Skizofrenia merupakan satu gangguan/ penyakit kejiwaan yang parah dan bersifat
kronis, yang dimana hal ini dapat memberikan dampak yang buruk terhadap
pengembangan intervensi terapeutik yang lebih efektif adalah hal yang penting.
Selama seperempat abad terakhir, diketahui banyak bukti dan temuan dari tantangan-
klinis acak terbaru yang didasarkan pada bukti ini diketahui telah memberikan hasil
yang cukup menjanjikan. Pada artikel ini, kami pun melakukan reviu bukti yang
ciri kausatif skizofrenia yang signifikan, pada bagaimana hal ini berkontribusi
terhadap fungsi sirkuit patologis di dalam otak, dan pada bagaimana pandangan-
racermase.
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/pcn.12823/full
Skizofrenia merupakan satu gangguan/ penyakit kejiwaan yang parah dan bersifat
kronis, yang dimana hal ini dapat memberikan dampak yang buruk terhadap
kehidupan penderitanya dan juga kehidupan masyarakat. Kondisi ini dicirikan secara
pemikiran yang tidak terorganisir, dan perilaku motorik yang tidak terorganisir serta
tidak normal), gejala-gejala negatif (yaitu penurunan ekspresi emosi, avolisi atau
tujuan, alogia, anhedonia, dan asosialitas), serta defisit kognitif (yaitu berkurangnya
perhatian, penurunan memori kerja, dan penurunan fungsi eksekutif). Defisit kognitif
diketahui dapat muncul sebelum diagnosis klinis dan sangat berkaitan dengan
heritabilitas yang tinggi. Menurut penelitian yang melibatkan subjek kembar dengan
ukuran sampel yang besar dan metode statistik yang berkualitas tinggi, tingkat
heritabilitas diketahui sekitar 79%, dan hal ini pun tidak berbeda dengan beberapa
kasus ini tidaklah mengikuti pola Mendel, dan hal ini pun mendukung adanya
skizofrenia yang penting, kami juga akan mengkaji tentang bagaimana hal ini
yang resisten terhadap penanganan yang ada sekarang dan yang menyebabkan
Hippocrates (460-375 SM), yang merupakan bapak ilmu kedokteran. Di saat itu,
diyakini bahwa gangguan-gangguan ini disebabkan karena kondisi tubuh yang tidak
normal yang dikarenakan oleh faktor-faktor fisik. Mereka mencoba untuk menangani
gangguan-gangguan ini dengan beberapa cara yang diyakini dapat memberikan efek
biogenik.
Pada tahun 1899, Emil Kraeplin, seorang dokter Jerman, mengintegrasikan beberapa
yang sekarang dikenal sebagai sub-sub tipe skizofrenia, dan beliau pun
mengembangkan konsep prekoks demensia. Sejak asumsi beliau yang menyatakan
Istilah “skizofrenia”, yang saat ini digunakan, pun pertama ditemukan pada tahun
1908 oleh Eugen Bleuler, seorang dokter Swiss. Beliau pun merevisi ide tentang
mengidentifikasi diskoneksi antara proses afeksi dan pikiran (pemisahan, yaitu schiz)
sebagai ciri mendasar dari skizofrenia dan ambivalensi dengan autisme sebagai
dan kognitif. Kemudian, Kurt Schneider, yang merupakan seorang dokter Jerman,
gangguan pada identitas diri, yang diistilahkan oleh beliau sebagai “gejala-gejala
kondisi (yang mencakup mual dan alergi), dan reserpine, yang merupakal alkaloid
skizofrenia di awal tahun 1950-an. Tidak lama setelah itu, obat-obatan yang lebih
manjur seperti fenotiazin dan butyrophenon pun dikembangkan dan terbukti sangat
dapat meningkatkan konsentrasi dopamin pada celah sinaptik. Sesuai dengan efek
psikosis, yang dimana secara klinis hal ini menyerupai fase akut skizofrenia
dimediasi oleh dopamin yang dipicu oleh amfetamin atau apomorfin. Dengan
berlebihan.
Hipotesis glutamat
clozapine, beberapa antipsikotik memiliki efek yang tidak signifikan terhadap gejala-
gejala negatif dan kognitif, yang merupakan prediktor yang kuat akan disabilitas di
dalam pengidapan skizofrenia. Lebih jauh lagi, atrofi kortikal diketahui memiliki
hubungan dengan gejala-gejala negatif dan kognitif pada skizofrenia kronis, namun
hal ini tidaklah berlaku dengan keparahan psikosis. Dengan demikian, fitur-fitur ini
pada tahun 1970-an telah diketahui dapat memicu gejala-gejala yang mirip
gangguan pikiran saja, namun juga mencakup gejala-gejala negatif dan kognitif pada
manusia yang sehat. Lebih jauh lagi, psikosis yang dipicu oleh ketamine atau PCP
Keberadaan ikatan untuk ketamine dan PCP pertama didekskripsikan pada tahun
1979, yang kemudian diikuti oleh laporan-laporan penelitian di tahun 1980-an awal,
sub tipe NMDA, yaitu. reseptor glutamat. Berdasarkan pada observasi klinis para
pasien yang terpapar PCP dan ketamine, dan penelitian-penelitian laboratorium yang
dilakukan secara cermat untuk mengetahui infusi dosis subanestetik ketamin pada
para subjek yang normal, maka diketahui bahwa sepertinya skizofrenia dapat
Glutamat dikenal sebagai neurotransmiter asam amino eksitatori yang paling banyak
Reseptor-reseptor ionotropik dibagi kedalam tiga sub tipe dengan berdasarkan pada
NMDAR terdiri dari kompleks heterotetramerik dua sub unit GluN1 obligatori
dengan dua sub unit GluN2 atau kombinasi sub unit GluN2 dan GluN3. Sub unit
GluN1 dikoding oleh gen tunggal (GR1N1) namun memiliki delapan isoform yang
berbeda-beda karena penjalinan alternatif. Sub-sub unit GluN2 dan GluN3 juga
memiliki empat (GluN2A – D) dan dua varian (GluN3A – B), yang dikode/ dikoding
oleh gen-gen terpisah, yaitu masing-masing GRIN2A-D dan GRIN3A-B. Tiap sub
unit GluN diketahui memiliki arsitektur modular yang tipikal/ umum dengan dua
domain ekstraselular yang mirip kulit kerang (domain amino-terminal pada susunan
dan modulasi kanal, dan satu domain yang mengikat ligan), domain transmembran,
yang paling berlainan/ berbeda dan memiliki peran akan keragaman fungsional
NMDAR. D-serine dan glisin diketahui mengikat ke sub-sub unit GluN1 dan GluN3,
yang merupakan lokasi modulatori glisin (GMS), dan ikatan-ikatan glutamat ke sub
unit GluN2 pada lokasi pengikatan glutamin. Reseptor ini masing-masing dimodulasi
oleh seng divalen antagonis alosterik GluN2A dan GluN2B dan ifenprodil
untuk penyesuaian aktivasi saluran ion, seperti contohnya lokasi modulatori redoks
dimana glutation mengikat pada GluN1 dan 2A, lokasi ikatan spermine pada
GluN2B dan Mg2+, MK-901 dan ketamin dan lokasi ikatan PCP pada domain
transmembran.
Aktivasi NMDAR secara unik membutuhkan tiga kejadian simultan/ bersamaan: (i)
sekatan magnesium saluran kation GluN1; (ii) okupansi GMS pada GluN1 oleh
diketahui dapat mensintesa beberapa asam amino D. Serine racemase (SR) dan D-
serine ditemukan pada seranggga eukariotik pada tahun 1966. Pada tahun 1992,
D-serine bebas pada otak mamalia dan membantah bahwa vertebrata tidak dapat
seperempat abad tentang asalan untuk ekspresi asam amino d oksidase (DAAO),
yaitu enzim yang men-aminase asam amino D menjadi asam imino pada otak.
menurunkan D-serine sinaptik, namun tidak menurunkan glisina. Lebih jauh lagi,
mereka membuktikan bahwa terdapat hubungan yang dekat di dalam ekspresi SR,
NMDAR, khususnya glutamat, glisina, dan lokasi-lokasi ikatan PCP, dan kadar D-
serine pada otak depan, dan adanya hubungan terbalik di dalam ekspresi DAAO dan
kadar D-serine pada serebelum dan otak belakang dimana glisina diketahui
otak tikus pada tahun 1999. Enzim ini diklasifikasikan sebagai anggota keluarga
Lokalisasi selular
sama sebagai NMDAR. Sumber sel D-serine pun menjadi perdebatan. Pada beberapa
penelitian in vitro awal, D-serine diyakini diperkaya pada astrosit dan utamanya
disintesiskan pada astrosit, dan dengan demikian, SR dianggap sebagai satu enzim
diekspresikan pada neuron, bukan pada astrosit. Sebagai contoh, laboratorium Mori
telah mengkaji tentang sintesis glial D-serine satu dekade yang lalu. Pada penelitian
nya. Lebih jauh lagi, dengan menggunakan tikus yang telah mengalami pendelesian
kurang dari 15% ada pada astorsit di dalam hipokampus dan tidak ada di dalam
diketahui berada pada neuron eksitatori dan inhibitori, namun tidak ditemukan pada
astrosit.
NMDAR konvensional terdiri dari satu kompleks heterotetramerik dua GluN1 dan
dua sub unit GluN2. ATD: domain amino-terminal; CTD: domain karboxi-terminal;
GMS: lokasi modulatori glisina; LBD: domain pengikatan ligan; PCP:
contohnya karena trauma (TBI/ traumatic brain injury). TBI hipokampus diketahui
selama 7 hari, sedangkan SR neuronal pada neuron yang cedera akan mengalami
terjadinya TBI. D-Serine yang dilepaskan dari astrosit-astrosit reaktif akanlah beraksi
pada NMDAR neuronal ekstrasinaptik, yang dimana hal ini dapat menyebabkan
kultur-kultur utama astrosit yang didapat dari otak tikus neonatus dapat
tikus secara dramatis dapatlah mengurangi D-serine dan L-serine otak setingkat 80%,
oleh SR neuronal. Proses ini telah dikenal dengan istilah ‘serine shuttle’, dan hal ini
menyoroti peranan tutur silang glia-neuron untuk fungsi NMDAR yang optimal.
serine tampaknya berfunsi dengan cara autokrin dan bukanlah seperti pen-ko-
transmisi yang terlokaliasi secara pra-sinaptik. Sifat autokrin yang dimiliki oleh D-
serine ini akan memastikan bahwa GMS NMDAR pasca-sinaptik terisi dengan D-
serine untuk secara cepat merespon terhadap glutamat yang dilepaskan. Penghentian
hal tersebut dikatabolisasi oleh DAAO. Disi sisi lain, pada beberapa kondisi
Temuan-temuan klinis
Bukti klinis yang paling kuat yang menunjukkan bahwa psikosis PCP mirip dengan
yang terjadi pada skizofrenia adalah fakta yang mengindikasikan bahwa para
pengguna PCP akan dapat diduga menderita skizofrenia oleh psikiater jika si
psikiater tidak mengetahui individu tersebut merupakan pengguna PCP. Contoh yang
paling dramatis terjadi di Washington DC selama musim gugur tahun 1973. Tingkat
admisi para pasien psikosis yang parah bertambah sebanyak tiga kali lipat di rumah
sakit jiwa. Para pasien ini diketahui semuanya menghisap PCP sebelum mengalami
psikotik, dan presentasi yang ditunjukkannya tidak dapat dibedakan dari episode
skizofrenik florid. Dalam hal gejala-gejala psikotik, asam dietilamid lisergik (yang
dikenal sebagai ‘LSD’) umumnya dapat memicu psikosis pada individu sehat, yang
dicirikan dengan distorsi pada persepsi visual yang berlangsung selama 8-16 jam,
sedangkan antagonis NMDAR, seperti contohnya PCP dan ketamin, tidaknya hanya
memicu psikosis yang mirip seperti psikosis pada skizofrenia (yang mencakup
kognitif yang dapat berlangsung selama 2 minggu. Lebih jauh lagi, pemberian LSD
pada individu yang sehat tidaklah akan memicu pengaruh yang lebih parah daripada
netral (seperti contohnya ASCT1, antiporter asam amino netral, atau transporter
sistem A) untuk dikonversi menjadi D-serine oleh serine racemase (SR). Proses ini
serine didapat melalui penyerapan kembali kedalam astrosit dimana hal tersebut
glutamat vesikular. Diadaptasi dan dengan izin dari Coyle dan Balu dan Wolosker
dkk.
memiliki gejala-gejala yang mirip dengan apa yang dialami oleh penderita
umumnya muncul dengan perilaku yang tidak normal, seperti contohnya agitasi dan
agresi, bicara yang tidak normal, katatonia, awan, psikosis (yang mencakup waham
seluruh pasiennya pada saat presentasi psikotik pertama dapat dikategorikan sebagai
Temuan-temuan genetik
Penelitian-penelitian yang melibatkan para subjek kembar dan atau para subjek yang
memiliki hubungan darah selama setengah abad terakhir telah memberikan bukti
yang meyakinkan bahwa skizofrenia dapatlah diturunkan, dengan rasio 0.8. Namun
demikian, pola resiko familial jauh lebih rendah pada saudara kakak-adik
(dibandingkan dengan pada saudara kembar), dan hal ini pun konsisten dengan
temuan yang mengindikasikan bahwa multi gen berperan dalam hal ini, yang
diperkuat oleh faktor-faktor resiko lingkungan. Di awal abad ke-21, banyak dari
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tentang apakah gen yang umumnya
resiko skizofrenia. Sejumlah hubungan positif dan signifikan pun banyak dilaporkan,
penelitian tersebut dapat dikatakan lemah secara statistik, yang dimana hal ini dapat
menghasilkan hasil positif lemah, dan hal ini pun dapat memicu kemunculan bias
Beberapa penelitian yang berkualitas tinggi yang secara agnostik mencari hubungan
antara lokasi dan resiko skizofrenia diketahui membutuhkan ribuan subjek sehingga
dapat mencapai ambang batas signifikansi 5x10-8 yang dibutuhkan untuk multi
tidaklah dapat didapatkan di satu rumah sakit, namun membutuhkan kolaborasi yang
luas dan data yang banyak dari banyak lokasi di seluruh dunia. Satu penelitian
hubungan genome terbaru pun dilakukan dan melibatkan 100.000 kendali dan 40.000
subjek penderita skizofrenia, yang mengidentifikasi 108 lokasi pada genom yang
dapat memenuhi ambang batas statistik 5x10-8. Walaupun satu lokasi memiliki
(GR1A1).
Lebih jauh lagi, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan beban
akan varian gen yang jarang, yang berbentuk varian jumlah-salinan besar dan varian
nukleotida tunggal, yang dimana hal ini sering muncul sebagai mutasi de novo,
semuanya diketahui dapat memberikan efek yang lebih besar dibandingkan dengan
besar, CNV de novo dapatlah mengkode NMDAR dan protein-protein yang memiliki
Secara khusus, 11 CNV yang jarang (delesi/ pelesapan pada 1q21.1, NRXN1, 3q29,
15q11.2, 15q13.1, dan 16p11.2) menunjukkan adanya bukti yang sangat signifikan
(nisbah jangkaan 2-60) akan hubungan dengan skizofrenia. Diketahui, sekitar 2,5%
pasien dan 0,9% kendali membawah CNV pada satu dari lokus-lokus ini. Lebih jauh
lagi, hampir dari seluruh subjek diketahui memiliki hubungan dengan berbagai
Baru-baru ini, terdapat bukti yang cukup banyak yang juga mendukung peranan
skrining mutasi baru-baru ini untuk mengkaji wilayah eksonik sub unit NMDAR
pada skizofrenia dan gangguan spektrum autisme, diketahui terdapat 40 varian yang
teridentifikasi, dan dua diantaranya pada GRIN2C dan GRIN2D pada skizofrenia
berpendapat bahwa varian-varian yang sangat jarang dengan LoF pada lintasan
membantu para peneliti untuk dapat mengukur beberapa parameter otak, seperti
1
H-MRS
bahwa pemberian ketamin terhadap para subjek yang sehat dapatlah meningkatkan
fungsi kognitif. Di sisi lain, pada kasus skizofrenia, satu penelitian meta-analisis
glutamatergik pada sistem limbik, pada indeks glutamat di ganglia basal, kadar
glutamin pada talamus, dan kadar Glx (glutamat + glutamin) pada ganglia basal dan
lobus temporal medial. Poels juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif
antara peningkatan Glx pada hipokampus dan pemburukan fungsi eksekutif, kondisi
klinis global, dan penurunan volume hipokampal pada para pasien yang tidak
sistein, dan glisin. Senyawa ini diketahui memiliki peranan yang penting di dalam
perlindungan otak dari stres oksidatir sebagai antioksidan intraselular. Lebih jauh
lagi, senyawa ini dapat memodulasi lokasi redoks pada NMDAR. Dengan demikian,
prefrontal cortex) adalah lebih rendah pada pengidap skizofrenia dibandingkan pada
individu yang sehat. Disisi lain, kadar yang lebih tinggi pun dapat ditemukan pada
terobservasi pada beberapa penelitian lain pun antara penderita skizofrenia dan juga
pada para subjek yang sehat. Dengan demikian, hasil temuan untuk hal ini pun
beragam.
atau antara kompartemen intra atau ekstraneuronal, yang dimana hal ini dapat
merupakan dua modalitas yang mampu melakukan pengukuran yang lebih selektif
Satu penelitian yang memberikan ketamin pada para subjeknya, yang menggunakan
PET, pun mendukung akan ide tentang hipersensitivitas antagonis NMDAR pada
menyebabkan peningkatan aliran darah otak regional, dan hal ini pun mencerminkan
hipermetabolisme pada wilayah frontal dan singulata baik pada kelompok subjek
yang sehat dan juga pada kelompok individu penderita skizofrenia. Namun demikian,
diketahui memiliki tingkat peningkatan aliran darah relatif yang lebih tinggi pada
modalitas 1H-MRS, wilayah ini merupakan satu wilayah dari fungsi glutamatergik
yang tidak normal. Di sisi lain, ligan PET/SPECT untuk lokasi ikatan glutamat, yaitu
GMS, atau lokasi redoks pada NMDAR masihlah dikembangkan, dan masih berada
pada tahap subklinis. Dalam hal ligan PET, [11C] ABP688 dan [18F] FPEB, yang
mengikat pada lokasi alosterik pada mGlu5, yang ber-ko-lokasi dengan NMDAR
secara fungsional dan memiliki interaksi yang dekat secara fisik dengan aktivasi
astrosit reaktif oleh sitokin, yang mana hal ini dapat berkontribusi terhadap disfungsi
melepaskan D-serine.
Negativitas ketidaksesuaian/P300/osilasi gelombang gamma
Elektroensefalografi (EEG) merupakan salah satu dari metode yang tidak terlalu
invasif dan mudah dilakukan untuk memonitor fungsi otak neurofisiologis dengan
memvisualisasi aktifitas neural dengan resolusi spasial yang lebih tinggi daripada
EEG. Negativitas ketidaksesuaian (MMN), P300 (atau P3), dan osilasi gelombang
gamma merupakan fenomena listrik yang muncul sebagai penanda informatif untuk
skizofrenia.
dengan kejadian dan dapat terbangkit oleh stimulus yang menyimpang, yang
terkadang masuk kedalam rangkaian repetitif stimuli standar. Awal respon MMN
mengarah positif dan muncul selama paradigma tak biasa dengan latensi 250-300
mengatenuasi MMN dan amplitudo P300 pada para subjek yang sehat. Lebih jauh
lagi, pada para individu yang memiliki resiko tinggi, individu yang berada di episode
atenuasi amplitudo MMN pun dapat terjadi. Lebih jauh lagi, beberapa penelitian
telah memberikan bukti langsung, dimana penelitian-penelitian tersebut
glutamat pada skizofrenia. Sebagai contoh, kadar plasma asam amino glutamatergik
diketahui memiliki hubungan dengan atenuasi amplitudo MMN pada para subjek di
awal stage psikosis. Penelitian EEG dan MRS lain menunjukkan bahwa terdapat
MMN dan P300 dihipotesiskan dapat mencerminkan hipofungsi NMDAR, dan hal
ini dianggap sebagai satu penanda untuk skizofrenia. Selama uji performa kontinyu,
diketahui terdapat reduksi yang sangat signifikan pada anteriorisasi no-go, yang juga
Osilasi neuronal sinkron pada rentang 30-100 Hz, yang dikenal sebagai osilasi
meningkat-tajam, yang diregulasi oleh input eksitatori yang tergantung pada NMDA.
NMDAR juga secara langsung terimplikasi pada kemunculan ritme. Dengan kata
meningkatkan ritme gamma spontan. Bukti yang ada dari banyak penelitian
dapatlah memicu beragam stimuli sensori dan tugas-tugas kognitif dapatlah menjadi
Beberapa penelitian yang mengkaji tentang ekspresi NMDAR kortikal pada kasus
pada wilayah otak dan sub unit reseptor yang diteliti. Satu meta analisis
mengindikasikan bahwa sub unit GluN1 (mRNA dan protein) pada PFC otak pasca
mortem subjek yang menderita skizofrenia diketahui secara signifikan lebih menurun
dibandingkan dengan kendali. Pada penelitian yang sama, mereka juga melakukan
reviu kualitatif tentang GluN2 (A, B, dan D) dan sub-sub unit GluN3A dan
signifikan pada ekspresi mRNA atau kadar protein sub-sub unit ini pada skizofrenia
dibandingkan dengan pada kendali, dengan penurunan ekspresi GluN2C mRNA pada
GluN1 mRNA secara selektif pada girus dentata subjek penderita skizofrenia
dibandingkan dengan kendali, dan juga penurunan ekspresi pada sub sub unit GluN1
dan GluN2B (mRNA dan protein) pada hipokampus kiri penderita skizofrenia
pada tingkat pasca-reseptor. Lebih jauh lagi, pada satu penelitian autoradiograf
Terdapat juga berbagai kelainan pada modulator NMDA GMS yang terjadi tidak
hanya pada otak saja, namun juga pada tepi subjek penderita skizofrenia. Pada
pengidapan skizofrenia. Kadar asam kynurenik, yaitu satu antagonis GMS endogen,
diketahui meningkat pada cairan spina serebral dan jaringan otak pasca mortem
penderita skizofrenia.
Lebih jauh lagi, selain NMDAR itu sendiri, perubahan ekspresi dari beberapa protein
densitas pasca-sinaptik yang berkaitan dengan NMDAR juga ditemukan pada otak-
penurunan ekspresi protein pun dilaporkan terjadi untuk PSD-93 dan PSD-95 pada
menurun pada dlPFC, yang mana hal tersebut meningkat pada korteks oksipital. Hal
serupa, ekspresi mRNA NF-L secara signifikan juga meningkat pada dlPFC,
walaupun protein mengalami penurunan. Lebih jauh lagi, sub tipe kainate reseptor
glutamat pertama diukur pada otak pasca mortem subjek penderita skizofrenia oleh
Nishikawa dkk, yang dimana beliau melaporkan adanya peningkatan setingkat 25-
50% pada pengikatan asam kainik pada PFC. Peningkatan reseptor kainate juga
fungsi-fungsi kognitif pada PFC. Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa kadar
NMDAR endogen dan juga sebagai agonis mGlu3. Peningkatan kadar NAAG dan
Model-model hewan
hewan ini yang mendukung hipotesis hipofungsi NMDAR yang dapat berkontribusi
fitur-fitur neurokimia, morfologis, dan kognitif da/atau fitur-fitur perilaku yang sama
periode perinatal dan/ atau periode awal pascanatal, yang dimana hal ini dapat
menunjukkan alterasi neuronal dan fitur-fitur kognitif dan/ atau perilaku yang sama
dengan yang terobservasi pada kasus skizofrenia. Model-model hewan genetik juga
Sebagai contoh, tikus yang tidak memiliki enzim SR (SR-/-), yang terenkode pada
SRR gen resiko skizofrenia, pun teridentifikasi pada satu penelitian ukuran besar
yang menunjukkan adanya >85% penurunan D-serine endogen pada korteks dan
skizofrenia. Tikus yang tidak memiliki SR-/- juga menunjukkan satu fenotip yang
penurunan ekspresi faktor neurotrofik dari otak, penurunan penyinalan Akt, dan
sinaptik yang dienkode oleh DTNBP1, yang berkurang pada dlPFC dan hipokampus
hipereksitabilitas pada PFC, dan juga gangguan kognitif, seperti contohnya memori
kerja. Beberapa model genetik lain, seperti contohnya insersi tikus G72 dan
inaktivasi tikus DAO, juga diketahui dapat menunjukkan hipofungsi NMDAR dan
lalu, dan hal ini telah secara universal menjadi penanganan utama bagi para pasien
outcome yang lebih buruk. Dengan demikian, pendekatan yang didasarkan pada
penyekatan D2R telahlah memberikan manfaat yang substansial bagi para pasien
bersifat kambuhan dan memiliki hubungan dengan disabilitas persisten. Lebih jauh
yang lemah, diketahui memiliki hubungan dengan tingkat outcome yang lebih baik
GMS NMDAR merupakan satu strategi glutamatergik pertama yang dicapai sebagai
negatif dan kognitif. Pendekatan modulatori ini dapat lebih baik dari agonis NMDAR
langsung karena memiliki hubungan dengan penurunan resiko kematian neuronal dan
strategi yang dimana ketersediaan atau konsentrasi antagonis dan ko-agonis GMS
Glisina merupakan satu asam amino alfa, yang juga diketahui memiliki peranan
glisina yang sensitif terhadap strychnine. Lebih jauh lagi, glisin diketahui dapat
terkendali acak (RCT) yang menggunakan glisina oral menunjukkan bahwa terdapat
NMDAR dan lebih dapat memicu aktivasi NMDAR dibandingkan dengan glisina.
Beberapa RCT yang menggunakan D-serine atau D-alanine juga melaporkan tingkat
D-sikloserine (DCS) merupakan satu obat anti tuberkular yang dapat menghambat
sedasi, psikosis, dan sawan, merupakan efek samping yang dapat muncul di dalam
penanganan yang menggunakan DCS dosis tinggi. DCS juga merupakan agonis
parsial pada GMS dengan tingkat efikasi 50%. DCS merupakan ligan yang tidak
terlalu efisien untuk fungsi NMDAR jika dibandingkan dengan agonis penuh
endogen, seperti contohnya glisina dan D-serine. Pada dosis yang tinggi, DCS
lebih manjur, namun dengan dosis yang sedang, DCS dapat memfasilitasi
kualitas yang beragam. Ketika DCS ditambahkan pada antipsikotik generasi pertama,
positif dan kognitif tidak dapat diredakan. Di sisi lain, ketika DCS ditambahkan
dengan ketika ditambahkan dengan glisina atau D-serine. Pada penelitian yang
yang terobservasi dengan kombinasi DCS dengan antipsikotik generasi pertama dan
RCT yang berukuran besar dan dilakukan di berbagai pusat penanganan medis yang
lokasi penelitian. Analisis post hoc mengindikasikan bahwa di lokasi rawat inap,
tinggi, glisina dan DCS secara signifikan dapatlah meredakan gejala-gejala negatif.
Bersamaan dengan hal ini, Iwata dkk baru-baru ini menerbitkan satu meta analisis
defisit kognitif pada kasus skizofrenia, namun para peneliti ini tidaklah melakukan
pengukuran terhadap tingkat gejala-gejala negatif. Lebih jauh lagi, para peneliti ini
endogen. Terakhir, para peneliti ini juga tidaklah mengkaji tentang bagaimana DCS
NMDAR oleh glutamat. Satu strategi yang telah dieksplorasi adalah untuk
menghambat penyerapan kembali ko-agonis, yaitu glisina. Beberapa penelitian
sebelumnya pada sayatan hipokampus akut pada sinaps glutamatergik pada neuron
endogen, dan hal tersebut menghambat transporter glisina (GlyT-1) pada sinaps
sintesis glisina. Tiga RCT yang menambahkan sarcosine pada regimen obat
memiliki hubungan dengan tingkat penurunan yang paling tinggi di dalam skor total
Skala Sindrom Positif dan Negatif (PANSS) dibandingkan dengan plasebo dan di
kelompok pasien penderita skizofrenia kronis stabil yang diberikan D-serine. Lebih
jauh lagi, satu meta analisis menunjukkan bahwa sarcosine cukuplah efektif di dalam
samping yang tidak diinginkan, seperti contohnya hipoaktifitas dan ataksia, dan
di dalam pencapaian titik akhirnya untuk meningkatkan skor total PANSS dan gejala-
gejala negatif pada penelitian Phase II/III dan III untuk skizofrenia, walaupun hal
penelitian Phase IIb pada pasien penderita skizofrenia stabil yang ditangani dengan
obat. Lebih jauh lagi, pada satu RCT yang dilakukan untuk menginvestiasi
Org25935 tidaklah secara signifikan berbeda dari plasebo di dalam peredaan gejala-
sebagai penanganan penyerta SGA. Beberapa tipe penghambat GlyT-1 yang lain,
skizofrenia.
domain gejala dan neurokognisi pada para pasien penderita skizofrenia kronis.
Benzoat diketahui dapatlah memicu ekspresi faktor neurotrofik dari otak pada neuron
dan astrosit primer manusia, yang dimana hal ini dapat menjadi satu lintasan lain
Dengan menstimulasi lokasi modulatori redoks pada NMDAR juga diketahui dapat
dianggap sebagai satu potensi target lain untuk penanganan skizofrenia. Glutathione
dapatlah melindungi otak dari stres oksidatif reaktif dan xenobiotik yang berbahaya
sebagai penggait nukleofilik dan antioksidan yang dikatalisasi enzim. Glutation juga
kadar glutation intraselular melalui anti-porter sistin-glutamat. Lebih jauh lagi, NAC
dapat memicu aktivasi reseptor-reseptor mGlu Kelompok II. Sebagai akibat dari
Hasil dari beberapa penelitian klinis dengan NAC pada para subjek penderita
satu RCT awal, NAC yang ditambahkan dengan SGA diketahui dapat meningkatkan
skor PANSS (skor Negatif, Umum, dan skor total) dan skala Impresi/ Kesan Global
Klinis (skala Keparahan dan Peredaan) pada skizofrenia kronis. Pada beberapa
kronis, atau ditambahkan dengan clozapine pada skizofrenia yang tadinya resisten
negatif dan kognitif. Lebih jauh lagi, satu RCT melaporkan efikasi yang tidak hanya
berlaku pada gejala-gejala negatif dan kognitif saja, namun juga pada gejala-gejala
positif pada kasus skizofrenia kronis. Lebih jauh lagi, satu RCT terbaru menunjukkan
adanya efek kontinyu dari pendekatan NAC penyerta di dalam penanganan jangka
panjang dan pengaruhnya pada psikosis awal. Satu meta analisis terbaru dari 6 RCT
menunjukkan bahwa NAC sebagai terapi penyerta diketahui cukup manjur untuk
skizofrenia.
Satu strategi lain untuk meredakan gejala negatif dan kognitif pada kasus skizofrenia
dengan tingkat afinitas sedang, yang dapat mengikat lokasi yang sama seperti MK-
801 dan PCP di dalam saluran NMDAR. Seperti Mg2, memantine menunjukkan
dependensi voltase yang kuat. Memantine diketahui dapat memasuki saluran dan
menyekat aliran arus hanya jika saluran terbuka. Dengan demikian, hal ini dapat
NMDAR ketika konsentrasi glutamat sinaptik secara tidak normal tinggi, namun
peningkatan kadar glutamate yang dapat menyebabkan disfungsi neuronal. Satu meta
analisis (yang mencakup delapan RCT) dan satu artikel reviu sistematik (yang
antipsikotik pada para pasien penderita skifrenia) pun baru-baru ini diterbitkan.
secara signifikan terdampak. Lebih jauh lagi, meta analisis ini juga membuktikan
bahwa pengaruh yang paling kuat terhadap gejala-gejala negatif diketahui memiliki
hubungan dengan para pasien skizofrenia yang berusia dewasa muda. Namun
demikian, efek jangka panjang dan tingkat toleransi dari pendekatan ini tidaklah
mGlu1 dan 5; Kelompok II: mGlu2 dan 3; dan Kelompok III: mGlu4, 6, 7, dan 8) yang
dibedakan oleh urutan asam aminonya, selektifitas ligan, dan kaskade penyinalannya.
Sub tipe 2, 3, dan 5 telah diinvestigasi sebagai potensi target terapeutik untuk
skizofrenia.
amigdala, yang teraktivasi oleh pelepasan glutamat astrositik atau aliran glutamat
dari sinaps selama pelepasan glutamat yang berlebihan. mGlu3 juga diketahui secara
pascasinaptik dan juga pada astrosit, dimana senyawa tersebut memediasi pengaruh
reseptor mGlu Kelompok II juga memiliki hubungan timbal balik dengan reseptor-
akumben nukleus, septum, dan bulbus oflaktori. Reseptor memiliki interaksi tertutup
Salah satu agonis mGlu2/3, yaitu LY2140023, dapatlah menunjukkan pengaruh untuk
gejala-gejala positif dan negatif jika dibandingkan dengan plasebo tanpa peningkatan
penelitian Phase II/ Fase II. Namun demikian, pada satu penelitian Fase II follow up
signifikan berbeda dari plasebo karena efek plasebo yang besar. Pembanding aktif
pada penelitian ini tidaklah berbeda dari plasebo, yang dimana hal ini
mengindikasikan bahwa penelitian ini tidaklah valid. PAM mGlu2 lain, yaitu
AZD8529, juga gagal untuk menunjukkan tingkat efikasi pada penelitian Phase II.
pengaruh kognitif dan perilaku yang signifikan pada beberapa model hewan
Penelitian-penelitian klinis yang gagal atau outcome-outcome dari obat yang sangat
beragam pada hipotesis NMDAR mengindikasikan bahwa pendekatan kita saat ini
yang melibatkan lebih dari 100 gen, yang masing-masing memiliki pengaruh yang
tambahan untuk mengurangi tingkat keragaman adalah dengan: berfokus pada klinik
yang memiliki pasien nyata dan bukan melibatkan para sukarelawan yang direkrut,
mengurangi jumlah lokasi dengan jumlah pasien yang lebih banyak, dan berfokus
pada tahap awal skizofrenia karena para pasien kronis tampaknya akan memiliki
Kesimpulan
Pada reviu kali ini, kami telah menyusun banyak bukti dari tantangan-tantangan
patofisiologi skizofrenia. Tentu saja, patologi ini haruslah dipahami dalam hal
peningkatan pelepasan dopamin striatal. Lebih jauh lagi, penurunan fungsi NMDAR
piramidal pada sekitar 30% penurunan pada sinaps glutametergik. Bersamaan dengan
hal ini, patologi kortikal ini memiliki peranan di dalam gejala-gejala kognitif dan
negatif dan juga gejala-gejala positif skizofrenia, yang dimana hal ini merupakan
dari peningkatan output glutamatergik dari korteks serebral, dan hal ini tidaklah
yang mirip skizofrenia. Walaupun hasil yang didapat tidaklah konsisten karena
kategoris, yang tidak dikaitkan dengan penanda hayati manapun yang dapat
glutamatergik.
John F. Nash, yang dianugrahi Piala Nobel di tahun 1994 dalam bidang Ekonomi atas
penelitian tesisnya dalam hal teori permainan, diketahui menderita skizofrenia pada
usia 20 tahunan akhir. Beberapa tahun setelah awal pengidapannya, beliau pun
memberikan kuliah di Kongres Dunia Psikiatri, dan menyatakan: “Saya tidak akan
menganggap saya pulih jika saya tidak dapat menghasilkan hasil yang baik pada
karya saya. Jika saya tidak dapat menghasilkan hasil yang baik dari karya saya, maka
remisi tidaklah akan memberikan hal yang baik bagi saya.” Maka dari itu, beliau pun
mengingatkan kita bahwa tujuan utama bukanlah mengembangkan obat yang dapat
menangani beberapa gejala tertentu, seperti antipsikotik, namun akan lebih baik
untuk mengembalikan rasa kebahagiaan pikiran yang dirampas dari individu oleh
(menyembuhkan).