Anda di halaman 1dari 59

HUBUNGAN RIWAYAT DIABETUS MELITUS DENGAN

KEJADIAN KATARAK PADA PENDERITA KATARAK


DI KLINIK KURNIA MEDICAL CENTER
PRINGSEWU TAHUN 2016

SKRIPSI

Oleh
SUKOCO PANGGIH RIZEKI
NPM 142012014054P

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2016
HUBUNGAN RIWAYAT DIABETUS MELITUS DENGAN
KEJADIAN KATARAK PADA PENDERITA KATARAK
DI KLINIK KURNIA MEDICAL CENTER
PRINGSEWU TAHUN 2016

Skripsi

Dipenuhi Untuk Memenuhi salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Program Study Sarjana Keperwatan

Oleh
SUKOCO PANGGIH RIZEKI
NPM 142012014054P

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2016
PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Telah diperiksa dan disetujui untuk di uji di hadapan TIM Penguji Skripsi

Judul skripsi : Hubungan antara Diabetus Melitus dengan kejadian

katarak pada penderita Katarak di Klinik Kurnia Medical

Center Pringsewu 2016

Nama mahasiswa : Sukoco Panggih Rizeki

NPM : 142012014054P

MENYETUJUI

Pembimbing 1

Ns. Asri Rahmawati, S.Kep., M.Kes


NBM 909 724

Pembimbing II

Analia Kunang, S.ST., M.Kes


NIDN 0213038802
PENGESAHAN PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA DIABETUS MELITUS DENGAN KEJADIAN


KATARAK PADA PENDERITA KATARAK DI KLINIK KURNIA
MEDICAL CENTER PRINGSEWU 2016

Skripsi oleh Sukoco Panggih Rizeki ini telah diperiksa dan dipertahankan di
hadapan tim penguji Skripsi dan dinyatakan lulus pada tanggal 4 Agustus 2016

Penguji I : Ns. Asri Rahmawati, S. Kep., M. Kes (.................)


NBM. 909 724

Penguji II : Analia Kunang, S. ST., M. Kes. (.................)


NIDN. 0213038802

Penguji III : Ns. Pira Prahmawati, S. Kep., M. Kes. (...........................)


NBM. 1194172

Tanggal Ujian : 4 Agustus 2016

Ketua Program Study

Ns. Marlinda, M. Kep., Sp., Kep. Mat


NBM. 909 729

Mengetahui,
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Muhammadiyah Peringsewu

N.s Asri Rahmawati, S.Kep., M.Kes


NBM. 909 724
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pringsewu Lampung

HUBUNGAN RIWAYAT DIABETES MELITUS DENGAN KEJADIAN


KATARAK PADA PENDERITA KATARAK DI KLINIK KURNIA
PRINGSEWU TAHUN 2016
Sukoco Panggih Rizeki

Xviii 49 hal + lamp + 6 tabel

ABSTRAK

Kebutaan dan masalah pengelihatan yang saat ini sering ditemui masyarakat
dunia. Masalah pengelihatan yang sering ditemui adalah katarak. Katarak
merupakan penyakit yang disebabkan oleh berbagai faktor, salah satu faktor yang
sering ditemui adalah diabetus melitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara riwayat diabetus melitus dengan kejadian katarak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, sampel penelitian
sebanyak 50 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan Total
sampling. Analisis statistik menggunakan uji chi square. Hasil penelitian univariat
variabel Diabetus melitus menunjukkan 30 respoden (60 %) memiliki riwayat
diabetus melitus, sedangkan variabel kejadian katarak sejumlah 41 responden
(82,0%) memiliki katarak Senilis. Hasil uji chi square menunjukkan ada
hubungan antara riwayat diabetus melitus dengan kejadian katarak (p=0,001) dan
nilai Odd Ratio 1,52. Oleh karena itu diharapkan pada petugas Kesehatan untuk
memberikan penyuluhan lebih lanjut kepada penderita maupun kelompok yang
memiliki resiko khususnya penderita diabetes melitus.
.

Kata kunci : Diabetes Melitus, Katarak


Referensi : 13 (2009-2015)
High School of Health Sciences Muhammadiyah Pringsewu Lampung

CORRELATIONS OF HISTORY DIABETES MELLITUS WITH


INCIDENT CATARACT IN CATARACT PATIENTS IN CLINICAL
KURNIA PRINGSEWU 2016

Sukoco Panggih Rizeki

Xviii 49 case + lamp + 6 tables

ABSTRACT

Blindness and vision problems are currently often encountered people of the
world. Vision problems often encountered is cataract. Cataract is a disease caused
by various factors, one factor that is often encountered is diabetus mellitus. The
purpose of this study was to determine the relationship between history diabetus
mellitus with cataract occurrence. This study using cross sectional, sample of 50
respondents. The sampling technique using total sampling. Statistical analysis
using chi square test. Results of univariate variables diabetus mellitus research
showed 30 respondents (60%) had a history of diabetus mellitus, whereas the
incidence of cataract variable number of 41 respondents (82.0%) had senile
cataract. Chi-square test results showed no relationship between a history diabetus
mellitus with cataract incidence (p = 0.001) and the value Odd Ratio of 1.52. It is
therefore expected on Health officers to provide more counseling to patients and
groups at risk in particular diabetes mellitus.

Keywords: Diabetes Mellitus, Cataract

References: 13 (2009-2015)
PERNYATAAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIK
Sebagai civitas akademik STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung, saya
yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Sukoco Panggih Rizeki
NIM : 142012014054P
Program studi : SI Keperawatan
Jenis karya : Skripsi
Judul : Hubungan riwayat Diabetus Melitus dengan Kejadian
Katarak Pada Penderita Katarak di Klinik Kurnia Medical
Center Pringsewu tahun 2016

Guna pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan, menyetujui memberikan


kepada STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung tanpa menuntut ganti rugi
berupa materi atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Hubungan riwayat Diabetus Melitus dengan Kejadian Katarak Pada


Penderita Katarak di Klinik Kurnia Medical Center Pringsewu tahun 2016

Dengan pernyataan ini STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung berhak


menyimpan, mengalih mediakan dalam bentuk format lain, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik hak atas karya.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di :

Pada tanggal :

Yang menyatakan

(SUKOCO PANGGIH RIZEKI)


NPM: 142012014054P
PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Ibundaku (Nasiyem) dan ayahandaku (Juwadi) yang selalu menyanyangi,

membimbing, dan mendoakan untuk keberhasilan dalam studi anaknya.

2. Adikku (Ahmad Nur Hidayat dan Indah Karunia) yang selalu menanti dan

siap menerima keberhasilan studiku

3. Rekan-rekan mahasiswa seperjuanganku yang selalu membantu dan

memberikan motivasi kepada penulis.

4. Almamater STIKes Muhammadiyah Pringsewu yang penulis cintai


RIWAYAT HIDUP PENULIS

Sukoco Panggih Rizeki dilahirkan di Sumber Agung pada tanggal 18 November

1992 yang merupakan buah cinta dari pasangan bapak Juwadi dan Ibu Nasiyem

Putra pertama dari 3 bersaudara. Penulis beragama islam dan bertempat tinggal di

Desa Pekon Sumber Agung Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu.

Riwayat pendidikan penulis yaitu SDN 4 Sumber Agung dan lulus pada tahun

2005, kemudian sekolah menengah Pertama di SMPN 1 Ambarawa lulus pada

tahun 2008, melanjutkan ke jenjang menengah atas di SMAN 1 ambarawa dan

lulus pada tahun 2011, melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi D3 Keperawatan

di STIKes Muhammdiyah pringsewu dan lulus pada tahun 2014, dan kemudian

melanjutkan S1 Konversi dan masih terdaftar sebagai mahasiswa STIKes

Muhammadiyah pringsewu hingga saat ini.


MOTTO

Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal
yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali.
Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat
meminta dan memohon.
(Penulis)

Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komitmen bersama
untuk menyelesaikannya
(Penulis)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt atas segala limpahan rahmat, hidayah dan

karunia-nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Hubungan Riwayat

diabetes mellitus dengan kejadian katarak pada penderita di Klinik Kurnia

Medical Center Pringsewu tahun 2016 dapat saya selesaikan. Skripsi penelitian

ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program

studi pada sarjana keperawatan.

Dalam penulisan skripsi penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,

untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ns. Asri Rahmawati S. Kep., M. Kes., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKes) Muhammadiyah Pringsewu dan selaku pembimbing I.

2. Ns. Marlinda M. Kep., Sp Mat. selaku ketua prodi S1 keperawatan

3. Ns. Analia Kunang, S.ST., M. Kes, selaku Pembimbing II yang telah

memberikan masukan kepada penulis.

4. Ns. Pira Prahmawati, S. Kep., M. Kes. selaku penguji

5. Bapak/ ibu dosen STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

6. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan doa dan semangat

sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

7. Seluruh dosen dan staf STIKes Muhamadiyah Pringsewu Lampung

8. Bapak, ibu, dan semua keluarga yang telah memberikan dukungan moril

dan materil serta doa sehingga terselesaikannya Skripsi penelitian ini.


9. Teman-teman satu angkatan STIKes Muhamadiyah Program Studi S.1

Keperawatan Pringsewu Lampung yang senantiasa member semangat dan

masukan dalam menyelesaikan Skripsi penelitian ini.

10. Terimakasih untuk teman-teman seperjuangan

Skripsi penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan. Akhirnya penulis

berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi

pembaca pada umumnya.

Pringsewu, Agustus 2016

Penulis

Sukoco Panggih Rizeki

NPM 142012014054 P
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i


HALAMAN JUDUL DENGAN PENGESAHAN ................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENELITIAN ...................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN ....................................... iv
ABSTRAK.............................................................................................. v
ABSTRAC .............................................................................................. vi
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI .......................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. viii
RIWAYAT HIDUP PENULIS .............................................................. ix
MOTTO ................................................................................................. x
KATA PENGANTAR ............................................................................ xi
DAFTAR ISI .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
D. Ruang lingkup ................................................................................. 5
E. Manfaat penelitian ........................................................................... 6

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Diabetus Melitus ................................................................. 7


B. Konsep Katarak....................................... ......................................... 15
C. Konsep Kerangka Teori ................................................................... 21
D. Kerangka Konsep ............................................................................ 21
E. Hipotesis ......................................................................................... 22

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ............................................................................. 23


B. Variabel penelitian ......................................................................... 24
C. Definisi operasional ........................................................................ 24
D. Populasi dan Sampel ....................................................................... 25
E. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 26
F. Etika penelitian ............................................................................... 26
G. Instrumen penelitian ....................................................................... 27
H. Pengumpulan data .......................................................................... 28
I. Pengolahan data ............................................................................. 29
J. Analisa data .................................................................................... 30
K. Jalannya penelitian ......................................................................... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran lokasi Penelitian ............................................................. 32


B. Hasil ............................................................................................... 34
C. Pembahasan .................................................................................... 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ..................................................................................... 42
B. Saran .............................................................................................. 43

LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori .................................................................. 21

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ............................................................... 21


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutaan dan gangguan pengelihatan merupakan masalah kesehatan yang

sering di sering di temui pada masyarakat pada saat ini. Kebutaan dan

kekeruhan lensa merupakan masalah kesehatan global yang harus segera

diatasi, karena dapat menyebabkan masalah berkurangnya kualitas sumber

daya manusia dan kehilangan produktifitas serta membutuhan biaya yang

cukup besar untuk pengobatannya. Diantara banyaknya masalah gangguan

pengelihatan yang sering ditemui pada masyarakat saat ini salah satunya adalah

katarak (WHO, 2013).

WHO memperkirakan bahwa terdapat lebih dari 25 juta kasus katarak di

seluruh dunia saat ini. Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup,

jumlah orang yang terkena semakin bertambah. Beberapa kasus di negara

berkembang, jumlah penderita yang bersedia untuk menjalani pengobatan jauh

dari angka yang diharapkan, sulit untuk mengatasi kasus-kasus baru yang

muncul dan benar-benar tidak mampu menangani kasus lama yang semakin

menumpuk, yang dalam hitungan konservativ berjumlah 10 juta di seluruh

dunia. Tahun 2014 di ASEAN diperkiran terdapat lebih dari 10 juta kasus

ditemukan, jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat seiring semakin

banyak faktor penyebab katarak yang ditemukan (WHO, 2015).


Prevalensi katarak di Indonesia mencapai 1,5% dari jumlah penduduk di

Indonesia menurut hasil survey pada tahun 2013. Berdasarkan angka tersebut,

katarak menempati urutan pertama sebagai penyebab utama terjadinya

kebutaan di Indonesia dengan presentase sebesar 0,78%. Walaupn katarak

umumnya adalah penyakit yang diderita pada usia lanjut, namun 16-20% kasus

buta katarak dialamai oleh penduduk Indonesia pada usia 40-54 tahun. Secara

Nasional 5 kabupaten/kota tertinggi dengan prevalensi katarak pada umur >30

tahun adalah propinsi Aceh Selatan (53,2%), Boalemo (47,6%), Aceh

barat daya (41,54%), Pidie (40,6%), Baelermo (47,6%), Pasaman (39,2%)

(Riskesdas, 2013).

Data Dinas Kesehatan di lampung pada tahun 2014 tercatat terdapat lebih dari

3654 kasus katarak, jumlah ini terus meningkat bila dibandingka dengan tahun

sebelumnya yang hanya mencapai 2308 kasus, jumlah ini diprediksi akan terus

meningkat seiring semakin meningkatnya berbagai faktor pencetus dan pola

hidup masyarakat yang kurang baik (Dinkes Provinsi Lampung, 2014).

Beberapa kaktor yang diduga dapat mempengaruhi kejadian katarak seperti

jenis usia, kelamin, pekerjaan, trauma mata, penyakit diabetes melitus,

merokok, mengkonsumsi alkohol dicurigai dalam peningkatan angka penderita

katarak. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit

katarak diharapakan dapat meningkatkan pencegahan dalam penurunan jumlah

penderita penyakit katarak (Ilyas, 2014).


Diabetes saat ini merupakan penyakit yang banyak di derita penduduk dunia.

Penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh manusia dan dapat

menimbulkan berbagai macam keluhan. Masalah yang akan di timbulkan

antara lain penyakit jantung, gangguan pembuluh darah, dan gangguan

penelitian mata, seperti katarak (Setyorego, 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh arimbi (2012) tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan katarak degeneratif di RSUD Budi Asih didapatakan hasil

faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian katarak adalah umur, tingkat

pendidikan, penghasilan, pekerjaan dan riwayat penyakit diabetes melitus.

Umur dengan nilai p value= 0,025 (p<0,05), trauma nilai p value 0,024

(p<0,05), riwayat penyakit diabetes melitus dengan nilai p value= 0,000

(p<0,05), merokok 0,007 (p<0,05) dan mengkonsumsi alkohol 0,035 (p<0,05).

Setelah di dilakukan pra survei pendahuluan di Klinik Kurnia Medical Center

Pringsewu didapatkan data pada Oktober sampai Desember pasien berjumlah

74 pasien, sedangkan pada Januari sampai Maret berjumlah 68 pasien dengan

usia rata-rata 50-70 tahun. Hasil wawancara dengan 20 pasien di dapatakan

hasil bahwa, 12 dari 20 pasien orang menderita diabetes melitus, dan 15 orang

pasien telah berusia lanjut, dan 6 pasien memilki riwayat merokok.

Mengingat besarnya dampak yang akan di timbulkan dari masalah gangguan

pengelihatan seperti katarak serta hubungannya dengan berbagai faktor,

sehingga peneliti tertarik untuk mengambil judul Hubungan Riwayat Diabetus


Melitus dengan kejadian katarak pada penderita katarak di Klinik Kurnia

Medical Center Pringsewu Tahun 2016.

B. Rumusan Masalah

Gangguan pengelihatan merupakan masalah yang saat ini sering ditemui, salah

satu masalah yang sering Katarak merupakan penyebab lebih dari 50% kasus

kebutaan di seluruh duni yang ditemukan saat ini. Banyak faktor yang

menyebabkan, diantaranya Adalah Diabetus Melitus

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah

Adakah hubungan antara Riwayat Diabetus Melitus dengan kejadian katarak

pada penderita katarak di Klinik Kurnia Medical Center Pringsewu Tahun

2016?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui adanya hubungan antara riwayat Diabetus Melitus dengan

kejadian katarak pada penderita katarak di Klinik Kurnia Medical Center

Pringsewu Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan Usia dan Jenis

kelamin di Klinik Kurnia Medical Center Pringsewu Tahun 2016.

b. Mengetahui distribusi frekuensi riwayat penderita Diabetus Melitus

pada penderita Katarak di Klinik Kurnia Medical Center Pringsewu

Tahun 2016.
c. Mengetahui ditribusi frekuensi Penderita Katarak di Klinik Kurnia

Medical Center Pringsewu Tahun 2016.

d. Menganalisis hubungan antara Diabetus Melitus dengan Kejadian

Katarak pada penderita Katarak di Klinik Kurnia Kabupaten Pringsewu

Tahun 2016.

D. Ruang lingkup

Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian yaitu: jenis

penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional.

Pokok penelitian adalah Diabetus Melitus berhubungan dengan kejadian

katarak. Sasaran penelitian adalah pasien yang menjalani pengobatan di Klnik

Kurnia Medical Center. Tempat Penelitian di lakukan di Klinik Kurnia

Medical Center Pringsewu. Waktu penelitian dilakukan dari bulan Mei

sampai Agustus 2016.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini Diharapkan dapat menambah pengetahaun serta

pengalaman, tentang katarak degeneratif dan berbagai faktor yang

mempengaruhinya.

2. Bagi Klinik/Instiusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Klinik

Medical Center untuk tidak hanya memberikan pengobatan tanpa


memperhatikan penyuluhan kesehatan tentang berbagai faktor pencetus

Katark itu sendiri.

3. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu rujukan dalam

pengembangan penelitian tentang berbagai faktor yang dapat

menyebabkan timbulnya katarak degeneratif selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Diabetus Melitus

1. Pengertian

Diabetus Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai

oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang

disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat

(Smeltzer & Bare 2010).

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan atau

mengalihkan (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna

manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang

mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.

Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan

ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel

terhadap insulin (Corwin, 2009).

Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan

berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah,

disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop

elektron (Mansjoer dkk, 2007)


2. Klasifikasi

Dokumen konsesus oleh American Diabetes Associations Expert

Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus,

menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)

a. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus

tergantung insulin (DMTI)

Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-

sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan

oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol

kadar gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30

tahun.

b. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes

Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II.

Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin

(resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin.

Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan

kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik

(suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol

hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari

30 tahun dan pada mereka yang obesitas.


c. DM tipe lain

Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat,

infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan

karakteristik gangguan endokrin.

d. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)

Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak

mengidap diabetes.

3. Etiologi

Menurut Corwin (2009) Etiologi Diabetus melitus adalah :

a. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)

1) Faktor genetic :

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi

mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah

terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan

pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte

Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang

bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun

lainnya.

2) Faktor imunologi :

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.

Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada

jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan

tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.


3) Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel pancreas,

sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau

toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat

menimbulkan destuksi sel pancreas.

b. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic

diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi

insulin.

Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya

mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan

dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak

terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin

mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel

tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan

transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI

terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat

disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif

insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal

antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar

glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan

meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang

beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia. Diabetes


Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin

(DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang

merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih

ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat

timbul pada masa kanak-kanak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,

diantaranya adalah:

1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65

tahun)

2) Obesitas

3) Riwayat keluarga

4) Kelompok etnik

4. Manifestasi klinis

Menurut Corwin (2009) manifestasi klinis Diabtes melitus adalah :

a. Diabetes Tipe I

1) Hiperglikemia berpuasa

2) Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia

3) Keletihan dan kelemahan

4) Ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,

nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)

b. Diabetes Tipe II

1) Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif


2) Gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,

poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi

vaginal, penglihatan kabur

3) Komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular

perifer)

5. Penatalaksanaan

a. Medis

Menurut Smeltzer & Bare (2010)T tujuan utama terapi DM adalah

mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam

upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik.

Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa

darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola

aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :

1) Diet

Syarat diet DM hendaknya dapat :

a) Memperbaiki kesehatan umum penderita

b) Mengarahkan pada berat badan normal

c) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik

d) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita

e) Menarik dan mudah diberikan

Prinsip diet DM adalah :

a) Jumlah sesuai kebutuhan

b) Jadwal diet ketat


c) Jenis : boleh dimakan / tidak

b. Latihan

Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :

1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam

sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada

penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin

dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.

2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore

3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen

4) Meningkatkan kadar kolesterol high density lipoprotein

5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan

dirangsang pembentukan glikogen baru.

6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena

pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

c. Penyuluhan

Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada

penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya:

leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.

d. Obat

1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang

tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan

sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini


biasanya diberikan pada penderita dengan berat badan normal dan

masih bisa dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit lebih.

2) Mekanisme kerja Biguanida

Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek

lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :

a) Menghambat absorpsi karbohidrat

b) Menghambat glukoneogenesis di hati

c) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin

3) Insulin

Indikasi penggunaan insulin

a) DM tipe I

b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan

OAD

c) DM kehamilan

d) DM dan gangguan faal hati yang berat

e) DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)

f) DM dan TBC paru akut

g) DM dan koma lain pada DM

h) DM operasi

i) DM patah tulang

j) DM dan underweight

k) DM dan penyakit Graves


Beberapa cara pemberian insulin

Suntikan insulin subkutan

Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 4 jam, sesudah

suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung

pada beberapa faktor antara lain :

4) Cangkok pankreas

Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup

saudara kembar (Corwin, 2009)

B. Katarak

1. Pengertian

Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat

terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa

atau dapat juga akibat dari kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua

mata dan berjalan progesif. (Mansjoer, 2006)

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi

(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-

duanya yang disebabkan oleh berbagai keadaan. (Sidarta Ilyas, dkk, 2008)

Katarak adalah opasitas lensa kristalina atau lensa yang berkabut (opak)

yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat

timbul pada saat kelahiran (katarak congenital) (Smeltzer & Bare, 2010)
Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh

akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga

pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan

progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang

(Corwin, 2009).

2. Etiologi

Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,

2009):

a. Usia lanjut dan proses penuaan

b. Congenital atau bisa diturunkan.

c. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok

atau bahan beracun lainnya.

d. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya

diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).

Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:

a. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada

mata.

b. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:

penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau

diabetes melitus.

c. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.


d. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang,

seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.

e. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Mansjoer,

2007,)

3. Klasifikasi

Berdasarkan garis besar Menurut Corwin (2009) katarak dapat

diklasifikasikan dalam golongan berikut :

a. Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative.

b. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.

c. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit

seperti DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang

akan menimbulkan katarak komplikata.

Pengaruh Umur Terhadap Katarak

Penyakit katarak tidak menimbulkan gejala rasa sakit tetapi dapat

menggangu penglihatan dari penglihatan kabur sampai menjadi

buta. penyakit katarak di Indonesia banyak terjadi pada umur di atas 40

tahun padahal sebagai penyakit yang degeneratif buta katarak umumnya

terjadi pada usia lanjut. Salah satu teori menyatakan bahwa suatu enzim

mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi,jumlah enzim

akan menurun dengan bertambahnya usia. Katarak biasanya terjadi

bilateral,namun mempunyai kecepatan yang berbeda,Kebanyakan katarak

berkembang secara kronik dan matang matang ketika orang memasuki

dekade ke tujuh (Smeltzer & Bare, 2010).


Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :

a. Katarak kongeniatal, Katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir

(sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun)

b. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah

usia 30 tahun

c. Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40 tahun

d. Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis

katarak ini merupakan proses degeneratif (kemunduran) dan yang paling

sering ditemukan.

4. Patofisiologi katarak

Menurut Smeltzer & Bare (2010) Lensa yang normal adalah struktur

posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju,

mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga

komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada

korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan

posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna

menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri

di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan

bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya

transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang

memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan


kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga

mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.

Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai

influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang

dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim

mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim

akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan

pasien yang menderita katarak.

Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau

sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang

normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak

meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan

vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.

5. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Corwin (2009) Pemerikasaan penunjang pada kasus katarak

adalah:

a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan

kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,

penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.

b. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis,

glukoma.

c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 25 mmHg)


d. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup

glukoma.

e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma

f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,

papiledema, perdarahan.

g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.

h. EKG, kolesterol serum, lipid

i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM

j. Keratometri.

k. Pemeriksaan lampu slit.

l. A-scan ultrasound (echography).

m. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.

n. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

6. Komplikasi

Menurut Corwin (2009) Pemerikasaan penunjang pada kasus katarak

adalah:

a. Glaucoma
b. Uveitis
c. Kerusakan endotel kornea
d. Sumbatan pupil
e. Endoftalmitis
f. Fistula luka operasi
g. Pelepasan koroid
h. Bleeding
C. Kerangka Teori

Skema 2.1

Faktor yang mempengaruhi


kejadian katarak:

1. Usia
2. Kongenital
3. Faktor lingkungan (seperti
merokok atau bahan beracun
lainnya) Katarak
4. Cedera mata
5. Penyakit metabolik
(Diabetes)
6. obat-obat tertentu (misalnya
kortikosteroid).

Sumber :Corwin (2009)

D. Kerangka konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian atau visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara

variabel yang satu dengan variabel yang lainnya yang ingin di teliti

(Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan kerangka teori di atas maka variabel

independen yang akan diteliti yaitu Diabetus Melitus, sedangkan variabel

dependen yang ingin di teliti adalah Kejadian Katarak.

Skema 2.2 Kerangka Konsep :

Diabetus Melitus Katarak


E. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara penelitian, patokan, dugaan

atau dalil sementara yang akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo,

2010).

Ha:

Ada hubungan Antara Diabetus Melitus dengan kejadian katarak pada

penderita katarak di Klinik Kurnia Medical Center Pringsewu Tahun 2016.

.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, desain yang digunakan pada penelitian ini

adalah survey analitik dengan cross sectional, yaitu suatu penelitian

untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan

efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada suatu saat (point time approach). Penelitian ini untuk mengetahui

hubungan variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat

(variabel dependen) (Notoatmodjo, 2010).

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki anggota-anggota suatu

kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain

(Notoadmodjo,2010).

Variabel merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau

ukuran yang dimiliki atau yang didapatkan oleh satuan penelitian tentang

suatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini memiliki 2 (dua) Variabel. Variabel Independen dan

Variabel Dependen. Dibawah ini uraian Variabel-Variabel dalam

penelitian:

23
1. Variabel Independen

Merupakan variabel yang menjadi sebab berubahnya variabel

dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalahriwayat

Diabetes Melitus.

2. Variabel Dependen

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena

adanya variabel bebeas. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah Kejadian Katarak.

C. Definisi Operasional

No Variabel Definisi AlatUkur Cara Ukur HasilUkur Skala


Operasional Ukur
VARIABEL INDEPENDEN
1. Riwayat Kondisi dimana Rekam Ceklis 1 : Memiliki Ordinal
Diabetus pasien katarak Medik riwayat
Melitus memiliki Diabetus
riwayat 2 :Tidak
Diabetus memilki
melitus dimasa riwayat
lampau diabetus

VARIABEL DEPENDEN
2. Katarak Kondisi dimana Rekam Ceklis 1 : Katarak Nominal
terjadi suatu Medik Presenil
tanda yang (Bila klien
menunjukkan berusia 30-
adanya 40 tahun)
kekeruhan pada 2 : Katarak
lensa akibat Senilis (Bila
akumulasi klien
protein berlebih berusia > 40
tahun)
(Corwin,
2009)
D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek dan subjek yang di teliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi yang diambil adalah Seluruh pasien

yang menderita katarak dan menjalani pengobatan di Klinik Kurnia

Medical Center yang berjumlah 50 pasien.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmojo,2010).

Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling

dengan cara pengambilan sampel dari seluruh anggota populasi

(Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan keterangan diatas untuk menentukan populasi dan sampel

terdapat dua kriteria yaitu :

1. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Pasien yang bersedia menjadi responden

b. Sedang menjalani pemerikasaan atau pengobatan di Klinik

Kurnia Medical Centre Pringsewu.

c. Pasien yang berusia > 30 tahun


2. Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi adalah karakteristik atau ciri-ciri anggota populasi

yang tiak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah

a. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

b. Pasien dengan komplikasi penyakitmata lain

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan (Juni Agustus 2016) dengan

Prasurvey dilakukan pada bulan Juni 2016. Pengambilan data dan

pengolahan data pada bulan JuliAgustus 2016. Penelitian ini

dilaksanakan di Klinik Kurnia Medical Center 2016.

F. Etika Penelitian

Etika penelitian yaitu hak obyek penelitian dan yang lain yang harus

dilindungi (Nursalam, 2008). Beberapa prinsip dalam pertimbangan etika

meliputi : bebas eksplorasi, kerahasiaan, bebas dari penderita, bebas

menolak menjadi responden, dan perlu surat persetujuan (Informed

Consent).

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan ini akan diberikan kepada setiap responden yang

menjadi subyek penelitian dengan memberikan penjelasan tentang

maksud dan tujuan dari penelitian serta menjelaskan akibat-akibat


yang akan terjadi bila bersedia menjadi subyek penelitian. Apabila

responden tidak bersedia maka peneliti wajib menghormati hak-hak

pasien tersebut (Nursalam, 2008).

Penelitian yang baik, mempertimbangkan aspek etika dalam

pelaksanaannya, dimana perlindungan terhadap subyek penelitian dan

menghargai hak-hak subyek merupakan hal yang mutlak dilakukan.

2. Anonymity (TanpaNama)

Anonymity merupakan tindakan merahasiakan nama peserta terkait

dengan partisipasi mereka dalam suatu obye kriset (Arikunto, 2006).

Pada penelitian ini kerahasiaan identitas subyek sangat diutamakan,

sehingga peneliti sengaja tidak mencantumkan nama pada lembar

pengumpulan data.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset (Alimul, 2009). Penulis melindungi privasi dan kerahasiaan

identitas atau jawaban yang diberikan. Subyek berhak untuk tidak

mencantum kan identitasnya dan berhak mengetahui kepada siapa saja

data tersebut disebarluaskan.

4. Respect for Justice an Inclusiveness (Keadilan dan Keterbukaan)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan

penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan,

yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini

menjamin bahwa semua subyek penelitiaan memperoleh perlakuan dan


keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender, agama, etnis dan

sebagainya (Milton dalam Notoatmodjo, 2010)

5. Balancing Harm and Benefits (Memperhitungkan Manfaat dan

Kerugian yang ditimbulkan)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya dan subyek penelitian pada

khususnya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang

merugikan bagi subyek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus

dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stres

maupun kematian subyek (Milton dalam Notoatmodjo, 2010).

G. InstrumenPenelitian

1. Instrumen

Instrumen penelitian adalah pengumpulan data dengan cara apapun

dan selalu di perlukan suatu alat (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medik yang

digunakan untuk mengetahui riwayat diabetus dan mengetahui riwayat

katarak klien.

H. Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data

sekunder merupakan data riwayat diabetus melitus yang diperoleh

melalui rekam medik Klinik Kurnia Medical Center meliputi data

Data kunjungan pasien katarakdi Klinik Kurnia Medical Center

Pringsewu.
.
I. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting untuk

memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan

yang baik (Arikunto,2006). Data yang telah dikumpulkan melalui

rekam medik kemudian akan dilakukan tahap pengolahan data sebagai

berikut (Notoadmodjo, 2010)

1. Editing

Melakukan pengecekan dan perbaikan data.

2. Coding

Untuk memudahkan dalam pengolahan data dan pengisian

dilakukan berdasarkan kode yang dibuat peneliti, kode 1 untuk

jawaban tidak beresiko dan kode 2 untuk jawaban beresiko

3. Processing

Setelah semua data terisi dengan benar dan juga telah melewati

pengcodingan serta pemberian skor terhadap item yang perlu

diberi skor, selanjutnya adalah memproses data yang sudah dientri

dapat dianalisis, pemrosesan dapat dilakukan dengan cara

mengentri data dari rekam medik kepaket program computer.

Kemudian menghitung atau mencatat data yang telah terkumpul,

selanjutnya di olah dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

4. Cleaning

Mengecak kembali data yang sudah di entri apakah ada kesalahan

saat meng-entry ke komputer.


J. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variable penelitian (Notoadmodjo,2010).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi

(Notoadmodjo,2010). Hubungan antara dua variabel dapat diketahui

dan dianalisa dengan pengujian statistic menggunakan Chi Kuadrat

yaitu teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bila

dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas dimana data berbentuk

nominal dan sampelnya besar. Keputusan tentang hipotesis yang

diajukan diterima atau ditolak dapat dilihat dari nilai P value. Berlaku

ketentuan bila P value kurang dari 0,05 maka Ha diterima dan apabila

P value lebih besar atau sama dengan () 0,05 maka Ha ditolak

(Sugiyono, 2011).

K. Jalannya penelitian

Langkah langkah pengumpulan data dalam penelitian

1. Langkah persiapan

a. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi

pendidikan STIKes Muhamadiyah Pringsewu Program Study S1

Keperawatan.
b. Menyerahkan permohonan izin yang diperoleh ke tempat penelitian

di Klinik Kurnia Medical Center.

2. Langkah pelaksanaan

a. Menyerahkan surat izin dan tanggal penelitian

b. Memilih responden berdasarkan data rekam medik yang sesuai

dengan kriteria inklusi

c. Peneliti meneliti kembali apakah sudah memenuhi persyaratan

pengisian

d. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data dan

analisis data, hasil pengolahan dan analisis data dirumuskan

kesimpulan penelitian, kemudian data disajikan dalam bentuk tabel.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Klinik Kurnia Medical Center

Awalnya Klinik Kurnia adalah sebuah apotik, yaitu apotik kurnia FII yang

berdiri pada tahun 1996 yang terletak di Jalan Kesehatan Pringsewu,

kemudian pada tahun 2005 apotik kurnia berpindah lokasi di jalan Jenderal

Sudirman no. 428 Pringsewu. Pada tahun 2008. Pada tahun 2010 beberapa

dokter mulai ikut bergabung praktek bersama dan kemudian pada tahun 2012

berdirilah Klinik Rawat Utama rawat Inap Kurnia Medical Center dengan

memiliki fasilitas sebagai berikut :

1. 2 Ruang VIP

2. 6 ruang kelas 1

3. 6 Ruang Bangsal (7 pasien)

4. IGD 24 jam

5. Laboratorium

6. CT-Scan 4 dimensi 24 jam

7. USG 4 dimensi (Kandungan dan Abdomen)

8. Rontgen

9. Mushola

10. Klinik Kecantikan

Kemudian untuk mengembangkan Klinik Kurnia Medical Center, pada

awal tahun 2015 mengajukan permohonan pendirian Rumah sakit Khusus

32
Bedah Kurnia Medical Center dan sampai sekarang sedang dalam proses

permohonan operasional.

B. Visi

1. Menjadi Rumah Sakit khusus bedah yang ternama dalam pelayanan

kesehatan di wilayah Pringsewu dan Sekitarnya.

2. Menjadi Rumah Skait khusus Bedah sebagai rumah sakit pilihan dan

kepercayaan masayarakat.

C. Misi

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kemajuan ilmu

kesehatan dan teknologi.

2. Memberikan pelayan yang baik dan bermutu melalui SDM yang

profesional yang didasari kasih dan pengabdian kepada masayarakat.

3. Mengembangkan fasilitas yang dapat mewujudkan kondisi nyaman

dan aman dalam pelayanan masyarakat.

4. Memberikan pelayanan kesehatan bermutu, berorientasi pada

kecepatan, ketepatan, keselamatan dan kenyamanan berlandaskan etika

dan profesionalisme.

D. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat

a. Umur responden

Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Di klinik Kurnia Medical
Center Pringsewu Tahun 2016.

Usia Jumlah Persentase (%)


Dewasa Awal (30-40 tahun) 9 18
Dewasa akhir (40-60 tahun) 26 52
Lanisa( >60 tahun) 15 30
50 50 100

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa sebagian besar responden di

Klinik Kurnia Medical Center berusia Dewasa Akhir dengan jumlah

26 responden berjumlah 52%.

b. Jenis Kelamin

Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di klinik Kurnia
Medical Center Pringsewu Tahun 2016.

Jenis kelamin Jumlah kasus Presentase (%)


Laki-laki 29 58
Perempuan 21 42
Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa sebagian besar responden di

Klinik Kurnia Medical Center berjenis kelamin laki-laki yaitu

sebanyak 29 responden (58%).

c. Riwayat Diabetus MElitus

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Riwayat Diabetus responden Di klinik Kurnia
Medical Center Pringsewu Tahun 2016.

Kejadian Jumlah Presentase(%)


Memiliki Riwayat 27 51,9
Tidak memiliki 25 48,1
Jumlah 52 100

Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa sebagian besar responden di

Klinik Kurnia Medical Center memiliki riwayat Diabetus Melitus yaitu

sebanyak 27 (51,9%).

d. Kejadian Katarak

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Kejadian Katarak di klinik Kurnia Medical Center
Pringsewu Tahun 2016.

Kejadiaan Katarak Jumlah Persentase (%)


Presenil (30-40 tahun) 9 18
Senilis (> 40 tahun) 41 82
Total 50 100

Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa sebagian besar responden di

Klinik Kurnia Medical Center menderita katara senilis yaitu berjumlah

41 responden (82).

2. Hasil Analisa Bivariat

a. Hubungan Riwayat Diabetus Melitus dengan kejadian Katarak


Tabel 4.7
Hubungan Riwayat Diabetus Dengan Kejadian Katarak di klinik
Kurnia Medical Center Pringsewu Tahun 2016.

Kejadian Katarak
Riwayat Presenil Senilis Total P OR
Diabetus N % N % N % Value
Melitus
Ya 1 2 29 58 30 100 0,001 1,52
Tidak 8 16 12 24 20 100
Total 9 18 41 82 50 100

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui responden yang Riwayat diabetus dan

menderita Katarak Senilis sebanyak 29 orang (58%), dan responden

yang tidak memiliki riwayat diabetus melitus dan menderita katarak

Senilis berjumlah 12 responden .

Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa p-value yaitu 0,001 <

0,05 (p-value < 0,05), sehingga Ho ditolak. Hal ini menunjukan bahwa

terdapat antara riwayat Diabetus melitus dengan kejadian katarak di

Kinik Kurnia medical center Tahun 2016 . dari hasil analisis diperoleh

nilai OR= 1,52 artinya responden yang mengalami diabetus melitus

memiliki peluang 1,52 kali menderita katarak Senilis dibandingkan

dengan responden yang tidak memiliki riwayat Diabetes melitus

E. Pembahasan

Pada tahap ini penulis membahas mengenai hasil penelitian yang telah

dilaksanakan dengan membandingkan teori atau pendapat dan penelitian


sebelumnya. Hasil penelitian mengenai hubungan antara riwayat diabetus

melitus dengan kejadian katarak pada penderita katarak di Klinik Kurnia

Medical Center tahun 2016.

1. Analisa Univariat

a. Distribusi frekuensi Usia Responden

Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar usia responden di

Klinik Kurnia Medical Center berusia Dewasa Akhir (40-60 tahun)

yaitu sebanyak 26 responden (52 %).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Arimbi (2012) dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian katarak degeneratif. Hasil penelitian ini didapatkan

hail bahwa sebagian besar responden berusia dewasa akhir yaitu

sebanyak 54 responden (64 %).

Menurut pendapat peneliti usia responden memiliki hubungan yang

serat dalam mempengaruhi kejadian katarak yang tinggi saat ini di

masyarakat. Semakin bertambah dan semakin tua usia seseorang maka

akan semakin meningkat resiko seseorang mengalami katarak.

b. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin


Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar responden di

Klinik Kurnia Medical Center berjenis kelamin Laki-laki yaitu

sebanyak 29 responden (58 %).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Arimbi (2012) dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian katarak degeneratif. Hasil penelitian ini didapatkan

hail bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu

sebanyak 34 responden (59 %).

Menurut pendapat peneliti jenis kelamin memiliki pengaruh dalam

kejadian katarak yang timbul selain faktor genetik, pola hidup seperti

merokok dan mengkonsumsi alkohol yang identik dengan laki-laki

menyebabkan tingginya kejadaian katarak yang ditemukan pada laki-

laki

c. Distribusi frekuensi kejadian Diabetus Melitus

Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar responden di

Klinik Kurnia Medical Center memiliki riwayat diabetus melitus yaitu

sebanyak 30 responden (60 %).

Tingginya angka kejadaian yang saat ini ditemukan di masyarakat

merupakan kompensasi dari gaya hidup masyarakat yang kurang sehat.

Diabetus melitu smerupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh

berbagai faktor seperti keturunan dan berbagai pola hidup. Rendahnya


pengetahuan masyarakat dan kurang kesadaran merupakan penyebab

utama semakin meningkatnya prevalensi penderita diabetus melitus di

seluruh Dunia (Smeltzer & Bare, 2010).

Pendapat tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Arimbi (2012) dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian katarak degeneratif. Hasil penelitian ini didapatkan hail

bahwa sebagian besar repsnden memiliki riwayat Diabetus melitus

yaitu sebanyak 43 repsonden (51 %).

Menurut pendapat peneliti tingginya kejadian diabetus melitus yang

ditemukan saat ini merupakan dampak dari semakin menurunnya

pengetahuan tentang penyebab diabetus melitus dan rendahnya

kesadaran masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat.

d. Distribusi frekuensi Kejadian Katarak

Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar responden di Klinik

Kurnia Medical center menderita katarak Senilis yaitu sebanyak 41

responden (82 %).

Menurut Corwin (2009) Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

katarak yang sering dijumpai dalam masyarakat antara lain seperti

usia lanjut, Keturunan, Kebiasaan hidup dan faktor lingkungan yang

tidak sehat seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol dan faktor


penyakit metabolik seperti diabetus melitus. Diabetus melitus

meupakan penyakit yang sebenarnya dapat di cegah.

Hasil penelitian tersebut didukung oleh pendapat dari Setio Widodo

yang meneliti hubungan antara Diabetus Melitus dengan Kejadian

katarak dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa sebagian besar

responden yang menderita diabetus melitus menderita Katarak.

Menurut pendapat peneliti kejadian katarak yang semakin tinggi

merupakan akibat yang sering ditimbulkan oleh akibat memiliki

riwayat diabetus melitus. Semakin lama seorang seorang menderita

diabetus melitus makan semakin tinggi resiko terkena katarak.

2. Analisa bivariat

a. Hubungan antara riwayat diabetus melitus dengan kejadian Katarak

Hasil dari penelitian diketahui ada hubungan yang signifikan antara

riwayat diabetus melitus dengan kejadian katarak pada penderita

katarak di Klinik Kurnia Pringsewu dengan nilai P-value sebesar 0,001.

Katarak merupakan salah satu akibat dari gangguan penglihatan pada

pasien diabetes dengan insiden dan progresif katarak akan meningkat

pada pasien dengan riwayat diabetes melitus. Dengan meningkatnya

insiden dari diabetes tipe 1 dan tipe 2, secara seimbang meningkatkan

diabetik katarak. Orang yang memiliki riwayat diabetus memiliki

dampak 4 kali lebih besar dari pada orang yang tidak memiliki riwayat
Diabetus. Penderita yang memiliki riwayat diabetus lebih dari 15 tahun

sebagian besar mengalami kerusakan pada jaringan dan sel-sel mata

(Smeltzer & Bare, 2010).

Menurut pendapat Corwin (2009) penyakit infeksi tertentu dan penyakit

seperti DM merupakan penyebab utama selain usia sebagai penyebab

utama timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan

katarak komplikata. Peningkatan jumlah penderita Diabetus Melitus di

dunia juga menyebabkan jumlah penderita katarak secara signifikan.

Pendapat tersebut sejalani dengan penelitian yang dilakukan oleh

Arimbi (2012) dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian katarak degeneratif. Hasil penelitian ini didapatkan nilai P-

value sebesar 0,001 sehingga Ho ditolak. Kesimpulan dari penelitian ini

didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara Diabetus

melitus dengan kejadian Katarak.

Menurut peneliti Diabetus melitus memiliki hubungan yang sangat erat

dengan kejadian katarak. Semakin lama riwayat diabetus melitus yang

dimiliki seorang maka semakin tinggi pula peluang seorang menderita

Katarak. Orang yang memiliki diabetus melitus sejak muda memiliki

resiko lebih besar menderita Katarak setelah memasuki usia 40 tahun.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Melihat hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang berjudul Hubungan

Riwayat Diabetus Melitus dengan kejadian katarak pada penderita Katarak di

Klinik Kurnia Medical Center Pringsewu Lampung Tahun 2016 maka dapat

disimpulkan :

1. Karakteristik responden menurut umur sebagian besar responden berusia

dewasa akhir (40-60 tahun) 26 responden (52 %) dan sebagian besar

responden berjenis kelamin Laki-laki 29 responden (58 %)

2. Distribusi frekuensi riwayat Diabetes Melitus responden di Klinik Kurnia

Medical Center Pringsewu sebagian besar responden memiliki riwayat

Diabetus Melitus.

3. Distribusi frekuensi kejadian Katarak responden di Klinik Kurnia Medical

Center Pringsewu sebagian besar responden mengalami kejadian katarak

Senilis.

4. Ada hubungan antara Riwayat Diabetes Melitus dengan kejadian Katarak

pada penderita Katarak di Klinik Kurnia Medical Center Pringsewu Tahun

2016. Berdasarkan analisis data diperoleh nilai p-value 0.001< 0,05.

Sehingga Ho ditolak, nilai OR 1,52.

42
B. Saran

1. Bagi Klinik Kurnia Medical Center Pringsewu

Bagi instansi terkait hendaknya petugas kesehatan melakukan peningkatan

kegiatan penyuluhan guna meningkatkan msayarakat khususnya pasien yang

menderita Katarak maupun yang memiliki faktor resiko Katarak. Upaya

penyuluhan hendaknya dilakukan secara terus menerus sampai masyarakat

betul-betul mamahami pencegahan katarak dan penanganannya.

2. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan

khususnya penderita katarak tentang pentingnya mengetahui perawatan serta

faktor yang memperparah katarak itu sendiri.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat ditindak lanjuti dengan menambah faktor-faktor lain di

luar penelitian ini. seperti faktor dan perilaku lainnya serta melakukan

penelitian dengan menggunakan metode yang berbeda, menggunakan

analisa multivariat dan juga dapat memperluas populasi .


DAFTAR PUSTAKA

Arimbi, S. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadain katarak


degeneratif di RSUD Budi Asih
http://www.doctoc.com/docs/Skripsikeperawatan. Diakses pada tanggal
24 mei 2016
Corwin, E, 2009. Buku saku Patofisiologi. EGC Buku Kedokteran

Kozier, Barbara, MN, RN.,(2010).Fundamental Keperawatan.Konsep, Proses,


&Praktik.EGC, Jakarta.

Mansjoer, Arif. et.al.,(2007). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aeskulaplus,


Jakarta.

Nursalam,(2011). Proses Dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep Dan


Praktik.Jakarta :Salemba.
Nursalam, (2013).Metedologi Penelitian Keperawatan. Jakarta :Salemba
Pedoman Penyusunan Skripsi/ Karya Tulis Ilmiah,( 2016). Stikes Muhammadyah
Pringsewu Lampung

Potter, Patricia A., Perry, Anne G., (2010). Fundamental of Nursing.Fundamental


Keperawatan.SelembaMedika, Jakarta.

Profil Klinik Kurnia Medical Centre(2015). Pringsewu

Sjamsuhidajat, R &Wim, de J. (2010).Buku Ajar IlmuBedahedisi 3. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2010).Brunner and Suddarth textbook of Medical
Surgical Nursing (9th ed.). EGC, Buku Kedokteran.
Soemarmo Markam.(2009). dasar-dasar neuropsikologis klinis. Jakarta. Cv.
Sagung seto.
Widodo, S. 2013. Hubungan Diabetus Melitus dengan Kejadain katarak di RSUD
Meulabeuh Aceh http://www.jurnalnurse.com/document/keperawatan.
Diakses pada tanggal 27 mei 2016

Anda mungkin juga menyukai