Anda di halaman 1dari 12

BAB III

GAMBARAN KHUSUS
PRODUKSI BODY SCRUB CEMPAKA

III. 1. Uraian Scrub (8)


Alam yang kaya akan tanaman obat, rempah-rempah oleh

masyarakat dahulu digunakan sebagai kosmetik tradisional, hingga

sekarang, kosmetik tradisional masih diminati oleh kebanyakan

masyarakat karena dipercaya lebih alami dan memberikan efek lebih

sehat. Menurut kegunaannya produk kosmetik terbagi menjadi produk

kosmetik perawatan kulit dan produk kosmetik riasan. Salah satu produk

kosmetik perawatan kulit yang saat ini umum digunakan oleh masyarakat

yaitu Body Scrub.

Produk kosmetik perawatan kulit seperti sabun, krim pembersih,

susu pembersih, bahkan krim pembersih untuk kulit yang sangat kotor pun

tidak sanggup untuk mengikat sel-sel yang sudah mati dipermukaan kulit.

Sel-sel yang sudah mati tidak dapat terlepas dari epidermis karena produk

kosmetik perawatan kulit yang terlalu halus atau licin, jika tidak diangkat

akan menyebabkan kulit menebal, kusam dan pori-porinya mudah

tersumbat. Selain itu penggantian sel-sel kulit lama dengan sel-sel kulit

yang masih baru, sehat dan segar jadi terhambat. Oleh karena itu kulit

sudah tua dan mati harus dibuang dari permukaan kulit karena akan

menggangu pernapasan kulit. Sehingga diperlukan bahan agak kasar

untuk dapat melepaskannya dari kulit seperti menggosokkan beras atau

biji-bijian atau kosmetik pengampelas/penipis kulit yang umum disebut

59
60

Scrub Cream. Bahan-bahan dasar Scrub Cream sama dengan bahan krim

pembersih kulit pada umumnya yang mengandung lemak penyegar. Scrub

Cream dimasuki butiran-butiran kasar yang bersifat pengempelas

(Abrasiver) agar bisa mengangkat sel-sel yang sudah mati itu dari

epidermis.

III. 2. Uraian Body Scrub Cempaka (8)


Komposisi:

Water, Syeric Acid, Polyethylene, Capryijc/Capric Triglyceride, Cocos

Nucipera (Coconut) Oil, Cetyl Alcohol, Glycerin, Sodium Lactate, Olea

Europaea (Olive) Fruit Oil ‘Tocopheryl Acetate, Cellulose Gum, Potassium

Hydroxide, Glycol Distearate, Sodium 1, Aureth Sulfate, Cocamide Mea,

Laureth 10, Carbomer, Panthenol, Pentaerythrityl Tetra-Di-T-Butyl,

Hydroxyhydrocinnamate, Chilorphenesin, Methylchlorothiazolinone,

Methylisothiazolinone, Fragrance, CI 19140, CI 16255, CI 28440.

Kegunaan

Cempaka Body Scrub dengan butiran Scrub lembut untuk mengangkat

sisa kotoran dan sel kulit mati. Diperkaya Coconut Oil untuk menutrisi kulit

kering. Olive Oil dan Vitamin E untuk menjaga kelembapan kulit.

Menjadikan kulit tampak bersih dan halus.

III. 3. Sistem Produksi

1. Bahan baku

Perseroan melakukan pembelian bahan baku yang berasal dari

supplier internal dan eksternal. Sebagian dari bahan-bahan nabati

merupakan hasil budidaya tanaman di Kampoeng Djamoe Organik


61

(KADO). Berikut adalah persentase pasokan yang didapat dari dalam

negeri dan luar negeri berdasarkan kelompok bahan baku:

a. Bahan baku nabati: 100% didapat dari tanaman dalam negeri.

b. Bahan baku kimia: sekitar 97% berasal dari luar negeri dan sisanya

sekitar 3% dari dalam negeri.

c. Bahan baku kemas: sekitar 23% berasal dari luar negeri dan sisanya

sekitar 77% didapat dari dalam negeri. Bahan baku kemas yang

berasal dari luar negeri tersebut sebagian diimpor langsung oleh

Perseroan dan sebagian lagi dibeli dari agen lokal.

Perseroan tidak memiliki ketergantungan yang besar terhadap supplier

tertentu.

2. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam industri mempunyai rancang

bangun yang tepat sehingga dapat menjamin keamanan, mutu, dan

keseragaman produk dari batch ke batch. Peralatan yang bersentuhan

dengan bahan awal, produk antara, atau produk jadi tidak boleh

menimbulkan reaksi yang mempengaruhi identitas, mutu, atau kemurnian.

Peralatan ditempatkan sedemikian rupa untuk memperkecil kemungkinan

terjadinya pencemaran silang antar bahan di area yang sama.

Peralatan ditempatkan pada jarak yang cukup satu sama lain untuk

menghindari kesesakan serta memastikan tidak terjadinya kekeliruan dan

campur baur produk. Peralatan setelah digunakan hendaklah dibersihkan

baik bagian luar maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur, serta
62

dijaga dan disimpan dalam kondisi bersih dan diberi tanda. Pembersihan

dengan cara vakum/basah lebih dianjurkan. Udara bertekanan hendaklah

digunakan dengan hati-hati dan sedapat mungkin dihindari karena risiko

pencemaran produk. Validasi peralatan senantiasa dilakukan secara

teratur.

3. Personalia

Tiap karyawan menjalani pemeriksaan kesehatan, baik sebelum

diterima menjadi karyawan maupun selama bekerja yang dilakukan

secara berkala. Karyawan yang mengidap penyakit atau menderita luka

bakar yang dapat menurunkan kualitas produksi, dilarang menangani

bahan baku, bahan yang sedang dalam proses, bahan pengemas, dan

produk jadi, sampai dia sembuh kembali. Sebelum memasuki ruang

pembuatan, karyawan mencuci tangan dengan sabun. Sebaiknya

dihindarkan bersentuhan langsung antara anggota badan dengan bahan

baku produk. Karyawan mengenakan pakaian kerja, penutup rambut,

masker, sarung tangan, dan lain sebagainya yang bersih. Karyawan

dilarang melakukan tindakan seperti merokok, makan, dan minum, serta

perbuatan lain yang dapat mencemari mutu produk di dalam ruangan.

4. Sanitasi dan Higiene

Sanitasi dan higiene adalah segala upaya yang dilakukan untuk

menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi syarat kesehatan. Proses

sanitasi dan higiene di bagian produksi meliputi peralatan (mesin),

ruangan, dan karyawan. Sanitasi menitikberatkan pada bangunan dan


63

peralatan, sedangkan higiene menitikberatkan pada personalia. Mesin

yang akan digunakan harus memiliki tanda label bersih dari quality control.

Sanitasi mesin dilakukan setiap selesai melakukan satu macam produksi.

Penandaan bersih dilakukan dengan cara memeriksa air cucian bilasan

terakhir secara visual. Jika air cucian bilasan terakhir terlihat bening maka

mesin tersebut diberi label bersih. Sanitasi dan higiene ruang produksi

dilakukan dengan mengepel dan mengelap kaca.

Sanitasi dan higiene karyawan dilakukan dengan adanya kewajiban

untuk selalu menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dalam melakukan

pekerjaannya. APD yang digunakan berupa baju dan celana khusus

dengan model terusan (gaun Tyvek) sekali pakai, penutup rambut, masker

wajah yang menutupi mulut, hidung, dan janggut, kaca mata pelindung,

sarung tangan, dan sepatu/alas kaki khusus. Peraturan ini berlaku untuk

semua orang yang akan memasuki ruang produksi.

5. Air untuk Produksi / Water System

Pada PT. Martina Berto air yang digunakan pada proses produksi

adalah aqua demineralisata (aquadem) yang berasal dari sumur artesis

(sumur bawah tanah atau sumber air dibawah lapisan batuan) dengan

kedalaman 25 meter dari permukaan tanah, dapat juga berasal dari PAM

atau sungai.

6. Sistem Pengendalian Udara / Air Handling System (AHS)

Air Handling System (AHS) merupakan suatu sistem yang

bertujuan untuk mengendalikan jumlah partikel dalam ruangan, tekanan


64

udara baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan (koridor),

kelembaban udara, temperatur (suhu) udara, filtrasi udara, dan kecepatan

udara.

AHU adalah sistem peralatan yang diaplikasikan sebagai mesin

pengendali sirkulasi udara di dalam ruang produksi yang membedakan

antara industri farmasi dengan industri yang lain. Unit ini terdiri dari

beberapa bagian penyusun, yaitu :

a. Saringan udara diperlukan untuk menyaring kotoran yang terdapat di

udara.

b. Filter (penyaring udara) berfungsi untuk mengendalikan dan mengontrol

jumlah partikel dan mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi

udara yang masuk ke dalam ruang produksi. Terdiri dari pre filter

(efisiensi penyaringan 35%), medium filter (efisiensi penyaringan 95%),

dan HEPA filter (efisiensi penyaringan 99,997%).

c. Kipas udara (blower) digunakan untuk keperluan suplai udara atmosfer

yang telah disaring, menghisap udara yang kotor atau berdebu dan

menghisap partikel atau debu produksi yang terjadi selama proses

produksi berlangsung.

d. Saluran udara digunakan untuk mendistribusikan udara dari blower

menuju ruang atau tempat yang akan dikondisikan. Saluran udara

untuk mendistribusikan udara mempunyai konstruksi penampang segi

empat, sedangkan saluran untuk menghisap debu produksi mempunyai


65

penampang bulat, bertujuan untuk menghisap terjebaknya debu pada

suatu tempat.

e. Lubang hisap/pengeluaran udara (Grill) adalah sebagai pintu hisap atau

keluar udara untuk pengendalian jumlah aliran udara serta memperkecil

tingkat kebisingan akibat aliran udara

f. Refrigerant unit adalah yang dipakai untuk mengendalikan temperatur

udara ruang dan kelembaban ruang.

g. Dust colector untuk mempertahankan ruangan steril dari kontaminasi

yang dapat mempengaruhi kestabilan suatu produk. Udara kotor akan

keluar melalui dust collector 80% dari udara tersebut akan masuk

kembali dalam sirkulasi udara, sedangkan 15 - 20% akan digantikan

dengan udara segar.

h. Dumper berfungsi untuk mengatur jumlah (debit) udara yang

dipindahkan ke dalam maupun yang keluar dari ruang produksi.

7. Penyimpanan Bahan Baku

Dalam pelaksanaannya, gudang dipisah atas gudang bahan baku,

gudang bahan kemas, dan gudang barang jadi. Gudang bahan baku

menangani penerimaan dari pemasok, penyimpanan dan penyaluran

bahan baku ke produksi. Untuk gudang bahan kemas hampir sama

dengan gudang bahan baku ke produksi jadi menangani penerimaan

produk yang sudah jadi dari bagian pengemasan untuk disimpan dan

didistribusi sesuai dengan permintaan pasar.


66

8. Pengawasan Mutu

Pada setiap tahap dari proses produksi dilakukan pengawasan

mutu yang mengacu kepada System Quality Assurance, dimulai dari

bahan baku, barang setengah jadi, produk jadi, hingga pengiriman ke

distributor. Perseoran juga telah menerapkan secara konsisten Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001 sejak tahun 1996 dan Sistem Manajemen

Lingkungan ISO 14001 sejak tahun2000. Tujuan dari penerapan

system ini adalah untuk memenuhi Kepuasan Pelanggan (Customer

Satisfaction) dan kepedulian terhadap lingkungan.

Selain itu, pada tahun 2000 Perseroan juga telah memperoleh

serti_kat Good Manufacturing Practice yaitu: Cara Pembuatan

Kosmetika Yang Baik (CPKB) dan Cara Pembuatan Obat Tradisional

yang Baik (CPOTB). Dalam menjamin mutu produk, Perseroan

menggunakan alat-alat mutakhir pada pengujian laboratorium.


67

III. 4. Proses Produksi


Dalam proses produksi membuat sediaan body scrub dengan

ekstrak kelapa, dimana secara umum sediaan body scrub merupakan

bentuk sediaan krim yang terdiri dari fase air dan fase minyak. Proses

pembuatan body srub dimulai dengan meleburkan asam stearat dan cetyl

alkohol. Campuran asam stearat dan cetyl alkohol merupakan fase

minyak dari formula ini, sehingga diperlukan peleburan sebelum

pencampuran lebih lanjut. Suhu peleburan ini berkisar antara 700 C – 750

C. Dalam cawan lain dilakukan pencampuran gliserin, propilenglikol, dan

sebagian air, kemudian dipanaskan pada suhu yang sama dengan fase

minyak. Selanjutnya, fase air tersebut dicampurkan dengan fase minyak

(asam stearat dan cetyl alkohol) dan diaduk dengan menggunakan

magnetic stirrer. Setelah campuran tersebut homogen, kemudian

ditambahkan dengan alkali atau trietanolamin (TEA) sebagai penetral

yang bertujuan untuk membentuk massa krim. Netralisasi ini membentuk

basis krim yang dapat menyerap air 5-15 kali beratnya, penampakan

dan plastisasi dari krim ditentukan oleh perbandingan alkali yang

digunakan.
68

Alur Pembuatan Body


Scrub Cempaka

Penyiapan alat dan


bahan

Pembuatan Ekstrak
kelapa

Asam Stearat Cetyl alkohol Propilen Glikol Gliserin water

Campuran 1 Campuran 2

Campuran 2 ditambahkan dalam campuran 1, di aduk


cepat hingga terbentuk massa homogen.

Penambahan TEA

Hingga terbentuk Krim


Penambahan silika yang sudah
didispersikan dam air
Diaduk hingga Homogen

Parfum ditambahkan kedalam


campuran

Gudang Obat Jadi

Gambar 3. Alur Proses Pembuatan Body Scrub Cempaka


69

Adapun evaluasi yang dilakukan yaitu:

a. Pengamatan organoleptis

Krim dianalisis melalui pengamatan visual meliputi warna, bau dan

bentuk.

b. Pengukuran viskositas dan sifat alir

Viskositas dan sifat alir sediaan ditentukan dengan Viscometer

Brookfield come and plate seri AT 71362 spindle CPE 41 yang

sebelumnya telah dikalibrasi dengan larutan silikon standar.

Pengukuran viskositas sediaan diamati pada rute of shear 0,5 rpm.

Sedangkan sifat alir sediaan didapat dengan mengeplot kurva data

viskositas dan rute of shear (rpm) yang dimulai dari rpm terendah.

c. Pengukuran berat jenis

Pengukuran berat jenis krim menggunakan piknometer bervolume

10,677 ml pada suhu 200C. Perhitungan berat jenis sediaan tanpa pori-

pori dan ruang antar partikel dilakukan dengan bantuan bahan berupa

Parrafin liquidum.

d. Pengukuran Droplet

Pengamatan ukuran droplet sediaan krim dilakukan dengan

menggunakan mikroskop pada perbesaran 100 kali dengan metode

diameter area terproyeksi. Setiap kali pengamatan diambil sebanyak

500 data. Data yang diperoleh kemudian dihitung nilai tengah diameter

volume permukaannya (dvs).


70

e. Tipe Emulsi

Pengamatan dilakukan di atas kaca objek yang telah ditetesi oleh

Methylen blue yang kemudian diamati dengan bantuan alat

fotomikroskop Zeiss Axioskop 40.

f. Pengukuran pH

Pengamatan dilakukan pada alat pH meter (SCHOTT 808), lakukan

kalibrasi pH terlebih dahulu dengan menggunakan larutan buffer pH 7

dan larutan buffer pH 4. Kemudian masukan sediaan krim pada

elektrode, siap untuk mengukur pH.

g. Uji Stabilitas Dpercepat

Uji stabilitas dipercepat dilakukan pada kondisi berbeda yang ditujukkan

untuk melihat adanya perubahan pada kondisi penyimpanan tersebut.

Dalam uji ini, sampel disimpan dalam climatic chamber pada suhu 400 ±

20C dan kelembaban relatif (RH) 75% ± 5%.

Data hasil pengamatan stabilitas fisika dilakukan dengan metode

analisis one-way ANOVA (α=0,05) dan analisis two-way ANOVA.

Selanjutnya dilakukan proses packaging. Pada proses ini

pemeriksaan IPC kemasan, penandaan etiket dos dan wadah, tanda

pengepakan serta estetica etiket pada wadah. Setelah itu produk diperiksa

lagi oleh pemeriksa produk akhir meliputi pemeriksaan fisik. Jika sudah

memenuhi syarat oleh SPA ditempel setuju dikeluarkan, kemudian dikirim

ke gudang bahan kemas.

Anda mungkin juga menyukai