Patofisiologi
Gambar otak pertama dari sebuah individu dengan psikosis selesai sejauh
kembali sebagai 1935 dengan menggunakan teknik yang disebut
pneumoencephalography (prosedur yang menyakitkan dan sekarang usang di
mana cairan serebrospinal dikeringkan dari seluruh otak dan digantikan dengan
udara untuk memungkinkan struktur otak untuk menunjukkan lebih jelas pada
gambar sinar-X).
Tujuan dari otak adalah untuk mengumpulkan informasi dari tubuh (nyeri,
kelaparan, dll), dan dari dunia luar, menafsirkannya dengan pandangan dunia
yang koheren, dan menghasilkan respon yang bermakna. Informasi dari indera
masuk ke otak di daerah sensorik primer. Mereka memproses informasi dan
mengirimkannya ke daerah-daerah sekunder dimana informasi itu ditafsirkan.
Aktivitas spontan di daerah sensorik primer dapat menghasilkan halusinasi yang
disalahartikan oleh daerah sekunder sebagai informasi dari dunia nyata.
Sebagai contoh, PET scan atau fMRI dari seseorang yang mengaku
sebagai mendengar suara-suara dapat menunjukkan aktivasi di korteks
pendengaran primer, atau bagian otak yang terlibat dalam persepsi dan
pemahaman berbicara.
Temuan seperti ini telah memicu perdebatan tentang apakah psikosis itu
sendiri menyebabkan kerusakan otak dan apakah perubahan eksitotoksik
berpotensi merusak otak berhubungan dengan panjang dari episode psikotik.
Penelitian terbaru telah menyarankan bahwa hal ini tidak terjadi meskipun
penyelidikan lebih lanjut masih berlangsung.
Di sisi lain, kerugian dari realitas juga dapat terjadi jika aktivitas kortikal
spontan meningkat sehingga tidak lagi diimbangi dengan informasi dari indra.
Reseptor 5-HT2A tampaknya menjadi penting untuk ini, karena obat yang
mengaktifkan mereka menghasilkan halusinasi.
Dua sumber utama bukti yang diberikan untuk mendukung teori ini adalah
bahwa reseptor dopamin D2 memblokir obat (misalnya, antipsikotik) cenderung
mengurangi intensitas gejala psikotik, dan bahwa obat yang meningkatkan
aktivitas dopamin (seperti amfetamin dan kokain) dapat memicu psikosis di
beberapa orang.
A. Gejala Karakteristik : Dua (atau lebih) poin berikut, masing – masing terjadi
dalam porsi waktu yang signifikan selama periode 1 bulan (atau kurang bila
berhasil diobati) :
(1) Waham
(2) Halusinasi
(3) Bicara kacau (sering melantur atau inkoherensi)
(4) Perilaku yang sangat kacau atau katatonik
(5) Gejala negative, yaitu afektif mendatar, alogia, atau kehilangan
minat
B. Disfungsi social/okupasional : selama satu porsi waktu yang signifikan sejak
awitan gangguan, terdapat satu atau lebih area fungsi utama, seperti
pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri, yang berada jauh di
bawah tingkatan yang telah dicapai sebelum awitan (atau apabila awitan
terjadi pada masa kanak – kanak atau remaja, kegagalan mencapai tingkat
pencapaian interpersonal, akademik, atau okupasional yang diharapkan ).
C. Durasi : tanda kontiyu gangguan berlangsung selama setidaknya 6 bulan.
Periode 6 bulan ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala(atau kurang
bila berhasil diobati) yang memenuhi criteria A (gejala fase aktif) dan dapat
mencakup periode gejala prodromal atau residual ini, tanda gangguan dapat
bermanifestasi sebagai gejala negative saja atau dua atau lebih gejala yang
terdaftar dalam Kriteria A yang muncul dalam bentuk yang lebih lemah (cth,
keyakinan aneh, pengalaman perceptual yang tidak lazim)
D. Ekslusi gangguan mood dan skizoafektif : Gangguan skizoafektif dan
gangguan mood dengan cirri psikotik telah disingkirkan baik karena (1)
tidak ada episode depresif,manic, atau campuran mayor yang terjadi
bersamaan denga gejala fase aktif, maupun (2) jika episode mood terjadi
selama gejala fase aktif, durasi totalnya relative singkat dibandingkan durasi
periode aktif dan residual.
E. Eklusi kondisi medis umum/zat : gangguan tersebut tidak disebabkan oleh
fisiologis langsung suatu zat(cth obat yang disalahguakan,obat medis) atau
kondisi medis umum
F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasive : jika terdapat riwayat
gangguan autistic atau gangguan perkembangan pervasive lainnya, diagnosis
tambahan skizofrenia hanya dibuat bila waham atau halusinasi yang
prominen juga terdapat selama setidaknya satu bulan(atau kurang bila telah
berhasil diobati)
Tipe Paranoid
Tipe Skizofrenia yang memenuhi criteria berikut
A. Preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau halusinasi auditorik yang
sering
B. Tidak ada hal berikut ini yang prominen: bicara kacau, perilaku kacau atau
katatatonik, atau afek datar atau tidak sesuai.
Tipe Hebefrenik (Disorganized)
Tipe skizofrenia yang memenuhi criteria berikut
A. Semua hal di bawah ini prominen
(1) Bicara kacau
(2) Perilaku kacau
(3) Afek datar atau tidak sesuai
B. Tidak memenuhi criteria tipe katatonik
Tipe Katatonik
Tipe skizofrenia yang gambaran klinisnya didominasi setidaknya dua hal berikut :
(1) Imobilitas motorik sebagaimana dibuktikan dengan katalepsi (termasuk
fleksibilitas serea) atau stupor
(2) Aktivitas motorik yang berlebihan (yaitu yang tampaknya tidak bertujuan
dan tidak dipengaruhi stimulus eksternal)
(3) Negativism ekstrim (resistensi yang tampaknya tak bermotif terhadap
semua instruksi atau dipertahankannya suatu postur rigid dari usaha
menggerakkan) atau mutisme
(4) Keanehan gerakan volunteer sebagaimana diperlihatkan oleh
pembentukkan postur (secara volunteer menempatkan diri dalam postur
yang tidak sesuai atau bizar), gerakan stereotipi, menerisme prominen,
atau menyeringai secara prominen
(5) Ekolalia atau ekopraksia
c. Episode Depresi
Gejala utama berupa afek depresi, kehilangan minat dan
kegembiraan, dan berkurangnya energy yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Pada episode depresi,
dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan sekurang-kurangnya 2
minggu untuk menegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek
dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
d. Gangguan Depresif Berulang
Terbagi atas episode depresi ringan, episode depresi sedang dan
episode depresi berat. Masing-masing episode tersebut rata-rata
lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi frekuensinya lebih jarang
dibandingkan dengan gangguan bipolar.
e. Gangguan Suasana Perasaan Menetap
Terbagi atas (i)Skilotimia, ciri esensialnya adalah ketidak-stabilan
menetap dari afek(suasana perasaan), meliputi banyak periode depresi
ringan dan hipomania ringan, diantaranya tidak ada yang cukup parah
atau cukup lama untuk memenuhi criteria gangguan afektif bipolar.
(ii)Distimia, ciri esensialnya ialah afek depresif yang berlangsung
sangat lama yang tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk
memenuhi criteria gangguan depresif berulang ringan atau sedang.
f. Gangguan Suasana Perasaan Lainnya
Kategori sisa untuk gangguan suasana perasaan menetap yang
tidak cukup parah atau tidak berlangsung lama untuk memenuhi criteria
skilotimia dan distimia.
Halusinasi
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa ada rangsangan.
Pasien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap
meskipun tak ada sesuatu rangsang pada kelima indera tersebut.
Halusinasi dengar adalah gejala terbanyak pada pasien psikotik (99 %).
Pasien psikotik yang nalar (ego)-nya sudah runtuh, maka halusinasi
tersebut dianggap real dan tak jarang ia bereaksi terhadap halusinasi
dengar. Bila halusinasi berisi perintah untuk membunuh ia pun akan
melaksanakan pembunuhan. Ini memang banyak terjadi pada pasien
psikotik yang membunuh keluarganya sendiri. Sebaliknya halusinasi yang
memerintah untuk bunuh diri tak jarang pasien pun akan bunuh diri.
Illusi
Illusi adalah sensasi panca indera yang ditafsirkan salah. Pasien
melihat tali bisa ditafsirkan sebagai seekor ular. Illusi ini sering terjadi
pada panas yang tinggi dan disertai kegelisahan, dan kadang-kadang
perubahan kesadaran (delirium). Illusi juga sering terjadi pada kasus-kasus
epilepsi (khususnya epilepsi lobus temporalis), dan keadaan-keadaan
kerusakan otak permanen.
Misalnya seorang petinju di Malang terungkap di pengadilan ia menderita
epilepsi. Ia membunuh anaknya sendiri yang masih tidur di kasur dengan
parang, karena menganggap anaknya adalah seekor kucing yang sedang
tidur. Juga kasus seorang ibu yang menyiram anak balitanya dengan air
panas di Semarang beberapa waktu yang lalu, dan akhirnya si anak
meninggal dunia. Ia melihat dan merasa menyiram hewan.
Penatalaksanaan
Farmakoterapi
OBAT ANTI PSIKOTIK
e. Pemberian: per oral, inj. short acting, inj. long acting (depot) - IM
g. Haloperidol – efektif 2-6 jam per oral, 20 menit per injeksi IM, dosis
efektif 5-20 mg (2 atau 3x sehari)
h. EPS: jalan seperti robot, kaku wajah, tremor, akatisia, spasme otot
3. Perphenazine (trilafon) – 2, 4, 8 mg
5. Trifluoperazine (stelazine) – 1, 5 mg
e. Overdosis antipsikotik
a. Parkinsonisme
b. Distonia akut
c. Akathisia akut
d. Tardive dyskinesia
CLOZAPINE
Waktu paruh 12 jam, plasma puncak – 2 jam setelah pemberian per oral
Indikasi: agresifitas, suicide attempts
RISPERIDONE
QUETIAPINE
ARIPRIPRAZOLE
1. Psikoterapi
Secara umum tujuan psikoterapi adalah untuk memperkuat struktur
kepribadian, mematangkan kepribadian, memperkuat ego, meningkatkan
citra diri, memulihkan kepercayaan diri yang semuanya itu untuk
mencapai kehidupan yang berarti dan bermanfaat.
a. Psikoterapi supportif
Untuk memberi dukungan, semangat, dan motivasi agar penderita
tidak merasa putus asa dan semngat juang dalam menghadapi hidup
ini tidak kendur dan menurun
b. Psikoterapi re-edukatif
Untuk memberi pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki
kesalahan pendidikan di waktu lalu dan juga dengan pendidikan ini
dimaksudkan mengubah pola pendidikan lama dengan baru sehingga
penderita lebihadaptif terhadap dunia luar.
c. Psikoterapi re-konstruktif
Untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami
keretakan menjadi pribadi yang utuh seperti semula sebelum sakit.
d. Psikoterapi kognitif
Untuk memulihkan kembali daya kognitif (daya piker dan daya
ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai-nilai
moral etika, mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak,
mana yang halal dan haram dan sebagainya.
e. Psikoterapi psiko-dinamik
Psiko-dinamik adalah suatu pendekatan konseptual yang
memandang proses-proses mental sebagai gerakan dan interaksi
kuantitas-kuantitas energy psikik yang berlangsung intra-individual
(antar bagian-bagian struktur psikik) dan inter-individual (antar
orang).
Untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaaan
yang dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya untuk
mencari jalan keluarnya. Diharapkan penderita dapat memahami
kelebihan dan kelemahan dirinya dan mampu menggunakan
mekanisme pertahanan diri dengan baik.
f. Psikoterapi perilaku
Untuk memulihkan gangguan prilaku yang terganggu menjadi
prilaku yang adaptif (mampu menyesuaikan diri). Kemampuan
adaptasi penderita perlu dipulihkan agar penderita mampu berfungsi
kembali secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik dirumah,
disekolah dan lingkungan sosialnya.
g. Psikoterapi keluarga
Untuk memulihkan hubungan penderita dengan keluarganya
diharapkan keluarga dapat memahami mengenai gangguan jiwa
skizofrenia dan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan
penderita.
2. Psikososial
Diupayakan untuk tidak menyendiri, tidak melamun, banyak
kegiatan dan kesibukan dan banyak bergaul (silaturahmi/sosialisasi)
3. Psikospiritual
D.B. Larson, dkk (1992) dalam penilitiannya sebagaimana termuat
dalam “Religious Commitment and Health” (APA, 1992), menyatakan
antara lain bahwa agama (keimanan) amat penting dalam meningkatkan
seseorang dalam mengatasi penderitaan bila ia sedang sakit serta
mempercepat penyembuhan selain terapi medis yang diberikan.
Synderman (1996) menyatakan bahwa terapi medis tanpa agama (doa),
tidak lengkap; sebaliknya agama (doa) saja tanpa terapi medis, tidak
efektif.
Pencegahan
Perkembangan kepribadian seseorang manusia itu ditentukan oleh
interaksi dari 4 pilar; yaitu organobiologik, psiko-edukatif, psikososial dan
psikoreligius. Hal ini sesuai dengan batasan sehat oleh WHO (1984) yaitu sehat
fisik, sehat jiwa/mental, sehat social, dan sehat spiritual yang juga diadopsi oleh
APA (American Psychiatric Associatiom, 1992)
a. Organobiologik
Menghindari kemungkina adanya factor genetic (turunan), maka
perluditeliti riwayat atau silsilah keluarga.
Menghindari adanya kemungkinan factor epigenetic, maka
hendaknya selama kehamilan seorang ibu perlu mendapatkan perawatan
yang baik agar tidak terjadi gangguan pada perkembangan otak janin.
b. Psiko-edukatif
Pendidikan anak hendaknya sedemikian rupa sehingga dapat
dihindari terbentuknya sifat atau ciri kepribadian yang rawan atau rentan
bagi terjadinya gangguan skizofrenia, misalnya yang tergolong
kepribadian promorbid (kepribadian paranoid, schizoid, skizotipal dan
ambang).
c. Psiko-religius
Setiap manusia (meskipun ia seorang atheis sekalipun) pada
hakekatnya ada kebutuhan dasar kerohanian. Setiap orang membutuhkan
rasa aman, tenang, tentram, terlindungi; bebas dari rasa cemas, ketakutan,
depresi, stress, dan lain sebagainya. Bagi mereka yang beragama
kebutuhan rohani ini dpat diperoleh lewat agama; namun bagi mereka
yang sekuler dan mengingkarinya, menempuh lewat penyalahgunaan
NAZA ataupun jalur lainnya.
d. Psikososial
Dalam kehidupan sehari-hari anak tumbuh kembang di tiga
tempat, yaitu di rumah (Keluarga), di sekolah (lembaga pendidikan) dan
di lingkungan masyarakat sosialnya. Kondisi social di masing-masing
tempat tersebut akan berinteraksi satu dengan lainnya dan mempengaruhi
tumbuh kembang anak. Maka untuk mencegahnya kita harus
menciptakan keluarga yang harmonis, lembaga pendidikan yang baik dan
lingkungan pergaulan social yang sehat.