Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEORI KEPERAWATAN MADELEINE LEININGER


MATA KULIAH ILMU BIOMEDIK DASAR
Dosen Pengampu : Ns.Nurul Fatwati F, M.Kep

KELOMPOK 3 :

1) Adhisti Nur Aain (2111020027)


2) Lutfiah Ayuningtyas Wibowo (2111020028)
3) Irwan Saputra (2111020029)
4) Kurnia Aji (2111020030)
5) Syifa Nur Fadila (2111020031)
6) Siska Rosida (2111020032)
7) Putty Fathia Salsabila (2111020033)
8) Septi Ariyanti (2111020034)
9) Arnia Sactya Marta (2111020035)
10) Umu Zahrotul Janah (2111020036)
11) Sulasi Arosidu Silfa (2111020037)
12) Muhammad Faa’iz (2111020038)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

DAFTAR ISI
SAMPUL

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... .... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

C. Tujuan ...................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Madeleine Leininger............................................................... 2

B. Teori dan Model Konsep Keperawatan Transkultural............................... 4

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Transkultural dari Leininger............... 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 16

B. Saran ...................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... .. 18

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai TEORI KEPERAWATAN
MADELEINE LEININGER.

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini.Oleh karena
itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena
itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangunkami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selnjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan
yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari fakta-fakta yang telah di
observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara langsung.Yang dimaksud teori keperawatan
adalah usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan.
Teori keperawatan digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep dalam
keperawatan,dan model konsep keperawatan digunakan dalam menentukan model praktek
keperawatan. Berikut ini adalah ringkasan beberapa teori keperawatan yang perlu diketahui oleh
para perawat profesional sehingga mampu mengaplikasikan praktek keperawatan yang
didasarkan pada keyakinan dan nilai dasar keperawatan.

Dalam makalah ini akan dibahas secara teoritis pendapat ahli tentang konsep keperawatan yaitu
Menurut Madeleine Leininger.

B. Rumusan Masalah

1. Siapa Madeleine Leininger ?

2. Apa Teori Madeleine Leininger ?

C. Tujuan

1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan

2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang Teori Dan Model Keperawatan
Menurut Madeleine Leininger.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Madeleine Leininger

1. Madeleine lahir di Sutton, Nebraska pada 13 Juli 1925, di sebuah lahan pertanian hidup
dengan empat saudara laki-laki dan seorang saudari

2. Tahun 1945, dia bersama saudarinya menjadi kadet di korps perawat dan mengambil
program diploma di sekolah perawat St. Anthony, Denver. Hal yang juga mendorong dia
menjadi seorang perawat di karenakan salah satu bibinya menderita penyakit jantung bawaan,
dia ingin membuat suatu perbedaan dalam kehidupan manusia, khususnya di bidang perawatan.

3. Tahun 1948, menyelesaikan diploma keperawatan.

4. Tahun 1950, menerima gelar sarjana dalam ilmu biologi, ilmu filsafat dan humaniora
dariBenedictine College di Atchison, Kansas. Membuka pelayanan keperawatan dan program
pendidikan jiwa di Creighton University di Omaha , Nebraska.

5. Tahun 1953, Menerima gelar master dalam ilmu keperawatan dari University chatolik of
America, di Washington DC, pindah ke Cincinnati dan memulai program pendidikan jiwa
pertama di Amerika.

6. Tahun antara 1954-1960, menjadi professor keperawatan dan direktur program pasca
sarjana di Universitas Cincinnati. Juga menerbitkan buku tentang keperawatan psikiatrik, di
sebut Konsep Dasar Keperawatan Jiwa, dalam sebelas bahasa dan digunakan di seluruh dunia.

7. Tahun 1965, Madeleine menjadi perawat pertama mendapat gelar Ph.D dalam antropologi,
di Washington University. sebagai bagian dari proses beliau mencari penyelesaian masalah tidak
cukup adekuat intervensi kejiwaan tradisional menjawab kebutuhan anak-anak dengan latar
belakang budaya yang berbeda-beda.

8. Tahun 1966, di tunjuk sebagai professor keperawatan dan antropologi di University of


Colorado, di mana untuk pertama kalinya perawatan transkultural di perkenalakan di dunia
keperawatan.

9. Tahun 1969-1974, sebagai dekan,professor keperawatan dan dosen antropologi di


University Of Washington school of Nursing.

10. Tahun 1974-1980, menjabat sebagai dekan dan professor Utah University dan membuka
program pertama untuk master dan doktoral transkultural keperawatan.

11. Tahun 1981, professor dan direktur pusat penelitian kesehatan di Wayne State University.
Saat berkarya di sini Madeleine mendapat beberapa penghargaan, antara lain :

a. Penghargaan bergengsi dari Presiden dalam keunggulan dalam mengajar.

b. The Board of Governor’s Distinguished Faculty Award.

c. Gershenson’s Research Fellowship Award.

d. Tahun 1990, di angkat sebagai “the Women in Science Award” oleh California State
University.

12. Tahun 1991, sebagai seoarang ahli teori keperawatan beliau menerbitkan teorinya tentang
perawatan keanekaragaman budaya dan universal dan menciptakan istilah “culturally congruent
care’ sebagai tujuan dari teorinya. Teori ini diuraikan dalam buku keanekaragaman budaya
perawatan dan universal. Mengembangkan metode Ethnonursing dan melakukan penelitian di
lapangan dengan membaur hidup bersama suku Gadsup di dataran tinggi Timur di New Guinea
tentang perawatn transkultural.

(Dalam Currentnursing.com).

B. Teori dan model konsep keperawatan Transkultural

1. Pengertian teori Transkultural

Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan oleh Dr. M. leininger dikembangkan dalam
konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman
tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger
beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai
dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat,
akan mengakibatkan terjadinya cultural shock.

Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan
munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi.
Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan.

Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).

Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi dari keperawatan,
membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring
dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara
utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan
dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara
umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada
manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi,
struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

2. Konsep dalam Transkultural Nursing

a. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan
dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
b. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkanatau sesuatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu danmelandasi tindakan dan keputusan.

c. Perbedaan budaya Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yangoptimal dari


pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinanvariasi pendekatan keperawatan
yang dibutuhkan untuk memberikan asuhanbudaya yang menghargai nilai budaya individu,
kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).

d. Etnosentris, diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. adalah persepsi yang
dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik

e. Etnis, berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.

f. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal


muasal manusia

g. Etnografi, adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian
etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan
budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-
orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.

h. Care, adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku
pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik
actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.

i. Caring, adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,mendukung dan


mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.

j. Cultural Care, berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui


nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau
memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat,
berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan
damai.

k. Culturtal imposition, berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk


memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lainkarena percaya bahwa ide
yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.

3. Paradigma Transkultural Nursing

Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara pandang,


keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai
dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan (Andrew and Boyle,
1995), yaitu :

a. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma
yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger
(1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

b. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak
pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam
konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang
dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama
yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and
Boyle, 1995).

c. Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan,


kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupandimana
klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial
dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti
daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo
yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial
adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau
kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus
mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik
adalah keseluruhan bentuk dan simbol yangmenyebabkan individu atau kelompok merasa
bersatu seperti musik, seni, iwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

d. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang
diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan
memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan(Leininger, 1991) adalah :

· Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.


Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan
yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya, misalnya budaya Berolah raga setiap pagi

· Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi budaya.

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu
klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka
ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang.

· Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai
dengan keyakinan yang dianut.

4. Proses keperawatan Transkultural.

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan
dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model) seperti yang
terdapat pada gambar 1. Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan
oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew
andBoyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

a. Pengkajian

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien
sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang
berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu :

· Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)

Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di
atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawatadalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

· Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)


Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : namalengkap, nama panggilan, umur dan
tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga,
danhubungan klien dengan kepala keluarga.

· Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkanoleh penganut budaya yang
dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi
dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-
hari dan kebiasaan membersihkan diri.

· Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segalasesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhankeperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang
perlu dikajipada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang
dirawat.

· Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk
membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat
diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar
anggota keluarga.

· Faktor pendidikan (educational factors)

tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. Latar belakang pendidikan klien
adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin
tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang
rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien,
jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri.

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah,
diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat
tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural
yaitu :
· Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,

· Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan

· Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

c. Perencanaan dan Pelaksanaan

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses keperawatan
yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan
pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien
(Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan
transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :

· Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengan kesehatan,

· Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan

· Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.

d. Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang


mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak
sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Transkultural dari Leininger

1. Kelebihan :

a. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan kepada
perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda.

b. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan
pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).

c. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak
terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.

d. Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan yang
kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
e. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan praktek
keperawatan .

2. Kelemahan :

a. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan hanya
digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam konseptual model lainnya.

b. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah
keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan asuhan dipengaruhi oleh elemen-
elemen antara lain : struktur sosial seeperti tehnologi, kepercayaan dan faktor filosofi, sistem
sosial, nilai-nilai kultural, politik dan fakto-faktor legal, faktor-faktor ekonomi dan faktor-faktor
pendidikan.

Faktor sosial ini berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan sejarah etnis, masing-
masing sistem ini nerupakan bagian struktur sosial. Pada setiap kelompok masyarakat :
pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam masyarakat dan praktek-praktek yang
merupakan baggian integral dari aspek-aspek struktur sosial.

Dalam model sunrisenya Leineinger menampilkan visualisasi hubungan antara berbagai konsep
yang signifikan. Ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat Leineinger sebagai bentuk tindakan
dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang keperawatan. Memberikan asuhan merupakan
jantung dari keperawatan.

Tindakan membantu didefinisikan sebagai perilaku yang mendukung. Menurut Leineinger


bantuan semacam ini baru dapat benar-benar efektif jika latar belakang budaya pasien juga
dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan
budaya.

B. Saran

1. Penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu


antropologi agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.

2. Pelaksanaan teori leininger memerlukan pengabungan dari teori keperawatan yang lain
yang terkait seperti teori adaptasi, self care, dll
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Azis. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba
MedikaPotter A Patricia, Perry G Anne (1992) Fundamentals Of Nursing –Concepts Process
&Practice 3rd ed. London Mosby Year Book.

Harmer, B., & Henderson, V. A. 1955. Buku dari prinsip dan praktikkeperawatan. New
York:Macmillan.

A.TAMBAHAN PERTANYAAN DARI HASIL PRESENTASI

1.Contoh Penerapan Teori Leininger

Jawaban: orang yang beragama hindu, sering kali tidak boleh memakan daging sapi, tetapi klien
harus mendapatkan sumber protein hewani. Sehingga kita sebagai perawat harus memikirkan
cara yang terbaik untuk klien tersebut, dengan mengganti daging sapi dengan daging
domba/kambing. Dari kasus tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa semua klien harus dilayani
sesuai budaya, jangan membedakan berdasarkan ras, warna kulit, golongan, agama dan politik.

2. Bagaimana cara mengetahui budaya yang berbeda dari masing-masing Pasien

Jawaban: Biasanya seorang perawat sudah mengetahui biodata atau riwayat klien berdasarkan
fakta, sehingga bisa mengetahui budaya/kultur berdasarkan biodata yang telah diberikan oleh
klien/wali klien.

3. Apa kelebihan serta kekurangan dari teori Leininger

Jawaban: Kelebihan dan Kekurangan Teori Transkultural dari Leininger

1. Kelebihan :

a. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan kepada
perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda.

b. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkanpelaksanaan
model-model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).

c. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak
terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
d. Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan yang
kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.

e. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan praktek
keperawatan .

2. Kelemahan :

a. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan hanya
digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam konseptual model lainnya.

b. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah
keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya.

Anda mungkin juga menyukai