Oleh
Putri Setyaningrum
1.15.084
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi bersamaan
dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling
sering dijumpai pada anak-anak dan menyerang sekitar 4% anak. Kebanyakan
serangan kejang terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum usia 3 tahun dengan
peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan.
Kejang demam jarang terjadi setelah usia 5 tahun. (Dona L.Wong, 2008)
c. Klasifikasi/tipe/jenis
Menurut Prichard dan Mc Greal membagi kejang demam atas dua golongan yaitu:
1) Kejang demam sederhana, kejang ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy
b) Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyakit apapun
c) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6 tahun.
d) Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit.
e) Kejang tidak bersifat fokal
f) Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
g) Sebelumnya tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas
perkembangan
h) Kejang tidak berulang dalam waktu singkat.
2) Kejang demam kompleks
Bila kejang tidak memenuhi kriteria di atas maka digolongkan sebagai kejang
pada tangan, dan gerakan tangan lainnya. Dapat tanpa otomatisme tatapan terpaku.
d. Anatomi Fisiologi
e. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu
lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium
dan elektrolit lainya kecuali ion klorida. Akibatnya konsentrasi ion kalium dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi natrium rendah, sedang di luar sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar
sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan
bantuan enzim NA-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan
potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion di ruang
ekstraseluler. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya (Judha & Rahil, 2011).
f. Pathways
g. Manifestasi klinik
Adapun tanda gejala yang dapat ditemukan yaitu:
1) Serangan kejang klonik atau tonik-klonik bilateral
2) Mata terbalik ke atas
3) Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan atau hanya sentakan atau
kekakuan fokal
4) Umumnya kejang berlangsung kurang dari 6 menit, kurang dari 8% berlangsung
lebih dari 15 menit
5) Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya sentakan atau
kekakuan fokal.
6) Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara (hemiparesis todd),
7) Suhu 38oc atau lebih.
h. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut Tarwoto (2010), yaitu:
i. Komplikasi
Komplikasi menurut Asmadi (2009, hlm.45), sebagai berikut:
2. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada gangguan aman dan nyaman menurut
Herdman (2015, hlm. 445-446):
c. Rencana keperawatan
1) Nyeri akut
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
nyeri berkurang menjadi skala ringan.
Kriteria hasil :
NOC: pain level
pasien menunjukkan ekspresi wajah rileks
pasien dapat tidur secara adekuat
menyatakan nyeri berkurang di skala 4-2
pasien tidak mengeluh kesakitan
Intervensi keperawatan menurut Bulecheck (2016, hlm. 198):
NIC : Manajemen nyeri Kaji keluhan nyeri (PQRST)
R: mengidentifikasi kebutuhan intervens dan tanda komplikasi
Dorong menggungkapkan perasaan
R: mengurangi ansietas dan persepsi nyeri
Berikan aktivitas hiburan
R: mengalihkan perhatian pada rasa nyeri
Lakukan tindakan paliatif (posisi, massage, rentang gerak sendi)
R: meningkatkan relaksasi
Intruksi pasien bimbingan imajinasi, relaksasi otot progresif dan tarik
nafas dalam
R: menurunkan kebutuhan narkotik analgesic
Kolaborasi pemberian analgesic
R: menurunkan nyeri
2) Nyeri kronis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
nyeri berkurang menjadi skala sedang.
Kriteria hasil :
NOC: Pain Control
pasien dapat mengontrol nyeri
mengurangi efek yang menggangu
menyatakan nyeri berkurang di skala sedang
Intervensi keperawatan menurut Bulecheck (2016, hlm. 198).:
NIC : Manajemen nyeri
Kaji keluhan nyeri (PQRST)
R: mengidentifikasi kebutuhan intervens dan tanda komplikasi
Pastikan perawatan analgesic bagi pasien dilakukan dengan pantauan yang
ketat
R: agar nyeri yang dirasakan tidak terulang
Lakukan tindakan paliatif (posisi, massage, rentang gerak sendi)
R: meningkatkan relaksasi
Kolaborasi pemberian analgesic
R: menurunkan nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, I, W, & Cahyatin N. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori & Aplikasi
dalam praktik. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin, H. (2015). Aplikasi Asuha Keperawatan berdasakan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC NOC Ed. Revisi Jilid 3. Yogyakarta: Mediaaction jogja
Potter,P.A. & Perry,A.G.(2009). Fundamentals of Nursing (7Th ed).St. Louis;Mosby Elsevier
Saryono dan Anggriyana Tri Widianti. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Nuha
Medika
Smeltzers. S.S, & Bare B.G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume
2.Kuncara et., all(penerjemah). Jakarta: EGC
Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.