KLINIS DIREKTUR
DENGUE
UPTD RSUD HAEMORRHAGIC
JENDERAL FEVER PADA ANAK
AHMAD YANI
METRO dr.Fitri Agustina
NIP.19810817 200902 2 007
NOMOR DOKUMEN TANGGAL : 11 April 2022
A. Pengertian Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali
( Definisi ) dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung
kurang dari 1 minggu.
B. Anamnesis 1. Lama berlangsungnya diare, frekuensi diare sehari,
warna feses, adakah lendir atau lendir darah dalam
feses
2. Adakah muntah, rasa haus, rewel, anak lemah,
kesadaran menurun, kapan buang air kecil terakhir,
demam, sesak nafas, kejang, perut kembung
3. Jumlah cairan yang masuk selama diare
4. Jenis makanan dan minuman yang dimakan/minum
selama diare
5. Apakah mengkonsumsi makanan minuman yang
tidak biasa
6. Apakah terdapat penderita diare disekitarnya
7. Bagaimana dengan sumber air minum.
C. Pemeriksaan 1. Keadaan umum, tanda vital dan kesadaran :
ASFIKSIA
UPTD RSUD NEONATORUM
JENDERAL
AHMAD YANI dr. Fitri Agustina
METRO NIP.19810817 200902 2 007
NOMOR DOKUMEN TANGGAL : 11 April 2022
Terapi Bedah
Diindikasikan terutama untuk penderita epilepsi yang
tidak memberikan perubahan nyata terhadap terapi
medika mentosa, contohnya lobektomi temporal,
eksisi korteks ekstratemporal, hemisferektomi,
callostomi.
Terapi Nutrisi
Dapat diberikan pada anak dengan kejang berat yang
kurang dapat dikendalikan dengan obat
antikonvulsan dan dinilai dapat mengurangi toksisitas
dari obat. Terapi nutrisi berupa diet ketogenik dengan
kebutuhan kalori harian diperkirakan sebesar 75-80
kkal/kg.
I. Edukasi Tindakan Pertolongan Pertama
Jauhkan penderita dari benda - benda berbahaya
(gunting, pulpen, kompor api, dan lain – lain).
Jangan pernah meninggalkan penderita.
Berikan alas lembut di bawah kepala agar hentakan
saat kejang tidak menimbulkan cedera kepala dan
kendorkan pakaian ketat atau kerah baju di lehernya
agar pernapasan penderita lancar (jika ada).
Miringkan tubuh penderita ke salah satu sisi supaya
cairan dari mulut dapat mengalir keluar dengan
lancar dan menjaga aliran udara atau pernapasan.
Pada saat penderita mengalami kejang, jangan
menahan gerakan penderita. Biarkan gerakan
penderita sampai kejang selesai.
Jangan masukkan benda apapun ke dalam mulut
penderita, seperti memberi minum, penahan lidah.
Setelah kejang selesai, tetaplah menemani penderita.
Jangan meninggalkan penderita sebelum
kesadarannya pulih total, kemudian biarkan
penderita beristirahat atau tidur.
J. Prognosis Prognosis umumnya baik, 70-80% penderita epilepsi
dapat sembuh dimana ± 50% akan bisa lepas dari obat.
Sebanyak 20-30% mungkin akan berkembang menjadi
epilepsi kronik. Prognosis buruk bagi penderita yang
mengalami lebih dari satu jenis epilepsi dengan
retardasi mental, dan gangguan psikiatrik serta
neurologik.
K.Tingkat Evidens I/II/III/IV
L.Tingkat A/B/C
Rekomendasi
M.Penelaah Kritis SMF Ilmu Kesehatan Anak
N.Indikator Medis 1. Indikasi rawat inap :
Kasus bangkitan pertama
Bangkitan berulang
Status epileptikus
Epilepsi itraktabel
2. Syarat penghentian OAE :
Penghentian OAE dapat didiskusikan dengan
pasien atau keluarganya setelah minimal 2 tahun
bebas bangkitan
Harus dilakukan secara bertahap, pada umumnya
25% dari dosis semula, setiap bulan dalam jangka
waktu 3-6 bulan
Bila digunakan lebih dari satu OAE, maka
penghentian dimulai dari satu OAE yang bukan
utama
O. Kepustakaan 1. Pudjiadi, AH dkk : Pedoman Pelayanan Medik, jilid 1,
Ikatan Dokter Anak Indoneia. Jakarta 2010 : IDAI
2. Unit Kerja Koordinasi Pulmonologi IDAI : Konsensus
Nasional Asma Anak, Sari Pediatri Vol. 2 No. 1.
Jakarta 2000 : IDAI
K. Tingkat I/II/III/IV
Evidens
L. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
M. Penelaah kritis 1. Komite Medik
2. SMF Imu Kesehatan Anak
Medikamentosa
a. Asam folat: 2 x 1 mg/ hari
b. Vitamin E: 2 x 200 IU / hari
c. Vitamin C: 2-3 mg/kg/hari (maksimal 50 mg pada
anak < 10 tahun dan 100 mg pada anak ≥ 10 tahun,
tidak melebihi 200 mg/hari) dan hanya diberikan saat
pemakaian deferioksamin (DFO), TIDAK dipakai pada
pasien dengan gangguan fungsi jantung.
d. Kelasi besi Dimulai bila : Feritin ≥1000 ng/mL
e. Bila pemeriksaan feritin tidak tersedia, dapat
digantikan dengan pemeriksaan saturasi transferin
≥55%
f. Bila tidak memungkinkan dilakukannya pemeriksaan
laboratorium, maka digunakan kriteria sudah
menerima 3-5 liter atau 10-20 kali transfusi.