Anda di halaman 1dari 18

BAB I TINJAUAN PUSTAKA 2.

1 Definisi Skizofrenia adalah gangguan mental atau kelompok gangguan yang ditandai oleh kekacauan dalam bentuk dan isi pikiran (contohnya delusi atau halusinasi), dalam mood (contohnya afek yang tidak sesuai), dalam perasaan dirinya dan hubungannya dengan dunia luar serta dalam hal tingkah laku.2 Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada 5 yakni subtipe paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan residual. Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan deterioratif sederhana. 3 Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III skizofrenia dibagi ke dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci (undifferentiated), simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia. 4 2.2 Epidemiologi Penelitian insiden pada gangguan yang relatif jarang terjadi, seperti skizofrenia, sulit dilakukan. Survei telah dilakukan di berbagai negara, namun dan hampir semua hasil menunjukkan tingkat insiden per tahun skizofrenia pada orang dewasa dalam rentang yang sempit berkisar antara 0,1 dan 0,4 per 1000 penduduk. Ini merupakan temuan utama dari penelitian di 10-negara yang dilakukan oleh WHO. Untuk prevalensi atau insiden skizofrenia di Indonesia belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga untuk tiap-tiap subtipe skizofrenia.5 Prevalensinya antara laki-laki dan perempuan sama, namun menunjukkan perbedaan dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset yang lebih awal daripada perempuan. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun, sedangkan perempuan 25 sampai 35 tahun. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa laki-laki adalah lebih mungkin daripada wanita untuk terganggu oleh gejala negatif dan wanita lebih mungkin memiliki fungsi sosial yang lebih baik daripada laki-laki. Pada umumnya, hasil akhir untuk pasien skizofrenik wanita adalah lebih baik daripada hasil akhir untuk pasien skizofrenia lakilaki. Skizofrenia tidak terdistribusi rata secara geografis di seluruh dunia. Secara historis, prevalensi skizofrenia di Timur Laut dan Barat Amerika Serikat adalah lebih tinggi dari daerah lainnya.3
1

2.3 Etiologi Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun berbagai teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan hipotesis dopamin. Model diastesis stres merupakan satu model yang mengintegrasikan faktor biologis, psikososial dan lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa seseorang yang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diastesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stres, memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia. Komponen lingkungan dapat biologis (seperti infeksi) atau psikologis (seperti situasi keluarga yang penuh ketegangan). Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Teori tersebut muncul dari dua pengamatan. Pertama, kecuali untuk klozapin, khasiat dan potensi antipsikotik berhubungan dengan kemampuannya untuk bertindak sebagai antagonis reseptor dopaminergik tipe 2. Kedua, obat-obatan yang meningkatkan aktivitas dopaminergik (seperti amfetamin) merupakan salah satu psikotomimetik. Namun belum jelas apakah hiperaktivitas dopamin ini karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin atau terlalu banyaknya reseptor dopamin atau kombinasi kedua mekanisme tersebut. Namun ada dua masalah mengenai hipotesa ini, dimana hiperaktivitas dopamin adalah tidak khas untuk skizofrenia karena antagonis dopamin efektif dalam mengobati hampir semua pasien psikotik dan pasien teragitasi berat. Kedua, beberapa data elektrofisiologis menyatakan bahwa neuron dopaminergik mungkin meningkatkan kecepatan pembakarannya sebagai respon dari pemaparan jangka panjang dengan obat antipsikotik. Data tersebut menyatakan bahwa abnormalitas awal pada pasien skizofrenia mungkin melibatkan keadaan hipodopaminergik.3 Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur dopamin yaitu: 1. Mesolimbik dopamin pathways: merupakan hipotesis terjadinya gejala positif pada penderita skizofrenia. Mesolimbik dopamin pathways memproyeksikan badan sel dopaminergik ke bagian ventral tegmentum area (VTA) di batang otak kemudian ke nukleus akumbens di daerah limbik. Jalur ini berperan penting pada emosional, perilaku khususnya halusinasi pendengaran, waham dan gangguan pikiran. Antipsikotik bekerja melalui blokade reseptor dopamin ksususnya reseptor dopamin D2. Hipotesis hiperaktif mesolimbik dopamin pathways menyebabkan gejala positif meningkat.
2. Mesokortikal dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah VTA ke daerah serebral

korteks khususnya korteks limbik. Peranan mesokortikal dopamin pathways adalah


2

sebagai mediasi dari gejala negatif dan kognitif pada penderita skizofrenia. Gejala negatif dan kognitif disebabkan terjadinya penurunan dopamin di jalur mesokortikal terutama pada daerah dorsolateral prefrontal korteks. Penurunan dopamin di mesokortikal dopamin pathways dapat terjadi secara primer dan sekunder. Penurunan sekunder terjadi melalui inhibisi dopamin yang berlebihan pada jalur ini atau melalui blokade antipsikotik terhadap reseptor D2. Peningkatan dopamin pada mesokortikal dapat memperbaiki gejala negatif atau mungkin gejala kognitif.
3. Nigostriatal dopamin pathways: berjalan dari daerah substansia nigra pada batang otak

ke daerah basal ganglia atau striatum. Jalur ini merupakan bagian dari sistem saraf ekstrapiramidal. Penurunan dopamin di nigostriatal dopamin pathways dapat menyebabkan gangguan pergerakan seperti yang ditemukan pada penyakit parkinson yaitu rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun hiperaktif atau peningkatan dopamin di jalur ini yang mendasari terjadinya gangguan pergerakan hiperkinetik seperti korea, diskinesia atau tik. 4. Tuberoinfundibular dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah hipotalamus ke hipofisis anterior. Dalam keadaan normal tuberoinfundibular dopamin pathways mempengaruhi oleh inhibisi dan penglepasan aktif prolaktin, dimana dopamin berfungsi melepaskan inhibitor pelepasan prolaktin. Sehingga jika ada gangguan dari jalur ini akibat lesi atau penggunaan obat antipsikotik, maka akan terjadi peningkatan prolaktin yang dilepas sehingga menimbulkan galaktorea, amenorea atau disfungsi seksual.4 Selain dopamin, neurotransmiter lainnya juga tidak ketinggalan diteliti mengenai hubungannya dengan skizofrenia. Serotonin contohnya, karena obat antipsikotik atipikal mempunyai aktivitas dengan serotonin. Selain itu, beberapa peneliti melaporkan pemberian antipsikotik jangka panjang menurunkan aktivitas noradrenergik.3 2.4 Gejala dan Diagnosis Gejala dari skizofrenia paranoid berupa gejala positif dan negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.5 Gejala waham dan halusinasi dapat muncul dan terutama waham curiganya.3

Terlebih dahulu akan dibahas mengenai penegakan diagnosa skizofrenia. Adapun menurut DSM-IV sebagai berikut: A. Gejala Karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil): 1) Waham 2) Halusinasi 3) Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi) 4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas 5) Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan (avolition) Catatan: Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari perilaku atau pikiran pasien atau dua lebih suara yang saling bercakap-cakap satu sama lainnya. B. Disfungsi sosial/pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan). C. Durasi: tanda gangguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan. Pada 6 bulan tersebut, harus termasuk 1 bulan fase aktif (yang memperlihatkan gejala kriteria A) dan mungkin termasuk gejala prodormal atau residual. D. Penyingkiran gangguan skizoafektif atau gangguan mood: gangguan skizoafektif atau gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena: (1) tidak ada episode depresif berat, manik atau campuran yang telah terjadi bersama-sama gejala fase aktif atau (2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual. E. Penyingkiran zat/kondisi medis umum F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif 3 Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III sebagai berikut: Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas):

a) thought eco = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya sama tapi kualitasnya berbeda. thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya; b) delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau penginderaan khusus); delusion perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat; c) Halusinasi auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilkau pasien, atau Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara) atau Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh pasien d) Waham-waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa 2.5 Diagnosa Banding Skizofrenia residual merupakan salah satu diagnosa banding dari skizofrenia paranoid. PPDGJ-III memberikan pedoman diagnostik untuk skizofrenia residual yakni harus memenuhi semua kriteria dibawah ini untuk suatu diagnosis yang meyakinkan: a. Gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan
5

dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk. b. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia. c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia.5 2.6 Pengobatan Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk masing-masing subtipe skizofrenia. Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan gejala apa yang menonjol pada pasien. Pada skizofrenia paranoid, gejala positif lebih menonjol, maka adapun pengobatan yang disarankan kepada pasien obat-obat antipsikotik golongan tipikal (CPZ, HLP).4 Obat Risperidon adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamin tipe 2 serta antihistamin (H1). Menurut data penelitian, obat ini efektif mengobati gejala positif maupun negatif.3 Risperidon senyawa antidopaminergik yang jauh lebih kuat, berbeda dengan klozapin, sehingga dapat menginduksi gejala ekstrapiramidal juga hiperprolaktinemia yang menonjol. Meskipun demikian, risperidon dianggap senyawa antipsikotik atipikal secara kuantitatif karena efek samping neurologis ekstrapiramidalnya kecil pada dosis harian yang rendah.7 Klozapin termasuk obat antipsikotik atipikal yang juga mempunyai aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT 2) dan antagonis lemah pada reseptor dopamin tipe 2 juga bersifat antihistamin (H1). Efek samping berupa gejala ekstrapiramidal sangat minimal, namun mempunyai sifat antagonis -1 adrenergik yang bisa menimbulkan hipotensi ortostatik dan sedatif.6 Selain itu, dilaporkan terjadinya agranulositosis dengan insiden 1-2% ditambah harganya yang mahal. Klozapin adalah obat lini kedua yang jelas bagi pasien yang tidak berespon terhadap obat lain yang sekarang ini tersedia. Selain terapi obat-obatan, juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri dari terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi individual. Terapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi

interpersonal. Perilaku adaptif didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan sehingga frekuensi maladaptif atau menyimpang dapat diturunkan. Terapi berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan skizofrenia. Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasi dan menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan kesulitan. Setelah pemulangan, topik penting yang dibahas di dalam terapi keluarga adalah proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya. Selanjutnya diarahkan kepada berbagai macam penerapan strategi menurunkan stres dan mengatasi masalah dan pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas. Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan skizofrenia. Psikoterapi individual membantu menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting didalam psikoterapi adalah perkembangan hubungan terapeutik yang dialami psien adalah aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien. Ahli psikoterapi sering kali memberikan interpretasi yang terlalu cepat terhadap pasien skizofrenia. psikoterapi untuk seorang pasien skizofrenia harus dimengerti dalam hitungan dekade, bukannya sesi, bulanan, atau bahkan tahunan. Di dalam konteks hubungan profesional, fleksibilitas adalah penting dalam menegakkan hubungan kerja dengan pasien. Ahli terapi mungkin akan makan bersama, atau mengingat ulang tahun pasien. Tujuan utama adalah untuk menyampaikan gagasan bahwa ahli terapi dapat dipercaya, ingin memahami pasien dan akan coba melakukannya dan memiliki kepercayaan tentang kemampuan pasien sebagai manusia. Mandred Bleuler menyatakan bahwa sikap terapeutik terhadap pasien adalah dengan menerima mereka bukannya mengamati mereka sebagai orang yang tidak dapat dipahami dan berbeda dari ahli terapi.3 2.7 Prognosis Prognosis tidak berhubungan dengan tipe apa yang dialami seseorang. Perbedaan prognosis paling baik dilakukan dengan melihat pada prediktor prognosis spesifik di Tabel 2.13. Prognosis Baik Onset lambat Faktor pencetus yang jelas Prognosis Buruk Onset muda Tidak ada faktor pencetus
7

Onset akut Onset tidak jelas Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan pramorbid yang baik Gejala gangguan mood pramorbid yang buruk (terutama Perilaku menarik diri, autistik Gejala negatif Riwayat keluarga skizofrenia Sistem pendukung yang buruk Tanda dan gejala neurologis Riwayat trauma prenatal Tidak ada remisi dalam 3 tahun Banyak relaps Riwayat penyerangan

gangguan depresif) Gejala positif Riwayat keluarga gangguan mood Sistem pendukung yang baik

Walaupun skizofrenia bukanlah penyakit yang fatal, namun rata-rata kematian orang yang menderita skizofrenia dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum. Tingginya angka kematian berkaitan dengan kondisi buruk di institusi perawatan yang berkepanjangan yang menyebabkan tingginya angka Tuberkulosis dan penyakit menular lainnya. Namun, penelitian baru-baru ini pada orang-orang skizofrenia yang hidup dalam masyarakat, menunjukkan bunuh diri dan kecelakaan lain sebagai penyebab utama kematian di negara berkembang maupun negara-negara maju. Bunuh diri, khususnya, telah muncul sebagai masalah yang mekhawatirkan, karena risiko bunuh diri pada orang dengan gangguan skizofrenia selama hidupnya telah diperkirakan di atas 10%, sekitar 12 kali lebih tinggi dari populasi umum. Sepertinya ada sebuah peningkatan mortalitas untuk gangguan kardiovaskular juga, mungkin terkait dengan gaya hidup yang tidak sehat, pembatasan akses perawatan kesehatan atau efek samping obat antipsikotik.6

DAFTAR PUSTAKA 1. Suvisaari, Jana. Incidence and Risk Factors of Schizophrenia in Finland. University of Helsinki, Faculty of Medicine, Department of Public Health. 1999. Available from: http://ethesis.helsinki.fi/julkaisut/laa/kansa/vk/suvisaari/introduction.html [Accessed 1 Februari 2011] 2. Kumala, Poppy dkk. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. EGC. Jakarta:1998. 970 3. Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J., dan Grebb, Jack A. Sinopsis Psikiatri, Jilid I. Binarupa Aksara. Tangerang: 2010. 699-702, 720-727, 737-740 4. Syamsulhadi dan Lumbantobing. Skizofrenia. FK UI. Jakarta: 2007.26-34 5. Maslim, Rusdi.Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ- III. FK Unika Atmajaya. Jakarta:2001. 46, 50 6. Silva, J.A. Costa.Schizophrenia and Public Health. WHO. 1998. 6-13. Available from: www.who.int/mental_health/media/en/55.pdf [Accessed on 1 Februari 2011] 7. Goodman dan Gilman. Dasar Farmakologi Terapi Vol.I. EGC. Jakarta:2007.475,480 & 482

UNIVERSITAS ANDALAS 9

FAKULTAS KEDOKTERAN KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN 1. Identitas Pasien a. Nama/Kelamin/Umur b. Pekerjaan/pendidikan c. Alamat : Muslim / Pria/ 30 tahun : tidak bekerja/Tamat SMA : Tanjung aur

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga a. Status Perkawinan b. Jumlah Saudara c. Status Ekonomi : Belum Menikah : 9 orang : Berasal dari golongan ekonomi rendah dengan penghasilan perbulan 700.000 yang dikirim dari kakak kandungnya di Jakarta d. KB e. Kondisi Rumah : Tidak ada :

Rumah permanen, rumah orang tua, perkarangan kecil Ventilasi cukup Pencahayaan cukup Listrik ada Sumber air minum : Sumur Jamban ada 1 buah Sampah dibakar
10

f. Kondisi Lingkungan Keluarga Jumlah penghuni 1 orang, pasien tinggal sendirian di rumah orang tua nya. Kakak kandung yang pertama tinggal bersebelahan dengan rumah pasien. Pasien anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Kakak dan adek kandung pasien banyak tinggal dijakarta.

3. Aspek Psikologis di keluarga Hubungan di dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya kurang baik. Pasien sering marah-marah ketika sakitnya kambuh. Tapi pasien tidak pernah menganggu lingkungan sekitarnya.

4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga Pasien sudah menderita sakit seperti ini sejak 4 tahun yang lalu Adek ibu pasien pernah menderita penyakit yang sama, tapi sudah meninggal tahun 2000.

5. Keluhan Utama Sering marah-marah sejak 1 minggu yang lalu

6. Riwayat Penyakit Sekarang Autoanamnesa Sering marah-marah sejak 1 minggu yang lalu, pasien tidak tahu alasan kenapa sering marah-marah Pasien sering merasa gelisah dan susah tidur Pasien merasa pernah berbicara dengan setan dan jin yang selalu menghibur nya dan memberikan gambaran dia sukses ditahun tahun kedepan sejak 4 tahun yang lalu
11

Pasien curiga tetangga depan rumahnya marah-marah dengannya karena nilai anak tetangga tersebut rendah

Alloanamnesa Suami dari kakak kandung Pasien Pasien dulu sekolah S1 di universitas bunghatta tapi di DO karena telah lama tidak ikut kuliah. Pasien sibuk bekerja dijakarta saat kuliah. Awalnya, sekitar tahun 2006, ketika pasien baru mendapat kabar di DO , pasien berbicara kasar ke orang tua di mesjid Jakarta karena tersinggung akan kata-kata orang tua tersebut. Beberapa hari setelah itu pasien menjadi pemarah, suka berbicara sendiri, ketawa-ketawa sendiri dan merasa kalo dia telah menyelesaikan sekolah S1 nya, dan di DO ketika sekolah S2. Kemudian pasien pernah dirawat di RSJ HB Saanin tahun 2007 selama 1 bulan, pulang paksa, kontrol tidak teratur, nama obat pasien lupa. Akhir-akhir ini pasien sering nyanyi-nyanyi sendiri dan suka mengaji. Pasien dikenal sesosok anak yang alim, sopan, patuh terhadap orang tua.

7. Pemeriksaan Fisik Status Generalis Keadaan Umum Kesadaran Nadi Nafas TD Suhu BB Mata : Baik : CMC : 84x/ menit : 23x/menit : 110/70 mmHg : 370C : 58 kg TB : 165 cm

: Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik

12

KGB

: tidak ada pembesaran KGB

Thorax Paru Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : tidak tampak membuncit, Distensi (-), : Hepar/Lien tidak teraba, NT (-), NL (-), : Tympani : Bising usus (+) normal : Iktus tidak terlihat : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V : Batas-batas jantung dalam batas normal : Irama teratur, bising (-) : simetris kiri = kanan : fremitus kiri = kanan : sonor : suara nafas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)

Status Psikiatri Keadaan umum a. Kesadaran b. Sikap c. Tingkah laku motorik d. Ekspresi fasial : kompos mentis : kooperatif : aktif : sederhana
13

perhatian insiatif

: baik : ada

e. verbalisasi dan cara bicara : lancar f. kontak psikik : dapat dilakukan, cukup wajar, lama.

I.

Keadaan spesifik A. Keadaan alam perasaan 1. Keadaan Afektif 2.Hidup Emosi : hipertim : a. Stabilitas b. pengendalian c. echt-unecht d. einfuhlung e. dalam dangkal : tidak stabil : cukup : echt : adekuat : dalam

f. skala diferensiasi : luas g. arus emosi B. Keadaan dan fungsi intelek a. daya ingat b. daya konsentrasi : bagus : bagus : biasa aja

c. orientasi(waktu, tempat, personal, situasi) : tidak terganggu d. luas pengetahuan umum dan sekolah e. dugaan taraf intelegensia f. discrinimative insight g. discriminative judgement h. kemunduran intelek C. Kelainan sensasi dan persepsi
14

: sukar dinilai : rata-rata normal : terganggu : terganggu : tidak ada

a. ilusi b. halusinasi - akustik - visual

: Tidak ada : ada, 1 minggu yang lalu, sekarang masih ada : ada, 1 minggu yang lalu, sekarang masih

- olfactorik : tidak ada, - taktil : tidak ada

- gustatorik : tidak ada D. Keadaan proses berfikir 1. Kecepatan proses berfikir 2. Mutu proses berfikir a. jelas dan tajam b. sirkumtansial c. inkoherent d. terhalang e. terhambat f. meloncat-loncat : jelas,tajam : tidak ada : ada : tidak ada : tidak ada : ada : Bagus

g. verbigerasi persevarative : tidak ada

3. Isi pikiran a. pola sentral b. fobia c. obsesi d. delusi


15

: tidak ada : ada, : tidak ada : ada, waham kebesaran

e. kecurigaaan f. konfabulasi

: ada : tidak ada

g. rasa permusuhan/ dendam : tidak ada h. perasaan inferior i. banyak/sedikit j. perasaan berdosa k. hipokondria l. lain-lain : tidak ada : banyak : ada : tidak ada : tidak ada

E. Kelainan dorongan instingtual dan perbuatan a. Abulia b. Stupor c. Raptus d. Kegaduhan umum e. Deviasi seksual f. Ekhopraksia g. Vagabondage h. Piromani i. Mannarisme j. Lain-lain F. Anxietas yang terlihat overt G. Hubungan dengan realita : ada : terganggu : ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada

8. Laboratorium tidak ada


16

9. Diagnosis Kerja Skizofrenia paranoid

10. Diagnosis Banding Skizofrenia residual

11. Manajemen a. Preventif : mengelola stress dengan baik

b. Promotif : Edukasi terhadap keluarga pasien dan pasien tentang penyakitnya dan membutuhkan pengobatan yang lama. c. Kuratif :

Chlorpromazin 1X100 mg/ hari Haloperidol 1X1,5 mg / hari Vitamin B comp 3X1 tab

d. Rehabilitatif : Kontrol teratur ke puskesmas karena membutuhkan pengobatan yang lama

17

Dinas Kesehatan Kodya Padang Puskesmas Air Dingin

Dokter Tanggal

: dr. Mitra Pramana : 30 Agustus 2012

R/ Chlorpromazin tab 100 mg S1 dd tab I

No. X

R/ Haloperidol tab 1,5 mg S1 dd tab I

No. X

R/ Vitamin B Kompleks S 3 dd tab I

No. X

______________________________________

Pro Umur Alamat

: Muslim hamid : 34 tahun : Tanjung Aur

18

Anda mungkin juga menyukai