Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN DENGAN PENYAKIT THIPOID FEVER

DI RUANG MENUR RSUD R. GOETENG TAROENADIBRATA

DISUSUN OLEH :

NAMA : AMANDA EKA SAPUTRI

NIM : 2011020158

KELAS : 3D

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

TAHUN AJARAN 2021/2021


I. Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman
1.1 Definisi Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman
Potter & Perry, 2006 mengungkapkan kenyamanan / rasa nyaman adalah suatu keadaan
telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan atau ketentraman (suatu
kepuasaan yang meningkatkan penampilan sehari-hari). Ketidaknyamanan adalah keadaan
ketika individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu
rangsangan.

Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis. Pemenuhan kebutuhan
keamanan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik pasien, perawat, atau
petugas lainnya yang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan tersebut (Asmadi, 2008).

Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dan berespon terhadap suatu rangasangan yang berbahaya (Carpenito, 2006).

Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2006) mengungkapkan kenyamanan/ rasa nyaman
adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan
ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan seharihari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan trasenden (keadaan tentang suatu yang melebihi masalah).
Kenyamanan mesti dipandang secara holistic yang mencakup empat aspek yaitu:

a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.

b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan social.

c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang


meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.

d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia seperti


cahaya, bunyi, temperature, warna, dan unsure alamiah lainnya.

1.2 Fisiologi sistem / Fungsi normal sistem

Pada saat impuls ketidaknyamanan naik ke medulla spinalis menuju kebatang otak dan
thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon stress.
Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom menghasilkan respon fisiologis.
1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan (Yusuf, 2005)

a. Emosi Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan.

b. Status Mobilisasi Keterbatasan aktivitas, paralis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injury.

c. Gangguan Persepsi Sensory Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya


seperti gangguan penciuman dan penglihatan.

d. Keadaan Imunitas Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga
mudah terserang penyakit.

e. Tingkat Kesadaran Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan, paralisis,
disorientasi, dan kurang tidur.

f. Informasi atau Komunikasi Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat
membaca dapat menimbulkan kecelakaan.

g. Gangguan Tingkat Pengetahuan Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan


keamanan dapat diprediksi sebelumnya.

h. Penggunaan Antibiotik yang Tidak Rasional Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan
anafilaktik syok.

i. Status Nutrisi Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit tertentu.

j. Usia Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak dan
lansiamempengaruhi reaksi terhadap nyeri.

k. Jenis Kelamin Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.

l. Kebudayaan Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu mengatasi


nyeri dan tingkat kenyamanan yang mereka punyai.
1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem

1) Gejala penyakit
2) Kurang pengendalian situasional/lingkungan
3) Ketidakadekuatan sumber daya
4) Kurangnya privasi
5) Gangguan stimulus lingkungan
6) Efek samping terapi (misal medikasi, radiasi dan kemoterapi)
II. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman

2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses perawatan. Tahap ini sangat penting dan
menentukan dalam tahap-tahap selanjutnya. Data yang komperhensif dan valid akan
menentukan penetapan diagosis keperawatan dengan tepat dan benar, serta selanjutnya akan
berpengaruh dalam perencanaa keperawatan. Tujuan dari pengkajian adalah di dapatkannya
data yang komperhensif yang mencakup data biopsiko dan spiritual (Tarwoto, 2015).

Menurut Wijaya & Putri (2013), Pengumpulan data pada pasien struma adalah sebagai
berikut:

a. Identifikasi pasien : Nama, umur, jenis kelamin, tgl MRS, diagnosa medis, keluarga yang
dapat di hubungi, catatan kedatangan.

b. Keluhan utama pasien: biasanya nyeri pada leher, sulit menelan, sulit berbicara, badan
terasa lemas, sering gemetaran, keringat berlebih, jantung tersa berdetak cepat.
2.1.1 Riwayat Keperawatan
a) Riwayat Penyakit Sekarang : Demam naik turun selama 3 hari, mual, muntah, pusing,
nyeri pada abdomen kiri atas, dan nyeri kepala.
b) Riwayat Penyakit Dahulu : Pernah mengalami gejala serupa kurang lebih 5 tahun
yang lalu.
c) Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
2.1.2 Pemeriksaan fisik : data fokus
Menurut Muttaqin (2010) pemeriksaan fisik dengan pendekatan per sistem dimulai dari
kepala ke ujung kaki atau head to toe dapat lebih mudah dilakukan pada kondisi klinik. Pada
pemeriksaan fisik diperlukan empat modalitas dasar yang digunakan yaitu inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi. Setelah pemeriksaan fisik terdapat pemeriksaan tambahan mengenai
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengkaji tingkat kesehatan umum
seseorang dan pengukuran tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, respirasi, nadi)
a) Ekspresi wajah
- Lemas
- Pucat
b) Verbal
Mengatakan Demam, mual, muntah, nyeri abdomen bagian kiri atas seperti ditusuk-tusuk
dengan skala 5.
c) TTV : - TD: 94/63 mmHg Nadi 73x per menit , Suhu tubuh 38,9 derajat celcius, Saturasi
O2 94-95 %.
2.1.3 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan dalam penyakit Tofoif Fever adalah hasil
laboratorium tentang darah rutin, kimia klinik, dan widal dengan Batasan normal :
- Hemoglobin : 11,7 – 15,5 mmHg
- Hematokrit : 35-47 mmHg
- Leukosit : 3,6-11 mmHg
- GDS : 100-150 mmHg
- S. Typi O : Negatif
- S. Typi H : Negatif
2.2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Diagnosa 1 : Hipertermia
2.2.1 Definisi : Suhu tubuh meningkatdi atas rentang normal tubuh.
2.2.2 Batasan Karakteristik :
DS : Pasien mengatakan Demam
DO : Akral hangat, suhu tubuh 38,9 derajat celcius.
2.2.3 Faktor yang beruhubungan : Proses Penyakit
b. Diagnosa 2 : Nyeri akut
2.2.4 Definisi : Pengalama sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2.2.5 Batasan karakteristik :
DS : Pasien mengatakan nyeri di abdomen atas kiri, mual muntah, pusing, dan nyeri kepala.
DO : Terdapat nyeri tekan dengan skala 5 pada abdomen bagian kiri atas seperti di tuduk-
tusuk.
2.2.6 Faktor yang berhubungan : Agen pencedera fisiologis.
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1
2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil :
Termoregulasi membaik dengan kriteria hasil :
1. Suhu tubuh membaik dengan skala awal 2 menjadi 4.
2. Suhu kulit membaik dengan skala awal 2 menjadi 4.
2.3.2 Intervensi Keperawatan dan Rasional
Observasi :
- Identifikasi penyebab hipertermia, untuk dapat mengatasi masalah hipertermia.
- Monitor suhu tubuh, untuk dapat mengetahui perkembangan penyakit pasien.
- Monitor kadar elektrolit, untuk dapat mengetahui kadar kebutuhan elektrolit tubuh
pasien.
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan yang dingin, untuk meminimalisir adanya dehidrasi pada pasien.
- Longgarkan atau lepaskan pakaian, agar suhu pasien tidak meningkat dan untuk
mengurangi suhu tubuh dan kulit pasien.
- Berikan cairan oral, dapat membantu menurunkan demam.
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena.
Diagnosa 2
2.3.3 Tujuan dan Kriteria Hasil :
Tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil :
1. Keluhan nyeri cukup menurun dari skala 2 menjadi skala 5.
2. Nafsu makan membaik dari skala 2 menjadi skala 5.
3. Mual muntah menurun dari skala 2 menjadi 5.
2.3.4 Intervensi Keperawatan dan Rasional
Observasi :
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, agar dapat
menentukan pengobatan selanjutnya.
- Identifikasi skala nyeri, agar dapat dijadikan patokan sebagai perkembangan masalah
keperawatan pada pasien.
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, agar dapat mengetahui
penyebab nyeri secara spesifik.
Terapeutik :
- Diskusikan jenis analgesic yang disukai untuk mencapai analgesia maksimal.
- Pertimbangkan penggunaan infus kontinu untuk mempertahankan kadar dalam serum.
- Tetapkan targetefektivitas analgesic untuk mengoptimalkan respon pasien.
Edukasi :
- Jelaskan efek terapi dan efek terapi obat agar pasien mengerti keadaannya dan lebih
kooperatif.
- Anjurkan Teknik non-farmakologis untuk mengurangi nyeri.
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetic.
III. Daftar Pustaka
A.Muri Yusuf.2005. Metodologi Penelitian (Dasar-Dasar Penyelidikan Ilmiah).
Padang: UNP Press. A
Potter, & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.
Asmadi. (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC
Carpenito, L J. 2006. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. (2010). Pengkajian Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinik. Jakarta:
Salemba Medika.
Tarwoto, Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 5.
Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Medika.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medik

Purbalingga, 28 November 2021

(………………………………..)

Anda mungkin juga menyukai