Anda di halaman 1dari 14

TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN BENCANA

PJMK Dosen:
Merina Widyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh:
Hanaz Rona Ayatillah Qatrun Nada
NIM: 161.0040

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2019
RESUME 1
KONSEP BENCANA

1. Definisi Bencana
Bencana dapat didefinisikan dalam berbagai arti baik secara normatif
maupun pendapat para ahli. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007,
bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis.

2. Factor Penyebab Bencana


Terdapat 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya bencana, yaitu : (1) Faktor alam
(natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada campur tangan manusia.
(2) Faktor non-alam (nonnatural disaster) yaitu bukan karena fenomena alam dan
juga bukan akibat perbuatan manusia, dan (3) Faktor sosial/manusia (man-made
disaster) yang murni akibat perbuatan manusia, misalnya konflik horizontal,
konflik vertikal, dan terorisme.
3. Jenis Bencana
Jenis Bencana Berdasarkan penyebab cakupan wilayah (UU no 24 thn 2007)
- Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor.
- Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
- Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
4. Tahapan Bencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi:
- Pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta
peringatan dini;
 Pencegahan (prevension) : Upaya untuk menghilangkan atau mengurangi
kemungkinan timbulnya suatu ancaman. Namun perlu disadari bahwa
pencegahan tidak bisa 100% efektif terhadap sebagian besar bencana.
 Mitigasi (mitigation) : Upaya yang dilakukan untuk mengurangi
dampak buruk dari suatu ancaman. Misalnya : penataan kembali lahan desa
agar terjadinya banjir tidak menimbulkan kerugian besar.
 Kesiap-siagaan (preparedness) : persiapan rencana untuk bertindak
ketika terjadi(atau kemungkinan akan terjadi) bencana. Perencanaan terdiri
dari perkiraan terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat
danidentifikasi atas sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Perencanaan ini dapat mengurangi dampak buruk dari suatu
ancaman.
- Tanggap Darurat saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat
untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue
(SAR), bantuan darurat dan pengungsian
- Pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan
rekonstruksi.
 Pemulihan (recovery); adalah suatu proses yang dilalui agar kebutuhan
pokok terpenuhi. Proses recovery terdiri dari:
 Rehabilitasi : perbaikan yang dibutuhkan secara langsung yang sifatnya
sementara atau berjangka pendek.
 Rekonstruksi : perbaikan yang sifatnya permanen
RESUME 2
ASPEK LEGAL KEPERAWATAN BENCANA

1. Regulasi Penanggulangan bencana di Indonesia


- UU no 24 Tahun 2007
- Peraturan presiden no 8 tahun 2008
- Peraturan pemerintah no 21 Tahun 2008
- Peraturan kepala BNPB no 4 tahun 2008
- UU no 36 thn 2009
- Peraturan Kepala BNPB no 7 tahun 2008 Pedoman Komando tanggap
darurat bencana
2. Organisasi Disaster di Jepang
- JMA : Japan Metorological Agency
- GSJ : Geology Survey Japan
- ERSDAC : Earth Remote Sensing Data Analysis Center
- EPOS : Earthquake Phenomena Observation System
- NIED : National Research Institute for Earth Science and Disaster
Prevention
3. Sistem pelayanan kesehatan
a. Pelayanan Kesehatan Lumpuh
- Korban Sangat Banyak, Fasilitas Pelayanan Kesehatan Sangat Kurang
- Rumah Sakit yang Operasional 1 (satu) Unit
- Tenaga Kesehatan yang bekerja Sangat Terbatas
- Pelayanan Profesional tidak dapat dilakukan
- Logistik Kesehatan kurang/tak tersedia siap pakai
b. Labolatorium Kesehatan Daerah Lumpuh
- LABKESDA aktif kembali setelah hari ke 7 (Bantuan
- Badan LITBANG DEPKES RI)
- Petugas labkes banyak yang menjadi korban
- Peralatan laboratorium tidak banyak yang rusak
RESUME 3
KONSEP TRIAGE BENCANA

Bencana merupakan peristiwa yang terjadi secara mendadak atau tidak


terncana atau secara perlahan tetapi berlanjut, baik yang disebabkan alam maupun
manusia, yang dapat menimbulkan dampak kehidupan normal atau kerusakan
ekosistem, sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong,
menyelamatkan manusia beserta lingkunganya.
Saat penolong (tenaga medis) memasuki daerah bencana yang tentunya banyak
memiliki koran yang terpapar hal yang pertama kali harus dipikirkan oleh penolong
adalah penilaian triase. Triase dibagi menjadi penilaian triase pada psikologis korban
dan menilai triase medis.
Dalam Triase Medis sebaiknya menggunakan metode START (Simple Triage
and Rapid Treatment) yaitu memilih korban berdasarkan pengkajian awal terhadap
penderita degan menilai Respirasi, Perfusi, dan Status Mental. Langkah-langkah yang
harus dilakukan penolong saat terjadi bencana :
1. Respirasi
- Tidak bernapas, buka jalan napas, jika tetap tidak bernapas beri TAG
HITAM
- Pernfasan >30 kali /menit atau <10 kali /meni beri TAG MERAH
- Pernafasn 10-30 kali /menit: lanjutkan ke tahap berikut
2. Cek perfusi (denyut nadi radial) atau capillary refill test (kuku atau bibir
kebiruan)
- Bila CRT > 2 detik: TAG MERAH
- Bila CRT < 2 detik: tahap berikutnya
- Bila tidak memungkinankan untu CRT (pencahayaan kurang), cek nadi
radial, bila tidak teraba/lemah; TAG MERAH
- Bila nadi radial teraba: tahap berikutnya
3. Mental Status
- Berikan perintah sederhana kepada penderita, jika dapat mengikuti perintah:
TAG KUNING
- Bila tidak dapat mengikuti perintah: TAG MERAH
4. Tindakan yang haru CEPAT dilakuakn adalah :
- Buka jalan napas, bebaskan benda asing atau darah
- Berikan nafas buatan segara jika korban tidak bernafas
- Balut tekan dan tinggikan jika ada luka terbuka/perdarahan
Setelah memberikan tindakan tersebut, penolong memberikan tag/kartu sesuai
penilaian triase (hijau, kuning, merah, hitam), setelah itu menuju korban lainya yang
belum dilakukan triase. Triase wajib dilakukan dengan kondisi ketika
penderita/korban melampaui jumlah tenaga kesehatan.
5. Pertolongan Pertama
a. Sumber Daya Manusia
- Sukarelawan
- Petugas damkar
- Polisi
- Tenaga unit khusus
- Tim medis gadar
- Perawat gadar terlatih
b. Lokasi
- Lokasi bencana sebelum korban dipindahkan
- Tempat penampungan sementara
- Tempat hijau pada pos medis lanjutan
- Dalam ambulans
- Jalan napas
- Fungsi pernapasan
- Fungsi jantung
- Perdarahan
- Immobilisasi
- Pembalutan
RESUME 4
PENGELOLAAN KEGAWATDARURATAN

1. Manajemen & Koordinasi


a) Manajemen Tanggap Darurat diperlukan 3 C:
- Command (komando)
- Control (pengendalian)
- Coordination (kordinasi )
b) Bentuk kegiatan:
- Mendirikan POSKO
- Membuat Tim Reaksi Cepat Kegiatan ini merupakan tugas:
BAKORNAS, SATKORLAK dan SATLAK
2. Perlindungan & Pendataan
Kegiatan ini meliputi :
a. Evakuasi korban yg masih hidup dan meninggal
b. Memberikan pertolongan dan perlindungan bagi korban selamat
c. Menerima dan memberikan tempat penampungan sementara
d. Mendata dan mencatat agar memudahkan dalam pengurusan pelayanan
Tugas ini dilakukan oleh Pemda (Dinas Kependudukan)
3. Pangan
a. Pada tahap awal yg diberikan adalah makanan siap santap, karena tidak
dapat memasak.
b. Pendirian dapur umum Pemberian jatah hidup per keluarga, apabila sudah
didata dan mendapatkan tempat penampungan
c. Jenis pangan disesuaikan dengan makanan pokok setempat
4. Logistik & Transportasi
a. Pengumpulan, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran bantuan logistik
sangat diperlukan pada tanggap darurat.
b. Diperlukan gudang dan sarana transportasi
c. Perbaikan prasarana jalan dan jembatan, pelabuhan dan bandara sangat
vital.
d. Dukungan transportasi sangat ditentukan oleh ketersediaan bahan bakar
minyak (BBM). Dikoordinasikan oleh Departemen Perhubungan
5. Kesehatan dan Nutrisi
a. Setiap korban bencana mendapat perawatan kesehatan secara gratis di
puskesmas dan RS rujukan
b. Pemerintah menyediakan tenaga medis, peralatan kesehatan dan obat-
obatan.
c. Di samping itu dilakukan pula imunisasi dan vaksinasi guna mencegah
timbulnya penyakit.
d. Kegiatan ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan.
RESUME 5
PERAWATAN PSIKOSOSIAL & SPIRITUAL PADA KORBAN BENCANA

1. Dampak bencana pada aspek psikologis


Berdasarkan hasil penelitian empiris, dampak psikologis dari bencana dapat
diketahui bendasarkan tiga faktor yaitu faktor pra bencana, faktor bencana dan
faktor pasca bencana (Tomoko, 2009)
a. Faktor pra bencana. Dampak psikologis pada faktor pra bencana ini dapat
ditinjau dari beberapa hal dibawah ini:
1) Jenis kelamin. Perempuan mempunyai resiko lebih tinggi terkena dampak
psikologis dibanding laki-laki dengan perbandingan ≥2:1
2) Usia dan pengalaman hidup. Kecenderungan kelompok usia rentan stres
masing-masing negara berbeda karena perbedaan kondisi sosial, politik,
ekonomi, dan latar belakang sejarah negara yang bersangkutan.
3) Faktor budaya, ras, karakter khas etnis.
b. Faktor bencana. Pada faktor ini, dampak psikologis dapat ditinjau dari
beberapa hal dibawah ini:
1) Tingkat keterpaparan. Keterpaparan seseorang akan masalah yang
dihadapi merupakan variabel penting untuk memprediksi dampak
psikologis korban bencana
2) Ditinggal mati oleh sanak keluarga atau sahabat
3) Diri sendiri atau keluarga terluka
c. Faktor pasca bencana. Dampak psikologis pasca bencana dapat diakibatkan
oleh kegiatan tertentu dalam siklus kehidupan dan stres kronik pasca bencana
yang terkait dengan kondisi psykitrik korban bencana.
2. Dampak Bencana Pada Aspek Spiritual
Kejadian bencana dapat merubah pola spiritualitas seseorang. Ada yang
bertambah meningkat aspek spiritualitasnya ada pula yang sebaliknya. Bagi yang
meningkatkan aspek spiritualitasnya berarti mereka meyakini bahwa apa yang
terjadi merupakan kehendak dan kuasa sang Pencipta yang tidak mampu di
tandingi oleh siapapun.
3. Respon psikososial kehilangan dan berdukacita-berkabung, dapat
digambarkan dalam uraian dibawah ini:
a. Tipe dan sumber – sumber kehilangan
b. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi respon kehilangan antara lain jenis
kelamin, budaya, keyakinan spiritual, dan sosial ekonomi.
c. Koping terhadap kehilangan. Menurut Kozier, dkk (2004), usia
mempengaruhi pemahaman dan reaksi kehilangan.
RESUME 6
PERTOLONGAN KORBAN BENCANA DAN PENANGGULANGAN
BENCANA

1. Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana


Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana. Sebagaimana didefinisikan dalam UU
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Rangkaian kegiatan tersebut apabila
digambarkan dalam siklus penanggulangan bencana adalah sebagai berikut. Pada
dasarnya penyelenggaraan adalah tiga tahapan yakni:
1. Pra bencana yang meliputi:
- situasi tidak terjadi bencana
- situasi terdapat potensi bencana.
2. Saat Tanggap Darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana
3. Pascabencana yang dilakukan dalam saat setelah terjadi bencana
2. Perencanaan Penanggulangan Bencana
Rencana penanggulangan bencanaditetapkan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.
Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh:
1. BNPB untuk tingkat nasional
2. BPBD provinsi untuk tingkat provinsi
3. BPBD kabupaten/kota untuk tingkat kabupaten/kota
Rencana penanggulangan bencana ditinjau secara berkala setiap 2 (dua)
tahun atau sewaktu-waktu apabila terjadi bencana.
3. Kompetensi Perawat Dalam Manajemen Bencana
Amelia (2007) menjelaskan, untuk menjadi perawat bencana harus
mempunyai kompetensi khusus sesuai posisinya. Bila dalam posisi manajer
keperawatan, maka seorang perawat bencana harus mempunyai kompetensi:
a. Mampu membuat keputusan cepat dalam rangka mengatasi masalah
bencana, misalnya menentukan staf (SDM) yang dilibatkan dalam
penanganan bencana, memenuhi alat dan obat-obatan yang harus disiapkan,
dan mampu memenuhi kebutuhan logistik penanganan bencana.
b. Mampu melakukan koordinasi dengan baik pada saat terjadi bencana
Sedangkan sebagai pelaksana keperawatan.
4. Peran Perawat Dalam Manajemen Bencana
Tujuan tindakan keperawatan yang dilakukan selama bencana adalah untuk
mencapai kemungkian tingkat kesehatan terbaik bagi masyarakat korban. Jika
perawat berada di pusat area bencana, ia diharapkan mampu atau ikut melakukan
evakuasi dan memberi pertolongan pertama pada korban.
RESUME 7
TAHAPAN BENCANA DAN PRINSIP PEMULIHAN PASCA BENCANA

Seluruh prosedur penanggulangan bencana sebagaimana dijelaskan di atas pada


dasarnya merujuk dan harus mengarah pada prinsip-prinsip penanggulangan untuk
bencana yang telah dirumuskan oleh para ahli, adapun prinsip-prinsip tersebut adalah:

1. Cepat dan tepat. Di Indonesia banyak sekali bencana, macam-macam bencana


alam di Indonesia antara lain banjir, tanah longsor, gunung meletus. Sudah
sewajarnya kalau penanggulangan bencana harus dilakukan secara tepat dan
tepat, sebab bila tidak akan mengakibatkan lebih banyak korban dan lebih banyak
kerugian.
2. Prioritas. Harus mengetahui mana yang diprioritaskan dalam prosesnya, sudah
tentu jika penyelamatan nyawa harus selalu didahulukan dibandikan
penyelamatan harta benda dan seterusnya berdasarkan skala prioritas.
3. Koordinasi. Merupakan bentuk koordinasi antara Pemerintah dan Masyarakat
harus mampu melakukan hubungan yang baik dan saling mendukung.
4. Berdaya guna. Penanganan bencana harus berdaya guna bagi kesejahteraan
masyarakat pasca bencana dan rasa trauma atas bencana yang terjadi.
5. Transparansi. Transparansi bahwa segala bentuk penangulangan bencana harus
terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Kemitraan. Tidak hanya tanggung jawab pemerintah saja yang dalam
menanggulangi bencana, akan tetapi semua lapisan masyarakat juga harus ikut
serta.
7. Pemberdayaan. Umumnya langkah pemberdayaan dilakukan dengan cara
mengadakan pelatihan-pelatihan dan seminar mengenai bencana di kawasan
rawan bencana.

Penanggulangan Saat Terjadi Bencana

Merupakan tahap paling krusial yang harus mendapat perhatian seluruh lapisan
masyarakat dan pemerintah. Langkah-langkah yang dipilih pun harus tepat guna agar
jumlah korban atau kerugian dapat diminimalisir. Adapun bentuknya antara lain
sebagai berikut:

1. Tanggap darurat. Cara ini berkaitan dengan respon cepat dan tepat jika sewaktu-
waktu terjadi bencana.
2. Penanggulangan bencana. Cara ini hanya bisa dilakukan oleh para pihak yang
memang memiliki pengetahuan dasar dan berfokus pada bidang penanggulangan
bencana.
3. Faktor-faktor pemicu bencana harus mampu dianalisis secara tepat. Hal-hal yang
umumnya dilakukan adalah:
a. Penyelamatan korban bencana ke daerah yang lebih aman;
b. Penyelamatan harta benda yang mungkin masih bisa diselamatkan;
c. Menyiapkan tempat penampungan sementara bagian para pengungsi seperti tenda-
tenda darurat;
d. Menyediakan dapur umum;
e. Menyediakan air bersih dan sarana kesehatan.
4. Penanggulangan Pasca Bencana.
Proses ini sebenarnya lebih fokus pada bentuk rehabilitasi dan rekontruksi setelah
suatu bencana terjadi. Adapun pengertian dari masing-masing tersebut adalah:
a. Rehabilitasi.
b. Rekontruksi.

Anda mungkin juga menyukai