Anda di halaman 1dari 38

i

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN

PUSKESMAS SITOPENG

Diajukan untuk kegiatan belajar mandiri dan sebagai syarat mengikuti Ujian
Presentasi Puskesmas di Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati
Cirebon

Telah disetujui untuk disahkan

Pada tanggal : Desember 2016

Di susun oleh :

Kelompok 2

1. Atikah Rahmawati 113170012


2. Casnia 113170014
3. Ihda Paridah 113170036
4. Ilma Syifannisa 113170037
5. M Taufikqul Hakim 113170047
6. Sygih Pratama 113170070
7. Surya Dimas Prabowo 1111700

Cirebon, Desember 2016

Pembimbing :

dr. Tita Nurvita Imaniah


ii

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Sholawat dan salam kepada
Rasulullah. Berkat limpahan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan
laporan Praktek Belajar Lapangan ini.
Demi terwujudnya sasaran belajar yang baik dan komunikasi yang efektif
dan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan dalam hal tersebut,
kami menyusun laporan ini berdasarkan panduan buku pegangan mahasiswa.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Tita Nurvita Imaniah selaku
pembimbing kelompok 2 yang telah membimbing kami dalam proses praktek
belajar lapangan, tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu menyusun laporan ini.
Semoga laporan ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi kepada
mahasiswa fakultas kedokteran sebagai bekal kedepannya. Dan tentunya laporan
ini masih sangat jauh dari sempurna. Untuk itu kepada dosen pembimbing kami
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan laporan kami di masa yang akan
datang.

Cirebon, Desember 2016

Tim penyusun
iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... v

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Tujuan ....................................................................................................... 3

1.2.1 Tujuan Umum ................................................................................... 3

1.2.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 3

1.3 Manfaat ..................................................................................................... 3

1.4 Bentuk Kegiatan Selama di Puskesmas........................................................ 4

BAB II ..................................................................................................................... 5

2.1 Profil Puskesmas Sitopeng ....................................................................... 5

2.1.1 Data Demografi....................................................................................... 6

2.1.2 Sumber Daya Manusia Puskesmas Sitopeng .......................................... 8

2.2 Pelaksanaan Program. ................................................................................... 9

2.2.1 Gambaran Program RSBM ..................................................................... 9

2.2.2 Program yang Telah Dilaksanakan ....................................................... 10

2.2.3 Cakupan Program ................................................................................. 11

2.3 Masalah yang Dihadapi ............................................................................... 16

2.5 Pohon Masalah ............................................................................................ 19

BAB III ................................................................................................................. 20

3.1 Alternatif Kegiatan Untuk Pemecahan Masalah .................................... 20

3.2 Pohon Sasaran ........................................................................................ 20

3.4 Urutan Prioritas Pemecahan Masalah ..................................................... 21


iv

3.5 Dasar Teori Pemecahan Masalah ................................................................ 22

3.6 Alur Pemecahan Masalah ............................................................................ 26


v

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Rekapitulasi Jumlah Penduduk Kelurahan Argasunya Kecamatan


Harjamukti Kota Cirebon Tahun 2015 .................................................................... 6
Tabel 2. 2 Proporsi Jumlah Penduduk Kelurahan Argasunya berdasarkan Umur
dan Jenis Kelamin Tahun 2015 ............................................................................... 7
Tabel 2. 3 Rekapitulasi Jumlah Kelompok Resiko Tinggi Sasaran di Kelurahan
Argasunya Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon Tahun 2015 .............................. 7
Tabel 2. 4 Jumlah Penduduk Miskin Kelurahan Argasunya Kecamatan Harjamukti
Kota Cirebon Tahun 2015 ....................................................................................... 8
Tabel 2. 5 Proporsi Jumlah Tenaga Berdasarkan Jabatan Fungsional di UPTD
Puskesmas Sitopeng Tahun 2015 ............................................................................ 8
Tabel 2. 6 Cakupan Program Kesehatan Ibu dan Anak Tahun Puskesmas Sitopeng
Tahun 2016 ........................................................................................................... 12
Tabel 2. 7 Rekapitulasi Ibu Yang Menggunakan KB Berdasarkan Jenis KB di
Puskesmas SItopeng Tahun 2015 ......................................................................... 13
Tabel 2. 8 Cakupan Program Gizi Puskesmas Sitopeng Tahun 2015 ................... 14
Tabel 2. 9 Cakupan Sasaran Pembinaan KK Rawan ............................................ 15
Tabel 2. 10 Angka Kematian Bayi Puskesmas Sitopeng Tahun 2016 .................. 16
Tabel 2. 11 Daftar Penyebab Kematian Bayi Puskesmas Sitopeng 2016 ............. 17
Tabel 2. 12 Hasil Prioritas Masalah Menggunakan Metode USG ........................ 18
Tabel 2. 13 Ibu hamil dengan resiko tinggi, didapatkan resiko terbanyak adalah
KEK di RW 09 ...................................................................................................... 19
Tabel 3. 1 Analasis RSBK 21
Tabel 3. 2 Urutan Prioritas Pemecahan Masalah .................................................. 22
vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Pohon Sasaran .................................................................................. 20


Gambar 3. 2 Alur Pemecahan Masalah ................................................................. 26
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masih tingginya angka kematian ibu bersalin (AKI) dan angka kematian
bayi (AKB) di Indonesia, berdasarkan Survey Demografi Rasio kematian ibu di
Indonesia, yang diperkirakan sekitar 228 per 100.000 kelahiran hidup, tetap tinggi di atas
200 selama dekade terakhir, meskipun telah dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan ibu. (UNICEF, 2012). Angka ini masih cukup tinggi jika
dibandingkan dengan negaranegara tetangga di Kawasan ASEAN. Pada tahun
2007, ketika AKI di Indonesia mencapai 228, AKI di Singapura hanya 6 per
100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 112 per
100.000 kelahiran hidup, serta Malaysia dan Vietnam sama-sama mencapai 160
per 100.000 kelahiran hidup. (Depkes, 2014). Jika melihat sasaran MDGs yang
ke-5, yaitu menurunkan angka kematian Ibu yang harus mencapai 102 kematian
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015, maka hal ini tidak mencapai
sasaran atau tujuan yang ditentukan. dan berdasarkan Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKB 34/1000 kelahiran hidup. Secara
spesifik provinsi Jawa Barat sendiri memiliki AKI yaitu dan AKB yaitu 30/1000
kelahiran hidup.
Hal ini merupakan masalah yang serius dan memerlukan perhatian dan
kepedulian dari berbagai pihak baik dari pemerintah, swasta dan masyarakat
sendiri.
Kota cirebon yang merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat sudah barang
tentu ikut menyumbang baik kematian ibu maupun kematian bayi sehingga AKI
dan AKB negara kita menjadi tinggi. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Cirebon
tahun 2010 AKI 3 per 5558 Kelahiran hidup dan angka kematian bayi 52 per 5520
lahir hidup. Salah satu wilayah di Kota Cirebon yang memiliki angka kematian
bayi yang cukup tinggi adalah wilayah Cirebon Selatan, yaitu Kelurahan
Argasunya. Puskesmas yang berada di Argasunya adalah Puskesmas Sitopeng
dengan angka kematian bayi tahun 2015 adalah 14 bayi. Meskipun berbagai upaya
2

telah dilakukan di Kota Cirebon, tetapi jumlah kematian bayi masih cukup tinggi
di Kota Cirebon, sehingga perlu adanya suatu komitmen dan kerjasama baik
antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sendiri untuk menekan terjadinya
kematian ibu bersalin dan bayi.
Salah satu komitmen yang disepakati adalah Rumah Sakit Berbasis
Masyarakat (RSBM) dimana RSBM adalah kegiatan dalam upaya menekan dan
menurunkan jumlah kematian ibu bersalin dan bayi dimana kegiatannya dibawah
tanggung jawab Dinas Kesehatan Kota Cirebon melalui Program Pendanaan
Kompetisi yang dimulai tahun 2006.
Dalam pelaksanaan Rumah Sakit Berbasis Masyarakat (RSBM) di
Puskesmas Sitopeng terdapat kegiatan penapisan ibu hamil dan bayi resiko tinggi
yang berawal dari deteksi dini resiko oleh kader di masyarakat dan selanjutya oleh
pihak Puskesmas Sitopeng. Setelah dilakukan deteksi dini dan pendataan ibu
hamil dan bayi resiko tinggi, maka dilakukan pemeriksaan oleh dokter Spesialis
yang idealnya dilakukan dua minggu sekali oleh dokter Sp. OG/Sp. A yang
bertujuan untuk menurunkan jumlah kematian ibu hamil, bersalin, nifas dan
menurunkan jumlah kematian bayi dengan cara mendekatkan pelayanan tingkat
lanjutan yang lebih baik di tingkat pelayanan primer yaitu di puskesmas.
Berdasarkan data yang didapatkan dari penjaringan dini oleh kader dan
petugas Puskesmas, ada banyak ibu hamil dan bayi yang beresiko tinggi. Ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Sitopeng banyak yang berisko tinggi karena
jumlah paritas yang tinggi (grandemultipara), anemia, kekurangan energi kronis,
dan umur yang lebih dari 35 tahun ataupun umur yang kurang dari 20 tahun.
Sehingga faktor-faktor tersebut dapat membahayakan ibu hamil jika tidak
ditangani lebih lanjut oleh kegiatan pencegahan ataupun penanganan yang serius.
Bayi dan anak pun banyak yang beresiko tinggi karena beberapa keadaan
ataupun penyakit seperti hambatan tumbuh kembang, gizi buruk, ISPA, penyakit
kulit, dan juga kelainan kongenital. Keadaan-keadaan tersebut dapat
membahayakan bayi jika tidak ditangani lebih lanjut karena dapat menurunkan
kualitas hidup dan bahkan dapat menyebabkan kematian bayi jika tidak ditangani
dengan serius.
3

Dengan diadakannya program RSBM, terjadi penurunan angka kematian


bayi dari tahun 2014 yaitu 20 bayi menjadi 14 bayi, namun angka tersebut masih
terbilang cukup tinggi. Sehingga perlu adanya pengkajian lebih lanjut mengenai
penyebab dan faktor resiko kematian bayi tersebut. dengan latar belakang masalah
tersebut maka ini menjadi alasan kami perlu untuk membahas masalah tersebut
pada laporan ini.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengikuti dan mengamati secara langsung kegiatan Program
Rumah Sakit Berbasis Masyarakat (RSBM) yang dilakukan di
Puskesmas serta menganalisa masalah program RSBM dan
membuat sebuah Mini Project sebagai solusi.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui lebih dalam tentang pelayanan sistem Rumah
Sakit Berbasis Masyarakat (RSBM)
2. Menguasai sistem alur rujukan dalam program Rumah Sakit
Berbasis Masyarakat (RSBM)
3. Mengevaluasi kegiatan dalam program Rumah Sakit Berbasis
Masyarakat (RSBM)
4. Menganalisa masalah program RSBM
5. Membuat Mini Project untuk pemecahan masalah
6. Mendapat pengalaman belajar lapangan.

1.3 Manfaat
Manfaat dari laporan ini untuk menambah wawasan mengenai sistem
pelayanan kesehatan dipuskesmas, sistem pelayanan dan alur rujukan
program Rumah Sakit Berbasis Masyarakat (RSBM) serta sebagai bahan
evaluasi dalam kegiatan program Rumah Sakit Berbasis Masyarakat (RSBM)
di wilayah Kelurahan Argasunya dengan Puskesmas Sitopeng selaku
4

Puskesmas Koordinator RSBM di wilayah tersebut. Selain itu memberi solusi


untuk masalah-masalah yang ada.

1.4 Bentuk Kegiatan Selama di Puskesmas


1. Orientasi Puskesmas
2. Pelayanan di poliklinik (umum, anak, bumil, nifas, KB)
3. Pelayanan Konseling di Klinik Terpadu
4. Penyuluhan Pasien diruang tunggu
5. Asistensi pelayanan Dokter Spesialis (Kebidanan dan penyakit
kandungan, Anak)
6. Mengisi Data Pantau dan Medical Record
7. Mengikuti alur rujukan pasien
8. Kunjungan rumah (deteksi bumil risti, deteksi neo atau bayi risti)
9. Ikut kegiatan Posyandu
10. Ikut kegiatan Posbindu
11. Kunjungan ke Bidan Praktek Swasta (deteksi bumil Risti, Sistem
Rujukan)
12. Penyuluhan di Masyarakat
13. Kegiatan Kampung Siaga
14. Identifikasi Komplement Sumber Daya Kampung Siaga.
15. Aktifitas lain (Polifarmasi, Laboratorium, Transfer of Knowledge,
Pelatihan Kader, Penulisan KMS Lansia, Imunisasi, Penulisan Resep)
5

BAB II

RUMUSAN MASALAH

2.1 Profil Puskesmas Sitopeng


Kelurahan Argasunya merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan
Harjamukti Kota Cirebon yang letaknya paling selatan dan merupakan
wilayah terpencil perkotaan dengan topografi 1/3 pegunungan dan 2/3
dataran dan terdiri dari 11 RW dan 58 RT.
Luas wilayah : 675 Ha, terdiri dari dataran seluas 450 Ha, dan perbukitan
atau pegunungan seluas 225 Ha.

Batas wilayah meliputi:


1. Sebelah Utara : Kelurahan Kalijaga Kota Cirebon
2. Sebelah Selatan : Desa Durajaya Kabupaten Cirebon
3. Sebelah Barat : Desa Ciperna Kabupaten Cirebon
4. Sebelah Timur : Desa Pamengkang Kabupaten Cirebon

Sedangkan letak Kelurahan Argasunya dari pusatpusat pemerintahan :


1. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan terdekat adalah 2 Km.
2. Jarak dari kota Cirebon adalah 7 Km
3. Jarak dari Ibukota Propinsi terdekat adalah 130 Km
4. Jarak dari Ibukota negara adalah 210 Km

Sedangkan produktifitas tanahnya adalah :


1. Subur : 120,4 Ha
2. Sedang : 254,5 Ha
3. Tidak subur : 41 Ha
6

2.1.1 Data Demografi


Jumlah penduduk kelurahan Argasunya kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
mengalami peningkatan dari 19.198 jiwa pada tahun 2014 menjadi 23.507 jiwa pada
tahun 2015 dengan komposisi 12.176 jiwa laki-laki dan 11.331 jiwa perempuan.
Tingkat pertumbuhan penduduk di seluruh kelurahan Argasunya kecamaan
Harjamukti Kota Cirebon adalah 0.08%. Berdasarkan perhitungan perkiraan
penduduk menurut komposisi umur, maka penduduk kelurahan Argasunya
kecamatan Harjamukti Kota Cirebon termasuk dalam kategori struktur penduduk
umur muda atau umur produktif.
Proporsi penduduk kelurahan Argasunya kecamatan Harjamukti Kota
Cirebon menurut umur pada tahun 2015 terbesar pada kelompok umur 15-44 tahun,
yaitu sebesar 29,5% dan komposisi terkecil pada kelompok umur bayi sebesar 4,3%.
Tabel 2. 1 Rekapitulasi Jumlah Penduduk Kelurahan Argasunya Kecamatan
Harjamukti Kota Cirebon Tahun 2015

JUMLAH
PENDUDUK JUMLAH
NO RW JUMLAH
KK
L P

1 RW 01 728 770 1498 385

2 RW 02 513 527 1040 290

3 RW 03 731 713 1444 399

4 RW 04 1144 1160 2304 631

5 RW 05 804 814 1618 452

6 RW 06 1081 1025 2106 567

7 RW 07 1212 1156 2368 530

8 RW 08 1256 1253 2509 669

9 RW 09 1772 1603 3375 761

10 RW 10 646 521 1167 268

11 RW 11 693 668 1361 348

JUMLAH 10.580 10.210 20.790 5.300


7

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di


RW 09 Cibogo sebanyak 3375 dengan jumlah KK sebanyak 761 KK,
sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di RW 02 BTN sebanyak
1040 dengan jumlah KK sebanyak 290 KK.

Tabel 2. 2 Proporsi Jumlah Penduduk Kelurahan Argasunya berdasarkan Umur


dan Jenis Kelamin Tahun 2015

JUMLAH PENDUDUK
NO UMUR (tahun)
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 0 4 tahun 1493 1278 2.771
2 5 14 tahun 2618 2508 5126
3 15 44 tahun 6199 5693 11892
4 45 64 tahun 1520 1422 2942
5 65 tahun 471 541 1012
Jumlah 12301 11442 23743

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk di kelurahan Argasunya


paling benyak pada usia produktif 15 44 tahun sebanyak 11892 jiwa.

Tabel 2. 3 Rekapitulasi Jumlah Kelompok Resiko Tinggi Sasaran di Kelurahan


Argasunya Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon Tahun 2015

JUMLAH
NO KELOMPOK JUMLAH
L P
1 Ibu Hamil 474 474

2 Bayi 1 1 2

3 Balita 13 12 25
4 Lansia 33 50 83

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah sasaran penduduk resiko tinggi di
kelurahan Argasunya paling banyak pada ibu hamil sebanyak 474 orang.
8

Tabel 2. 4 Jumlah Penduduk Miskin Kelurahan Argasunya Kecamatan Harjamukti


Kota Cirebon Tahun 2015

JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH KK MISKIN
NO RW MISKIN
2014 2015 2014 2015

1 RW 01 786 217

2 RW 02 177 29
3 RW 03 596 147
4 RW 04 1511 293
5 RW 05 1208 266
6 RW 06 1456 298
7 RW 07 1743 307
8 RW 08 2076 384
9 RW 09 2542 441
10 RW 10 979 197
11 RW 11 968 167
JUMLAH 14042 2746

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di kelurahan


Argasunya paling banyak di RW 09 sebanyak 2542 orang.

2.1.2 Sumber Daya Manusia Puskesmas Sitopeng


Tabel 2. 5 Proporsi Jumlah Tenaga Berdasarkan Jabatan Fungsional di UPTD
Puskesmas Sitopeng Tahun 2015

Jenis Kelamin
No Jenis Tenaga Jumlah
L P
1 Dokter Umum 3 0 3
2 Dokter Gigi 1 0 1
3 Perawat 4 3 7
4 Perawat Gigi 0 1 1
5 Bidan 0 8 8
6 Kesehatan Masyarakat 1 - 1
9

7 Nutrisionis 0 1 1
8 Sanitarian 1 0 1
9 Asisten Apoteker 1 1 2
10 Analis Laboratorium 0 1 1
11 Rekam Medis 0 1 1
12 Pulahtayankes 1 0 1
13 Pelaksana TU 2 1 3
Jumlah 14 17 31

2.2 Pelaksanaan Program.


2.2.1 Gambaran Program RSBM
Program RSBM bertujuan untuk menekan dan menurunkan jumlah kematian ibu
bersalin dan bayi di Kota Cirebon. Kegiatan ini dibawah tanggung jawab Dinas
Kesehatan Kota Cirebon dengan melibatkan seluruh komponen baik pemerintah,
swasta dan masyarakat. Pelayanan pada kegiatan dilakukan dalam beberapa
tahapan yaitu pelayanan rujukan bagi ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi yang
sebelumnya sudah ditapis baik oleh kader kampung siaga puskesmas dokter
Sp.OG/Sp.A dari RSBM Wilayah Kerja Puskesmas dianjurkan untuk datang
kembali pada waktu yang sudah ditentukan dimana dokter spesialis baik Sp.OG
maupun Sp.A datang ke puskesmas 1 bulan sekali dan apabila pasien bayi atau
anak yang berisiko tinggi dikonsultasikan kepada dokter Sp.A. Selain itu ibu
hamil yang termasuk resiko tinggi maka untuk pemeriksaan lebih lanjut pasien
dikonsultasikan ke dokter Sp.OG di Poned Puskesmas Sitopeng dan dilakukan
pemeriksaan lanjutan berupa USG.
Adanya kunjungan dokter spesialis baik obstetri maupun spesialis anak
yang datang setiap dua minggu sekali. Bila dokter spesialis yang bersangkutan
pada hari yang sudah ditentukan berhalangan hadir, pada MOU disepakati dokter
spesialis yang bersangkutan akan memberitahu puskesmas dan menunjuk dokter
spesialis lain sebagai gantinya, dan diinformasikan ke puskesmas minimal dua
hari sebelum jadwal pemeriksaan dalam kegiatan ini sudah ada payung hukum
bagi dokter spesialis dari Kepala Dinas Kesehatan berupa surat tugas, karena
terkendala adanya Undang Undang Praktek Kedokteran (UUPK) dan adanya
10

nota kesepahaman/MOU antara dokter spesialis (RSUD, RS. Swasta) dan UTDC
PMI.
2.2.2 Program yang Telah Dilaksanakan
a. Pelaksanaan kegiatan dari program program Puskesmas, yang meliputi
program wajib dan program tambahan : KIA/KB, Pengobatan Umum dan
Gigi, Gizi, Kesehatan Lingkungan, P2P, Kesehatan Gigi, Promosi
Kesehatan, PHN, UKS, Kesehatan Jiwa, Lansia, Laboratorium, Konseling
Anak dan Remaja.
b. Lokakarya bulanan tingkat Puskesmas untuk membahas dan mengevaluasi
pelaksanaan program pelayanan dalam gedung maupun luar gedung yang
dilaksanakan tiap bulan minggu pertama.
c. Lokakarya mini triwulan tingkat kecamatan dengan koordinasi semua
steakholder yang terkait dalam menunjang pelaksanaan program
pelayanan kesehatan.
d. Pendataan keluarga miskin serta pendataan kesehatan masyarakat.
e. Kunjungan rumah pada keluarga rawan dan beresiko, yaitu keluarga
miskin dengan ibu hamil, keluarga miskin dengan balita, keluarga miskin
dengan lansia, keluarga miskin dengan penyakit kronis, keluarga dengan
post rawat inap.
f. Penyusunan POA puskesmas tahun 2015.
g. Pendataan dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang bayi dan balita untuk
mengetahui adanya resiko terjadinya gangguan tumbuh kembang dan
status gizi bayi dan balita baik didalam gedung maupun di luar gedung
melalui posyandu dan sweeping dengan kader.
h. Perawatan bayi dan balita dengan gizi buruk dengan program Pusat
Pemulihan Gizi (PPG) di Puskesmas Sitopeng.
i. Pemberian PMT Balita dengan gizi buruk dan bumil risti.
j. Pemberian PMT pada lansia di Posbindu lansia.
k. Pemberian rujukan ke Rumah Sakit untuk pasien dari keluarga miskin.
l. Distribusi obat cacing kepada anak sekolah dasar kelas I.
11

m. Pelaksanaan sikat gigi masal dan penyuluhan kesehatan Gigi di Sekolah


SDN Nusantara untuk semua siswa bekerjasama dengan Panitia Hari
Kesehatan Nasional Kota Cirebon dan PDGI Cabang Kota Cirebon.
n. Deteksi dini dan penjaringan kesehatan kepada anak sekolah dari TK/RA,
SD/MI dan SMP/MA di wilayah kerja Puskesmas Sitopeng.
o. Melaksanakan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) campak, DT dan TT
untuk anak sekolah dasar.
p. Kegiatan RSBM yang melipui : kampung siaga, sabar KIA dan rujukan
medis spesialis dengan RSBM anak dan obsgyn.
q. Penyuluhan kesehatan secara periodik didalam gedung pada pasien dan
keluarga yang berkunjung ke puskesmas serta di posyandu dan posbindu
lansia serta kepada anak sekolah dan masyarakat.
r. Pelaksanaan penanganan dan rehabilitasi bencana oleh Tim Siaga Bencana
Puskesmas Sitopeng bersama dengan lintas sektoral lain.
s. Aktifasi kegiatan pelayanan di PONED.
t. Surveilance periodik terhadap dampak perubahan cuaca yang dapat
menimbulkan resiko munculnya penyakit penyakit berbasis masyarakat.
2.2.3 Cakupan Program
2.2.3.1 Cakupan Program KIA
Cakupan dari program kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Sitopeng
cukup baik. Cakupan tertinggi ada pada kunjungan ibu hamil keempat yang
mencapai 112,44% di tahun 2015 dan mengalami pengingkatan dari tahun
sebelumnya yang hanya mencapai 81,29%. Peningkatan cakupan program ini
mungkin disebabkan oleh tingginya kesadaran ibu untuk memeriksakan
kehamilannya, atau karena petugas Puskesmas Sitopeng yang lebih giat dalam
mempromosikan program pemeriksaan ibu hamil. Cakupan terendah ada pada
program pertolongan persalinan oleh dukun terlatih yang hanya mencapai
3,15% dan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang mencapai
5,18%. Penurunan persentase cakupan pertolongan persalinan oleh dukun
terlatih dapat disebabkan oleh masih melekatnya kebiasaan masyarakat untuk
melahirkan di tempat paraji atau dukun beranak yang belum terlatih dan tidak
didampingi oleh tenaga kesehatan.
12

Pada program RSBM itu sendiri, persentase cakupannya tidak terdata.


Namun, terdapat peningkatan angka cakupan RSBM ibu dari 289 menjadi 402.
Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kesadaran ibu terhadap kesehatannya
dan anaknya untuk memeriksakan diri. Selain itu, peningkatan angka ini juga
bisa disebabkan oleh kinerja dari Puskesmas Sitopeng yang lebih giat
melaksanakan program RSBM ibu di tahun 2015.
Tabel 2. 6 Cakupan Program Kesehatan Ibu dan Anak Tahun Puskesmas Sitopeng
Tahun 2016

Tahun 2014 Tahun 2015

No Kegiatan Hasil Cakupan Hasil Cakupan


Sasaran Sasaran %
Abs % Abs
Kunjungan Ibu Hamil
1 497 499 100,4 497 556 89,4
Pertama (K1)
Kunjungan Ibu Hamil
2 497 404 81,29 497 442 112,44
Keempat (K4 )
Pertolongan Persalinan
3 475 443 103,65 475 492 96,54
oleh Tenaga Kesehatan
Pertolongan Persalinan
4 475 17 5,18 475 15 3.15
oleh Dukun Terlatih
Kunjungan Neonatal
5 453 189 44,22 453 501 90,41
Pertama kali (N1)
Kunjungan Neonatal
6 453 535 125,17 453 493 91,89
kedua kali (N2 )
Kunjungan Neonatal
7 453 493 115,35 453 460 98,47
Ketiga kali (N3)
8 Jumlah Persalinan 475 443 93,26 - 507 -
9 Jumlah Lahir Hidup 475 423 89,05 - 501 -
10 Jumlah Lahir Mati - 20 - - 6 -
11 Jumlah Bayi BBLR 68 31 45,59 - 14 -
13 B2 400 323 80,75 - 414 -
14 B4 400 495 123,75 - - -
15 B6 400 342 85,5 - 315 -
16 B8 400 222 55,5 - 248 -
17 B9 400 222 55,5 - - -
18 B12 400 272 68 - 255 -
18 RSBM Anak - 77 - - - -
19 RSBM Ibu - 289 - - 402 -
13

2.2.3.2 Cakupan Program KB


Cakupan dari program keluarga berencana di Puskesmas Sitopeng masih
cukup rendah, mengingat masih cukup banyak ibu yang memiliki anak lebih
dari 5 dan jarak persalinan yang kurang dari 3 tahun.

Tabel 2. 7 Rekapitulasi Ibu Yang Menggunakan KB Berdasarkan Jenis KB di


Puskesmas SItopeng Tahun 2015

No Akseptor KB aktif Jumlah Prosentase


1 Suntik 1657 74,4%
2 Pil 283 12,7%
3 IUD 58 2,6%
4 Implan 92 4,1%
5 MOW 116 5,2%
6 MOP 2 0,1%
7 Kondom 18 0,8%
8 CU/PUS 2226/2787 79,87%

Dari tabel di atas didapatkan bahwa jumlah peserta KB aktif terbanyak


menggunakan alat kontrasepsi jenis suntik, yaitu sebanyak 1657 peserta
(74,4%), sedangkan angka CU/PUS sebesar 79,87%.
2.2.3.3 Cakupan Program Gizi
Gizi kurang dan gizi buruk masih merupakan keadaan yang masih cukup
banyak di wilayah kerja Puskesmas Sitopeng, hal ini mungkin disebabkan oleh
cakupan program gizi yang masih kurang.
14

Tabel 2. 8 Cakupan Program Gizi Puskesmas Sitopeng Tahun 2015

Tahun 2015
NO KEGIATAN L P
Sasaran Cakpn % Sasaran Cakpn %
1 Jumlah Balita (S) 1004 1004 100 896 896 100

Balita yang mempunyai 896 896


2 1004 1004 100 100
Kartu ( K )
Balita yang ditimbang ( 896
3 1004 978 97,41 872 97,35
D)
896
Balita yang ditimbang
4 1004 563 56,09 506 56,46
naik berat badannya (N)

Balita dengan berat 1004 896


5 badan kurang (BGM) / 14 1,35 12 1,38
KEP Nyata (BB/U)
1004 896
6 KEP Total 213 21,23 192 21,43

Cakupan Penimbangan
7 100,00 100
( K/S )

Tingkat Partisipasi
8 97,41 97,32
Masyarakat (D/S)
Pencapaian Program
9 56,09 56,45
( N/S )
BalitaGiziBuruk
10 1004 1 0,10 896 0 0
(BB/TB)
11 Marasmus 0

Pemberian Tablet Besi


12 Pertama 497 555 111,67
( Fe 1 )
Pemberian Tablet Besi
13 Ketiga 497 469 94,37
( Fe 3 )
Pemberian Kapsul Vit.A
14 214 214 100% 208 207 99,52
Bagi Bayi
Pemberian kapsul vit. A
15 851 851 100% 748 748 100
bagi Balita
Pemberian Kapsul Vit.A
16 475 471 99,16
Bagi Bufas
15

Dari tabel di atas didapatkan bahwa prosentase cakupan balita yang


itimbang yang naik berat badannya baru 56,28% serta tingkat partisipasi
masyarakat (D/S) sudah meningkat mencapai 97,37% dan tingkat pencapaian
program (N/S) naik sebesar 56,27% dan tidak adanya balita dengan gizi buruk
(BB/TB) atau 0,10%.
2.2.3.4 Cakupan Program Kelompok KK Rawan
Ibu hamil, bayi, dan anak di wilayah kerja Puskesmas Sitopeng masih
banyak yang termasuk kedalam kolompok resiko tinggi karena berbagai
keadaan. Seperti gizi yang kurang, pertumbuhan terhambat, penyakit infeksi,
dan juga penyakit kongenital.

Tabel 2. 9 Cakupan Sasaran Pembinaan KK Rawan

Sasaran Kelompok KK Rawan


Bln Bumil Resti Bayi Resti Balita Resti
Sasaran Cakupan % Sasaran Cakupan % Sasaran Cakupan
Jan 14 7 50 6 4 67 8 6
Peb 17 9 53 6 4 67 8 5
Mar 22 11 50 5 3 60 7 5
April 17 8 47 7 5 71 9 6
Mei 18 14 78 6 4 67 8 6
Juni 21 17 81 4 3 75 7 7
Juli 28 21 75 7 4 57 12 7
Agst 28 22 79 6 3 50 10 8
Sept 17 9 53 9 3 33 12 6
Okt 17 10 59 6 4 67 10 9
Nop 25 21 84 5 2 40 9 8
Des 17 12 71 7 3 43 12 7
Jml 241 17 67 74 42 57 112 80

Dari tabel di atas didapatkan bahwa jumlah sasaran prosentase KK rawan


yang terbanyak adalah pada kelompok bayi resti sebanyak 93,02%.
16

2.3 Masalah yang Dihadapi


Masalah yang dihadapi di Puskesmas Sitopeng mengenai program RSBM
adalah masih adanya kematian bayi. Dari data didapatkan bahwa jumlah kematian
bayi selama tahun 2015 menurun dari tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 14
kematian, dimana sebanyak 8 orang bayi laki-laki dan 6 orang bayi perempuan
yang terbanyak terjadi pada RW 06 Kd.Kresik Selatan, RW 09 Cibogo masing-
masing sebanyak 2 kasus kematian bayi.
Tabel 2. 10 Angka Kematian Bayi Puskesmas Sitopeng Tahun 2016

Tahun 2015
No Nama RW Jumlah
L P
1 Argapura 1 0 1
2 Nusantara 0 0 0
3 Kd.Mendeng 0 0 0
4 Surapandan 1 1 2
5 Kd.Krisik Utara 0 0 0
6 Kd.Krisik Selatan 2 1 3
7 Sumurwuni 0 1 1
8 Kopiluhur 1 1 2
9 Cibogo 2 1 3
10 Kd.Jumbleng 1 0 1
11 Benda 0 1 1
Jumlah 8 6 14

Penyebab kematian bayi di kelurahan Argasunya bermacam-macam,


seperti BBLR, kelainan kongenital, peneumonia, encephalitis, hipotermia, dan
aspirasi. Namun, kejadian paling banyak adalah BBLR, yaitu sebanyak 4 kasus
kematian bayi.
17

Tabel 2. 11 Daftar Penyebab Kematian Bayi Puskesmas Sitopeng 2016

Tahun 2016
No Penyebab Kematian Jumlah
L P
1 BBLR 2 2 4
2 Kelainan Kongenital 1 0 1
3 Aspirasi 1 0 1
4 Sepsis 0 0 0
5 Prematur 0 0 0
6 Pneumonia 1 0 1
7 Hipotermia 0 1 1
8 Encephalitis 0 1 1
9 Lain Lain 0 1 1
Jumlah 5 5 10

Berdasarkan data diatas, maka didapatkan 3 (tiga) masalah penyebab


kematian bayi di Puskesmas Sitopeng yaitu:
1. Bayi Berat Badan Lahir Rendah
2. Aspirasi
3. Pneumonia
4. Hipotermia
5. Encephalitis

2.4 Prioritas Masalah dan Analisis Masalah


Untuk menentukan prioritas masalah perlu dilakukan untuk menentukan
masalah mana yang perlu mendapat perhatian lebih dari masalah lainnya.
Untuk menentukan prioritas masalah yang ada, dilakukan menggunakan
analisis USG dengan mempertimbangkan kriteria sebagai berikut :
U : Urgency (tingkat kepentingan yang mendesak)
S : Seriousness (tingkat kesungguhan, bukan dengan waktu untuk
penanganan masalah)
G : Growth (tingkat perkiraan dan bertambah buruknya keadaan pada
saat masalah mulai terlihat dan sesudahnya)
18

Nilai KRITERIA

URGENCY SERIOUSNESS GROWTH


5 Sangat urgen Sangat serius Sangat tumbuh

4 Cukup urgen Cukup serius Cukup

3 Urgen Serius Tumbuh

2 Kurang urgen Kurang serius Kurang tumbuh

1 Sangat kurang urgen Sangat kurang serius Sangat kurang tumbuh

Berikut adalah penerapan analisis USG yang dilakukan pada masalah-


masalah yang sudah kami identifikasi dari kegiatan RSBM di Puskesmas Sitopeng
khususnya masalah kematian bayi.
Tabel 2. 12 Hasil Prioritas Masalah Menggunakan Metode USG

USG
NO. MASALAH TOTAL RANKING
U S G
1. Bayi Berat Badan Lahir Sangat Rendah 5 5 4 14 I
2. Aspirasi Mekonium 2 2 3 7 V
3. Pneumonia 5 2 3 10 III
4 Hipotermia 3 2 4 9 IV
5 Encephalitis 2 5 3 11 II

Dengan menjumlah (U+S+G), nilai tertinggi ditetapkan sebagai prioritas


masalah. Dengan demikian prioritas masalah yang memerlukan pemecahan segera
pada program Rumah Sakit Berbasis Masyarakat adalah Banyaknya jumlah
kematian bayi yang disebabkan oleh BBLR di Puskesmas Sitopeng.
19

2.5 Pohon Masalah

BBLR

Ibu yang Antenatal


Status Rendahnya
mengalami Care yang
Usia Ekonomi cakupan
kekurangan tidak
Rendah RSBM anak
energi kronis teratur
(KEK)

Tabel 2. 13 Ibu hamil dengan resiko tinggi, didapatkan resiko terbanyak adalah
KEK di RW 09

UMUR UMUR RIWAYAT


KEK > 35 < 20 GRANDE ANEMIA SC
RW 01 8 5 5 0 4 2 24
RW 02 1 1 1 1 1 0 5
RW 03 2 2 2 2 2 0 10
RW 04 16 3 5 1 1 0 26
RW 05 6 3 5 1 0 0 15
RW 06 8 2 3 2 3 0 18
RW 07 12 1 8 8 1 0 30
RW 08 9 3 4 10 2 0 28
RW 09 18 3 3 11 2 1 38
RW 10 3 1 2 5 0 0 11
RW 11 15 1 9 2 6 0 33
98 25 47 43 22 3

Karena berdasarkan data yang didapat jumlah kejadian tertinggi resiko ibu
hamil adalah Kekurangan Energi Kronis (KEK), maka hal ini perlu dikaji lebih
lanjut dan dijadikan bahan evaluasi.
20

BAB III

PEMECAHAN MASALAH

3.1 Alternatif Kegiatan Untuk Pemecahan Masalah


Berdasarkan permasalahan diatas yang telah kami paparkan sebelumnya
kami memiliki beberapa solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut:
1. Melakukan pelatihan pengukuran Lingkar Lengan Atas
2. Menambah jumlah kader di RW setempat
3. Meningkatkan frekuensi pembagian PMT (Pemberian Makanan
Tambahan)

3.2 Pohon Sasaran

PENINGKATAN DETEKSI IBU HAMIL KEK


3 (KEKURANGAN ENERGI KRONIS) SECARA
MANDIRI DI RW SETEMPAT DAN DIKOORDINASI
OLEH KADER
............................................................................. Akibat

MENURUNNYA ANGKA KEJADIAN BBLR (BAYI BERAT


BADAN LAHIR RENDAH) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SITOPENG
1
......................................................................................................... Sebab

2A 2B 2C
Peningkatan pengetahuan Terwujudnya Peningkatan gizi ibu
ibu hamil tentang cara koordinasi yang baik hamil
pengukuran LiLA antara petugas
puskesmas dan kader

Pelatihan
Penambahan Meningkatkan
Pengukuran
jumah kader frekuensi PMT
LiLA

3A 3B 3C

Gambar 3. 1 Pohon Sasaran


21

Keterangan :
Sasaran utama yang dihadapi adalah No. 1
Sasaran pokok dominan No. 2A
Sasaran spesifik No. 3A

3.4 Urutan Prioritas Pemecahan Masalah


Tabel 3. 1 Analasis RSBK

Nilai Realistis Sumber Daya Baiknya Kewenangan


Sangat Sangat
5 Sangat baik Sangat berwenang
Realistis Tersedia
4 Realistis Tersedia Baik Berwenang
Cukup Cukup
3 Cukup Baik Cukup Berwenang
Realistis Tersedia
Kurang Kurang
2 Kurang Baik Kurang Berwenang
Realistis Tersedia
Sangat
Sangat
1 Kurang Sangat kurang Sangat Kurang Berwenang
Kurang baik
Realistis

Keterangan :
R = Realistis, suatu bentuk perhitungan dengan mempertimbangkan
aspek realistis apabila dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.
S = Sumber daya, yaitu suatu bentuk perhitungan dengan
mempertimbangkan aspek tersedianya sumber daya yang
mendukung pelaksaanya.
B = Baiknya, yaitu suatu bentuk perhitungan dengan
mempertimbangkan aspek baik atau tidaknya apabila sasaran
tersebut dilaksanakan
K = Kewenangan, yaitu suatu bentuk perhitungan dengan
mempertimbangkan aspek kewenangan penulis di dalam
melaksanakan sasaran tersebut.
22

Dengan mengalikan R x S x B x K, nilai tertinggi ditetapkan sebagai


alternatif kegiatan terbaik yang dominan.
Tabel 3. 2 Urutan Prioritas Pemecahan Masalah

No. Alternatif R S B K RxSxBxK Rangking


1 Melakukan pelatihan
pengukuran LiLA 5 4 4 5 400 I

2 Penambahan jumlah
kader
3 2 5 1 30 III

3 Penambahan frekuensi
PMT 3 3 4 2 72 II

Berdasarkan analisis RSBK, maka kegiatan yang terbaik dan mendesak


adalah melakukan pelatihan pengukuran LiLA yang dapat membuat ibu-ibu hamil
melakukan pengukuran LiLA secara mandiri. Sehingga dapat meningkatkan
deteksi dini ibu hamil KEK dan dapat menurunkan agka kejadian bayi yang lahir
dengan berat badan rendah akibat ibu yang KEK.

3.5 Dasar Teori Pemecahan Masalah


Menurut Depkes RI (2010) menyatakan bahwa kurang energi kronis
merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung
pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil. Kurang gizi akut disebabkan
oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang
baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan
tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber)
dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik disebabkan karena tidak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik dalam periode/kurun
waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang
cukup, atau disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya.
Pelatihan pengukuran LiLA diambil menjadi suatu upaya pemecahan masalah
karena berdasarkan analisis yang telah dilakukan, pengukuran LiLA merupakan
salah satu upaya yang paling realistis menimbang pelaksanaannya yang mudah
dan tidak membutuhkan sumber daya yang banyak. Selain itu, jika ibu-ibu hamil
23

dan wanita usia subur dapat melakukan pengukuran LiLA secara mandiri, maka
deteksi dini KEK dapat lebih mudah dan pemberentasan KEK secara dini dapat
lebih mudah dilakukan sehingga dapat menurunkan angka kejadian ibu hamil
KEK yang akan mengakibatkan menurunnya angka kematian bayi yang
disebabkan oleh BBLR. (Almatsier, 2011)
Kebutuhan gizi akan terus meningkat, terutama setelah memasuki
kehamilan trimester kedua. Sebab pada saat itu, pertumbuhan janin belangsung
sangat cepat. Hal lain yang perlu diperhatikan meskipun nafsu makan meningkat,
tetaplah berpegang pada pola makan dengan gizi seimbang. Status gizi ibu hamil
yang baik selama proses kehamilan, harus mengalami kenaikan berat badan
sebanyak 10-12 kg. yaitu pada trimester pertama kenaikan kurang lebih dari 1 kg,
sedangkan pada trimester kedua kurang lebih 3 kg dan pada trimester ketiga
kurang lebih mencapai 6 kg. (Arisman, 2014)
Sebaiknya ibu hamil menghindari makanan berkalori tinggi . makanan
dengan gizi seimbang dapat diperoleh dari karbohidrat, dan lemak sebagai sumber
tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai
zat pengatur (Almatsier, 2011)
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi.
Dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun
(kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara
relative atau absolut satu atau lebih zat gizi (Helena, 2013).
Tanda dan gejala dari KEK adalah adalah berat badan kurang dari 40 kg
atau tampak kurus dan LILA kurang dari 23,5cm (Supariasa, 2010).
1. Ukuran Lingkar Lengan Atas
a. Pengertian
Kategori KEK adalah apabila LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian
merah pita LILA (Supariasa, 2010). Menurut Depkes RI (2010) didalam buku
Supariasa pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur (WUS) adalah
salah satu deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan masyarakat awam,
untuk mengetahui kelompok beresiko KEK. Wanita usia subur adalah wanita
usia 15-45 tahun. LILA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko KEK.
24

b. Tujuan
Tujuan pengukuran LILA adalah mencakup masalah WUS baik pada
ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas lintas
sektoral. Adapun tujuan tersebut adalah :
1) Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu,
untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan bayi berat
lahir rendah.
2) Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih
berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
3) Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan
tujuan meningkatakan kesejahteraan ibu dan anak.
4) Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS
yang menderita KEK.
5) Meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi WUS yang
menderita KEK.
c. Ambang Batas
Ambang batas LILA pada WUS dengan resiko KEK di Indonesia
adalah 23,5cm, apabila ukuran LILA kurang dari 23,5cm atau dibagian merah
pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK, dan diperkirakan
akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko
kematian, kurang gizi, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan
anak (Supariasa, 2010)
d. Cara mengukur LiLA
Pengukuran LILA dilakukan melalui urutanurutan yang telah
ditetapkan. Ada 7 urutan pengukuran LILA (Supariasa, 2010) yaitu:
1) Tetapkan posisi bahu dan siku.
2) Letakkan pita antara bahu dan siku.
3) Tentukan titik tengah lengan.
4) Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan.
5) Pita jangan terlalu dekat.
6) Pita jangan terlalu longgar
25

e. Cara Pembacaan Skala yang Benar


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA adalah
pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri
(kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan). Lengan harus posisi bebas,
lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang dan alat
ukur dalam keadaan baik.
2. Pengaruh KEK
Kurang energi kronik pada saat kehamilan dapat berakibat pada ibu
maupun pada janin yang dikandungnya (Waryono, 2010).
a. Terhadap ibu : dapat menyebabkan resiko dan komplikasi antara lain:
anemia, perdarahan, berat badan tidak bertambah secara normal dan
terkena penyakit infeksi.
b. Terhadap persalinan : pengaruhnya pada persalinan dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum
waktunya (premature), perdarahan.
c. Terhadap janin : menimbulkan keguguran/abortus, bayi lahir mati,
kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR).
26

3.6 Alur Pemecahan Masalah

1. Pengisian
3. Pelatihan
Kuesioner tentang 2. Penyuluhan gizi
pengukuran lingkar
pengetahuan gizi ibu ibu hamil
lengan atas (LiLA)
hamil

5. Ibu hamil dapat


6. Ibu hamil dapat
melakukan 4. Penandatanganan
mendeteksi KEK
pengukuran LiLA MOU
secara mandiri
secara mandiri

7. Kader melakukan 8. Bidan wilayah


9. Konsultasi ibu
pendataan ibu hamil melakukan intervensi
hamil KEK saat
KEK dan dini untuk
kunjungan dokter
membawanya ke menangani ibu hamil
spesialis
puskesmas Sitopeng KEK

Gambar 3. 2 Alur Pemecahan Masalah

1. Pengisian Kuesioner Tentang Pengetahuan Gizi Ibu Hamil


Tujuan dari pengisian kuesioner ini adalah Untuk Mengetahui
tingkat pengetahuan Ibu hamil dan Wanita Usia Subur mengenai
Pentingnya Gizi Ibu Hamil. Pengisian kuesioner dilakukan di 3 titik
dengan responden ibu hamil dan Wanita Usia Subur.
2. Penyuluhan Gizi Ibu Hamil
Kegiatan penyuluhan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
dan wawasan ibu hamil dan wanita usia subur mengenai pengertian gizi
ibu hamil, pentingnya gizi ibu hamil, pengertian Kekurangan Energi
Kronis (KEK), dan Bahaya KEK terhadap Ibu dan Bayi. Penyuluhan
dilakukan di titik dengan hasil kuesioner yang menunjukkan pengetahuan
mengenai gizi ibu hamil masih kurang.
27

3. Pelatihan Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)


Pelatihan pengukuran LiLA bertujuan untuk Memberdayakan Ibu
hamil, Wanita Usia Subur, dan Kader Agar dapat mendeteksi KEK secara
mandiri dan dapat melapor ke kader jika LiLA < 23,5.
4. Penandatanganan Surat Kerja Sama antara RW 09 Cibogo dengan
Puskesmas Sitopeng
Kerja sama ini dilakukan agar terjalin komitmen untuk
menjalankan program pengukuran LiLA secara mandiri di RW 09 dan
komitmen Puskesmas untuk melakukan intervensi dini dan penanganan
ibu hamil dan wanita usia subur yang KEK.
5. Ibu Hamil Dapat Melakukan Pengukuran LiLA secara Mandiri
Dengan pengukuran LiLA secara mandiri, ibu hamil dan wanita
usia subur dapat mengetahui status gizinya masing-masing tanpa perlu
mengkhawatirkan cakupan program pengukuran status gizi oleh kader
yang rendah.
6. Ibu Hamil Dapat Mendeteksi KEK secara Mandiri
Jika deteksi KEK dapat dilakukan sedini mungkin pada ibu hamil
atau bahkan sejak sebelum Wanita Usia Subur itu hamil, maka dapat
dilakukan intervensi untuk mengatasi KEK tersebut.
7. Kader Melakukan Pendataan Ibu Hamil KEK
Ibu hamil yang KEK akan melapor ke Kader sebagai koordinator
program untuk di data dan dilaporkan ke Bidan Wilayah setempat di
Puskesmas.
8. Bidan Wilayah Melakukan Intervensi Dini
Setelah diketahui data ibu hamil dan wanita usia subur yang
mengalami KEK, bidan wilayah akan melakukan intervensi dini terhadap
ibu hamil dan wanita usia subur yang mengalami KEK agar dapat
mengurangi angka kejadian KEK.
28

9. Konsultasi Ibu Hamil KEK saat kunjungan Dokter Spesialis


Saat kunjungan dokter spesialis yang dilakukan setiap bulan sekali
di Puskesmas, wanita usia subur dan ibu hamil yang KEK akan di
konsulkan kembali kepada dokter spesialis untuk penanganan yang lebih
lanjut
29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pengisian kuesioner di tiga titik di RW 09 Cibogo pada


tanggal 13 dan 14 Desember 2016, didapatkan persentase hasil kuesioner
pengetahuan gizi pada saat kehamilan
Angket/ kuesioner disebarkan di beberapa titik posyandu, dimana RW 09
cibogo memilki tiga titik posyandu: Titik 1 (RT 01 dan RT 06), titik 2 ( RT 05 dan
RT 07), titik 3 ( RT 02, RT 03 dan RT 04).
Tabel 4. 1 Persentase Hasil Pembagian Kuesioner
No Tempat Jumlah responden Hasil pesentase
1 Titik 1 20 orang Pengetahuan Baik : 61%
Pengetahuan Buruk :
39%
2 Titik 2 33 orang Pengetahuan Baik : 52%
Pengetahuan Buruk : 48%
3 Titik 3 27 orang Pengetahuan Baik : 60%
Pengetahuan Buruk : 40%

Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukan bahwa titik 2 mempunyai hasil


persentase pengetahuan buruk paling besar sebanyak 48%, kemudian diikuti titik
3 dengan hasil pengetahuan buruk 40% dan titik 1 denga hasil pengetahuan buruk
39%.
Berdasarkan data yang telah didapatkan kami melakukan kegiatan
penyuluhan dan pelatihan LiLA yang dilaksanakan pada tanggal 17 Desember
2016 di titik 2 ( RT 05 dan RT 07). Pengukuran LILA dilakukan melalui
urutanurutan yang telah ditetapkan. Ada 7 urutan pengukuran LILA
(Supariasa, 2010) yaitu menetapkan posisi bahu dan siku, meletakkan pita
antara bahu dan siku, menentukan titik tengah lengan, melingkarkan pita LILA
pada tengah lengan, pita jangan terlalu dekat, pita jangan terlalu longgar.
30

Ambang batas LILA pada WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah
23,5cm, apabila ukuran LILA kurang dari 23,5cm atau dibagian merah pita LILA,
artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK, dan diperkirakan akan
melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian,
kurang gizi, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak
Pengukuran Kegiatan yang kami lakukan ini dihadari 60 orang, pada saat
kegiatan berlangsung kegiatan berjalan dengan lancar dan antusiasme masyarakat
yang tinggi terhadap penyuluhan yang dilaksanakan oleh kelompok kami. Setelah
dilakukan penyuluhan dan pelatihan kami melakukan Post-Test dengan meminta
para ibu hamil dan wanita usia subur untuk mempraktekkan kembali cara
pengukuran LiLA. Dapat dilihat bahwa para ibu dan wanita usia subur dapat
melakukan kembali bagaimana cara pengukuran LiLA secara mandiri.
Setelah kegiatan berlangsung, kelompok kami membagikan pita meteran
untuk pengukuran LiLA. Tujuan pembagian pita meteran untuk mengukur LiLA
wanitas usia subur (WUS) secara mandiri agar bisa mendeteksi bahwa WUS
terkena KEK. Kurang energi kronik pada saat kehamilan dapat berakibat pada ibu
maupun pada janin yang dikandungnya. Terhadap ibu dapat menyebabkan resiko
dan komplikasi antara lain: anemia, perdarahan, berat badan tidak bertambah
secara normal dan terkena penyakit infeksi. Terhadap persalinan pengaruhnya
pada persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan
sebelum waktunya (premature), perdarahan. Terhadap janin menimbulkan
keguguran/abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada
bayi, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Setelah itu, hasil dari
pengukuran LiLA WUS yang mandiri tersebut, bisa dilaporkan ke kader untuk
dilakukan pencatatan. Kemudian hasil pencatatan tersebut dapat dilaporkan ke
bidan wilayah untuk dilakukan Intervensi lebih lanjut dari pihak Puskesmas untuk
dilakukan konsul ke dokter spesialis obstetri dan ginekologi.
31

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kegiatan RSBM merupakan program unggulan dari Dinas Kesehatan Kota
Cirebon dan salah satu program yang menunjukan keberhasilan dalam
menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi dikota cirebon maka
sudah sepantasnya apabila program tersebut kita apresiasi dan kita dukung
program tersebut. Namun pada kegiatan program tersebut tidak selamanya
berjalan lancar ada beberapa hal yang masalah yang terjadi pada kegiatan tersebut
seperti yang kami alami ketika melakukan kegiatan praktek belajar lapangan di
Puskesmas Sitopeng.
Masalah yang terjadi pada kegiatan RSBM di Puskesmas Sitopeng adalah
masih tingginya kasus angka kematian bayi serta kegiatan RSBM masih tidak
sesuai jadwal. Selain itu kematian bayi terbanyak disebabkan oleh bayi yang
BBLR dan faktor resiko dari lahirnya BBLR adalah ibu yang mengalami
Kekurangan Energi Kronik (KEK). Maka dari itu kami membuat sebuah
pemecahan masalah dengan Penyuluhan Gizi, Pelatihan Pengukuran LiLA, dan
Pembagian Pita Meteran

5.2 Saran
Kegiatan RSBM sudah baik dan sudah selayaknya dapat dicontoh oleh kota-
kota lain di Indonesia, namun untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan ini
dibutuhkan kerjasama lintas sektoral khususnya keterlibatan masyarakat yang
tinggal didaerah sekitar ibu hamil yang beresiko tinggi. Selain dapat mewujudkan
misi utama kegiatan RSBM juga dapat digunakan sebagai sarana pemberdayaan
masyarakat. Untuk mempertahankan minat masyarakat pada kegiatan ini,
pemberian penghargaan atas kepedulian mereka juga menjadi sangat penting.
Sehingga atas dasar itulah kami memberikan usulan tersebut.
32

DAFTAR PUSTAKA

Afrina, 2012. Hubungan Antara Asupan Protein Dengan Kekurangan Energi


Kronik (KEK) pada Ibu Hamil. Surakarta: UNS

Amurullah, S. 2013. Prosedur Pengukuran Lingkar Lengan Atas Pada Ibu Hamil
dengan Kekurangan Energi Kronik. Jakarta: Rineka Cipta.

Almatsier, 2011. Prinsip Dasar Ilmu GIzi. Jakarta: Garamedia Pustaka Utama.

Arisman, 2014. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.

Charles, 2010. Mengatur Pola Makan Saat Hamil. Jakarta: Rineka Cipta.

Saraswati. 2016. Resiko Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronik. DEPKES

Helena, Maria. 2013. Gambaran Pengetahuan Gizi. Jakarta: Gramedua Pustaka


Umum

Musbikin, 2014. Panduan Ibu Hamil dan Melahirkan. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Supriasa, 2010. Penilaian Status Gizi. Denpasar: EGC.

Anda mungkin juga menyukai