Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat yang berjudul Rehabilitasi Psikososial Pada Pasien Skizofrenia Salawat
dan salam juga penulis sampaikan kepangkuan Nabi Muhammad SAW beserta
para sahabatnya, berkat beliau yang telah membawa kita ke zaman yang penuh
ilmu pengetahuan ini.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada dr. Juwita Saragih, Sp.KJ sebagai pembimbing yang telah
meluangkan waktunya memberi arahan kepada penulis sehingga referat ini dapat
selesai.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Akhir kata penulis berharap referat ini dapat berguna bagi kita semua.
Aamiin Ya Rabbal alamin.





Banda Aceh, 7 Juli 2014

Penulis




www.scribd.com/doc/216075314/peran-keluarga-dalam-penanganan-pasien-
skizofrenia-docx
4. Peran keluarga penderita skizofrenia. Available from:
http://www.scribd.com/doc/78191912/peran-keluarga-penderita-
skizofrenia. Diunduh tanggal 2 Mei 2012.

Epidemiologi
Di Amerika Serikat, prevalensi skizofrenia seumur hidup dilaporkan secara
bervariasiterentang dari 1 sampai 1,5%; konsisten dengan rentang tersebut,
penelitian EpidemiologicalCatchment Area (ECA) yang disponsori oleh National
Institute of Mental Health (NIMH)melaporkan prevalensi seumur hidup sebesar
1,3%. Kira-kira 0,025 sampai 0,05% populasitotal diobati untuk skizofrenia dalam
satu tahun. Walaupun dua pertiga dari pasien yangdiobati tersebut membutuhkan
perawatan di rumah sakit, hanya kira-kira setengah dari semuapasien skizofrenik
mendapat pengobatan, tidak tergantung pada keparahan penyakit.
Meltzer HY, Fatemi SH. Schizophrenia. Dalam Ebert MH, Loosen PT, Nurcombe
B,editor. Current diagnosis & treatment in psychiatry. Singapore: McGrew-Hill,
2000. 271-5.

























Definisi
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizein yang berarti
terpisahatau pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi
pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum,
simptom skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif,
simptom negative, dan gangguan dalam hubungan interpersonal.
2

Etiologi
1. Faktor genetik
Penelitian klasik awal tentang genetika dari skizofrenia, dilakukan pada
tahun 1930an, menemukan bahwa seseorang kemungkinan menderita skizofrenia
jika anggota keluarganya juga menderita skizofrenia dan kemungkinan seseorang
menderita skizofrenia adalah berhubungan dengan dekatnya hubungan
persaudaraan tersebut. Dalam kasus kembar monozigot genetik yang identik, ada
sekitar 50 persen skizofrenia. Temuan tersebut menyatakan bahwa pengaruh
genetic melebihi pengaruh lingkungan. Dalam studi pasien skizofrenia yang tidak
memiliki riwayat penyakit baik dalam garis ibu atau ayah, ditemukan bahwa
mereka yang lahir dari ayah lebih tua dari usia 60 tahun rentan gangguan tersebut.
Agaknya, spermatogenesis pada pria yang lebih tua dikenakan untuk kerusakan
epigenetik lebih besar dari pada pria yang lebih muda.
Modus penularan genetik dalam skizofrenia tidak diketahui, tetapi
beberapa gen muncul untuk memberikan kontribusi terhadap kerentanan
skizofrenia. Linkage dan studi hubungan genetik telah memberikan bukti kuat
untuk sembilan situs linkage: 1Q, 5Q, 6p, 6Q, 8P, 10P, 13q, 15q, dan 22q.
Analisis lebih lanjut dari situs ini kromosom telah menyebabkan identifikasi gen
kandidat tertentu, dan para kandidat terbaik saat ini adalah alpha-7 nicotinic
reseptor, DISC 1, GRM 3, COMT, NRG 1, RGS 4, dan G 72. Baru- baru ini,
mutasi dari gen dystrobrevin (DTNBP1) dan neureglin 1 telah ditemukan
berhubungan dengan fitur negatif dari skizofrenia.
4

2.Faktor Biokimia
a. Hipotesis Dopamin
Rumusan yang paling sederhana dari hipotesis dopamine untuk skizofrenia
menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas
dopaminergic. Teori tersebut timbul dari dua pengamatan. Pertama, kecuali
clozapine, khasiat dan potensi antipsikotik adalah berhubungan dengan
kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor dopaminergic tipe-2
(D2). Kedua, obat-obatan yang meningkatkan aktivitas dopaminergic, yang
peling jelas adalah amfetamin, yang merupakan salah satu psikomimetik.
Teori dasar tidak menguraikan apakah hiperaktivitas dopaminergik karena
terlalu banyak dopamin, terlalu banyak reseptor dopamin, hipersensitivitas
dari reseptor dopamin untuk dopamin, atau kombinasi dari mekanisme ini.
Tracts dopamin di otak yang dilibatkan juga tidak ditentukan dalam teori,
meskipun saluran mesocortical dan mesolimbic yang paling sering terlibat.
Neuron dopaminergik dalam jalur tersebut berjalan dari badan sel mereka di
otak tengah untuk neuron dopaminoceptive dalam sistem limbik dan korteks
serebral. Pelepasan dopamin berlebihan pada pasien dengan skizofrenia telah
dikaitkan dengan tingkat keparahan gejala psikotik positif. Ada juga laporan
konsentrasi dopamin meningkat pada amigdala, penurunan densitas
transporter dopamin, dan meningkatkan jumlah jenis dopamin 4 reseptor di
korteks entorhinal. Satu peranan penting bagi dopamine dalam patofisiologi
skizofrenia adalah konsistensi dengan penelitian yang telah mengukur
konsentrasi plasma metabolit dopamine utama, yaitu homovanillic acid.

b. Serotonin
Hipotesis kini menempatkan kelebihan serotonin sebagai penyebab dari
kedua gejala positif dan negatif dalam skizofrenia. Aktivitas antipsikotik
antagonis serotonin kuat generasi kedua clozapine dan lainnya, ditambah
dengan efektivitas clozapine untuk mengurangi gejala positif pada pasien
kronis.

c. Norepinefrin
Sebuah degenerasi neuronal selektif dalam sistem saraf norepinefrin bisa
menjelaskan aspek ini simtomatologi skizofrenia.Namun, biokimia dan
farmakologis tidak dapat disimpulkan. Beberapa peneliti telah melaporkan
bahwa pemberian antipsikotik jangka panjang menurunkan aktivitas neuron
noradrenergic di lokus sereleus dan bahwa efek terapeutik dari beberapa
antipsikotik mungkin melibatkan aktivitasnya pada reseptor adrenergic-1 dan
adrenergic-2.



d.GABA
Neurotransmiter penghambatan asam amino -aminobutyric acid (GABA)
telah terlibat dalam patofisiologi skizofrenia berdasarkan temuan bahwa beberapa
pasien dengan skizofrenia memiliki kehilangan GABAergic neuron di
hipokampus. GABA memiliki efek regulasi terhadap aktivitas dopamin, dan
hilangnya neuron GABAergic inhibitor dapat menyebabkan hiperaktivitas neuron
dopaminergik.

e. Neuropeptide
Neuropeptida, seperti substansi P dan neurotensin, dilokalisasi dengan
neurotransmitter katekolamin dan indolamine dan mempengaruhi tindakan
neurotransmiter ini. Perubahan dalam mekanisme neuropeptida dapat
memfasilitasi, menghambat, atau mengubah pola sistem saraf.

f.Glutamat
Glutamat telah terlibat karena menelan phencyclidine, antagonis glutamat,
menghasilkan sindrom akut mirip dengan skizofrenia. Hipotesis yang diajukan
tentang glutamat termasuk yang hiperaktif, hypoactivity, dan glutamat-induced
neuro-toksisitas.g. Asetilkolin dan Nikotin Studi postmortem dalam skizofrenia
telah menunjukkan penurunan reseptor muscarinic dan nikotinat di-putamen
berekor, hipokampus, dan daerah terpilih dari korteks prefrontal. Reseptor ini
memainkan peran dalam regulasi sistem neurotransmiter yang terlibat dalam
kognisi.

3. Neuroanatomi
Dua daerah otak yang mendapatkan paling banyak perhatian adalah
system limbic dan ganglia basalis, walaupun beberapa laporan kontroversial
mempermasalahkan kelainan neuropatologis dan neurokimiawi di dalam korteks
serebral, thalamus dan batang otak. Hilangnya volume otak dilaporkan secara luas
di otak penderita skizofrenia muncul hasil dari kepadatan berkurang dari akson,
dendrit, dan sinapsis yang memediasi fungsi asosiatif dari otak. Kepadatan
Synaptic tertinggi pada usia 1, kemudian dikupas ke nilai dewasa pada masa
remaja awal. Satu teori, sebagian didasarkan pada pengamatan bahwa pasien
sering mengalami gejala skizofrenia selama masa remaja, berpendapat bahwa
skizofrenia hasil dari pemangkasan sinaps berlebihan selama tahap
pengembangan.
a. Ventrikel Serebri
Computed tomography (CT) scan pasien dengan skizofrenia secara
konsisten menunjukkan pembesaran ventrikel lateral dan ketiga dan beberapa
pengurangan volume kortikal. Pengurangan volume substansia grisea kortikal
telah dibuktikan selama tahap awal penyakit. Beberapa peneliti telah berusaha
untuk menentukan apakah kelainan dideteksi oleh CT progresif atau statis.
Beberapa penelitian telah menyimpulkan bahwa lesi diamati pada CT scan hadir
pada awal penyakit dan tidak kemajuan. Studi-studi lain, telah menyimpulkan
bahwa proses patologis pada CT scan visualisasi terus kemajuan selama penyakit.
Jadi, apakah proses patologis aktif terus berkembang pada pasien skizofrenia
masih belum pasti.



b. Sistim Limbik
Karena peranannya dalam mengendalikan emosi, sistem limbik telah
diduga terlibat dalam patofisiologi skizofrenia. Studi sampel otak postmortem
dari pasien skizofrenia telah menunjukkan penurunan dalam ukuran wilayah
termasuk amigdala, hippocampus, dan gyrus parahippocampal. Temuan
neuropathological setuju dengan pengamatan yang dibuat oleh pencitraan
resonansi magnetik pasien dengan skizofrenia. Hippocampus tidak hanya lebih
kecil dalam ukuran dalam skizofrenia, tetapi juga fungsional normal seperti yang
ditunjukkan oleh gangguan dalam transmisi glutamat. Disorganisasi dari neuron
dalam hippocampus penderita skizofrenia juga telah dilaporkan.
c. Korteks prefrontalis
Ada bukti yang cukup dari studi otopsi otak yang mendukung kelainan
anatomi di korteks prefrontal dalam skizofrenia. Defisit Fungsional di wilayah
pencitraan otak prefrontal juga telah ditunjukkan. Telah lama mencatat bahwa
beberapa gejala skizofrenia meniru yang ditemukan pada orang dengan
lobotomies prefrontal atau sindrom lobus frontal.
d.Thalamus
Beberapa studi menunjukkan bukti penyusutan volume thalamus thalamus
atau kehilangan neuron, di subnuclei tertentu. Inti dorsal medial thalamus, yang
memiliki hubungan timbal balik dengan korteksprefrontal, telah dilaporkan
jumlah neuron. Jumlah neuron, oligodendrocytes, dan astrosit dikurangi dengan
30 sampai 45 persen pada pasien skizofrenia.

e. Ganglia Basalis dan Cerebellum
Banyak pasien dengan skizofrenia menunjukkan gerakan-gerakan aneh.
Gerakan aneh dapat mencakup gaya canggung, wajah meringis, dan stereotypies.
Karena ganglia basal dan cerebellum terlibat dalam pengendalian gerakan,
penyakit di daerah tersebut terlibat dalam patofisiologi skizofrenia. Studi
Neuropathological dari ganglia basalis telah menghasilkan laporan tentang
hilangnya sel atau pengurangan volume. Beberapa pasien skizofrenia memang
berasal dari keluarga yang disfungsional. Tetapi,adalah kepentingan klinis untuk
mengenali perilaku keluarga patologis, karena perilaku tersebut secara bermakna
meningkatkan stress emosional yang harus dihadapi oleh skizofrenia yang rentan.
Konsep ikatan ganda (double blind) oleh Gregory Bateson untuk menggambarkan
suatu keluarga hipotetik dimana anak-anak mendapatkan pesan yang bertentangan
dari orang tuanya tentang perilaku, sikap, dan perasaan anak.4

Theodore Lidz menggambarkan dua pola perilaku keluarga yang abnormal.
Dalam satu tipe keluarga, terdapat keretakan yang menonjol antara orang tua
sangat terlalu dekat dengan anak dari jenis kelamin yang berbeda. Pada jenis
keluarga lain, Hubungan condong antara satu orang tua sangat terlalu dekat
dengan anak dari jenis kelamin yang berbeda. Pada jenis keluarga lain, hubungan
condong antara satu orang tua melibatkan satu perjuangan tenaga antara orang tua
dan menyebabkan dominasi salah satu orang tua

Aspek psikososial
Penderita skizofrenia perlu ditatalaksana secara integrasi, baik dari
aspek psikofarmakologis (terapi somatic) dan aspek psikososial. Hal ini berkaitan
dengan tiap penderita skizofrenia merupakan seseorang dengan sifat individual,
memiliki keluarga dansocial psikologis berbeda-beda, sehingga menimbulkan
gangguan bersifat kompleks karenaitu perlu penanganan dari beberapa modalitas
terapi.1,3,6
Penatalaksanaan yang diberikan secara komprehensif pada penderita
skizofreniamenghasilkan perbaikan yang lebih optimal dibandingkan
penatalaksanaan secara tunggal.Penatalaksanaan psikososial umumnya lebih
efektif diberikan pada saat penderita beradadalam fase perbaikan dibandingkan
pada fase akut. Penatalaksanaan ini meliputi psikoterapiindividual, terapi
kelompok, terapi keluarga, rehabilitasi psikiatri, latihan keterampilansocial, dan
manjemen kasus.1,6
Psikoterapi diberikan kepada pasien jika pasien telah memiliki tilikan (insight).
Psikoterapi individual yang diberikan pada penderita skizofrenia bertujuan
sebagai promositerhadap kesembuhan penderita atau mengurangi penderitaan
pasien. Psikoterapi ini terdiridari fase awal difokuskan pada hubungan antara
stress dengan gejala, fase menengahdifokuskan pada relaksasi dan kesadaran
untuk mengatasi stress, kemudian fase lanjutdifokuskan pada inisiatif umum dan
keterampilan di masyarakat dengan mempraktekkan apayang telah dipelajari.1,6,7

Psikoterapi kelompok meliputi terapi suportif, terstruktur dan anggotanyaterbatas,
umumnya antara 3-15 orang. Kelebihan terapi kelompok ini adalah
kesempatanuntuk mendapatkan umpan balik segera dari teman kelompok, dan
dapat mengamati respons psikologis, emosional, dan perilaku penderita
skizofrenia terhadap berbagai sifat orang danmasalah yang timbul.1,3,6,7

Terapi keluarga bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai
skizofrenia.materi yang diberikan berupa pengenalan tanda-tanda kekambuhan
secara dini, per nana dari pengobatan,antisipasi dari efek samping pengobatan,
dan peran keluargaterhadap penderita skizofrenia.1,2,6,7

Rehabilitasi psikiatri bertujuan untuk meningnkatkan kemampuan
penderitaskizofrenia dalam hal merawat diri sendiri, bekerja, menikmati
kesenangan, berhubungandengan orang lain dan keluarga. Dengan demikian dapat
meningkatkan kemandirian penderita dalam masyarakat. Rehabilitasi psikiatri
diharapkan terjadi perubahan menuju perbaikan dari ketidakmampuan,
meningkatkan kemampuan baru yang menjadi penyebabkelemahan, memanipulasi
lingkungan agar dapat lebih memberi dukungan sertameningkatkan fungsi.1,3,6
Penatalaksanaan terapi psikososial lainnya pada penderita skizofrenia
berupa pelatihan keterampilan social dan hidup mandiri, manajemen diri terhadap
pengenalan gejaladan medikasi, fungsi penderita dalam kehidupan sehari-hari,
duukungan dari lingkungansekitar baik di tempat tinggal maupun di tempat kerja
pasien.1
Pelatihan keterampilan social bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan performance dalam menghadapi situasi kehidupan sehari-hari,
sehingga penderita memilikikemampuan untuk melakukan hubungan
interpersonal, perawatan diri, dan menyesuaikandiri dengan lingkungan
sekitarnya. Mengenal dan memahami manajemen medikasi sehinggadapat
mengoptimalkan kualitas hidup penderita skizofrenia. Pelatihan keterampilan
socialmenekankan pada aspek edukasi, pembelajaran yang unik pada setiap situasi
dan mengambil kesimpulan bahwa setiap individu selalu melakukan yang terbaik.
Pelatihan inimemfokuskan pada stressor-stresor lingkungan, dan deficit yang
karakteristik dari setiap pasien.1,6

Komponen keterampilan social meliputi keterampilan dalam hal
komunikasi, persepsi social, dan mengatasi masalah dalam situasi yang khusus.
Keterampilan dalam hal berkomunikasi yang diberikan berupa kemampuan untuk
memulai,memelihara danmengakhiri pecakapan. Keterampilan persepsi social
yang diberikan berupa kemampuanseseorang untuk mempersepsikan situasi social
secara akurat, melaksanakan keterampilaninterpersonal dan menganalisa situasi.
Sedangkan keterampilan untuk mengatasi masalahyang khusus dalam bentuk
keterampilan saat wawancara mencari pekerjaan, menciptakankehidupan yang
memuaskan, serta melakukan interaksi heterososial. 1,2

Ada tiga model pelatihan keterampilan social pada penderita skizofrenia yaitu
model keterampilan social dasar, model pemecahan masalah social, dan
cognitiveremediation. Prinsip kerja model keterampilan social dasar atau sering
juga disebut denganketerampilan motorik adalah mengidentifkasikan disfungsi
perilaku social, kemudian dipilah menjadi tugas-tugas yang lebih sederhana,
dipelajari melalui pengulangan dan elemen-elemen tersebut dikombinasikan
menjadi perbendaharaan fungsional yang lebih lengkap.Model pemecahan
masalah social dilaksanakan melalui modul-modul pembelajaran seperti
manjemen medikasi, manajemen gejala, rekreasi, percakapan dasar, pemeliharaan
diri.Manajemen medikasi berupa mendapatkan informasi mengenai manfaat
pengobatanantipsikotik, mengetahui cara pemakaian antipsikotik yang tepat,
mengetahui efek yang tidak menguntungkan dari pengobatan, dan membicarakan
masalah pengobatan dengan tenagamedis.1

Manajemen gejala seperti mengidentifikasi secara dini tanda-tanda
kekambuhan,mengenali tanda-tanda kekambuhan dan mengembangkan rencana
pencegahan kekambuhan,coping terhadap gejala psikotik yang menetap, serta
menghindari alcohol dan obat-obatanterlarang. Pada modul rekreasi diharapkan
penderita skizofrenia dapat mengidentifikasikanmanfaat kegiatan rekreasi,
memberikan informasi tentang kegiatan rekreasi, menemukan hal-hal yang
diperlukan untuk kegiatan rekreasi, dan melakukan evaluasi dari manfaat
rekreasisecara berkala. Pada percakapan dasar meliputi latihan keterampilan untuk
dapat mendengar secara aktif dalam percakapan, melakukan percakapan bersama-
sama, memulai, memeliharadan mengakhiri pembicaraan. Sedangkan pada
pemeliharaan diri meliputi bagaimana cara untuk menjaga kebersihan dan
perawatan diri, berpakaian, merawat lingkungan tempattinggal, makan dan minum
secara teratur, pengaturan keuangan, dan mencari pekerjaan.1

Penatalaksanaan gangguan kognitif pada penderita skizofrenia
bertujuanmeningkatkan kapasitas individu untuk mempelajari berbagai variasi
dari keterampilan socialdan dapat hidup mandiri. Strategi penatalaksanaan
meliputi langsung pada deficit kognitif yang mendasari dan terapi kognitif
perilaku terhadap gejala psikotik.1,6

Penatalaksanaan langsung terhadap deficit kognitif yang mendasari
melipuit pengulangan latihan, modifikasi instruksi berupa instruksi lengkap
dengan isyarat dan umpan balik segera selama latihan.1


Terapi kognitif perilaku terhadap gejala psikotik bertujuan mengidentifikasi
gejalaspesifik dan menggunakan strategi coping kognitif untuk mnegatasinya.
Contoh strategidistraksi,reframing, self reinforcement,
tes realita, atau tantangan secara verbal. Penderita skizofrenia menggunakan
strategi ini untuk menemukan dan menguji kualitas disfungsi darikeyakinan yang
irrasional. 1,2












Kesimpulan

Sistem support pasien skizofrenia bisa dari berbagai sumber,
termasuk didalamnya keluarga, tenaga medis profesional, teman, dan lingkungan
social. Karena banyak pasien tinggal dengan keluarganya, maka keluarga adalah
system support primer pada pasien dengan skizofrenia ini.1,6,7,8,
Kebanyakan pasien skizofrenia tidak mengalami remisi sempurna dari simptom-
simptom yang dialaminya. Tetapi, symptom ini dapat diatasi dengan penanganan
terapi psikososial dan terapi psikofarmakologi.1,3,4,9

Kesulitan dalam kemampuan bersosialisasi dapat diterapi dengan terapi group
atau aktifitas berkelompok yang berisi kegiatan interaksi dalam bersikap
danmembincangkan topik-topik yang dapat dibicarakan sehingga pasien belajar
atau kembali belajar bagaimana untuk lebih produktif, dan bagaimana untuk
bersikap dan berperilaku yangsemestinya.1,6,7,8,9

Aspek pengobatan lainnya adalah beradaptasi dengan kehidupan
pribadi,kemampuan-kemampuan untuk menjalani hidup, mengatur keuangan
dan hal-hal praktikallainnya. Sangat diperlukan juga untuk pasien skizofrenia
mencatat, merekam ataumenuliskan symptom seperti apa yang muncul pada
dirinya, apa obat-obatan yang diterimadan dikonsumsi (termasuk dosis-dosis obat
tersebut), dan apa efek samping dari pengobatan yang pasien tersebut rasakan.
Dari mengetahui symptom apa yang terjadi sebelumnya,keluarga dapat lebih tahu
dan memahami untuk kedepannya. Keluarga dapatmengidentifikasi tanda-tanda
peringatan dini dari potensial relaps atau kambuhanskizofrenia, seperti
peningkatan withdrawal, perubahan pola tidur, dan lainnya. Jadi, jika simptom-
simptom psikotik dapat dideteksi lebih dini maka pengobatan dapat mencegah
full-blown relapse. Juga, dengan mengetahui obat-obatan apa yang dikonsumsi,
obat mana yang menimbulkan ketidaknyamanan atau berefek samping di masa
lalu, keluarga dapatmembantu pasien skizofrenia untuk mendapatkan pengobatan
tercepat dan terbaik. 1,3,4,6,7,8,9





DAFTAR PUSTAKA
1. Sinaga BR. Skizofrenia & Diagnosis Banding. Jakarta : FKUI; 2007. hal. 4-16,
52-3, 70-6.

2. Bourke J, Castle M. The psychotic disorders : schizophrenia. In : Horton-
Szar,ed. CrashCourse - Psychiatry 3rd Ed. Philadelphia. Mosby Elsevier;2008. p.
105-8..

3. Halgin RP, Whitbourne SK. Abnormal Psychology. Clinical Perspective
on Psychological Disorders 4 th Ed. New York. Mc Graw Hill;2003. p. 300-1,
314-26.

4. Maramis WF, Maramis AA. Skizofrenia.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi
2.Surabaya. Airlangga University Press;2009. hal. 260-3, 276-8.

5. Maslim R, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III. Jakarta. FK
Unika AtmaJaya;2001. hal.46-51.

6. NIMH. Schizophrenia Psychosocial Treatment. [online] 2010 [cited 2010 Juli
23]:Available from: URL:http://www.enotalone.com/article/6884.html
7. Grohol JM. Psychosocial Treatment for Schizophrenia. [online] 2006
December 10 [cited2010 Juli 23]: Available from:
URL:http://www.ehow.com/way_5289422_psychosocial-treatment-
schizophrenia.html

8. NIMH. Helpful Hints about Schizophrenia for Family and Others.[online]
2006December 10 [cited 2010 Juli 23]:Available from:
URL:http://psychcentral.com/lib/2006/helpful-hints-about-schizophrenia-for-
family-members- and-others/

9.Bengston M. Overview of Treatment for Schizophrenia. [online] 2006
December 10[cited 2010 Juli 23]: Available from :
URL:http://www.ehow.com/way_528942_ overview-of-treatment-for-
schizophrenia.html

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :
(a) - Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalamkepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namunkulitasnya berbeda;
- Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asingdari luar masuk
kedalampikirannya (insertion)atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar (withdrawal);
- Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umummengetahuinya;
(b) - delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatantertentu dati luar;
- delusion of influence: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar;
- delusion of passivity: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadapsuatu kekuatan dari luar;
(tentang dirinya: secara jelas merujuk ke pergerakantubuh/anggota gerak
atau ke pikiran, tindakan atau penginderaan khusus);
- delusional perception: pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermaknasangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
(c) Halusinasi auditorik :
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien,
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara),
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggaptidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia
biasa (misalnya mampumengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas :
(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik
olehwaham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap,atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-
minggu atau berbulan-bulan terusmenerus;
(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation),yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan,
atau neologisme;
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisis
tubuhtertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
stupor;
(h) Gejala-gejala negative seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
danrespons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkanpenarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial;
tetapi harus jelasbahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutukeseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai
(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

KLASIFIKASI
Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di
muka,dalam PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang
mempunyai spesifikasi masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-
hal sebagaiberikut :
1. Skizofrenia Paranoid (F20.0)
Memenuhi kriteria umum diagnostik skizofrenia
Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan atau waham harus menonjol :
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atauhalusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung,
ataubunyi tawa.
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-
lainperasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusionof control), dipengaruhi (delusion of influence), atau Passivity
(delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah
yang palingkhas.
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol.

Pasien skizofrenik paranoid biasanyaberumur lebih tua daripada pasien
skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jikamereka mengalami episode
pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan
biasanya mencapai kehidupan sosial yang dapatmembantu mereka melewati
penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderunglebih besar dari pasien
katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi
yang lambat dari kemampuan mentalnya, respon emosional,dan perilakunya
dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik. Pasien skizofrenik paranoid tipikal
adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersifat
bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat
menempatkan diri mereka secara adekuat didalamsituasi sosial. Kecerdasan
mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak

2. Skizofrenia Hebefrenik (F20.1)
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia ;
Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja
ataudewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).
Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri
(solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.
Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan
kontinu selama 2 atau 3 bulanlamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang
khas berikut ini memang benar bertahan :
- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan
perilakumenunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;
- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai
olehcekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir
(self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa
menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks),
keluhanhipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);
- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu
(rambling)serta inkoheren.
Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan prosespikir umumnya
menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanyatidak menonjol
(fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongankehendak
(drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan,
sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan
(aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatupreokupasi yang
dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak
lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.

3. Skizofrenia Katatonik (F20.2)
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.
Satu atau lebih dariperilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :
(a) Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan
dalamgerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):
(b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang
tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
(c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil
danmempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);
(d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap
semuaperintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah
yangberlawanan);
(e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan
upayamenggerakkan dirinya);
(f) Fleksibilitas cerea / waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak
dantubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan
(g) Gejala-gejala lain seperti command automatism (kepatuhan secara
otomatisterhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.
Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari
gangguankatatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai
diperoleh buktiyang memadai tentang adanya gejala-gejala lain. Penting untuk
diperhatikanbahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk
skizofrenia.Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan
metabolik, ataualkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan
afektif.

4. Skizofrenia tak terinci (F20.3)
Seringkali, pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah
dimasukkankedalam salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut
sebagai tipe tidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik,
atau katatonik.
Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi
pascaskizofrenia.

5. Depresi Pasca-Skizofrenia (F20.4)
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :
(a) Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum
skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;
(b) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi
mendominasigambaran klinisnya); dan
(c) Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit
kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2
minggu.
Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis
menjadiepisode depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan
menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang
sesuai.

6. Skizofrenia Residual (F20.5)
Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus
dipenuhisemua:
(a) Gejala negative dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan
psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan
ketiadaaninisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi
non-verbalyang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara,
dan posisitubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;
(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau
yangmemenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia;
(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas
danfrekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang(minimal) dan telah timbul sindrom negative dari skizofrenia;
(d) Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain,
depresikronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative
tersebut.

7. Skizofrenia Simpleks (F20.6)
Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena
tergantungpada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan
progresif dari :
- gejalanegative yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat
halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan
- disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna,
bermanifestasi sebagaikehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu,
tanpa tujuan hidup, danpenarikan diri secara sosial.
Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknyadibandingkan subtipe
skizofrenia lainnya.

Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala
utama pada jenis simpleks adal ahkedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses berpikir biasanyasukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang
sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan
mungkin penderita mulai kurangmemperhatikan keluarganya atau mulai menarik
diri dari pergaulan. Makin lamaia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran
dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya
ia mungkin akanmenjadi pengemis, pelacur, atau penjahat





DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6
2.1 Skizofrenia ................................................................................ 6
2.1.1 Definisi .............................................................................. 6
2.1.2 Epidemiologi ..................................................................... 7
2.1.3 Etiologi .............................................................................. 7
2.1.4 Kriteria diagnosis skizofrenia ............................................ 14
2.1.5 Klasifikasi skizofrenia ....................................................... 16
2.1.6 Perjalanan penyakit skizofrenia ......................................... 24
2.1.7 Prognosis ........................................................................... 24
2.2 Rehabilitasi ................................................................................ 26
2.2.1Definisi ............................................................................... 26
2.2.2Tujuan Rehabilitasi............................................................. 26
2.2.3Aspek-aspek rehabilitasi...................................................... 26
2.2.4 Tahap-tahap Rehabilitasi................................................... 27
2.3 Aspek Psikososial ...................................................................... 30
2.4 Rehabilitasi Psikososial pada Pasien Skizofrenia .................... 31
BAB 3 KESIMPULAN ............................................................................ . 37

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 38

Anda mungkin juga menyukai