Anda di halaman 1dari 87

 Chantika Fecilia S (2013-021)

 Yashinta Fadiah (2013-022)


 Andriyanto Handyan (2013-023)
 Andri Apriandi R (2013-025)
 Eka Ismiyanti (2013-026)
 Dina Pitaloka (2013-027)
 Dina Parizqia P (2013-028)
 Baiq Wafa Aulia (2013-029)
 Nikmafiyanti Bumulo (2013-030)
 Deny Dwi Wulandari (2013-033)
 Lindasari Safitri (2013-034)
 Faizah Amriana (2013-035)
 Annisyah Wiradika (2013-036)
 Rika Desiananda (2013-038)
 Dwi Fuji Lestari (2013-039)
 Cynthia Anggi Pradita (2013-040)
 Risa Andriani (2013-043)
 Manajemen logistik adalah suatu ilmu
pengetahuan dan atau seni serta proses
mengenai perencanaan dan
penentuan kebutuhan pengadaan,
penyimpanan, penyaluran dan
pemeliharaan serta penghapusan
material/alat-alat (subagya : 1994)
 Martin (1988) mengartikan manajemen
logistik sebagai proses yang secara
strategik mengatur pengadaan bahan
(procurement), perpindahan dan
penyimpanan bahan, komponen dan
penyimpanan barang jadi (dan
informasi terkait) melalui organisasi dan
jaringan pemasarannya dengan cara
tertentu
 Pengelolaan obat merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang menyangkut
aspek perencanaan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian obat
yang dikelola secara optimal untuk
menjamin tercapainya ketepatan
jumlah dan jenis perbekalan farmasi dan
alat kesehatan
 Menurut Indrawati (1999) ”Manajemen
logistik obat adalah proses pengelolaan
yang strategis mengenai pengadaan,
distribusi dan penyimpanan obat dalam
upaya mencapai kinerja yang optimal”
 Tujuan Manajemen Logistik Obat di
Puskesmas ialah terlaksananya
pelayanan obat kepada masyarakat
secara rasional dan menyeluruh.
 Tujuan pengelolaan obat adalah
menjamin tersedianya obat dengan
mutu yang terjamin, aman, dan tersebar
secara merata dan teratur, sehingga
mudah diperoleh pada tempat dan
waktu yang tepat (Depkes, 2005).
1. Fungsi Perencanaan dan Penentuan
Kebutuhan (Peramalan obat)
2. Fungsi Penganggaran
3. Fungsi Pengadaan
4. Fungsi Penyimpanan dan Penyaluran
5. Fungsi Pemeliharaan
6. Fungsi Penghapusan
7. Fungsi Pengendalian
 Fungsi perencnaan mencakup aktivitas
dalam menetapkan sasaran-sasaran,
pedoman-pedoman, pengukuran
penyelenggaraan bidang logistik. Sementara
penentuan kebutuhan merupakan perincian
dari fungsi perencanaan, bilamana perlu
semua faktor yang mempenagruhi
penentuan kebutuhan harus diperhitungkan.
 Fungsi penganggaran terdiri dari kegiatan-
kegiatan dan usaha-usaha untuk
merumuskan perincian penentuan
kebutuhan dalam suatu skala standar, yakni
skala mata uang dan jumlah biaya dengan
memperlihatkan pengarahan dan
pembatasan yang berlaku terhadapnya.
 Fungsi pengadaan merupakan usaha-usaha
dan kegiatan-kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan operasional yang telah
digariskan dalam fungsi perencanaan,
penentuan kebutuhan dan penganggaran
 Fungsi ini merupakan pelaksanaan
penerimaan, penyimpanan dan penyaluran
perlengkapan yang telah diadakan melalui
fungsi-fungsi terdahulu untuk kemudian
disalurkan kepada instansi-instansi
pelaksana.
 Pemeliharaan adalah suatu usaha untuk
memaksimalkan umur kegunaan dari alat
sehingga peralatan dapat bekerja secara
memuaskan dan meminimalkan biaya
kerusakan”. Fungsi pemeliharaan sendiri
adalah usaha atau proses kegiatan untuk
mempertahankan kondisi teknis, daya guna
barang inventaris
 Penghapusan suatu barang logistik dilakukan
apabila barang telah mencapai titik akhir
manfaatnya. Penghapusan logistik dapat
dilakukan tergantung dari kebijakan yang
diterapkan oleh instansi ataupun
perusahaan.
 Fungsi pengendalian merupakan fungsi inti
dari pengelolaan logistik yang meliputi
usaha untuk memonitor dan mengamankan
keseluruhan pengelolaan logistik. Dalam
fungsi pengendalian ini terdapat kegiatan-
kegiatan yakni pengendalian inventarisasi
dan Expediting yang merupakan unsure-
unsur utamanya
1. Sumber daya Manusia
2. Sarana dan Prasarana
3. Sediaan Farmasi dan Perbekalan
Kesehatan
4. Administrasi
Mampu menyediakan dan
memberikan pelayanan kefarmasian
yang bermutu

Mampu mengambil keputusan secara


profesional
APOTEKER Mampu berkomunikasi yang baik
dengan pasien maupun profesi
kesehatan lainnya

Selalu belajar sepanjang karier baik


pada jalur formal maupun informal,
sehingga ilmu dan keterampilan yang
dimiliki selalu baru (up to date).

ASISTEN Membantu pekerjaan apoteker dalam


melaksanakan pelayanan
APOTEKER kefarmasian
Prasarana:
• Tempat, fasilitas dan peralatan yang
secara tidak langsung mendukung
pelayanan kefarmasian

Sarana:
• Suatu tempat, fasilitas dan peralatan
yang secara langsung terkait dengan
pelayanan kefarmasian.
 Perencanaan dilakukan untuk menetapkan jenis dan jumlah
obat dan perbekalan kesehatan yang tepat sesuai dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan dasar.
 Tahap-tahap yang dilalui dalam proses perencanaan obat
adalah :
1. Tahap pemilihan obat, dimana pemilihan obat didasarkan
pada Obat Generik terutama yang tercantum dalam Daftar
Obat Esensial Nasional (DOEN), dengan harga berpedoman
pada penetapan Menteri.
2. Tahap kompilasi pemakaian obat
3. Tahap perhitungan kebutuhan obat
4. Tahap proyeksi kebutuhan obat
5. Tahap penyesuaian rencana pengadaan obat
 Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan
Dasar yaitu :
1. Kriteria obat dan perbekalan kesehatan
meliputi kriteria umum dan persyaratan
umum. Kriteria umumnya yaitu obat
termasuk dalam daftar obat pelayanan
kesehatan dasar (PKD), obat program
kesehatan, obat generic yang tercantum
dalam Daftar Obat Esensial Nasional
(DOEN) yang masih berlaku, telah memiliki
izin edar atau Nomor Registrasi dari
Depkes/Badan POM
2. Persyaratan pemasok , yaitu :
 Memiliki izin Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang
masih berlaku.
 Harus memiliki dukungan dari Industri Farmasi yang
memiliki sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat
Yang Baik) bagi masing-masing jenis sediaan obat
yang dibutuhkan.
 Harus memiliki reputasi yang baik dalam bidang
pengadaan obat.
 Pemilik dan atau Apoteker/Asisten Apoteker
penanggung jawab Pedagang Besar Farmasi tidak
sedang dalam proses pengadilan atau tindakan
yang berkaitan dengan profesi kefarmasian.
 Mampu menjamin kesinambungan ketersediaan
obat sesuai dengan masa kontrak.
3. Penilaian dokumen data teknis meliputi : kebenaran dan
keabsahan Surat Ijin Edar (Nomor Registrasi) tiap produk yang
ditawarkan, terdapat fotokopi sertifikat CPOB untuk masing-
masing jenis sediaan yang dilegalisir oleh pejabat yang
berwenang dari Industri Farmasi
4. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat dan
perbekalan kesehatan ditetapkan berdasarkan hasil analisa
dari data sisa stok dengan memperhatikan tingkat
kecukupan obat dan perbekalan kesehatan, jumlah obat
yang akan diterima sampai dengan akhir tahun anggaran,
kapasitas sarana penyimpanan, dan waktu tunggu.
5. Pemantauan status pesanan dilakukan berdasarkan system
VEN dengan memperhatikan nama obat, satuan kemasan,
jumlah obat diadakan, obat yang sudah dan belum diterima
6. Penerimaan dan pemeriksaan obat dan perbekalan
kesehatan dilakukan oleh panitia penerima yang salah satu
anggotanya adalah tenaga farmasi. Pemeriksaan ini
dilakukan secara organoleptik, dan khusus untuk
pemeriksaan label dan kemasan perlu dilakukan pencatatan
terhadap tanggal kadaluarsa, nomor registrasi dan nomor
batch terhadap obat yang diterima.
 Papan nama “apotek” atau “kamar obat” yang dapat terlihat jelas oleh
pasien.
 Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
 Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain timbangan
gram dan miligram, mortir-stamper, gelas ukur, corong, rak alat-alat, dan
lain-lain.
 Tersedia tempat dan alat untuk mendisplai informasi obat bebas dalam
upaya penyuluhan pasien, misalnya untuk memasang poster, tempat
brosur, leaflet, booklet dan majalah kesehatan.
 Tersedia sumber informasi dan literatur obat yang memadai untuk
pelayanan informasi obat.
 Tersedia tempat dan alat untuk melakukan peracikan obat yang
memadai.
 Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk supositoria,
serum dan vaksin, dan lemari terkunci untuk penyimpanan narkotika
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
 Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat atau komputer agar
pemasukan dan pengeluaran obat, termasuk tanggal kadaluarsa obat,
dapat dipantau dengan baik.
 Tempat penyerahan obat yang memadai, yang memungkinkan untuk
melakukan pelayanan informasi obat.
Sediaan Obat, bahan obat, obat
Farmasi tradisional dan kosmetik.

Perbekal Semua bahan selain obat


an dan peralatan yang
diperlukan untuk
Kesehata menyelenggarakan
kesehatan.
n
 Merupakan rangkaian aktivitas pencatatan,
pelaporan, pengarsipan dalam rangka
penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang
tertib baik untuk sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan maupun pengelolaan resep supaya
lebih mudah dimonitor dan dievaluasi.
 Administrasi untuk sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan meliputi:
Perencanaan

Permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten/kota

penerimaan

Penyimpanan menggunakan kartu stok atau komputer

Pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LP-


LPO
 Administrasi untuk resep meliputi:

1. • Pencatatan jumlah resep berdasarkan


pasien (umum, miskin, asuransi)

2. • penyimpanan bendel resep harian


secara teratur selama 3 tahun

3. • pemusnahan resep yang dilengkapi


dengan berita acara
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam
menerima obat-obatan yang diserahkan
dari unit pengelola yang lebih tinggi
kepada unit pengelola di bawahnya.
Penerimaan obat harus dilaksanakan oleh
petugas pengelola obat atau petugas lain
yang diberi kuasa oleh Kepala Puskesmas.
 Penerimaan obat bertujuan agar obat
yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan
oleh Puskesmas
Setiap penyerahan obat oleh Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota
kepada Puskesmas dilaksanakan setelah mendapat persetujuan
dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau pejabat
yang diberi wewenang untuk itu. Petugas penerima obat
bertanggung jawab atas pemeriksaan fisik, penyimpanan,
pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat berikut
kelengkapan catatan yang menyertainya. Pelaksanaan fungsi
pengendalian distribusi obat kepada Puskesmas Pembantu dan
sub unit pelayanan kesehatan lainnya merupakan tanggung
jawab Kepala Puskesmas. Petugas penerima obat wajib
melakukan pengecekan terhadap obat yang diserahterimakan,
meliputi kemasan, jenis dan jumlah obat, bentuk 17 Materi
Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskesmas sediaan obat
sesuai dengan isi dokumen (LPLPO), dan ditanda tangani oleh
petugas penerima serta diketahui oleh Kepala Puskesmas.
Petugas penerima dapat menolak apabila terdapat
kekurangan dan kerusakan obat. Setiap penambahan obat,
dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu
stok.
• 1. Cek kehabsahan dokumen
2. Cek kehabsahan barang

• 3. Cek jenis barang yang sesuai dengan SOP(surat order pembelian) dan faktur pengantar
4. Cek kualitas barang

• 5. Cek jumlah barang yang sesuai dengan SOP(surat order pembelian) dan faktur pengantar
6. Bila semua sesuai, buat BA(berita acara) penerimaan

• 7. Buat laporan penerimaan


8. Catat pada buku masuk

• 9. Catat pada kolom gudang pada kolom kurang


10. lanjut dengan proses penyimpanan
 Menurut Departemen Kesehatan
Republik Indonesia (2004) penyimpanan
obat adalah suatu kegiatan
pengamanan terhadap obat-obat yang
diterima agar aman (tidak hilang),
terhindar dari kerusakan fisik maupun
kimia dan mutunya tetap terjamin
Menurut Warman (2004) tujuan dari penyimpanan
antara lain :

Mempertahankan mutu obat dari kerusakan


akibat penyimpanan yang tidak baik.

Mempermudah pencarian di gudang/kamar


penyimpanan

Mencegah kehilangan dan mencegah


bahaya

Mempermudah stock opname dan


pengawasan
Secara lebih terperinci, Depkes RI (2004) menyatakan bahwa
tujuan penyimpanan antara lain :
 Aman, yaitu setiap barang/obat yang disimpan tetap
aman dari kehilangan dan kerusakan.
 Awet, yaitu barang tidak berubah warnanya, baunya,
gunanya, sifatnya, ukurannya, fungsinya dan lain-lain.
 Cepat, yaitu cepat dalam penanganan barang berupa
menaruh atau menyimpan, mengambil, dan lain-lainnya.
 Tepat, dimana bila ada permintaan barang, barang yang
diserahkan memenuhi lima tepat, yaitu tepat barang,
kondisi, jumlah, waktu dan harganya.
 Murah, yaitu biaya yang dikeluarkan sedikit untuk
menanganinya, yaitu murah dalam menghitung
persediaan, pengamanan dan pengawasannya.
Gudang
Terbuka

Sarana
Penyimpanan
Obat
Gudang
Semi
Gudang
Tertutup
Terutup
atau
Lumbung
 Beberapa ketentuan mengenai sarana penyimpanan obat menurut Dirjen

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2010) antara lain :

 Luas minimal 3 x 4 m2 dan atau disesuaikan dengan jumlah obat yang

disimpan. Kondisi ruangan harus kering dan tidak lembab. Memiliki cahaya

dan ventilasi yang cukup.

 Kondisi Penyimpanan

a. Terdapat ventilasi pada ruangan, jendela dibuka

b. Simpan obat di tempat yang kering

c. Wadah harus selalu tertutup rapat, janga terbuka

d. Bila memungkinkan, pasang kipas angin atau AC. Karena makin panas

udara di dalam ruangan maka udara semakin lembab.

e. Biarkan pengering tetap dalam wadah tablet atau kapsul.


Berdasarkan arah arus penerimaan dan pemgeluaran obat-
obatan, ruang gudang dapat ditata dengan sistem : arah garis
lurus, arus U, arus L.

Semua obat harus disimpan dalam ruangan, disusun menurut


bentuk sediaan dan bentuk abjad. Apabila tidak
memungkinkan, obat yang sejenis dikelompokkan menjadi satu.

Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan


langkah-langkah penyusunan stok.
› Obat disusun secara alfabetis untuk setiap bentuk sediaan.

› Obat dirotasi dengan sistem FEFO dan FIFO.

 FIFO (First In First Out) yang berarti obat yang datang lebih awal harus

dikeluarkan lebih dahulu. Obat lama diletakkan dan disusun paling depan,

obat baru diletakkan paling belakang.

 FEFO ( First Expired First Out) yang berarti obat yang lebih awal kadaluarsa

harus dikeluarkan lebih dahuu.

› Obat Disusun Berdasarkan Volume

 Barang yang jumlahnya banyak ditempatkan sedemikian rupa agar tidak

terpisah, sehingga mudah pengawasan dan penanganannya dan Barang

yang jumlahnya sedikit harus diberi tanda khusus agar mudah ditemukan
 LPLPO ( Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat)
 Kartu Stok
 Buku Penerimaan dan Pengeluaran
Obat
 Catatan Obat Rusak atau Kadaluarsa
 Laporan Mutasi Obat.
• Distribusi adalah suatu rangkaian
kegiatan dalam rangka pengeluaran

Definisi
dan pengiriman obat-obatan yang
bermutu, terjamin keabsahannya
serta tepat jenis dan jumlahnya dari
gudang obat di unit-unit pelayanan
kesehatan termasuk penyerahan obat
kepada pasien (Anonim, 2000).

• Distribusi obat bertujuan untuk


mendekatkan obat dan alat

Tujuan
kesehatan kepada pemakai di unit
pelayanan kesehatan sehingga setiap
saat tersedia dalam jumlah, jenis,
mutu yang di butuhkan secara
ekonomis dan efektif (Anonim, 1995).
 Pendistribusian obat mencakup kegiatan
pengeluaran dan pengiriman obat-obatan
yang bermutu, terjamin keabsahannya
serta tepat jenis dan jumlah dari gudang
obat secara merata dan teratur untuk
memenuhi kebutuhan unit-unit pelayanan
kesehatan. Obat yang berada di
puskesmas nantinya akan didistribusikan ke
Pustu, Poskesdes dan Bides. Penyaluran
obat juga dilakukan dibagian sub-sub
puskesmas seperti,(UGD), ruang rawat inap,
ruang poli umum dan poli gigi
 Obat yang telah diterima dari GFK masuk ke gudang
obat puskesmas induk. Setelah diperiksa oleh
penanggungjawab obat puskesmas, lalu dilakukan
penyimpanan dan pencatatan. Obat-obatan
tersebut didistribusikan ke kamarobat, unit-unit seperti
poli gigi, UGD, KIA, laboratorium, rawat inap dan
pustu-pustu sesuai dengan Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO).Dengan LPLPO,
sub unit puskesmas melaporkan penggunaan
obatnya pada bulan tersebut sekaligus juga
melakukan permintaan dengan mempertimbangkan
jumlah penggunaan bulan sebelumnya, kenaikan
kunjungan, dan buffer stock untuk memenuhi
kebutuhan 1 bulan ke depan.
PENCATATAN DAN PELAPORAN OBAT

 Tujuan :
1. Bukti bahwa suatu kegiatan yang telahdilakukan
2. Sumber data untuk melakukan pengaturandan
pengendalian
3. Sumber data untuk pembuatan laporan
- Di gudang obat Puskesmas :
 Kartu stok obat
 LPLPO (laporan pemakaian lembar permintaan
obat
- Di kamar obat Puskesmas :
 Catatan penggunaan obat
 LPLPO
- Di Puskesmas pembantu :
 Catatan penggunaan obat
 LPLPO Sub unit
- Di kamar suntik :
 LPLPO Sub unit
 Catatan harian penggunaan obat suntik
Penyelenggaraan
Sarana Pencatatan dan Pencatatan :
pelaporan
a. Di gudang Puskesmas :
- Di gudang obat Puskesmas:
1). Setiap obat yang
 Kartu stok obat diterima
 LPLPO (laporan dan dikeluarkandari
pemakaian lembar gudang dicatat di dalam
permintaan obat Kartu Stok
2). Laporan penggunaan
- Di kamar obat Puskesmas : dan lembar permintaan
 Catatan penggunaan obat dibuat
obat berdasarkan:
 LPLPO (a). Kartu Stok Obat
(b). Catatan harian
penggunaan obat
- Di Puskesmas pembantu :
b. Di kamar obat
 Catatan penggunaan
obat c. Di kamar suntik
 LPLPO Sub unit d. Di Puskesmas keliling,
Puskesmas Pembantu
dan tempat perawatan
- Di kamar suntik : serta di ruang
 LPLPO Sub unit pertolongan gawat
 Catatan harian darurat, pencatatan
penggunaan obat suntik diselenggarkan seperti
pada kamar obat.
Data LPLPO merupakan kompilasi dari dataLPLPO sub unit
dan Puskesmas Induk, LPLPO dibuat 3 (tiga) rangkap, yakni :

Dua rangkap diberikan ke Dinkes Kabupaten/Kota melalui


Instalasi FarmasiKabupaten/Kota, untuk diisi jumlah yang
diserahkan. Setelah ditanda tangani disertai satur angkap
LPLPO dan satu rangkap lainnya disimpan di
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.

Satu rangkap untuk arsip Puskesmas


1. Form LPLPO puskesmas
2. Form LPLPO unit
3. Kartu Stok
4. Catatan Harian
pengeluaranobat
5. Laporan Narkotika
6. Laporan Psikotropika
Tujuan : Penggunaan :

 untuk mengetahui
perpindahan semua  Kartu stok diletakkan
ditempat di masing-
barang : penerimaan, masing tempat
distribusi, kadaluarsa, penyimpanan obat
rusak  Isilah kartu stock setiap
 Untuk mengetahui kali adapemasukan-
secara teoritis pengeluaran (segera)
mengenai stok  Satu baris untuk setiap
 Untuk memperkirakan mutasi
permintaan
 Untuk menghitung rata-
rata pemakaian per
bulan
•Fungsi :
•Sebagai bukti pengeluaran obat di UPOPPK.
LAPORAN PEMAKAIAN
•Sebagai bukti penerimaan obat di RumahSakit/Puskesmas
DAN
LEMBAR PERMINTAAN •Sebagai surat permintaan/pesanan obat dari Rumah
OBAT(LPLPO) Sakit/Puskesmas kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cq.
UPOPPK
•-Sebagai bukti penggunaan obat di RumahSakit / Puskesmas

•Fungsi :
•- Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat (penerimaan,
pengeluaran, hilang, rusak atau kedaluwarsa)
•Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkanmencatat data
mutasi 1 (satu) jenis obat yang berasal dari 1 (satu) sumber
Pencatatan dan Kartu
anggaran.
stok
•Tiap baris data hanya diper untukkan mencatat 1(satu)
kejadian mutasi obat.
•Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan,
perencanaan pengadaan distribusi dansebagai pembanding
terhadap keadaan fisik obatdalam tempat penyimpanannya
•Fungsi :
•Kartu Stok Induk digunakan untuk mencatat mutasi
obat(penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak ataukedaluwarsa).
•Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat datamutasi 1
(satu) jenis obat yang berasal dari semua sumber anggaran
•Tiap baris data hanya diperuntukan mencatat 1 (satu)kejadian
Kartu Stok Induk mutasi obat
•Data pada kartu stok induk digunakan sebagai :
•Alat kendali bagi Kepala Unit Pengelola Obat Publik danPerbekalan
Kesehatan terhadap keadaan fisik obat
dalamtempat penyimpanan.
•Alat bantu untuk penyusunan laporan, perencanaanpengadaan
dan distribusi serta pengendalian persediaan

•Fungsi
•Sebagai bukti pengeluaran obat di Unit Pengelola Obat Publik dan
LPLPO (Laporan Perbekalan Kesehatan.
pemakaian lembar •Sebagai bukti penerimaan obat di RumahSakit/Puskesmas
permintaan obat) •Sebagai surat permintaan/pesanan obat dari Rumah Sakit
/Puskesmas kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cq. IFK
•Sebagai bukti penggunaan obat di Rumah Sakit /Puskesmas

•Fungsi :
Laporan Pengelolaan
Obat Tahunan •Untuk mengetahui gambaran umum pengelolaan obat di daerah
Kabupaten/Kota selama satu tahun anggaran
 Monitoring merupakan kegiatan
pemantauan terhadap pelayanan
kefarmasian dan evaluasi merupakan
proses penilaian kinerja pelayanan
kefarmasian itu sendiri
 Aktivitas monitoring perlu direncanakan
untuk mengoptimalkan hasil pemantauan.
 Contoh: monitoring pelayanan resep,
monitoring penggunaan Obat, monitoring
kinerja tenaga kefarmasian
 Evaluasi dilakukan terhadap data yang dikumpulkan yang
diperoleh melalui metode berdasarkan waktu, cara, dan
teknik pengambilan data.
Berdasarkan waktu pengambilan data, terdiri atas:
 Retrospektif: pengambilan data dilakukan setelah
pelayanan dilaksanakan. Contoh: survei kepuasan
pelanggan, laporan mutasi barang.
 Prospektif: pengambilan data dijalankan bersamaan
dengan pelaksanaan pelayanan. Contoh: Waktu
pelayanan kefarmasian disesuaikan dengan waktu
pelayanan kesehatan di Puskesmas, sesuai dengan
kebutuhan.
Berdasarkan cara pengambilan data, terdiri atas:
 Langsung (data primer): data diperoleh secara langsung
dari sumber informasi oleh pengambil data. Contoh: survei
kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan
kefarmasian.
 Tidak Langsung (data sekunder): data diperoleh dari
sumber informasi yang tidak langsung. Contoh: catatan
penggunaan Obat, rekapitulasi data pengeluaran Obat.
Berdasarkan teknik pengumpulan data,
evaluasi dapat dibagi menjadi:
 Survei
Survei yaitu pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner. Contoh: survei
kepuasan pelanggan.
 Observasi
Observasi yaitu pengamatan langsung
aktivitas atau proses dengan
menggunakan cek list atau perekaman.
Contoh: pengamatan konseling pasien.
 Pengelolaan obat di farmasi puskesmas
harus efektif dan efisien karena obat
harus ada saat dibutuhkan, dalam
jumlah yang cukup, mutu terjamin dan
harga yang terjangkau.
 Tingkat kualitas pengelolaan obat di
farmasi puskesmas perlu dinilai dan salah
satu tolok ukur yang digunakan untuk
menilai adalah indicator.
 Sejumlah indikator pengelolaan obat
yang dipilih dapat dilihat pada table
berikut ini.
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari
seleksi persyaratan administrasi, persyaratan
farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk
pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan
Pemberian Informasi obat merupakan kegiatan
pelayanan yang dimulai dari tahap
menyiapkan/meracik Obat, memberikan
label/etiket, menyerahkan sediaan farmasi
dengan informasi yang memadai disertai
pendokumentasian.
Tujuan:
 Pasien memperoleh Obat sesuai dengan
kebutuhan klinis/pengobatan.
 Pasien memahami tujuan pengobatan
dan mematuhi instruksi pengobatan
 Nama, umur, jenis kelamin dan berat
badan
 Nama, dan paraf dokter
 Tanggal resep
 Ruangan/unit asal resep
 Bentuk dan kekuatan sediaan
 Dosis dan jumlah Obat
 Stabilitas dan ketersediaan
 Aturan dan cara penggunaan
 Inkompatibilitas (ketidakcampuran
Obat)
 Ketepatan indikasi, dosis dan waktu
penggunaan Obat
 Duplikasi pengobatan
 Alergi, interaksi dan efek samping Obat
 Kontra indikasi
 Efek adiktif
PELAYANAN INFORMASI
OBAT
Berdasarkan peraturan Menkes RI No. 30
tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas, seorang
apoteker melakukan pelayanan
kefarmasian berupa pemberian informasi
obat. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
merupakan kegiatan pelayanan yang
dilakukan oleh apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas
dan terkini kepada dokter, apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya dan
pasien.
Menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga
kesehatan lain di lingkungan puskesmas, pasien dan
masyarakat.

Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang


berhubungan dengan obat (contoh: kebijakan permintaan
obat oleh jaringan dengan mempertimbangkan stabilitas,
harus memiliki alat penyimpanan yang memadai).

Menunjang penggunaan obat yang rasional.


Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif dan pasif.

Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga esehatan melalui telepon, surat
dan tatap muka.

Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding dll.

Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga


kesehatan lainnya terkait dengan obat dan bahan medis habis pakai.

Mengoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.

Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien dan masyarakat.


Contoh Pharmacy Corner di Puskesmas Simpang Nangka
Contoh
brosur di
Puskesmas
Simpang
Nangka
Definisi

• Proses diskusi antara tenaga kefarmasian


dengan pasien atau keluarga yang dilakukan
secara sistematis untuk mengidentifikasi
masalah dan penyelesaian dalam
penggunaan obat

Tujuan

• Memberikan pemahaman yang benar terkait


pengobatan, penggunaan dan penyimpanan
kepada pasien.
Penentuan Prioritas Pasien

Persiapan dalam melaksanakan


konseling

Pelaksanaan konseling obat


Pasien
dengan
penyakit
kronik Pasien
Pasien yang
dengan
mengalami
sejarah
masalah
ketidakpatu
terkait
han dalam
penggunaa
pengobata
n obatnya.
Prioritas n.
pasien
yang
dikonseling
Pasien
Pasien anak dengan
melalui multirejimen
orang tua. obat /
polifarmasi.

Pasien lanjut
usia.
Menanykan 3
Membuka pertanyaan kunci:
Melakukan
komunikasi • Informasi dari
konseling sesuai
dengan pasien dokter?
kondisi pasien
atau keluarga • Cara penggunaan
obat?
• Harapan dalam
pengobatan?

Melakukan verifikasi
akhir Menjelaskan
Mencatat hasil • Mengecek dan
konseling pada pemahaman pasien memperagak
kartu • Mengidentifikasi an cara
pengobatan masalah penggunaan
penggunaan obat obat tertentu
untuk optimalisasi
terapi
Penggunaan
Obat Penggunaan
Rasional Non Obat
Rasional
 Penggunaan obat
secara rasional
adalah pasien
menerima obat
Pengguna yang sesuai dengan
an Obat kebutuhannya
Rasional untuk periode yang
adekuat dengan
harga yang
terjangkau. (WHO,
1985)
Tepat
Cost Tepat
Diagnosis
effective Indikasi
ness Penyakit

Waspad Kriteria Tepat


pemiliha
a Efek
Samping
Penggunaa n Obat
n Obat
Rasional Tepat
Tepat Dosis
Informasi Tepat
Tepat Cara
Pasien pemberi
an
Pendekatan Penggunaan Obat
Rasional

Penerapan Promosi
Penggunaan
konsep obat penggunaan
obat generik
esensial obat rasional
Penggunaan
obat Dampak
dikatakan tidak Klinis
rasional jika
kemungkinan
dampak Dampak
Ekonomi
negatif yang
diterima oleh
pasien lebih Dampak
besar Sosial
dibanding
manfaatnya
Over prescribing

Under prescribing

Multiple prescribing

Incorrect prescribing
Tugas :
 Membina petugas pengelola obat
 Menyampaikan laporan bulanan pemakaian obat kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
 Melaporkan dan mengirimkan kembali semua obat yang
rusak/ kadaluwarsa dan atau obat yang tidak dibutuhkan
kepada Kepala Dinkes Kabupaten/Kota setempat.
 Melaporkan obat hilang kepada Kepala Dinkes
Kabupaten/Kota.
 Mengajukan permintaan obat dan perbekalan kesehatan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat

Tanggung jawab :
Pengelolaan dan pencatatan pelaporan obat dan perbekalan
kesehatan di Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai