Topik Farmakoekonomi
By: Putri Ramadheni, M.Farm, Apt
Reference: Dipiro, et all, 2011
1
kita peroleh dikonversikan ke moneter dulu. CBA ini dapat digunakan untuk
menganalisa dua program yang sama sekali berbeda, karena outcome nya sama-sama
moneter. CBA ini dapat menganalisa dalam skala makro, kaya skala 1 negara atau
satu propinsi. Dan satu-satunya analisa farmakoekonomi yang bisa menilai 1 program
saja dengan menghitung NET BENEFITNYA. Bagi pemerintah, kebanyakan yang
digunakan adalah CBA ini.
Contohnya : Pemerintah ingin menilai, program manakah yang lebih memiliki benefit
yang besar antara program pemberantasan TB atau pemberian vaksin polio.
Cara menghitungnya adalah :
CBA = B/C
C= cost (dalam moneter) dan B = Benefit (dalam moneter)
Jika nilai CBA > 1 berarti programnya lebih benefit, sebaiknya dilaksanakan
Jika nilai CBA = 1 berarti ada atau tidak ada program, sama saja
Jika nilai CBA < 1 berarti program tersebut malah mendatangkan kerugian,
Kekurangan CBA ini adalah : terkadang ada benefit yang intangible, yang tidak bisa
dimoneterkan, sehingga hasilnya jadi bias . Contoh, bagaimana cara merupiahkan
nyeri? Selain itu jika kita hanya menganalisa 1 program saja, agak susah
mengelompokkan yang manakah yang dikategorikan cost dan manakah yang benefit.
2
ICER = Cost A-Cost B (dalam moneter)/Effect A- Effect B (dalam %) dengan
Formula ICER ini kita dapat melihat berapa tambahan biaya yang diperlukan untuk
mendapatkan effek dari penggantian obat A ke obat B.
Contoh CEA adalah : Obat-obat hipertensi akan dibandingkan antara obat A yang
memiliki mekanisme kerja X dengan obat B yang memiliki mekanisme kerja Y.
Outcome nya adalah penurunan tekanan darah.
Diketahui obat A dengan harga 25ribu dapat menurunkan tekanan darah 20
mmHg, sementara obat B harganya 35ribu dapat menurunkan tekanan darah
15 mmHg. Jadi, obat A ternyata lebih cost effective dibandingkan obat B.
Contoh lain : Obat C dengan 150ribu dapat menyelamatkan 30 nyawa. Akan
tetapi obat D dengan 200ribu, tapi dapat menyelamatkan 50 nyawa. Artinya,
walaupun obat D lebih mahal, tapi dari cost-effective, obat D ternyata lebih
baik.
Kekurangan CEA adalah dia hanya dapat menilai obat dengan skala mikro. Hanya
bisa membandingkan obat dengan outcome yang sama. Misal, sama-sama
menurunkan tekanan darah, sama-sama menurunkan kolesterol. Mekanisme kerja
boleh saja berbeda. Tapi, tidak bisa digunakan untuk obat-obat yang berbeda
outcome nya.
3
4
5