Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

Diagnosis dan Tatalaksana Skizofrenia Paranoid

Disusun oleh:

Calvin Augurius

112020047

Pembimbing:

dr. Salikur Kartono, M. Biomed, Sp.KJ

KEPANITRAAN KLINIK PSIKIATRI


RUMAH SAKIT JIWA SOEHARTO HEERDJAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 5 APRIL 2021 – 1 MEI 2021

1
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan

Pendahuluan………………………………………………………………………………3

BAB II Tinjauan Pustaka…………………………………………………………………………4

Epidemiologi……………………………………………………………………………...4

Etiologi……………………………………………………………………………………4

Patofisiologi………………………………………………………………………………5

Tanda dan gejala klinis skizofrenia………………………………………………………6

Klasifikasi skizofrenia……………………………………………………………………7

Diagnosis skizofrenia……………………………………………………………………..8

Diagnosis banding skizofrenia……………………………………………………………9

Penatalaksanaan skizofrenia paranoid…………………………………………………...11

Prognosis…………………………………………………………………………………12

Kesimpulan………………………………………………………………………………12

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………12

2
3
BAB I

PENDAHULUAN

Skizofrenia adalah kelainan otak yang memengaruhi cara berpikir, merasakan, dan
mempersepsikan orang. Ciri khas gejala skizofrenia adalah psikosis, seperti mengalami
halusinasi pendengaran (suara) dan delusi (keyakinan salah yang tetap). Prevalensi seumur hidup
skizofrenia secara umum diperkirakan sekitar 1% di seluruh dunia. Timbulnya skizofrenia
biasanya terjadi antara remaja akhir dan pertengahan 30-an. Gejala positif lebih mungkin untuk
hilang daripada gejala kognitif dan negatif. Tidak ada perbedaan ras dalam prevalensi skizofrenia
yang diidentifikasi secara positif. Prevalensi skizofrenia pada pria dan wanita kurang lebih sama.
Timbulnya skizofrenia lebih lambat pada wanita dibandingkan pria, dan manifestasi klinisnya
tidak begitu parah. Ini mungkin karena pengaruh antidopaminergik estrogen.1

Pada pembuatan referat ini hal-hal penting yang akan dibahas yaitu: epidemiologi, etiologi,
patofisiologi, tanda dan gejala klinis skizofrenia, klasifikasi skizofrenia, diagnosis skizofrenia
paranoid, diagnosis banding skizofrenia paranoid, penatalaksanaan skizofrenia paranoid di
tingkat dokter umum dan prognosis. Tujuan dari pembuatan referat ini adalah agar menambah
wawasan mengenai penyakit, sebagai referensi dan untuk menangani penyakit tersebut.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Epidemiologi

Prevalensi seumur hidup skizofrenia secara umum diperkirakan sekitar 1% di seluruh dunia.
Timbulnya skizofrenia biasanya terjadi antara remaja akhir dan pertengahan 30-an. Gejala positif
lebih mungkin untuk hilang daripada gejala kognitif dan negatif. Tidak ada perbedaan ras dalam
prevalensi skizofrenia yang diidentifikasi secara positif. Prevalensi skizofrenia pada pria dan
wanita kurang lebih sama. Timbulnya skizofrenia lebih lambat pada wanita dibandingkan pria,
dan manifestasi klinisnya tidak begitu parah. Ini mungkin karena pengaruh antidopaminergik
estrogen.1

Etiologi

Penyebab skizofrenia tidak diketahui. Kemungkinan besar, setidaknya ada 2 set faktor risiko,
genetik dan perinatal. Selain itu, faktor sosial lingkungan yang tidak ditentukan dapat
meningkatkan risiko skizofrenia pada migran internasional atau populasi etnis minoritas
perkotaan. Kode gen COMT untuk enzim intraseluler postsinaptik COMT, yang terlibat dalam
metilasi dan degradasi neurotransmiter katekolamin dopamin, epinefrin, dan norepinefrin.
Beberapa varian alel COMT mempengaruhi aktivitasnya. Varian valin-valin mendegradasi
dopamin lebih cepat daripada varian valin-metionin; subjek dengan 2 salinan alel metionin lebih
kecil kemungkinannya untuk mengembangkan gejala psikotik dengan penggunaan ganja
daripada subjek pengguna ganja lainnya tanpa varian itu. 2 Kode gen RELN untuk protein reelin,
yang berperan dalam perkembangan otak dan aktivitas GABAergic. Dalam sebuah penelitian
internasional, varian umum pada gen ini meningkatkan risiko skizofrenia, tetapi hanya pada
wanita.3 Kode gen NOS1AP untuk enzim sintase oksida nitrat, yang ditemukan dalam
konsentrasi tinggi di neuron penghambat di otak. Oksida nitrat bertindak sebagai pembawa pesan
intraseluler. Dengan menggunakan teknik statistik yang baru dikembangkan, probabilitas
posterior dari linkage disequilibrium, para peneliti telah mengidentifikasi polimorfisme
nukleotida tunggal yang terkait dengan tingkat ekspresi yang lebih tinggi dari gen ini dalam
sampel otak postmortem dari individu dengan skizofrenia.4

5
Wanita yang kekurangan gizi atau yang memiliki penyakit virus tertentu selama kehamilan
mereka mungkin berisiko lebih besar melahirkan anak yang kemudian berkembang menjadi
skizofrenia.5 Setelah epidemi influenza A2 tahun 1957 di Jepang, Inggris, dan Skandinavia,
tingkat skizofrenia lebih tinggi di antara keturunan wanita yang tertular influenza selama
trimester kedua mereka. Wanita di California yang hamil antara tahun 1959 dan 1966 lebih
cenderung memiliki anak yang menderita skizofrenia jika mereka menderita influenza pada
trimester pertama kehamilan mereka.6

Sebuah studi tentang wanita Finlandia mendukung interaksi antara pengaruh genetik dan
lingkungan pada penyebab skizofrenia.7 Dalam penelitian ini, tinjauan terhadap 9596 wanita di
Helsinki yang menerima perawatan di rumah sakit selama kehamilan untuk infeksi saluran kemih
bagian atas antara 1947 dan 1990 tidak menemukan peningkatan yang signifikan secara
keseluruhan dalam risiko skizofrenia di antara keturunan mereka tetapi risiko 5 kali lipat lebih
tinggi. di antara keturunan wanita yang juga memiliki riwayat keluarga psikosis. Sebuah studi
peneliatian memperkirakan bahwa di antara keturunan wanita dengan pielonefritis prenatal dan
riwayat keluarga yang positif dengan gangguan psikotik, 38-46% kasus skizofrenia dihasilkan
dari tindakan sinergis dari 2 faktor risiko tersebut.7

Patofisiologi

Kelainan sistem dopaminergik diperkirakan ada pada skizofrenia. Obat antipsikotik pertama
yang jelas efektif, klorpromazin dan reserpin, secara struktural berbeda satu sama lain, tetapi
memiliki sifat antidopaminergik yang sama. Obat yang mengurangi kecepatan kerja neuron
dopamin D2 mesolimbik adalah antipsikotik, dan obat yang merangsang neuron ini (misalnya
amfetamin) memperburuk gejala psikotik.8

Aktivitas hipodopaminergik dalam sistem mesokortikal, yang menyebabkan gejala negatif, dan
aktivitas hiperdopaminergik dalam sistem mesolimbik, yang mengarah ke gejala positif, dapat
hidup berdampingan. (Gejala negatif dan positif didefinisikan di tempat lain; lihat Presentasi.)
Selain itu, obat antipsikotik yang lebih baru memblokir reseptor dopamin D2 dan serotonin (5-
hydroxytryptamine [5-HT]).8

6
klozapin, mungkin agen antipsikotik yang paling efektif, adalah antagonis dopamin D2 yang
sangat lemah. Jadi, sistem neurotransmitter lain, seperti norepinefrin, serotonin, dan asam
gamma-aminobutirat (GABA), tidak diragukan lagi terlibat.8

Tanda dan Gejala Klinis Skizofrenia

Skizofrenia adalah penyakit mental serius yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
berpikir jernih, mengelola emosi, membuat keputusan, dan berhubungan dengan orang lain. 9
Menurut Buku Ajar Psikiatri Universitas Indonesia, simtom atau gejala klinis terbagi dalam
empat dasar, yaitu gangguan pikiran, gangguan persepsi, gangguan emosi dan perilaku motorik
abnormal atau sangat disorganisasi.10

Gangguan pikiran dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu: gangguan proses pikir dan gangguan isi
pikir. Tanda dari gangguan proses piker meliputi asosiasi longgar, diaman ide pasien sering tidak
menyambung, melompat dari satu topik ke topik lain. Pasien dapat menciptakan kata baru yang
dianggap mengandung arti atau simbolik bagi mereka (neologisme). Pembicaraan bersifat
terhambat karena arus informasi yang berlebihan dan tidak relevan. Kata-kata yang diucapkan
pasien dapat berputar-putar (tangensialitas) dan mengikuti atau mengulang kata yang diucapkan
seseorang (ekolalia). Pembicaraan pasien tidak terorganisir dan hampir tidak dapat dimengerti
(inkoheren). Pasien skizofrenia juga dapat dijumpai proses pikir alogia, yaitu berbicara sangat
sedikit (bukan disebabkan dari resisten atau disengaja) dan klang asosiasi, yaitu pasien memilih
kata-kata berikut berdasarkan bunyi kata-kata yang baru saja diucapkan dan bukan isi
pikirannya.10

Bagian kedua dari gangguan pikiran adalah isi pikir. Isi pikir meliputi waham. Waham adalah
suatu kepercayaan palsu yang menetap yang tak sesuai dengan fakta kepercayaan tersebut
mungkin “aneh” misalnya mata saya adalah computer yang dapat mengontrol dunia atau bisa
pula “tidak aneh” tetapi sangat tidak mungkin terjadi dan tetap dipertahankan meskipun telah
diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengkoreksinya. Berikut contoh atau macam-mcam
waham yang dapat dijumpai:10

 Waham kejar: kepercayaan bahwa dirinya diusik, dilukai, dicelakai atau dibicarakan oleh
seseorang, organisasi atau kelompok lain

7
 Waham erotomania: keyakinan bahwa dirinya dicintai oleh seseorang
 Waham kebesaran: kepercayaan bahwa dirinya memiliki kemampuan khusus, kekayaan,
dan ketenaran
 Waham nihilistik: keyakinan bahwa akan terjadi peristiwa katastropik, misalnya dunia
akan kiamat atau manusia akan punah
 Waham somatik: keyakina bahwa terjadi gangguan fungsi organ atau kesehatan.10

Gangguan persepsi dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu: halusinasi dan ilusi atau
depersonalisasi. Halusinasi adalah terjadinya persepsi tanpa adanya stimulus eksternal.
Halusinasi sering ditemukan dalam bentuk pendengaran tetapi bisa juga berbentuk pengelihatan,
penciuman, perabaan, dan pengecapan. Halusinasi terjadi pada keadaan sadar penuh. Ilusi yaitu
adanya kesalahan menginterpretasi panca indra terhadap objek. Depersonalisasi yaitu adanya
perasaan asing terhadap diri sendiri.10

Gangguan emosi pada pasien skizofrenia memperlihatkan berbagai emosi dan dapat berpindah
dari satu emosi ke emosi lain dalam waktu singkat. Pada dasarnya perlu dilihat apakah pasien
memiliki predominansi afek tertentu dari ketiga afek. Pertama, yaitu afek tumpul atau datar
dimana ekspresi emosi pasien sangat sedikit bahkan Ketika afek tersebut seharusnya
diekspresikan. Kedua afek tak serasi yaitu afeknya mungkin bersemangat atau kuat tetapi tidak
sesuai dengan pikiran dan pembicaraan pasien (tidak sesuai mood). Ketiga, afek labil yaitu
dalam jangka pendek terjadi perubahan afek yang jelas.10

Perilaku motorik abnormal dan sangat disorganisasi dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk,
misalnya perilaku tak sesuai atau aneh dapat terlihat seperti gerakan tubuh yang aneh dan
menyeringai, perilaku ritual, agresif, perilaku seksual tidak pantas, dan agitasi yang tidak dapat
diprediksi. Bentuk perilaku abnormal seperti penolakan terhadap instruksi (negativisme),
mempertahankan postur yang aneh dan kaku, tidak adanya respon motorik dan verbal (stupor dan
mutisme) dan aktifitas motorik berlebihan dan tanpa sebab yang jelas (gaduh gelisah katatonik).10

Klasifikasi Skizofrenia

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ
III), skizofrenia dibagi menjadi beberapa subtipe, yaitu:11

8
 F20.0 Skizofrenia paranoid
 F20.1 Skizofrenia hebefrenik
 F20.2 Skizofrenia katatonik
 F20.3 Skizofrenia tak terinci
 F20.4 Depresi pasca-skizofrenia
 F20.5 Skizofrenia residual
 F20.6 Skizofrenia simpleks
 F20.8 Skizofrenia lainnya
 F20.9 Skizofrenia YTT

Diagnosis Skizofrenia Paranoid

Diagnosis skizofrenia disederhanakan dari sekian banyaknya tanda dan gejala klinis menjadi dua
golongan yaitu gejala positif dan gejala negatif. Gejala atau simtom positif yaitu fungsi normal
yang berlebihan, misalnya halusinasi, waham, pembicaraan dan perilaku disorganisasi.
Sementara gejala negatif yaitu berkurangnya ekspresi emosi dan fungsi mental, misalnya afek
tumpul, alogia, anhedonia asosial dan avolisi.10

Pedoman diagnostik skizofrenia secara umum menurut DSM V meliputi dua (atau lebih) dari
berikut ini, masing-masing hadir untuk porsi waktu yang signifikan selama periode 1 bulan (atau
kurang jika berhasil diobati). Untuk kriteria A ini, setidaknya salah satu dari ini harus (1), (2),
atau (3): Delusi/waham (1), Halusinasi (2), Pembicaraan yang tidak teratur (misalnya, sering
keluar jalur atau tidak koheren) (3). Perilaku yang sangat tidak teratur atau katatonik (4), Gejala
negatif (misalnya berkurangnya ekspresi emosional atau penghinaan) (5).12

Kriteria B Untuk sebagian besar waktu sejak permulaan gangguan, tingkat fungsi di satu atau
bidang yang lebih utama, seperti pekerjaan, hubungan antarpribadi, atau perawatan diri, secara
nyata berada di bawah level tersebut dicapai sebelum onset (atau saat onset di masa kanak-kanak
atau remaja, ada kegagalan untuk melakukannya mencapai tingkat fungsi interpersonal,
akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).12

Kriteria C merupakan tanda-tanda gangguan yang terus-menerus bertahan setidaknya selama 6


bulan. Periode 6 bulan ini harus termasuk setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang jika berhasil

9
diobati) yang memenuhi Kriteria A (yaitu fase aktif gejala) dan mungkin termasuk periode gejala
prodromal atau sisa. Selama prodromal ini atau periode sisa, tanda-tanda gangguan dapat
dimanifestasikan hanya dengan gejala negatif atau oleh dua atau lebih gejala yang tercantum
dalam Kriteria A hadir dalam bentuk yang dilemahkan (misalnya, keyakinan aneh, tidak biasa
pengalaman persepsi).12

Kriteria D mencakup Gangguan skizoafektif dan gangguan depresi atau bipolar dengan
gambaran psikotik telah diatur karena 1) tidak ada episode depresi atau manik mayor yang terjadi
bersamaan dengan gejala fase aktif, atau 2) jika episode suasana hati telah terjadi selama gejala
fase aktif, gejala tersebut telah hadir selama sebagian kecil dari total durasi periode aktif dan sisa
penyakit. Kriteria E meliputi gangguan tersebut tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat
(mis., Penyalahgunaan obat, obat) atau kondisi medis lainnya. Kriteria F jika ada riwayat
gangguan spektrum autisme atau gangguan komunikasi awal masa kanak-kanak, maka diagnosis
tambahan skizofrenia dibuat hanya jika delusi atau halusinasi yang menonjol, pada Selain gejala
skizofrenia lain yang diperlukan, juga hadir setidaknya selama 1 bulan (atau kurang jika berhasil
diobati).12

Skizofrenia adalah penyakit mental serius yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
berpikir jernih, mengelola emosi, membuat keputusan, dan berhubungan dengan orang lain.
Pedoman diagnostik salah satu subtipe skizofrenia, skizofrenia paranoid adalah:11

 Memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia secara umum


 Halusinasi dan/atau waham harus menonjol. Misalnya suara-suara halusinasi yang
mengancam pasien, memberi perintah atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal
berupa bunyi pluit, mendengung atau bunyi tawa. Halusinasi juga tidak terrbatas pada
auditorik, tetapi halusinasi pengecapan, perabaan, penciuman juga dapat ditemukan
walaupun tidak menonjol
 Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik secara
relatif tidak nyata/tidak menonjol.11

Diagnosis Banding Skizofrenia Paranoid

10
Diagnosis banding skizofrenia paranoid adalah gangguan skizoafektif dan gangguan afektif
bipolar episode kini depresif berat dengan gejala psikotik.

Diagnosis gangguan skizoafektif dibuat apabila gejala definitif skizofrenia dan gangguan afektif
mood sama sama menonjol pada saat yang bersamaan atau dalam beberapa hari yang satu
sesudah yang lain. Gangguan skizoafektif tidak dapat digunakan sebagai diagnostik apabila
pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode yang
berbeda.

Kedua, gangguan afektif bipolar. Gangguan afektif bipolar ditandai dengan periode depresi yang
dalam, berkepanjangan, dan mendalam yang bergantian dengan periode suasana hati yang
berlebihan atau mudah tersinggung yang dikenal sebagai mania. Episode manik adalah gejala
gangguan mood yang parah setidaknya selama 1 minggu, ditandai dengan kegembiraan, lekas
marah, atau ekspansif (disebut sebagai kriteria gerbang). Setidaknya 3 dari gejala berikut juga
harus ada:12 kebesaran, kebutuhan tidur berkurang berbicara berlebihan atau pidato tertekan,
berpacu pikiran atau lari dari ide, bukti jelas dari gangguan, meningkatnya tingkat aktivitas yang
berfokus pada tujuan di rumah, di tempat kerja, atau secara seksual aktivitas menyenangkan yang
berlebihan, seringkali dengan konsekuensi yang menyakitkan.12

Episode depresi mayor ditandai sebagai, selama 2 minggu yang sama, orang tersebut mengalami
5 atau lebih gejala berikut, dengan setidaknya 1 dari gejala tersebut berupa suasana hati yang
depresi atau ditandai dengan hilangnya kesenangan atau minat:12 suasana hati tertekan,
kesenangan atau minat yang jelas berkurang pada hampir semua aktivitas, penurunan atau
kenaikan berat badan yang signifikan atau penurunan atau peningkatan nafsu makan yang
signifikan, hipersomnia atau insomnia, retardasi atau agitasi psikomotor, kehilangan energi atau
kelelahan, perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan, kemampuan konsentrasi
menurun atau ketidaktegasan yang ditandai, keasyikan dengan kematian atau bunuh diri; pasien
memiliki rencana atau pernah mencoba bunuh diri. 12 Untuk gangguan afektif bipolar episode kini
depresif dengan gejala psikotik, gejala psikotik harus meliputi waham, halusinasi atau stupor
depresif. Pada pedoman diagnostik, gangguan bipolar depresi dengan psikotik harus ada episode
yang sekarang memenuhi kriteria episode depresi berat dengan psikotik (F 32.3) dan harus ada
sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di masa lampau.11

11
Penatalaksanaan Skizofrenia Paranoid

Tidak ada obat pasti untuk menyembuhkan skizofrenia, tetapi skizofrenia dapat diobati dan
dikendalikan gejalanya dengan beberapa cara. Cara yang dianjurkan berupa obat antipsikotik,
psikoterapi seperti terapi perilaku kognitif dan perawatan komunitas yang tegas dan terapi
suportif, strategi dan pendidikan manajemen diri. Obat anti psikotik terdiri dari 2 generasi yang
disebut Antipsikotika Generasi Pertama (APG-I) dan Antipsikotika Generasi Kedua (APG-II).
APG-I berguna terutama untuk mengontrol gejala-gejala positif sementara untuk gejala negatif
hampir tidak bermanfaat. Saat ini, obat standar emas yanag digunakan adalah golongan APG-II
karena efektif terhadap gejala positif maupun negatif serta memiliki efek samping yang lebih
ringan dibandingkan APG-I.10

Obat golongan APG-I seperti golongan fenotiazin yaitu klorpormazin, tioridazin, perfenazin dan
triflouperazin; haloperidol, pimozid flufenazin dekanoat dan haloperidol dekanoat. Dosis akut
klorpromazin oral yaitu 200-1000 mg/hari dan 50-400 mg/hari untuk dosis pemeliharaan. Dosis
akut haloperidol yaitu 5-20 mg/hari (oral), 25-200 mg/2-4 minggu (injeksi). Dosis akut dan dosis
pemeliharaan pada pimozid yaitu 2-10 mg/hari. Semua golongan APG-I memliki efek samping
berupa akatisia, parkinsonisme, distonia akut, neuroleptic malignant syndrome (NMS), tardive
diskinesia dan hiperprolaktinemia.10

Obat golongan APG-II yaitu klozapin, risperidon, quetiapin, olanzapin, dan aripiprazol. Klozapin
merupakan antipsikotik yang efek samping ekstrapiramidalnya dapat diabaikan. Dosis rerata
yang digunakan berkisar 150-600 mg/hari. Kedua, risperidon dalam dosis oral yatiu 4-8 mg dan
tersedia juga dalam bentuk depo (long acting) dosis 25-50 mg yang disuntikkan secara
Intramuskular setiap 2 minggu. Aripiprazol diberikan dengan dosis 10-30 mg/hari (oral) dan
tersedia juga dalam bentuk injeksi jangka pendek (untuk gaduh gelisah), injeksi jangka panjang
setiap 4 minggu, tablet disintegrasi.10

Psikoterapi merupakan terapi nonfarmaka untuk menjalin hubungan komunikasi yang baik
dengan pasien. Psikoterapi berupa anjuran ke pasien untuk konsultasi sesering mungkin untuk
memantau keamanannya dan untuk mendeteksi deteriorasi awal, komunikasikan segala

12
sesuatukepada pasien dengan jelas dan tidak ragu-ragu. Hindari diskusi berlebihan tentang
halusinasi dan waham, bantu pasien dengan hal-hal realita (misalnya mengatur atau memberi
saran kehidupan dan pekerjaan), berikan latihan ketrampilan sosial, bicaralah tentang obat
(pemakaian, efek samping, kebutuhan terhaadap obat), pelajari kekuatan dan kelemahan pasien,
ajarkan pasien untuk mengidentifikasi dekompensasi yang mengancam. Pertimbangkan terapi
kelompok, ketahui sumber-sumber dalam masyarakat. Terapi kelompok membantu resosialisasi,
interasi interpersonal dan memberikan dukungan.10

Prognosis

Prognosisnya dijaga. Pemulihan penuh tidak biasa. Awal penyakit, riwayat keluarga skizofrenia,
kelainan struktural otak, dan gejala kognitif yang menonjol berhubungan dengan prognosis yang
buruk. Gejala biasanya mengikuti perjalanan waxing-and-waning dan sifatnya dapat berubah
seiring waktu. Gejala positif merespons pengobatan antipsikotik dengan cukup baik, tetapi gejala
lainnya cukup menetap.14

Kesimpulan

Diagnosis skizofrenia paranoid harus memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia secara umum,
halusinasi dan/atau waham harus menonjol, gangguan afektif, dorongan kehendak dan
pembicaraan serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol. Sementara untuk
tatalaksana berupa pemberian obat antipsikotik, psikoterapi seperti terapi perilaku kognitif dan
perawatan komunitas yang tegas dan terapi suportif dan strategi dan pendidikan manajemen diri.

Daftar Pustaka

1. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders


(DSM-IV-TR). 4th ed. Washington, DC: American Psychiatric Press; 2000.
2. Caspi A, Moffitt TE, Cannon M, et al. Moderation of the effect of adolescent-onset
cannabis use on adult psychosis by a functional polymorphism in the catechol-O-
methyltransferase gene: longitudinal evidence of a gene X environment interaction. Biol
Psychiatry. 2005 May 15. 57(10):1117-27. [Medline].

13
3. Shifman S, Johannesson M, Bronstein M, et al. Genome-wide association identifies a
common variant in the reelin gene that increases the risk of schizophrenia only in
women. PLoS Genet. 2008 Feb. 4(2):e28. [Medline].
4. Wratten NS, Memoli H, Huang Y, Dulencin AM, Matteson PG, Cornacchia MA, et al.
Identification of a schizophrenia-associated functional noncoding variant in
NOS1AP. Am J Psychiatry. April/2009. 166:434-41. [Medline].
5. Brown AS, Derkits EJ. Prenatal infection and schizophrenia: a review of epidemiologic
and translational studies. Am J Psychiatry. 2010 Mar. 167(3):261-80. [Medline].
6. Brown AS, Begg MD, Gravenstein S, Schaefer CA, Wyatt RJ, Bresnahan M, et al.
Serologic evidence of prenatal influenza in the etiology of schizophrenia. Arch Gen
Psychiatry. 2004 Aug. 61 (8):774-80. [Medline].
7. Clarke MC, Tanskanen A, Huttunen M, Whittaker JC, Cannon M. Evidence for an
interaction between familial liability and prenatal exposure to infection in the causation
of schizophrenia. Am J Psychiatry. 2009 Sep. 166(9):1025-30. [Medline].
8. Frankenburg FR, Xiong GL. Schizophrenia. Diakses dari
https://emedicine.medscape.com/ pada 10 April 2021.
9. Anonymous. Schizophrenia. Diakses dari
https://www.nami.org/About-Mental-Illness/Mental-Health-Conditions/Schizophrenia
pada 10 April 2021.
10. Amir N. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-3, cetakan ke-2. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2018: h. 184-219.
11. Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III, DSM-5
dan ICD-11. Jakarta: Bagian Fakultas Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2019: h. 44-
8.
12. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders:
DSM-5. 5th ed. Arlington, VA: American Psychiatric Association; 2013: p. 83.
13. Haro JM, Novick D, Bertsch J, et al. Cross-national clinical and functional remission
rates: Worldwide Schizophrenia Outpatient Health Outcomes (W-SOHO) study. Br J
Psychiatry. 2011 Sep. 199:194-201. [Medline].

14

Anda mungkin juga menyukai