi penderita. Ini adalah tahap dimana penggunaan obat antipsikotik harus
diberikan secepat mungkin. Fase ini sangat aktif dan intens yang bisa bertahan hingga
rata-rata 8 minggu namun bisa juga sekitar 4 minggu. Lalu gejalanya mulai remisi.
 Fase Residual
Fase ini adalah fase setelah penderita menjalani pengobatan selama beberapa minggu
atau bulan dan sebagian besar orang mulai pulih. Banyak gejala yang intensitasnya
berkurang atau hilang, dan secara umum mulai bisa mengatasi kehidupannya sehari-hari.
beberapa gejala di fase aktif mungkin masih ada di fase ini namun dengan pengobatan
yang sesuai, pasien akan berhasil pulih dari episode psikosis pertamanya.3,4

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

1. Gambaran umum
 Penampilan pada penderita skizofrenia berkisar dari yang acak-acakan, berteriak-
teriak, agitasi hingga sangat terawat, sangat pendiam, dan orang yang tidak bisa
bergerak. Biasanya penampilan ini disebabkan respon dari halusinasi yang
dialaminya.
2. Emosi/mood dan afek
 Terdapat dua gejala afektif yang sering ada pada penderita skizofrenia yaitu
penurunan respon emosional, terkadang pada keadaan yang parah bisa sampai
anhedonia. Selain itu juga terdapat aktif yang berlebihan dan emosi yang tidak
pantas seperti amarah yang ekstrem,
3. Pembicaraan
 Sulit konsentrasi, mudah teralihkan, dan apatis,
4. Gangguan persepsi
 Halusinaasi yang paling sering terjadi pada pasien skizofrenia yaitu halusinasi
auditorik dengan suara yang mengancam, mengejek, dan menuduh.
 Ilusi merupakan interpretasi yang salah dari suatu rangsangan pada panca indera.
5. Pikiran
 Isi pikir yaitu seperti ide, keyakinan, dan interpretasi dari suatu rangsangan.
Contoh yang paling terlihat yaitu adanya dilusi/waham. Pasien dapat percaya
adanya kontrol dari luar yang mempengaruhi pikiran atau perilakunya. Selain itu
dapat percaya ada sesuatu yang mengancam seperti adanya alien, dsb.
 Bentuk pikiran dapat dinilai dari cara pasien berbicara dan menulis. Gangguannya
termasuk asosiasi longgar, inkoherensi, tangensialitas, dan lainnya.
 Proses pikiran dapat dilihat adanya ide pikiran yang melompat-lompat, gangguan
perhatian, bloking, miskin ide, inklusi yang berlebihan, dan lainnya.
6. Sensorium dan kognitif
 Pasien skizofrenia biasanya berorientasi pada orang, tempat, dan waktu. Namun
biasanya mereka akan memberikan jawaban yang salah atau aneh.
 Terdapat beberapa penderita yang memilki gangguan kognitif seperti fungsi
eksekutif berkurang, berkurangnya memori mengingat sesuatu. Walaupun
kebanyakan pasien memiliki kecerdasar yang normal. Namun gangguan ini juga
memungkinkan sebagai salah satu hal yang penting dalam mendiagnosis
skizofrenia.
7. Pengendalian impuls
 Terdapat penurunan sensitivitas sosial dan menjadi impulsif seperti melempar
barang, bunuh diri, atau pembunuhan terhadap orang lain akibat dari respon
kepada halusinasi yang menyuruh penderita untuk melakukannya.
8. Tilikan
 Rendahnya daya tilikan pada pasien skizofrenia pengaruh dari gangguan kognitif
dan adanya halusinasi.

DIAGNOSIS BANDING

 Gangguan psikotik sekunder


 Gangguan psikotik lainnya
 Gangguan mood
 Gangguan kepribadian
 Malingering dan gangguan buatan

TATALAKSANA

Fase tatalaksana skizofrenia1,5,6

 Fase psikosis akut : pada fase ini membutuhkan pengobatan secepatnya dengan
memfokuskan pada gejala psikotik yang paling berat. Biasanya fase ini bertahan 4-8
minggu. Terapi yang diberikan berupa antipsikotik dan benzodiazepine. Pemberian
antipsikotik yang digunakan yaitu injeksi intramuscular haloperidol, fluphenazine,
olanzapine, dan ziprasidone. Benzodiazepine efektif untuk gejala agitasi pada psikosis
akut contohnya seperti penggunaan Lorazepan secara oral atau intramuscular.
Gambar 2. Pilihan farmakoterapi skizofrenia akut
 Fase stabil/fase pemeliharaan : pada fase ini, penyakitnya sedang mengalami remisi.
Tujuan dari pengobatan pada fase ini adalah untuk mencegah relaps dan membantu
pasien meningkatkan fungsi mereka. Apabila pengobatan yang diberikan pada fase aktif
sudah membaik, pertahankan obat tersebut dan monitor selama 6 bulan. Beberapa
penelitian menyebutkan pengobatan lanjutan pada fase pemeliharaan paling tidak harus
dilanjutkan selama 5 tahun, banyak juga peneliti lain yang menyebutkan harus diberikan
seumur hidup.

ECT (Electroconvulsive therapy)

Penelitian menunjukan bahwa penggunaan ECT bagus untuk skizofrenia akut dan kronik.
Penggunaan ECT bersamaan dengan antipsikotik lebih efektif dibandingkan hanya dengan
antipsikotik. Antipsikotik harus diberikan saat dan setelah penggunaan ECT.

Terapi Psikososial

 Pelatihan kemampuan sosial : penggunaan teknik perilaku dan kegiatan belajar untuk
memperoleh keterampilan instrumental dan afiliasi untuk memenuhi tuntutan
interpersonal, perawatan diri, dan mengatasi kehidupan komunitas.
 Terapi berorientasi keluarga : untuk memberikan dukungan dan pengertian kepada
keluarga sehingga bisa menolong pasien dalam terapinya.
 Pengelolaan kasus
 Terapi kelompok : membantu resosialisasi, mendorong interaksi interpersonal, dan
memberikan dukungan. Berdasarkan penelitian terapi kelompok ini efektif dalam
mencegah kekambuhan pasien rawat jalan.
 Terapi kognitif perilaku
 Psikoterapi individu : bertujuan untuk mencapai dan mendapatkan stabilitias klinis pasien
yang berisiko terjadinya relaps dan ketidakmampuan fungsional.
 Dsb.

PROGNOSIS

Berdasarkan beberapa penelitian menunjukan dalam periode lebih dari 5-10 tahun setelah
perawatan pertama di rumah sakit karena skizofrenia, hanya 10-20% pasien yang memiliki hasil
yang baik. Lebih dari 50% pasien memiliki hasil yang buruk dengan perawatan di rumah sakit
yang berulang, gejala eksaserbasi, gangguan mood, dan percobaan bunuh diri. Namun hal ini
tidak selalu terjadi, banyak faktor lain yang dapat berkaitan dengan prognosis yang baik pada
skizofrenia.1

DAFTAR PUSTAKA

3. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorder. Ed.5.
Arlington: American Psychiatric Publishing; 2013.

1. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry: behavioral
science/clinical psychiatry. Ed. 11. New York: Woltes Kluwer; 2015.

4. Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujuk ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5. Ed-.
Jakarta:Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya;2013.

2. Yudhantara DS. Istiqomah R. Sinopsis skizofrenia untuk mahasiswa kedokteran. Ed 1.


Malang: UB Press; 2015.

5. Larson MK, Walker EF, Compton M. Early signs, diagnosis and therapeutics of the prodromal
phase of schizophrenia and related disorders. Expert Review of Neurotherapeutics. 2014;
10(8):1347-55.
6. American Psychiatric Association. Practice guidline for the treatment of patient with
schizophrenia. Ed.2. Arlington:APA Practice Guidelines;2010.

Anda mungkin juga menyukai