Anda di halaman 1dari 24

Definisi

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan


individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau
perilaku kacau atau aneh.
Gangguan psikotik adalah semua kondisi yg menunjukkan adanya hendaya
berat dalam kemampuan daya nilai realitas, baik dalam perilaku individu dlm
suatu saat maupun perilaku individu dalam perjalanannya mengalami hendaya
berat kemampuan daya nilai realitas ( perlu dipertimbangkan faktor budaya ).
Bukti langsung hendaya daya nilai realitas terganggu misal adanya ;
 waham, halusinasi tanpa tilikan akan sifat patologinya;
 adanya perilaku yg demikian kacau ( grossly disorganized )
misalnya bicara yg inkoheren, perilaku agitasi tanpa tujuan,
disorientasi pd delirium dst;
 adanya kegagalan fungsi sosial dan personal dgn penarikan diri
dari pergaulan sosial dan tidak mampu dlm tugas pekerjaan sehari-
hari.
Gangguan psikotik adalah gangguan mental yang ditandai dengan
kerusakan menyeluruh dalam uji realitas seperti yang ditandai dengan delusi,
halusinasi, bicara inkohern yang jelas, atau perilaku yang tidak teratur atau
mengacau, biasanya tanpa ada kewaspadaan pasien terhadap inkomprehensibilitas
dalam tingkah lakunya.

Etiologi Gangguan Psikotik


Faktor psikodinamik yang harus diperhatikan di dalam kelompok
gangguan psikotik ini adalah stresor pencetus dan lingkungan interpersonal. Di
dalam mengambil riwayat penyakit dan memeriksa pasien, klinisi harus
memperhatikan tiap perubahan atau stres pada lingkungan interpersonal pasien.
Pasien rentan terhadap kebutuhan psikosis untuk mempertahankan jarak
interpersonal tertentu; seringkali, pelanggaran batas pasien oleh orang lain dapat
menciptakan stres yang melanda yang menyebabkan dekompensasi. Demikian
juga, tiap keberhasilan atau kehilangan mungkin merupakan stresor yang penting
dalam kasus tertentu.
Pemeriksaan pasien psikotik harus mempertimbangkan kemungkinan
bahwa gejala psikotik adalah disebabkan oleh kondisi medis umum (sebagai
contohnya, suatu tumor otak) atau ingesti zat (sebagai contohnya, phencyclidine).
Kondisi fisik seperti neoplasma serebral, khususnya di daerah oksipitalis
dan temporalis dapat menyebabkan halusinasi. Pemutusan sensorik, seperti yang
terjadi pada orang buta dan tuli, juga dapat menyebabkan pengalaman halusinasi
dan waham. Lesi yang mengenai lobus temporalis dan daerah otak lainnya,
khususnya di hemisfer kanan dan lobus parietalis, adalah disertai dengan waham.
Zat psikoaktif adalah penyebab yang umum dari sindroma psikotik. Zat
yang paling sering terlibat adalah alkohol, halusinogen indol sebagai contohnya,
lysergic acid diethylamid (LSD) – amfetamin, kokain. Mescalin, phencyclidine
(PCP), dan ketamin. Banyak zat lain, termasuk steroid dan thyroxine, dapat
disertai dengan halusinasi akibat zat. Beberapa obat-obatan seperti
fenilpropanolamin bromocriptine dan juga dapat menyebabkan atau memperburuk
gejala-gejala psikotik.

Patofisiologi

Gambar otak pertama dari sebuah individu dengan psikosis selesai sejauh
kembali sebagai 1935 dengan menggunakan teknik yang disebut
pneumoencephalography (prosedur yang menyakitkan dan sekarang usang di
mana cairan serebrospinal dikeringkan dari seluruh otak dan digantikan dengan
udara untuk memungkinkan struktur otak untuk menunjukkan lebih jelas pada
gambar sinar-X).

Tujuan dari otak adalah untuk mengumpulkan informasi dari tubuh (nyeri,
kelaparan, dll), dan dari dunia luar, menafsirkannya dengan pandangan dunia
yang koheren, dan menghasilkan respon yang bermakna. Informasi dari indera
masuk ke otak di daerah sensorik primer. Mereka memproses informasi dan
mengirimkannya ke daerah-daerah sekunder dimana informasi itu ditafsirkan.
Aktivitas spontan di daerah sensorik primer dapat menghasilkan halusinasi yang
disalahartikan oleh daerah sekunder sebagai informasi dari dunia nyata.
Sebagai contoh, PET scan atau fMRI dari seseorang yang mengaku
sebagai mendengar suara-suara dapat menunjukkan aktivasi di korteks
pendengaran primer, atau bagian otak yang terlibat dalam persepsi dan
pemahaman berbicara.

Tersier korteks otak mengumpulkan penafsiran dari cortexes sekunder dan


menciptakan sebuah pandangan dunia yang koheren itu. Sebuah studi yang
menyelidiki perubahan-perubahan struktural dalam otak orang dengan psikosis
menunjukkan ada pengurangan materi abu-abu yang signifikan dalam gyrus
medial temporal yang tepat, frontalis lateral yang temporal, dan inferior, dan di
cingulate korteks bilateral orang sebelum dan setelah mereka menjadi psikotik.

Temuan seperti ini telah memicu perdebatan tentang apakah psikosis itu
sendiri menyebabkan kerusakan otak dan apakah perubahan eksitotoksik
berpotensi merusak otak berhubungan dengan panjang dari episode psikotik.
Penelitian terbaru telah menyarankan bahwa hal ini tidak terjadi meskipun
penyelidikan lebih lanjut masih berlangsung.

Studi dengan kekurangan indera telah menunjukkan bahwa otak


tergantung pada sinyal dari dunia luar untuk berfungsi dengan baik. Jika aktivitas
spontan di otak tidak diimbangi dengan informasi dari indra, kerugian dari realitas
dan psikosis mungkin terjadi sudah setelah beberapa jam.

Fenomena serupa paranoid pada orang tua ketika mendengar penglihatan,


miskin dan memori menyebabkan orang menjadi abnormal curiga terhadap
lingkungan.

Di sisi lain, kerugian dari realitas juga dapat terjadi jika aktivitas kortikal
spontan meningkat sehingga tidak lagi diimbangi dengan informasi dari indra.
Reseptor 5-HT2A tampaknya menjadi penting untuk ini, karena obat yang
mengaktifkan mereka menghasilkan halusinasi.

Namun, fitur utama dari psikosis bukan halusinasi, tetapi ketidakmampuan


untuk membedakan antara rangsangan internal dan eksternal. Kerabat dekat untuk
pasien psikotik mungkin mendengar suara-suara, tapi karena mereka sadar bahwa
mereka tidak nyata mereka dapat mengabaikan mereka, sehingga halusinasi tidak
mempengaruhi persepsi realitas mereka. Oleh karena itu mereka tidak dianggap
sebagai psikotik.

Psikosis telah secara tradisional dikaitkan dengan dopamin


neurotransmitter. Secara khusus, hipotesis dopamin psikosis telah berpengaruh
dan menyatakan bahwa hasil psikosis dari overactivity dari fungsi dopamin di
otak, khususnya di jalur mesolimbic.

Dua sumber utama bukti yang diberikan untuk mendukung teori ini adalah
bahwa reseptor dopamin D2 memblokir obat (misalnya, antipsikotik) cenderung
mengurangi intensitas gejala psikotik, dan bahwa obat yang meningkatkan
aktivitas dopamin (seperti amfetamin dan kokain) dapat memicu psikosis di
beberapa orang.

Namun, bukti meningkat dalam waktu belakangan ini telah menunjuk


kemungkinan disfungsi neurotransmitter glutamat excitory, khususnya, dengan
aktivitas reseptor NMDA. Teori ini diperkuat oleh fakta bahwa antagonis reseptor
NMDA disosiatif seperti ketamin, PCP dan dekstrometorfan / detrorphan (pada
overdosis besar) menginduksi keadaan psikotik yang lebih mudah daripada
stimulan dopinergic, bahkan pada "normal" dosis rekreasi.

Gejala-gejala keracunan disosiatif juga dianggap cermin gejala


skizofrenia, termasuk gejala psikotik negatif, lebih erat dari psikosis
amphetamine. Psikosis yang diinduksi disosiatif terjadi secara lebih handal dan
diprediksi daripada psikosis amphetamine, yang biasanya hanya terjadi dalam
kasus-kasus overdosis, penggunaan jangka panjang atau dengan kurang tidur,
yang secara independen dapat menghasilkan psikosis. Obat antipsikotik baru yang
bertindak pada reseptor glutamat dan yang sedang menjalani uji klinis. Hubungan
antara dopamin dan psikosis umumnya diyakini menjadi kompleks. Sementara
reseptor dopamin D2 menekan aktivitas adenilat siklase, reseptor D1 meningkat
itu. Jika D2-blocking obat diberikan dopamin diblokir tumpah ke reseptor D1.
Klasifikasi
1. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya
a. Skizofrenia
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering.
Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup
mereka. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia, dimana adanya
gejala-gejala khas tersebut telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal).
Tabel 1. Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Skizofrenia.

A. Gejala Karakteristik : Dua (atau lebih) poin berikut, masing – masing terjadi
dalam porsi waktu yang signifikan selama periode 1 bulan (atau kurang bila
berhasil diobati) :
(1) Waham
(2) Halusinasi
(3) Bicara kacau (sering melantur atau inkoherensi)
(4) Perilaku yang sangat kacau atau katatonik
(5) Gejala negative, yaitu afektif mendatar, alogia, atau kehilangan
minat
B. Disfungsi social/okupasional : selama satu porsi waktu yang signifikan sejak
awitan gangguan, terdapat satu atau lebih area fungsi utama, seperti
pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri, yang berada jauh di
bawah tingkatan yang telah dicapai sebelum awitan (atau apabila awitan
terjadi pada masa kanak – kanak atau remaja, kegagalan mencapai tingkat
pencapaian interpersonal, akademik, atau okupasional yang diharapkan ).
C. Durasi : tanda kontiyu gangguan berlangsung selama setidaknya 6 bulan.
Periode 6 bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala(atau kurang
bila berhasil diobati) yang memenuhi criteria A (gejala fase aktif) dan dapat
mencakup periode gejala prodromal atau residual ini, tanda gangguan dapat
bermanifestasi sebagai gejala negative saja atau dua atau lebih gejala yang
terdaftar dalam Kriteria A yang muncul dalam bentuk yang lebih lemah (cth,
keyakinan aneh, pengalaman perceptual yang tidak lazim)
D. Ekslusi gangguan mood dan skizoafektif : Gangguan skizoafektif dan
gangguan mood dengan cirri psikotik telah disingkirkan baik karena (1)
tidak ada episode depresif,manic, atau campuran mayor yang terjadi
bersamaan denga gejala fase aktif, maupun (2) jika episode mood terjadi
selama gejala fase aktif, durasi totalnya relative singkat dibandingkan durasi
periode aktif dan residual.
E. Eklusi kondisi medis umum/zat : gangguan tersebut tidak disebabkan oleh
fisiologis langsung suatu zat(cth obat yang disalahguakan,obat medis) atau
kondisi medis umum
F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasive : jika terdapat riwayat
gangguan autistic atau gangguan perkembangan pervasive lainnya, diagnosis
tambahan skizofrenia hanya dibuat bila waham atau halusinasi yang
prominen juga terdapat selama setidaknya satu bulan(atau kurang bila telah
berhasil diobati)

Tabel 2. Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Subtipe Skizofrenia.

Tipe Paranoid
Tipe Skizofrenia yang memenuhi criteria berikut
A. Preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau halusinasi auditorik yang
sering
B. Tidak ada hal berikut ini yang prominen: bicara kacau, perilaku kacau atau
katatatonik, atau afek datar atau tidak sesuai.
Tipe Hebefrenik (Disorganized)
Tipe skizofrenia yang memenuhi criteria berikut
A. Semua hal di bawah ini prominen
(1) Bicara kacau
(2) Perilaku kacau
(3) Afek datar atau tidak sesuai
B. Tidak memenuhi criteria tipe katatonik
Tipe Katatonik
Tipe skizofrenia yang gambaran klinisnya didominasi setidaknya dua hal berikut :
(1) Imobilitas motorik sebagaimana dibuktikan dengan katalepsi (termasuk
fleksibilitas serea) atau stupor
(2) Aktivitas motorik yang berlebihan (yaitu yang tampaknya tidak bertujuan
dan tidak dipengaruhi stimulus eksternal)
(3) Negativism ekstrim (resistensi yang tampaknya tak bermotif terhadap
semua instruksi atau dipertahankannya suatu postur rigid dari usaha
menggerakkan) atau mutisme
(4) Keanehan gerakan volunteer sebagaimana diperlihatkan oleh
pembentukkan postur (secara volunteer menempatkan diri dalam postur
yang tidak sesuai atau bizar), gerakan stereotipi, menerisme prominen,
atau menyeringai secara prominen
(5) Ekolalia atau ekopraksia

Tipe tak Terdiferensiasi


Tipe skizofrenia yang gejalanya memenuhi Kriteria A, namun tidak ,memenuhi
criteria tipe paranois,hebefrenik, atau katatatonik.
Tipe Residual
Tipe Skizofrenia yang memenuhi kriteria sebagai berikut
A. Tidak ada waham, halusinasi, bicara kacau yang prominen, serta perilaku
sangat kacau atau katatonik
B. Terdapat bukti kontinu adanya gangguan sebagaimana diindikasikan oleh
adanya gejala negative atau dua atau lebih gejala yang tercantum pada
Kriteria A untuk skizofrenia, yang tampak dalam bentuk yang lebih lemah
(cth keyakinan yang aneh, pengalaman perceptual tak lazim)
b. Gangguan Skizotipal
Tidak terdapat onset yang pasti dan perkembangan serta
perjalanannya biasanya menyerupai gangguan kepribadian.
c. Gangguan Waham Menetap
Kelompok ini meliputi gangguan dengan waham-waham yang
berlangsung lama (paling sedikit selama 3 bulan) sebagai satu-satunya
gejala klinis yang khas atau yang paling mencolok dan tidak dapat
digolongkan sebagai gangguan mental organic, skizofrenia atau
gangguan afektif.
d. Gangguan Psikotik Akut dan Sementara
Memiliki onset yang akut (dalam masa 2 minggu), kesembuhan
yang sempurna biasanya terjadi dala 2-3 bulan, sering dalam beberapa
minggu atau bahkan beberapa hari, dan hanya sebagian kecil dari pasien
dengan gangguan ini berkembang menjadi keadaan yang menetap dan
berhendaya.
e. Gangguan Waham Induksi
Dua orang atau lebih mengalami waham atau system waham yang
sama, dan sling mendukung dalam keyakinan waham itu. Yang
menderita waham orisinil (gangguan psikotik) hanya satu orang,
waham tersebut terinduksi (mempengaruhi) lainnya, dan biasanya
menghilang apabila orang-oarang tersebut dipisahkan. Hampir selalu
orang-orang yang terlibat mempunyai hubungan yang sangat dekat.
Jika ada alas an untuk percaya bahwa duaorang yang tinggal
bersama mempunyai gangguan psikotik yang terpisah, maka tidak
astupun diantaranya boleh dimasukkan dalam kode diagnosis ini.
f. Gangguan Skizoafektif
Merupakan gangguan yang bersifa episodic dengan gejala afektif
dan skizofrenik yang sama-sama menonjol dan secara bersamaan ada
dalam episode yang sama.
g. Gangguan Psikotik Non-Organik Lainnya
Gangguan psikotik yang tidak memenuhi criteria untuk skizofrenia
atau untuk gangguan afektif yang bertipe psikotik, dan gangguan-
gangguan yang psikotik yang tidak memenuhi criteria gejala untuk
gangguan waham menetap.

2. Gangguan Suasana Perasaan (Mood {Afektif})


a. Episode Manik
Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai
peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental,
dalam berbagai derajat keparahan.
b. Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan ini bersifat episode berulang (sekurang-kurangnya 2
episode) dimana afek pasien dan yingkat aktivitasnya jelas terganggu,
pada wktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan
energy dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain
berupa penurunan afek disertai pengurangan energy dan aktivitas
(depresi).

c. Episode Depresi
Gejala utama berupa afek depresi, kehilangan minat dan
kegembiraan, dan berkurangnya energy yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Pada episode depresi,
dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan sekurang-kurangnya 2
minggu untuk menegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek
dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
d. Gangguan Depresif Berulang
Terbagi atas episode depresi ringan, episode depresi sedang dan
episode depresi berat. Masing-masing episode tersebut rata-rata
lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi frekuensinya lebih jarang
dibandingkan dengan gangguan bipolar.
e. Gangguan Suasana Perasaan Menetap
Terbagi atas (i)Skilotimia, ciri esensialnya adalah ketidak-stabilan
menetap dari afek(suasana perasaan), meliputi banyak periode depresi
ringan dan hipomania ringan, diantaranya tidak ada yang cukup parah
atau cukup lama untuk memenuhi criteria gangguan afektif bipolar.
(ii)Distimia, ciri esensialnya ialah afek depresif yang berlangsung
sangat lama yang tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk
memenuhi criteria gangguan depresif berulang ringan atau sedang.
f. Gangguan Suasana Perasaan Lainnya
Kategori sisa untuk gangguan suasana perasaan menetap yang
tidak cukup parah atau tidak berlangsung lama untuk memenuhi criteria
skilotimia dan distimia.

II. 4 Manifestasi Klinis


Perilaku kacau
Kewajiban umum dan dasar manusia dalam masyarakat lingkungan
kehidupan serta rumah tangga adalah bekerja untuk mendapatkan nafkah,
atau bekerja sesuai fungsinya, walaupun bukan untuk mendapatkan uang
atau materi. Kewajiban dalam rumah tangga, kehidupan sosial dalam
masyarakat yaitu bersosialisasi dan penggunaan waktu senggang.
Pada penderita psikotik fungsi pekerjaan sering tak bisa dijalankan
dengan seksama, tak mau bekerja sesuai kewajiban dan tanggungjawab
dalam keluarga, atau tak mampu bekerja sesuai dengan tingkat pendidikan.
Sering terjadi tak mau, tak mampu bekerja dan malas.
Dalam kehidupan sosial sering ada penarikan diri dari pergaulan
sosial atau penurunan kemampuan pergaulan sosial. Misalnya setelah sakit
stres berat menarik diri dari organisasi sosial kemasyarakatan, atau sering
terjadi kemunduran kemampuan dalam melaksanakan fungsi sosial dan
pekerjaannya.
Pada penggunaan waktu senggang orang normal bisa
bercengkrama dengan anggota keluarga atau masyarakat, atau membuat
program kerja rekreasi dan dapat menikmatinya. Namun pada penderita
gangguan jiwa berat keadaan tersebut dilewatkan dengan banyak
melamun, malas, bahkan kadang-kadang perawatan diri sehari-hari
dilalaikan seperti makan, minum, mandi, dan ibadah.
Waham
Waham adalah isi pikir (keyakinan atau pendapat) yang salah dari
seseorang. Meskipun salah tetapi individu itu percaya betul, sulit dikoreksi
oleh orang lain, isi pikir bertentangan dengan kenyataan, dan isi pikir
terkait dengan pola perilaku individu. Seorang pasien dengan waham
curiga, maka pola perilaku akan menunjukkan kecurigaan terhadap
perilaku orang lain, lebih-lebih orang yang belum dikenalnya. Bisa terjadi
kecurigaan kepada orang sekitarnya akan meracuni atau membunuh dia.
Akibat waham curiga ini pada orang yang sebelumnya bersifat emosional
agresif. Ia bisa membunuh orang karena wahamnya kalau tidak dibunuh, ia
akan dibunuh. Atau ia akan diracuni dan dibuat celaka oleh orang yang
dibunuhnya.

Halusinasi
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa ada rangsangan.
Pasien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap
meskipun tak ada sesuatu rangsang pada kelima indera tersebut.
Halusinasi dengar adalah gejala terbanyak pada pasien psikotik (99 %).
Pasien psikotik yang nalar (ego)-nya sudah runtuh, maka halusinasi
tersebut dianggap real dan tak jarang ia bereaksi terhadap halusinasi
dengar. Bila halusinasi berisi perintah untuk membunuh ia pun akan
melaksanakan pembunuhan. Ini memang banyak terjadi pada pasien
psikotik yang membunuh keluarganya sendiri. Sebaliknya halusinasi yang
memerintah untuk bunuh diri tak jarang pasien pun akan bunuh diri.

Illusi
Illusi adalah sensasi panca indera yang ditafsirkan salah. Pasien
melihat tali bisa ditafsirkan sebagai seekor ular. Illusi ini sering terjadi
pada panas yang tinggi dan disertai kegelisahan, dan kadang-kadang
perubahan kesadaran (delirium). Illusi juga sering terjadi pada kasus-kasus
epilepsi (khususnya epilepsi lobus temporalis), dan keadaan-keadaan
kerusakan otak permanen.
Misalnya seorang petinju di Malang terungkap di pengadilan ia menderita
epilepsi. Ia membunuh anaknya sendiri yang masih tidur di kasur dengan
parang, karena menganggap anaknya adalah seekor kucing yang sedang
tidur. Juga kasus seorang ibu yang menyiram anak balitanya dengan air
panas di Semarang beberapa waktu yang lalu, dan akhirnya si anak
meninggal dunia. Ia melihat dan merasa menyiram hewan.

Tilikan Yang Buruk


Pasien psikotik merasa dirinya tidak sakit, meskipun sudah ada
bukti adanya perubahan perilaku yang jelas tidak wajar. Pasien tak mau
minum obat atau tak mau diajak berobat, atau bila ada waham dianggap
mau diracuni. Keadaan merasa tidak sakit ini yang mempersulit
pengobatan, apalagi keluarga juga mengiyakan karena merasa tak sakit ia
tak mau mencari pengobatan.
Tilikan yang buruk ini merupakan ciri khas pasien psikotik. Di sini peran
keluarga penting, kalau memang menemukan gejala tersebut seperti
waham, halusinasi dan illusi, segera berkonsultasi kepada tenaga
kesehatan jiwa.

A. Gangguan/ gejala Psikotik Akut


Gambaran Utama Perilaku
 Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
 Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
 Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
 Kebingungan atau disorientasi
 Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti
menyendiri, kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang
lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah atau
memukul tanpa alasan
Pedoman Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut
adalah sebagai berikut :
 Halusinasi (persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan :
misalnya, mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat
sesuatu yang tidak ada bendanya)
 Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat
diterima oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya
bahwa mereka diracuni oleh tetangga, menerima pesan dari
televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh orang lain)
 Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
 Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
 Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)

B. Gangguan Psikotik kronik


Gambaran Perilaku
Untuk menetapkan diagnosa medik psikotik kronik data berikut
merupakan perilaku utama yang secara umum ada.
 Penarikan diri secara sosial
 Minat atau motivasi rendah, pengabaian diri
 Gangguan berpikir (tampak dari pembicaraan yang tidak
nyambung atau aneh)
 Perilaku aneh seperti apatis, menarik diri, tidak memperhatikan
kebersihan yang dilaporkan keluarga
Perilaku lain yang dapat menyertai adalah :
 Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi
 Melaporkan bahwa individu mendengar suara-suara
 Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal sepert : memiliki
kekuatan supranatural, merasa dikejar-kejar, merasa menjadi orang
hebat/terkenal
 Keluhan fisik yang tidak biasa/aneh seperti : merasa ada hewan
atau objek yang tak lazim di dalam tubuhnya
 Bermasalah dalam melaksanakan pekerjaan atau pelajaran
Untuk lebih jelasnya mengenai psikotik kronik, disini dapat dijelaskan
melalui skizofrenia Dimana Skizofrenia adalah gangguan psikotik
yang kronik, pada orang yang mengalaminya tidak dapat menilai
realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk. Gejala klinis dari
skizofrenia dapat dilihat di bawah ini:
 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam
atau kurang jelas):
a. “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran
ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ;
atau
“thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
“thought broadcasting”= isi pikiranya tersiar keluar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya;
b. “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
“delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya
dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang
”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota
gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
“delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak
wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya
bersifatmistik atau mukjizat;
c. Halusinasi auditorik:
 suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, atau
 mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka
sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau
 jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu
bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil,
misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau
kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
mahluk asing dan dunia lain)
 Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas:
a. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila
disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang
setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan
yang tidak relevan, atau neologisme;
c. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement),
posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,
negativisme, mutisme, dan stupor;
d. gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara
yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak
wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi
oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik (prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-
absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.2

Penatalaksanaan
Farmakoterapi
OBAT ANTI PSIKOTIK

1. Efektif mengatasi gejala psikotik (simptom positif, negatif &


disorganisasi)
2. Anti Psikotik Generasi I – Tipikal (Konvensional) - tradisional

a. memblok reseptor D2 – khusus di mesolimbik dopamin pathways


post sinaptik

b. antagonis reseptor dopamin – menurunkan hiperaktifitas dopamin

c. Kerugian: blokade reseptor kolinergik muskarinik - EPS, sedasi,


perburukan simptom negatif & kognitif

d. Memblok reseptor histamin (H1) & alpha 1 adrenergik

3. Anti Psikotik Generasi II - Atipikal


a. serotonin dopamin antagonis – efek samping minimal

HIPOTESIS DOPAMIN SKIZOFRENIA

a. Reseptor D2 sangat mempengaruhi simptom positif

b. Hiperfungsi dopaminergik (neurotransmiter dopamin)

c. Aksi farmakologis – memblok reseptor dopamin

d. Simptom positif: waham, halusinasi, disorganisasi pembicaraan &


perilaku

e. Simptom negatif: affective flattening, alogia, avolition, anhedonia, ggn


atensi
f. Simptom kognitif: inkoheren, asosiasi longgar, ggn verbal fluency, serial
learning, vigilance, eksekutif

g. Simptom agresif, depresi & anxious

ANTI PSIKOTIK TIPIKAL

Berdasarkan potensi: tinggi, sedang & rendah – neuroleptik, transquilizer


mayor

a. Potensi tinggi: haloperidol, fluphenazine, trifluoperazine & thiothixene

b. Potensi sedang: perphenazine, loxapine & molindone

c. Potensi rendah: chlorpromazine, thioridazine & mesoridazine

d. ES: sedasi, hipotensi ortostatik, simptom antikolinergik, anti adrenergik

e. Pemberian: per oral, inj. short acting, inj. long acting (depot) - IM

f. Chlorpromazine – sedatif (awalnya)

g. Haloperidol – efektif 2-6 jam per oral, 20 menit per injeksi IM, dosis
efektif 5-20 mg (2 atau 3x sehari)

h. EPS: jalan seperti robot, kaku wajah, tremor, akatisia, spasme otot

SEDIAN ANTI PSIKOTIK TIPIKAL

1. Chlorpromazine – tablet 25, 100 mg & ampul 25 mg

2. Haloperidol – tablet 0.5, 1.5, 2, 5 mg & ampul 5 mg – haldol decanoas


ampul 50 mg

3. Perphenazine (trilafon) – 2, 4, 8 mg

4. Fluphenazine decanoate (modecate) – vial 25 mg

5. Trifluoperazine (stelazine) – 1, 5 mg

6. Thioridazine (melleril) – 50, 100 mg


7. Pimozide

EFEK SAMPING NON NEUROLOGIS

a. Efek pada jantung, kematian mendadak, hipotensi ortostatik (postural)

b. Efek hematologis, endokrin & antikolinergik perifer

c. Efek samping seksual & peningkatan berat badan

d. Efek dermatologis, mata & ikterus

e. Overdosis antipsikotik

EFEK SAMPING NEUROLOGIS

a. Parkinsonisme

b. Distonia akut

c. Akathisia akut

d. Tardive dyskinesia

e. Sindroma neuroleptik malignan

f. Efek epileptogenik & sedasi

 Efek antikolinergik sentral

CLOZAPINE

 Gold standard – pasien yang telah resisten obat antipsikotik lainnya

 ES: agranulositosis (0,5-2%) – monitoring laboratorium darah

 Kejang, sedasi, hipotensi ortostatik, peningkatan berat badan, konstipasi &


hipersalivasi

 Penurunan aktivitas merokok

 Waktu paruh 12 jam, plasma puncak – 2 jam setelah pemberian per oral
 Indikasi: agresifitas, suicide attempts

 Sediaan: tablet 25 mg, 100 mg & Dosis: 37,5-50 mg

RISPERIDONE

 Dosis tinggi – EPS, peningkatan prolaktin, SNM, sedasi, konstipasi,


pusing, takikardi

 Indikasi: kasus baru, kronik

 Dosis: 4-6 mg – kadar puncak 1-2 jam setelah pemberian oral

 Sediaan: tablet 1 mg, 2 mg, 3 mg, solution & injeksi depot


OLANZAPINE

 Plasma puncak 5-6 jam setelah pemberian oral, 15-45 menit


setelah pemberian IM
 Waktu paruh 30 jam
 ES: peningkatan berat badan, somnolen, hipotensi ortostatik
 Indikasi: kasus sulit, ggn bipolar
 Dosis: 10-30 mg
 Sediaan: tablet 5 mg, 10 mg, injeksi IM 10 mg

QUETIAPINE

 Plasma puncak 1,5 jam setelah pemberian oral


 Waktu paruh 6 jam
 ES: somnolen, hipotensi postural, pusing, peningkatan berat badan,
takikardi & hipertensi\
 Dosis: 300-450 mg
 Sediaan: 25 mg, 100 mg & 200 mg
ZIPRASIDONE

 Menghambat ambilan kembali 5HT & NE

 Plasma puncak 2-6 jam setelah pemberian oral

 Waktu paruh 5-10 jam

 ES: somnolen, peningkatan berat badan, EPS, bercak-bercak merah di


kulit

 Efikasi: 80-160 mg perhari

 Sediaan: 20 mg, 40 mg, 60 mg & 80 mg

ARIPRIPRAZOLE

 Generasi baru – partial agonis reseptor D2 & 5HT1A, antagonis reseptor


5HT2A

 Waktu paruh 75-94 jam

 Plasma puncak 3-5 jam setelah pemberian oral

 ES: pusing, cemas, konstipasi, peningkatan saliva, kulit kering, hilang


nafsu makan

 Dosis: 10-30 mg – skizofrenia & ggn bipolar


 Sediaan: tablet 10 mg & 15 mg

 Anti psikotik lain (novel) - paliperidone

1. Psikoterapi
Secara umum tujuan psikoterapi adalah untuk memperkuat struktur
kepribadian, mematangkan kepribadian, memperkuat ego, meningkatkan
citra diri, memulihkan kepercayaan diri yang semuanya itu untuk
mencapai kehidupan yang berarti dan bermanfaat.
a. Psikoterapi supportif
Untuk memberi dukungan, semangat, dan motivasi agar penderita
tidak merasa putus asa dan semngat juang dalam menghadapi hidup
ini tidak kendur dan menurun
b. Psikoterapi re-edukatif
Untuk memberi pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki
kesalahan pendidikan di waktu lalu dan juga dengan pendidikan ini
dimaksudkan mengubah pola pendidikan lama dengan baru sehingga
penderita lebihadaptif terhadap dunia luar.
c. Psikoterapi re-konstruktif
Untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami
keretakan menjadi pribadi yang utuh seperti semula sebelum sakit.
d. Psikoterapi kognitif
Untuk memulihkan kembali daya kognitif (daya piker dan daya
ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai-nilai
moral etika, mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak,
mana yang halal dan haram dan sebagainya.
e. Psikoterapi psiko-dinamik
Psiko-dinamik adalah suatu pendekatan konseptual yang
memandang proses-proses mental sebagai gerakan dan interaksi
kuantitas-kuantitas energy psikik yang berlangsung intra-individual
(antar bagian-bagian struktur psikik) dan inter-individual (antar
orang).
Untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaaan
yang dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya untuk
mencari jalan keluarnya. Diharapkan penderita dapat memahami
kelebihan dan kelemahan dirinya dan mampu menggunakan
mekanisme pertahanan diri dengan baik.
f. Psikoterapi perilaku
Untuk memulihkan gangguan prilaku yang terganggu menjadi
prilaku yang adaptif (mampu menyesuaikan diri). Kemampuan
adaptasi penderita perlu dipulihkan agar penderita mampu berfungsi
kembali secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik dirumah,
disekolah dan lingkungan sosialnya.
g. Psikoterapi keluarga
Untuk memulihkan hubungan penderita dengan keluarganya
diharapkan keluarga dapat memahami mengenai gangguan jiwa
skizofrenia dan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan
penderita.

2. Psikososial
Diupayakan untuk tidak menyendiri, tidak melamun, banyak
kegiatan dan kesibukan dan banyak bergaul (silaturahmi/sosialisasi)
3. Psikospiritual
D.B. Larson, dkk (1992) dalam penilitiannya sebagaimana termuat
dalam “Religious Commitment and Health” (APA, 1992), menyatakan
antara lain bahwa agama (keimanan) amat penting dalam meningkatkan
seseorang dalam mengatasi penderitaan bila ia sedang sakit serta
mempercepat penyembuhan selain terapi medis yang diberikan.
Synderman (1996) menyatakan bahwa terapi medis tanpa agama (doa),
tidak lengkap; sebaliknya agama (doa) saja tanpa terapi medis, tidak
efektif.

Pencegahan
Perkembangan kepribadian seseorang manusia itu ditentukan oleh
interaksi dari 4 pilar; yaitu organobiologik, psiko-edukatif, psikososial dan
psikoreligius. Hal ini sesuai dengan batasan sehat oleh WHO (1984) yaitu sehat
fisik, sehat jiwa/mental, sehat social, dan sehat spiritual yang juga diadopsi oleh
APA (American Psychiatric Associatiom, 1992)
a. Organobiologik
Menghindari kemungkina adanya factor genetic (turunan), maka
perluditeliti riwayat atau silsilah keluarga.
Menghindari adanya kemungkinan factor epigenetic, maka
hendaknya selama kehamilan seorang ibu perlu mendapatkan perawatan
yang baik agar tidak terjadi gangguan pada perkembangan otak janin.
b. Psiko-edukatif
Pendidikan anak hendaknya sedemikian rupa sehingga dapat
dihindari terbentuknya sifat atau ciri kepribadian yang rawan atau rentan
bagi terjadinya gangguan skizofrenia, misalnya yang tergolong
kepribadian promorbid (kepribadian paranoid, schizoid, skizotipal dan
ambang).
c. Psiko-religius
Setiap manusia (meskipun ia seorang atheis sekalipun) pada
hakekatnya ada kebutuhan dasar kerohanian. Setiap orang membutuhkan
rasa aman, tenang, tentram, terlindungi; bebas dari rasa cemas, ketakutan,
depresi, stress, dan lain sebagainya. Bagi mereka yang beragama
kebutuhan rohani ini dpat diperoleh lewat agama; namun bagi mereka
yang sekuler dan mengingkarinya, menempuh lewat penyalahgunaan
NAZA ataupun jalur lainnya.
d. Psikososial
Dalam kehidupan sehari-hari anak tumbuh kembang di tiga
tempat, yaitu di rumah (Keluarga), di sekolah (lembaga pendidikan) dan
di lingkungan masyarakat sosialnya. Kondisi social di masing-masing
tempat tersebut akan berinteraksi satu dengan lainnya dan mempengaruhi
tumbuh kembang anak. Maka untuk mencegahnya kita harus
menciptakan keluarga yang harmonis, lembaga pendidikan yang baik dan
lingkungan pergaulan social yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai