Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN KASUS PADA SISTEM

PERSYARAFAN
TRAUMA KEPALA DAN CKR,CKS DAN CKB

Kelompok 1 :
1. Risna nur ibayati
2. I Made Ari
3. Yulianti
4. Zohriah
5. Yashi Verdani Akbar
6. Nurul Cahyati
7. Rauhil Jannah
8. Setianto
9. Rizkika Nuria Istari
10. Windi Widiartini
11. Novita Sari
12. Yunisa Fitrian
13. Rahmat Tri Aji Hak
14. Ririn Cahya Ningrum
15. Yulia Rahayanti
16. Suratun Hasanah
17. Susi susanti
18. Rahma Fitri
19. Rizal Watoni

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESETAHAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHAP PROFESI
MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita nikmat dan karunianya sehingga
kita semua dapat menjalankan aktivitas kita sehari-hari, khususnya saya yang dengan karunia-Nya lah,
saya dapat menyelesaikan penulisan makalah pada mata kuliah keprawatan keluarga “ASUHAN
KEPRAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN KASUS SISTEM PERSYARAFAN ”ini. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam
yang gelap gulita menuju alam yang terang benerang.
kami sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan ketidak sempurnaan kami, baik dari segi penulisan maupun ketajaman analisis permasalahan di
dalamnya, Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan dalam penulisan makalah pada masa yang akan datang. Dan akhirnya kami mengucapkan
terimakasih atas keadilan bapak/ibu untuk membaca makalah kami. Serta mohon maaf atas segala
kekurangannya. Terdorong oleh rasa ingin tahu,kemauan,kerja sama dan kerja keras, kami serahkan
seluruh upaya demi mewujudkan keinginan ini.

Mataram,10 Juni 2022

Mengetahui
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................4

A. LatarBelakang............................................................................................4
B. RumusanMasalah........................................................................................5
C. Tujuan.........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................6

A. Pengertian Trauma Kepala, CKR, CKS DAN CKB...............................6


B. Etiologi ...................................................................................................6
C. Tanda dan gejala .....................................................................................7
D. Patofisiologi............................................................................................8
E. Pemeriksaan diagnostic ..........................................................................8
F. Komplikasi ..............................................................................................9

BAB III ASKEP ..........................................................................................11

A. Pengkajian ...............................................................................................11
B. Diagnose ..................................................................................................13
C. Intervensi .................................................................................................13
D. Implementasi ...........................................................................................15
E. Evaluasi ...................................................................................................15

BAB IV PENUTUP.....................................................................................16

3.1 Kesimpulan Saran....................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cidera kepala merupakan gangguan otak karena otak mengalami trauma baik tumpul
maupun tajam. Cedera kepala adanya deformitas penyimpangan bentuk dan garis pada tulang
tengkorak, percepatan dan perlambatan hasil dari perubahan bentuk yag dipengaruhi oleh
peningkatan pada percepatan dan rotasi pada kepala yang dirasakan oleh otak sebagai efek dari
perputaran pada pencegahan (padila, 2012)
Merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan dan sering diakibatkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor. Sebagian masyarakat belum mengetahui akibat dari cedera
kepala yang dapat menyebabkan kematian. 50% terjadi pada korban berusia dibawah 45 tahun
akibat kecelakaan kendaraan bermotor, sementara itu 21% karena jatuh dan 10% akibat olahraga.
Laki-laki lebih sering mengalami cedera kepala dibadning wanita. Setelah mengalami cedera
kepala pasien lebih rentan mengalami kejadian yang sama 2-3 kali karena perhatian pasien yang
berkurang, reaksi lambat dan sulit mengambil keputusan. Kerusakan otak disebabkan oleh
kejadian berulang ini.
Kematian akibat kasus ini dari thaun ke tahun semakin meningkat, bertambahnya angka
kematian akibat jumlah penerita cedera kepala semakin bertambah dan penanganan yang kurang
tepat dan tidak sesuai dengan harapan.
Hal ini disebabkan oleh mobilitas usia produktif yang tinggi dan kesadaran menjaga
keselamatan dijalan masih rendah dan penanganan masih belum sesuai dan juga rujukan yang
lambat akan mengakibatkan penderita meninggal dunia.
Untuk menangani penderita cidera kepala berat terdapat cara dengan oprasi pada derah trauma
kepala yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa penderita. Setelah penderita cidera kepala
berat dilakukan tindakan oprasi maka tugas perawat untuk melakukan tindakan perawatan luka
agar penderita tidak mendapatkan penyakit tambahan yaitu infeksi pada luka pasca oprasi.
Infeksi luka oprasi (ILO) merupakan infeksi yang terjadi pasca pembehan. WHO
melaporkan bahwa tingkat kejadian ILO di dunia berkisar 5%-15%. Data WHO 5%-34% data
infeksi adalah infeksi luka oprasi ILO dan merupakan infeksi ketiga yang sering terjadi dirumah
sakit sekitar 14%-16% dari total pasien dirumah sakit mengalami ILO.
DEPKES RI pada tahun 2011 menyatakan angka kejadian ILO dirumah sakit pemerintah
Indonesia sebanyak 55,1%. Hal ini membuktikan bahwwa ILO menjadi kejadian yang tidak bias
dianggap remeh. Faktor kejaidan ILO adalah misalnya diabetes mellitus, obesitas, malnutrisi dan
faktor luka yang meliputi pencukuran daerah oprasi dan suplai darah ke area luka yang kurang.
Dan faktor lain misalnya lama oprasi, antibiotic profilaksis dan ventilasi ruangan oprasi dan tenik
oprasi. Untuk diperhatikan bahwa membersihkan daerah oprasi sangat perlu dilakukan karna ini
merupakan faktor yang menyebabkan kejadian ILO pada pra oprasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Trauma Kepala, CKR, CKS DAN CKB ?
2. Apa saja Etiologi Trauma Kepala, CKR, CKS DAN CKB ?
3. Apa saja Tanda dan gejala Trauma Kepala, CKR, CKS DAN CKB ?
4. Apa saja Patofisiologi Trauma Kepala, CKR, CKS DAN CKB ?
5. Apa saja Pemeriksaan diagnostic Trauma Kepala, CKR, CKS DAN CKB ?
6. Apa saja Komplikasi Trauma Kepala, CKR, CKS DAN CKB ?
7. Bagaimana Askep Trauma Kepala, CKR, CKS DAN CKB ?
G. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Trauma Kepala, CKR, CKS DAN CKB
2. Untuk mengetahui Etiologi Trauma Kepala, CKR, CKS DAN CKB
3. Untuk mengetahui Apa saja Tanda dan gejala Trauma Kepala, CKR, CKS DAN CKB
4. Untuk mengetahui Apa saja Patofisiologi Trauma Kepala, CKR, CKS DAN CKB
5. Untuk mengetahui Apa saja Pemeriksaan diagnostic Trauma Kepala, CKR, CKS DAN CKB
6. Untuk mengetahui Apa saja Komplikasi Trauma Kepala, CKR, CKS DAN CKB
7. Untuk mengetahui Bagaimana Askep Trauma Kepala, CKR, CKS DAN CKB
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Trauma Kepala, CKR, CKS DAN CKB


Cedera kepala adalah (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara langsung
maupun tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan luka di kulit kepala, fraktur
tulang tengkorak, robekan selaput otak dan kerusakan jaringan otak itu sendiri, serta
mengakibatkan gangguan neurologis (Sjahrir, 2012). Cedera kepala merupakan suatu proses
terjadinya cedera langsung maupun deselerasi terhadap kepala yang dapat menyebabkan
kerusakan tengkorak dan otak (Pierce dan Nail, 2014).
Cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak
(Morton, 2012). Cedera kepala meliputi luka pada kulit kepala, tengkorak, dan otak. Cedera
kepala merupakan adanya pukulan atau benturan mendadak pada kepala dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran (Susan Martin, 2010).
Cedera kepala berat (CKB ) adalah cedera otak karena tekanan atau benturan keras pada
kepala yang menyebabkan hilangnya fungsi neurology atau menurunnya kesadaran tanpa
menyebabkan kerusakan lainnya (Smeltzer, 2006).
Cedera kepala berat (CKB) adalah trauma kepala yang diikuti oleh kehilangan kesadaran
atau kehilangan fungsi neorologis seperti misalnya daya ingat atau penglihatan dengan skor
GCS 3-8, yang di buktikan dengan pemeriksaan penunjang CT Scan kepala (ATLS 2004).
Cedera kepala ringan( CKR )merupakan salah satu klasifikasi dari cedera kepala yang
dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada fungsi persarafan serta penurunan
kesadaran pada seseorang tanpa menimbulkan kerusakan pada organ lainnya. Cedera kepala
ringan dapat disebabkan adanya trauma yang pada kepala dengan nilai GCS: 14-15, tidak
terdapat penurunan kesadaran, biasanya terdapat keluhan pusing dan nyeri akut, serta lecet
atau luka pada kepala maupun terjadi perdarahan di otak (Muttaqin, A, 2008).
Cedera kepala sedang ( CKS) terjadi akibat cedera kepala primer, misalnya akibat
hipoksemia, iskemia dan perdarahan. Perdarahan cerebral menimbulkan hematoma,
misalnya Epidoral Hematom yaitu adanya darah di ruang Epidural diantara periosteum
tengkorak dengan durameter, subdural hematoma akibat berkumpulnya darah pada ruang
antara durameter dengan sub arakhnoit dan intra cerebal hematom adalah berkumpulnya
darah didalam jaringan cerebral
B. Etiologi
Beberapa etiologi cedera kepala (Yessie dan Andra, 2013):
1. Trauma tajam
Trauma oleh benda tajam: menyebabkan cedera setempat dan menimbulkan cedera lokal.
Kerusakan local meliputi contusion serebral, hematom serebral, kerusakan otak sekunder
yang disebabkan perluasan masa lesi, pergeseran otak atau hernia.
2. Trauma tumpul
Trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera menyeluruh (difusi): kerusakannya
menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk, yaitu cedera akson, kerusakan otak
hipoksia, pembengkakan otak menyebar pada hemisfer serebral, batang otak atau kedua-
duanya.
Akibat cedera tergantung pada (Yessie dan Andra, 2013) :
a. Kekuatan benturan (parahnya kerusakan).
b. Akselerasi dan deselerasi.
c. Cup dan kontra cup
1) Cedera cup adalah kerusakan pada daerah dekat yang terbentur.
2) Cedera kontra cup adalah kerusakan cedera berlawanan pada sisi desakan benturan.
d. Lokasi benturan
e. Rotasi: pengubahan posisi rotasi pada kepala menyebabkan trauma regangan dan robekan
substansia alba dan batang otak. Depresi fraktur: kekuatan yang mendorong fragmen
tulang turun menekan otak lebih dalam. Akibatnya CSS mengalir keluar ke hidung,
kuman masuk ke telinga kemudian terkontaminasiCSS lalu terjadi infeksi dan
mengakibatkan kejang
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari cedera kepala (Yessie dan Andra, 2013) :
1. Cedera kepala ringan-sedang
a. Disoerientasi ringan
Disorientasi adalah kondisi mental yang berubah dimana seseorang yang mengalami
ini tidak mengetahui waktu atau tempat mereka berada saat itu, bahkan bisa saja
tidak mengenal dirinya sendiri.
b. Amnesia post traumatik
Amnesia post traumatik adalah tahap pemulihan setelah cedera otak traumatis ketika
seseorang muncul kehilangan kesadaran atau koma.
c. Sakit kepala
Sakit kepala atau nyeri dikepala, yang bisa muncul secara bertahap atau mendadak.
d. Mual dan muntah
Mual adalah perasaan ingin muntah, tetapi tidak mengeluarkan isi perut, sedangkan
muntah adalah kondisi perut yang tidak dapat dikontrol sehingga menyebabkan perut
mengeluarkanisinya secara paksa melalui mulut.
e. Gangguan pendengaran
Gangguan pendengaran adalah salah suatu keadaan yang umumnya disebabkan oleh
factor usia atau sering terpapar suara yang nyaring atau keras.
2. Cedera kepala sedang-berat
a. Oedema pulmonal
Edema paru adalah suatu kondisi saat terjadi penumpukan cairan diparu-paru yang
dapat mengganggu fungsi paru-paru. Biasanya ditandai dengan gejala sulit bernafas.
b. Kejang infeksi
Kejang infeksi adalah kejang yang disebabkan oleh infeksi kumandi dalam saraf
pusat.
c. Tanda herniasi otak
Herniasi otak adalah kondisi ketika jaringan otak dan cairan otak bergeser dari posisi
normalnya. Kondisi ini dipicu oleh pembengkakan otak akibat cedera kepala, stroke,
atau tumor otak.
d. Hemiparase
Hemiparase adalah kondisi ketika salah satu sisi tubuh mengalami kelemahan yang
dapat mempengaruhi lengan, kaki, dan otot wajah sehingga sulit untuk digerakkan.
e. Gangguan akibat saraf kranial
D. Patofisiologi
Trauma yang disebabkan oleh benda tumpul dan benda tajam atau kecelakaan dapat
menyebabkan cedera kepala. Cedera otak primer adalah cedera otak yang terjadi segera
setelah trauma. Cedera kepala primer dapat menyebabkan kontusio dan laserasi. Cedera
kepala ini dapat berlanjut menjadi cedera sekunder. Akibat trauma terjadi peningkatan
kerusakan sel otak sehingga menimbulkan gangguan autoregulasi. Penurunan aliran darah ke
otak menyebabkan penurunan suplai oksigen ke otak dan terjadi gangguan metabolisme dan
perfusi otak. Peningkatan rangsangan simpatis menyebabkan peningkatan tahanan vaskuler
sistematik dan peningkatan tekanan darah. Penurunan tekanan pembuluh darah di daerah
pulmonal mengakibatkan peningkatan tekanan hidrolistik sehingga terjadi kebocoran cairan
kapiler. Trauma kepala dapat menyebabkan odeme dan hematoma pada serebral sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial. Sehingga pasien akan mengeluhkan pusing
serta nyeri hebat pada daerah kepala (Padila, 2012).
E. Pemeriksaan Diagnostic
Pemeriksaan diagnostic dari cedera (Andra dan Yessi, 2013) :
1. Pemeriksaan diagnostik
a. X ray/CT Scan
1) Hematom serebral
2) Edema serebral
3) Perdarahan intracranial
4) Fraktur tulang tengkorak
b. MRI: dengan atau tanpa menggunakan kontras
c. Angiografi cerebral: menunjukkan kelainan sirkulasi serebral
d. EEG: mermperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis
2. Pemeriksaan laboratorium
a. AGD:PO2,PH, HCO2, : untuk mengkaji keadekuatan ventilasi (mempertahankanAGD
dalam rentang normal untuk menjamin aliran darah serebral adekuat) atauuntuk
melihat masalah oksigenasi yang dapat meningkatkan TIK.
b. Elektrolit serum: cedera kepala dapat dihubungkan dengan gangguan regulasi natrium,
retensi Na berakhir beberapa hari, diikuti dengan dieresis Na,peningkatan letargi,
konfusi dan kejang akibat ketidakseimbangan elektrolit.
c. Hematologi: leukosit, Hb, albumin, globulin, protein serum.
d. CSS: menenetukan kemungkinan adanya perdarahan subarachnoid (warna,komposisi,
tekanan).
e. Pemeriksaan toksilogi: mendeteksi obat yang mengakibatkan penurunankesadaran.
f. Kadar antikonvulsan darah: untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup
efektifmengatasi kejang.
F. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari cedera kepala (Andra dan Yessie, 2013):
1. Epilepsi pasca cedera
Epilepsi pasca trauma adalah suatu kelainan dimana kejang terjadi beberapa waktu setelah
otak mengalami cedera karena benturan di kepala. Kejang bisa saja baru terjadi beberapa
tahun kemudian setelah terjadinya cedera. Obat-obat anti kejang
misalnya: fenitoin, karbamazepin atau valproat) biasanya dapat mengatasi kejang
pasca trauma.
2. Afasia
Afasia adalah hilangnya kemampuan untuk menggunakan bahasa karena terjadinya cedera
pada area bahasa di otak. Penderita tidak mampu memahami atau mengekspresikan kata-
kata. Bagian kepala yang mengendalikan fungsi bahasa adala lobus temporalis sebelah kiri
dan bagian lobus frontalis di sebelahnya. Kerusakan pada bagian manapun dari area
tersebut karena stroke, tumor, cedera kepala atau infeksi, akan mempengaruhi beberapa
aspek dari fungsi bahasa.
3. Apraksia
Apraksia adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas yang memerlukan ingatan atau
serangkaian gerakan. Kelainan ini jarang terjadi dan biasanya disebabkan oleh kerusakan
pada lobus parietalis atau lobus frontalis. Pengobatan ditujukan kepada penyakit yang
mendasarinya, yang telah menyebabkan kelainan fungsi otak.
4. Agnosis
Agnosis merupakan suatu kelainan dimana penderita dapat melihat dan merasakan sebuah
benda tetapi tidak dapat menghubungkannya dengan peran atau fungsi normal dari benda
tersebut. Penderita tidak dapat mengenali wajah-wajah yang dulu dikenalinya dengan baik
atau benda-benda umum (misalnya sendok atau pensil), meskipun mereka dapat melihat
dan menggambarkan benda-benda tersebut. Penyebabnya adalah fungsi pada lobus
parietalis dan temporalis, dimana ingatan akan benda-benda penting fungsinya disimpan.
Agnosis seringkali terjadi segera setelah terjadinya cedera kepala atau stroke.Tidak ada
pengobatan khusus, beberapa penderita mengalami perbaikan secara spontan.
5. Amnesia
Amnesia adalah hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan untuk mengingat peristiwa
yang baru saja terjadi atau peristiwa yang sudah lama berlalu. Penyebabnya masih belum
dapat sepenuhnya dimengerti. Cedera pada otak bisa menyebabkan hilangnya ingatan akan
peristiwa yang terjadi sesaat sebelum terjadinya kecelakaan (amnesia retrograde) atau
peristiwa yang terjadi segera setelah terjadinya kecelakaan (amnesia pasca trauma).
Amnesia hanya berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam (tergantung pada
beratnya cedar) dan akan hilang dengan sendirinya. Pada cedera otak yang hebat, amnesia
bisa bersifat menetap. Mekanisme otak untuk menerima informasi dang mengingatnya
kembali dari memori terutama terletak di dalam lobus oksipitalis, parietalis, dan
temporalis.
6. Fistel karotis-kavernosus
Ditandai dengan trias gejala: eksoftalmus, kemosis, dan briit orbita, dapat timbul segera
atau beberapa hari setelah cedera.
7. Diabetes insipidus
Disebabkan karena kerusakan traumatic pada tangkai hipofisis, menyebabkan penghentian
sekresi hormone antidiuretik. Pasien mengekskresikan sejumlah besar volume urin encer,
menimbulkan hipernatremia, dan deplesi volume.
8. Kejang pasca trauma
Dapat terjadi (dalam 24 jm pertama), dini (minggu pertama) atau lanjut (setelah satu
minggu). Kejang segera tidak merupakan predisposisi untuk kejang lanjut, kejang dini
menunjukkan risiko yang meningkat untuk kejang lanjut, dan pasien ini harus
dipertahankan dengan antikonvulasan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GADAR PADA SISTEM PERSYARAFAN
ASUHAN GAWAT DARURAT PADA TRAUMA KEPALA

A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
Adapun data pengkajian primer menurut Rab, Tabrani. 2007 :
a) Airway
Ada tidaknya sumbatan jalan nafas·
b) Breathing
Ada tidaknya dispnea, takipnea, bradipnea, sesak, kedalaman nafas.sesak, kedalaman nafas.·
c) Circulation
Ada tidaknya peningkatan tekanan darah, takikardi, bradikardi, sianosis, capilarrefil.takikardi,
bradikardi, sianosis, capilarrefil
d) Disability
Ada tidaknya penurunan kesadaran, kehilangan sensasi dan refleks, pupil anisokor dan nilai
GCS berdasarkan pada tingkat keparahan cidera :beerdasarkan pada tingkat keparahan cidera.
 Cidera kepala ringan/minor (kelompok resiko resiko rendah)
 Skor skala koma Glasglo 15 (sadar penuh,atentif,dan orientatif)
 Tidak ada kehilangan kesadaran (misalnya konkusi)
 Tidak ada intoksikas alkohaol atau obat terlarang
 Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
 Pasien dapat menderita abrasi,laserasi,atau hematoma kulit kepala
 Tidak adanya kriteria cedera sedang-berat.
 Cidera kepala sedang (kelompok resiko sedang)
 Skor skala koma Glasgow 9-14 (konfusi, latergi atau stupor)
 Konkusi
 Amnesia pasca trauma
 Muntah
 Tanda kemungkinan fraktur cranium (tanda battle, mata rabun, hemotimpanum,
otorhea atau rinorhea)
 Cedera kepala berat (kelompok resiko berat)
 Skor skala koma glasglow 3-8 (koma)
 Penurunan derajat kesadaran secara progresif
 Tanda neurologis fokal
 Cidera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresikranium
e) Exposure of extermitas
Ada tidaknya peningkatan suhu, ruangan yang cukup hangat
2. Pengkajian Sekunder
Data pengkajian secara umum tergantunng pada tipe, lokasi dan keparahan cidera dan
kemungkinan diperlukan oleh cidera tambahan pada organ-organ vital
a) Aktivitas/istrahat
Gejala: merasa lemah, kaku, lelah, hilang keseimbangan
Tanda:
 Perubahan kesehatan, latergi
 Hemipa rase, quadrepelgia
 Ataksia cara berjalan tak tegap
 Masalah dalam keseimbangan
 Cidera (trauma) ortopedi
 Kehilangan tonus otot, otot spastic
b) Sirkulasi
Gejala:
 Perubahan darah atau normal (hipertensi)
 Perubahan frekuensi jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi bradikardia disritmia)
c) Integritas ego
Gejala: perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis)
Tanda: cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, binggung depresi dan impulsive
d) Eliminasi
Gejala: inkontenensia kandung keih/usus atau mengalami gangguan fungsi
e) Makanan/cairan
Gejala: mual, muntah, dan mengalami perubahan selera
Tanda: muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia)
f) Neurosensoris
Gejala: kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo, sinkope, tinnitus,
kehilangan pendengaran, fingking, baal pada ekstermitas
Tanda:
 Perubahan kesadaran bisa sampai koma
 Perubahan status mental
 Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri)
 Wajah tidak simetris
 Genggaman lemah, tidak seimbang
 Reflex tendon dalam tidak ada atau lemah
 Apraksia, hemiparese, quadriplegia
g) Nyeri/kenyamanan
Gejala: sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda biasanya koma
Tanda: wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah tidak
bisa beristrahat, merintih
h) Pernapasan
Tanda:
 Perubahan pola napas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi). Nafas berbunyi stridor,
terdesak
 Ronchi, mengi positif
i) Keamanan
Gejala: trauma baru/trauma karena kecelakaan
Tanda: fraktur/dislokasi
 Gangguan penglihatan
 Gangguan kognitif
 Gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, ketakutan secara umum mengalami paralisis
 Demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh
j) Interaksi social
Tanda: afasia, motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-ulang
B. Diagnose
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan edema serebral, hipoksia serebral
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan, penggunaan otot
aksesori
C. Intervensi

No Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Intervensi (SIKI)


hasil (SLKI)
1 Ketidakefektifan perfusi jaringan Setelah dilakukan Observasi:
berhubungan dengan edema tindakan keperawatan - Periksa sirkulasi
serebral, hipoksia serebral 3x24 jam diharapkan perifer
perfusi perifer - Identifikasi factor
meningkat, dengan resiko gangguan
kriteria hasil: sirkulasi
- Kognitif meningkat - Monitor panas,
- Sakit kepala menurun kemerahan, nyeri,
- Gelisah menurun atau bengkak pada
- Cemas menurun ekstermitas
- Demam menurun Terapeutik
- Reflex saraf membaik - Hindari pemasangan
infuse atau
pengambilan darah
di area keterbatasan
perfusi
- Hindari penngukuran
tekanan darah pada
ekstermitas dengan
keterbatasan perfusi
- Hindari penekanan
dan pemasangan
torniqurt pada area
yang cedera
- Lakukan pencegahan
infeksi
Edukasi
- Lakukan hidrasi
- Anjurkan berhenti
merokok
- Anjurkan
berolahraga rutin
2 Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan Observasi
berhubungan dengan kelemahan tindakan keperawatan - Monitor pola nafas,
otot pernapasan, penggunaan otot selama 3x24 jam pola monitor saturasi
aksesori nafas tidak efektif oksigen
membaik, dengan - Monitor frekuensi,
kriteria hasil: irama, kedalaman
- Dipsnea meningkat dan upaya nafas
- Penggunaan otot bantu Terapeutik
nafas meningkat - Atur interval
- Frekuensi nafas pemantauan respirasi
membaik sesuai kondisi pasien
- Kedalaman nafas Edukasi
membaik - Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu

D. Implementasi
Implementasi merupakan tahapan pelaksanaan dari berbagai tindakan yang telah disusun di tahap
intervensi
E. Evaluasi
Evaluasi pada asuhan keperawatan dilakukan secara sumatif dan formatif
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Cedera kepala merupakan suatu proses terjadinya cedera langsung maupun deselerasi terhadap
kepala yang dapat menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak.Beberapa etiologi cedera kepala
(Yessie dan Andra, 2013):Trauma tajam dan Trauma tumpul.
Pemeriksaan diagnostic dari cedera :
1. Pemeriksaan diagnostic: X ray/CT Scan, MRI, Angiografi cerebral,EEG:
2. Pemeriksaan laboratorium
Beberapa komplikasi dari cedera kepala : Epilepsi pasca cedera, Afasia, Apraksia, Agnosis,
Amnesia, Fistel karotis-kavernosus, Diabetes insipidus, Kejang pasca trauma.
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. dan Joann C. Hackley. 2003. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku
Dari Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC
Baheram, L. 2007. Cedera Kepala Pada Pejalan Kaki Dalam Kecelakaan Lalu Lintas Yang
Fatal. Majalah Kedokteran Bandung. 26(2): 52-54.
Bulechek, Gloria M., dkk. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi Bahasa
Indonesia. Indonesia : Elsivier
____________. Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia : Elsivier
Chesnut, R. M., dkk. 2000. The Role Of Secondary Brain Injury In Determining Outcome
From Severe Head Injury. Jakarta: EGC
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., dan Geissler, A. C. 2002. Nursing Care Plane: Guidelines
For Planning And Documenting Patient Care, Edisi 3. Philadelphia: F.
Davis Company
Irwana, O. 2009. Cedera Kepala. Majalah Kedokteran Universitas Riau. Diakses pada tanggal
21 Juli 2019 dari :

http://downloads.ziddu.com/downloadfile/9060174/Belibis_A17Cedera_Kepala2.pdf.html

Miller, L. 2004. Study Audits The Process Of The Management Of Patients With Head Injury
Presenting At Accident And Emergency (A&E) Departments And Examines The Impact
Upon Resources Of Introducing NICE Guidelines. Diakses pada tanggasl 21 Juli 2019 dari:
http://www.biomedcentral.com/1472-6963/4/7
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta
: EGC
Narayan, R. K., Wilberger, J. E., dan Povlishock, J. T. 2000. Neurotrauma, General
Principles Of Head Injury Management. New York: McDraw-Hill
Osborn, A. 2003. Head and Neck, Brain, Spine : Diagnostic and Surgical Imaging Anatomy
Series. Lippincott Williams & Wilkin
Pascual, J. L., LeRoux, P. D., dan Gracias, V. H. 2008. Injury To The Brain dalam Trauma :
Contemporary Principles and Therapy. Philadelphia: Lippincot
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses
Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai