A. PENGKAJIAN
1. Data subjektif
a. Biodata/Identitas
2) Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama,
umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
2) Lama serangan
3) Pola serangan
4) Frekuensi serangan
6) Riwayat penyakit sekarang yang menyertai (Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap
bicara (khususnya pada penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA,
Morbili dan lain-lain.)
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita pernah
mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali?
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau sakit panas
sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-
obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau
dengan tindakan ( forcep/vakum), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama
neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejang-kejang.
e. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan
imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek
sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
f. Riwayat Perkembangan
2) Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot
kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda,
dan lain-lain.
4) Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara
spontan.
h. Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah yang
mengasuh anak. Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya.
b) Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan, pencegahan
dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis.
c) Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan yang
diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan
pertolongan pertama.
2) Pola nutrisi
3) Pola Eliminasi
2. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum (Corry S, 2000 hal : 36). Pertama kali perhatikan keadaan umum
vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana
akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti
sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.
2. Pemeriksaan Fisik
Sedangkan menurut Greenberg (1980 : 122 – 128), hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan
kejang demam:
1. Riwayat Keperawatan
b. Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA, pneumonia, gastroenteriks,
Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela dan campak.
2. Pengkajian fisik
a. Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba hangat
d. Adanya kejang
e. Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan kalium, jumlah
cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning
c. Pengalaman tantang perawatan sesudah/ sebelum mengenai anaknya pada waktu sakit.
4. Pengetahuan keluarga
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Doengoes, dkk (1999 : 876), Angram (1999 : 629 – 630) dan carpenito (2000 : 132),
diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan kejang demam.
4. Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan dan kebutuhan
pengobatan bd kurangnya informasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama poroses keperawatan diharapkan resiko
cidera dapat di hindari, dengan kriteria hasil.
Indikator skala :
1 = tidak adekuat
2 = sedikit adekuat
3 = kadang-kadan adekuat
4 = adekuat
5 = sangat adekuat
1. Identifikasi faktor kognitif atau psikis dari pasien yang dapat menjadiakn potensial jatuh
dalam setiap keadaan
NOC : Themoregulation
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak warna kulit dan tidak pusing
Indikator skala
1. : ekstrem
2 : berat
3 : sedang
4 : ringan
DX 3 : Perfusi jaringan cerebral tidakefektif berhubungan dengan reduksi aliran darah ke otak
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suplai
darah ke otak dapat kembali normal , dengan kriteria hasil :
1. TD sistolik dbn
2. TD diastole dbn
Indikator skala :
1 = Ekstrem
2 = Berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = tidak terganggu
4. monitor GCS
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang kondisi pasien
3. Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainya
Indikator skala :
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
1. Berikan penilaian tentang penyakit pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
fisiologi dengan cara yang tepat
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
D. EVALUASI
2 = sedikit adekuat
3 = kadang-kadan adekuat
4 = adekuat
5 = sangat adekuat
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak warna kulit dan tidak pusing
1. : ekstrem
2 : berat
3 : sedang
4 : ringaN
a. TD sistolik dbn
b. TD diastole dbn
c. Kekuatan nadi dbn
1 = Ekstrem
2 = Berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = tidak terganggu
c. Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainya
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
ASUHAN KEPERAWATAN HIDROSEPALUS
1. PENGKAJIAN
Anamnese
1) Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil,
kontriksi penglihatan perifer.
2) Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras atau
tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi :
Anak dapat melioha keatas atau tidak.
Pembesaran kepala.
Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
2) Palpasi
Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela tegang,
keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
3) Pemeriksaan Mata
Akomodasi.
Gerakan bola mata.
Luas lapang pandang
Konvergensi.
Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
Observasi Tanda –tanda vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
Peningkatan sistole tekanan darah.
Penurunan nadi / Bradicardia.
Peningkatan frekwensi pernapasan.
Diagnosa Klinis :
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari pengumpulan
cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “ (Mercewen’s
Sign)
Opthalmoscopy : Edema Pupil.
CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi komputer.
Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operatif
1) Gangguan rasa nyaman: Nyeri sehubungan dengan meningkatkanya tekanan
intrakranial .
Data Indikasi : Adanya keluahan Nyeri Kepala, Meringis atau menangis, gelisah, kepala
membesar
Tujuan ; Klien akan mendapatkan kenyamanan, nyeri kepala berkurang
Intervensi :
Jelaskan Penyebab nyeri.
Atur posisi Klien
Ajarkan tekhnik relaksasi
Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian Analgesik
Persapiapan operasi
2) Kecemasan Orang tua sehubungan dengan keadaan anak yang akan mengalami
operasi.
Data Indikasi : Ekspresi verbal menunjukkan kecemasan akan keadaan anaknya.
Tujuan : Kecemasan orang tua berkurang atau dapat diatasi.
Intervensi :
Dorong orang tua untuk berpartisipasi sebanyak mungkin dalam merawat anaknya.
Jelaskan pada orang tua tentang masalah anak terutama ketakutannya menghadapi operasi
otak dan ketakutan terhadap kerusakan otak.
Berikan informasi yang cukup tentang prosedur operasi dan berikan jawaban dengan
benar dan sejujurnya serta hindari kesalah pahaman.
3) Potensial Kekurangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan intake yang kurang
diserta muntah.
Data Indikasi ; keluhan Muntah, Jarang minum.
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan dan elektrolit.
Intervensi :
Kaji tanda – tanda kekurangan cairan
Monitor Intake dan out put
Berikan therapi cairan secara intavena.
Atur jadwal pemberian cairan dan tetesan infus.
Monitor tanda – tanda vital.
Post – Operatif.
1) Gangguan rasa nyaman : Nyeri sehubungan dengan tekanan pada kulit yang dilakukan
shunt.
Data Indikasi ; adanya keluhan nyeri, Ekspresi non verbal adanya nyeri.
Tujuan : Rasa Nyaman Klien akan terpenuhi, Nyeri berkurang
Intervensi :
Beri kapas secukupnya dibawa telinga yang dibalut.
Aspirasi shunt (Posisi semi fowler), bila harus memompa shunt, maka pemompaan
dilakukan perlahan – lahan dengan interval yang telah ditentukan.
Kolaborasi dengan tim medis bila ada kesulitan dalam pemompaan shunt.
Berikan posisi yang nyama. Hindari posisi p[ada tempat dilakukan shunt.
Observasi tingkat kesadaran dengan memperhatikan perubahan muka (Pucat, dingin,
berkeringat)
Kaji orisinil nyeri : Lokasi dan radiasinya
2) Resiko tinggi terjadinya gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
Data Indikasi ; Adanya keluhan kesulitan dalam mengkonsumsi makanan.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan nutrisil.
Intervensi :
Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi protein.
Berikan klien makan dengan posisi semi fowler dan berikan waktu yang cukup untuk
menelan.
Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan terhindar dari bau – bauan yang tidak
enak.
Monitor therapi secara intravena.
Timbang berta badan bila mungkin.
Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene)
Berikan makanan ringan diantara waktu makan
3) Resiko tinggi terjadinya infeksi sehubungan dengan infiltrasi bakteri melalui shunt.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi / Klien bebas dari infeksi.
Intervensi :
Monitor terhadap tanda – tanda infeksi.
Pertahankan tekhnik kesterilan dalam prosedur perawatan
Cegah terhadap terjadi gangguan suhu tubuh.
Pertahanakan prinsiup aseptik pada drainase dan ekspirasi shunt.
4) Resiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit dan kontraktur sehubungan dengan
imobilisasi.
Tujuan ; Pasien bebas dari kerusakan integritas kulit dan kontraktur.
Intervensi :
Mobilisasi klien (Miki dan Mika) setiap 2 jam.
Obsevasi terhadap tanda – tanda kerusakan integritas kulit dan kontrkatur.
Jagalah kebersihan dan kerapihan tempat tidur.
Berikan latihan secara pasif dan perlahan – lahan.
a. Biodata.
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin,
umur dan alamat dan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
b. Keluhan utama.
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS. keluhan utama pada
penderita encephalitis yaitu sakit kepala, kaku kuduk, gangguan kesadaran, demam dan
kejang.
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan hebatnya keluhan, mulai
timbul atau kekambuhan dari penyakit yang pernah dialami sebelumnya. Biasanya pada
masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari ditandai dengan demam,s akit kepala, pusing,
muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstrimitas dan pucat. Kemudian diikuti tanda
ensefalitis yang berat ringannya tergantung dari distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejala
terebut berupa gelisah, irritable, screaning attack, perubahan perilaku, gangguan kesadaran
dan kejang kadang-kadang disertai tanda neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis,
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal.
Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah diderita oleh ibu
terutama penyakit infeksi. Riwayat natal perlu diketahui apakah bayi lahi rdalam usia
kehamilan aterm atau tidak karena mempengaruhi system kekebalan terhadap penyakit
pada anak. Trauma persalinan juga mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya aspirasi
ketuban untuk anak. Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui keadaan anak setelah
lahir.
selanjutnya.
terjdinya peradangan atau infeksi pada jaringan otak (J.G. Chusid, 1993). Imunisasi perlu
dikaji untuk mengetahui bagaimana kekebalan tubuh anak. Alergi pada anak perlu
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya dengan penyakit yang
dideritanya. Pada keadaan ini status kesehatan keluarga perlu diketahui, apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit menular yang ada hubungannya dengan penyakit
g. Riwayat social.
Lingkungan dan keluarga anak sangat mendukung terhdap pertumbuhan dan perkembangan
anak. Perjalanan klinik dari penyakit sehingga mengganggu status mental, perilaku dan
Pada penderita ensepalitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan sehari-hari antara lain :
proses infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial. Pola istirahat pada penderita sering
kejang, hal ini sangat mempengaruhi penderita. Pola kebersihan diri harus dilakukan di atas
tempat tidur karena penderita lemah atau tidak sadar dan cenderung tergantung pada orang
lain perilaku bermain perlu diketahui jika ada perubahan untuk mengetahui akibat
i. Pemeriksaan fisik.
Pada klien ensephalistis pemeriksaan fisik lebih difokuskan pad apemeriksaan neurologis.
1. Keadaan umum.
gangguan metabolisme dan difusi serebral yang berkaitan dengan kegagalan neural
pada batang otak yang menyebabkan pernafasan tidak teratur. Apabila tekanan
intrakranial sampai pada batas fatal akan terjadi paralisa otot pernafasan (F. Sri
Susilaningsih, 1994).
Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pada daerah
tersebut, hal ini akan merangsaang vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah
Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan intrakranial yang
asam lambung. Dapat pula terjd diare akibat terjadi peradangan sehingga terjadi
hipermetabolisme (F. Sri Susilanigsih, 1994).
Pada setiap anak yang mengalami penyakit yang sifatnya kronuis atau mengalami
perkembangan sangat besar. Hal ini disebabkan pada keadaan sakit fungsi tubuh menurun
termasuk fungsi social anak. Tahun-tahun pertama pada anak merupakan “tahun emas”
untuk kehidupannya. Gangguan atau keterlambatan yang terjadi saat ini harus diatasi untuk
perkembangan anak ini menjadi penting sebagai langkah awal penanganan dan antisipasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan peningkatan tekanan intra cranial tidak
Intervensi Rasional
1. Kaji ulang status neurologis yang berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK, terutama
GCS.
2. Monitor TTV : tekanan darah, denyut nadi, respirasi, suhu minimal satu jam sampai keadaan
klien stabil.
2. Peningkatan TIK dapat diketahui secara dini untuk menentukan tindakan selanjutnya.
3. Dengan posisi tersebut maka 45 derajat (tidak hiperekstensi dan fleksi) dan posisi netral (dari
kepala hingga daerah lumbal dalam garis lurus).
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat anti edema seperti manitol, gliserol, dan
lasix.
6. Berikan oksigen sesuai program dengan saluran pernafasan yang lancar.akan meningkatan dan
melancarkan aliran balik vena darah sehingga mengurangi kongesti serebrum, edema dan
mencegah terjadi penigkatan TIK. Posisi netral tanpa hiper ekstensi dan fleksi dapat mencegah
penekanan pada saraf spinalis yang menambah peningkatan TIK.
4. Tindakan ini mencegah kelebihan cairan yang dapat menambah edema serebri
6. Mengurangi hipoksemia dapat meningkatan vasodilatasi serebri, volume darah dan TIK.
Diagnosa : Tidak efektifnya jalan nafas sehubungan dengan penumpukan secret pada jalan
nafas.
Tujuan : Setelah dilakuakan tindakan keperawatan jalan nafas bisa efektif, oksigenasi
Frekwensi pernafasan 20-24 X/menit, irama teratur, bunyi nafas normal, tidak ada stridor,
ronchi, whezzing, tidak ada pernafasan cuping hidung pergerakan dada simetris, tidak ada
retraksi.
Intervensi Rasional
4. Lakukan penghisapan lendir dengan hati-hati selama 10-15 detik. Catat sifat, warna dan bau
secret.
5. Observasi TTV terutama frekwensi pernafasan.
6. Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi oksigen, monitor ketepatan
terapi dan komplikasi yang mungkin timbul.
1. Perubahan yang terjadi berguna dalam menunjukkan adanya komplikasi pulmunal dan luasnya
bagian otak yang terkena.
2. Dengan posisi tersebut maka akan mengurangi isi perut terhadap diafragma, sehingga
3. Dengan fisioterapi dada diharapkan secret dapat didirontokkan ke jalan nafas besar dan bisa di
keluarkan.
4. Dengan dilakukannya penghisapan secret maka jalan nafas akan bersih dan akumulasi secret
bisa dicegah sehingga pernafasan bisa lancar dan efektif.
6. Pemberian Oksigen dapat meningkatkan oksigenasi otak, Ketepatan terapi dibutuhkan untuk
mencegah terjadinya keracunan oksigen serta iritasi saluran nafas.
- spastisitas
- ataksia
Neurosensory :
- gangguan bicara
- anak berliur
Eliminasi : - konstipasi
Nutrisi : - intake yang kurang
III. INTERVENSI
1. Resiko cidera b/d gangguan pada fungsi motorik
Kriteria hasil :
- menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan
INTERVENSI RASIONAL
Ajarkan pola makan yang teratur Memberikan intake yang adekuat
dan menghindari terjadinya
Anjurkan untuk berpartisipasi dalam komplikasi / memperberat penyakit
program latihan / kegiatan, lebih lanjut
pertahankan kebersihan mulut anak
Meningkat kerja sistem endorphin
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam sehingga meningkatkan kemauan
pemberian nutrisi untuk makan
Kriteria hasil :
INTERVENSI RASIONAL
Ajarkan gerakan Px dalam Mengurangi terjadinya cidera yang
melaksanakan ADL dapat memperparah kondisi Px
3. Gangguan aktifitas b/d kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif
Kriteria hasil :
INTERVENSI RASIONAL
Berikan aktifitas ringan yang dapat Anak dapat meningkatkan
dikerjakan anak kemampuan yang dimiliki anaknya
walaupun terbatas
Libatkan anak dalam mengatur jadwal
harian dan memilih aktifitas yang Membantu pemenuhan kebutuhan
diinginkan
Kriteria hasil :
INTERVENSI RASIONAL
Berikan informasi dalam bentuk- Menurunnya rentang perhatian
bentuk dan segmen yang singkat dan pasien dapat menurunkan
sederhana kemampuan untuk menerima /
memproses dan mengingat /
Diskusikan mengenai kemungkinan menyimpan informasi yang
proses penyembuhan yang lama diberikan
IV. IMPLEMENTASI
1. Resiko cidera b/d gangguan pada fungsi motorik
Mengajarkan pola makan yang teratur
Menganjurkan untuk berpartisipasi dalam program latihan / kegiatan
Mempertahankan kebersihan mulut anak
Mengkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kesukaran menelan dan
meningkatnya aktifitas
Mengajarkan gerakan Px dalam melaksanakan ADL
Membantu Px untuk memenuhi kebutuhannya
Memperhatikan posisi penderita pada waktu istirahat / tidur
3. Gangguan aktifitas b/d kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif
Memberikan aktivitas ringan yang dapat dikerjakan anak
Melibatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih aktifitas yang
diinginkan
Mengkolaborasi dengan ahli fisioterapi
Menganjurkan keluarga turut membantu program latihan dirumah
4. Kurangnya pengetahuan b/d perawatan dirumah dan kebutuhan terapi
Memberikan informasi dalam bentuk-bentuk dan segmen yang singkat dan sederhan
Mendiskusikan mengenai kemungkinan proses penyembuhan yang lama
Memberikan informasi tentang kebutuhan untuk diet tinggi protein / karbohidrat
yang dapat diberikan / dimakan dalam jumlah kecil tetapi sering.
V. EVALUASI
Menyatakan pemahaman faktor yang menyebabkan cidera
Tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi
Aktifitas berjalan dengan normal
Adanya kemajuan peningkatan berat badan
Anammesa
1. Identitas pasien
Nama, jenis kelamin, umur, alamat, nama ayah, nama ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu.
2. Keluhan utama
Terjadi abnormalitas keadaan medula spinalis pada bayi yang baru dilahirkan
Saat hamil ibu jarang atau tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung asam folat misalnya
sayuran, buah-buahan (jeruk,alpukat), susu, daging, dan hati.
Ada anggota keluarga yang terkena spina bifida.
Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing) : normal
B2 (Blood) : takikardi/bradikardi, letargi, fatigue
B3 (Brain) :
2. Diagnosa
1. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan spinal malformation dan luka operasi
2. Berduka berhubungan dengan kelahiran anak dengan spinal malformation
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kebutuhan positioning,
defisit stimulasi dan perpisahan
4. Risiko tinggi trauma berhubungan dengan lesi spinal
5. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan peningkatan intra kranial (TIK)
6. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit dan eleminasi urin berhubungan dengan paralisis,
penetesan urin yang kontinu dan feses.
3. Intervensi
1. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan spinal malformation dan luka operasi
Tujuan :
Kriteria hasil :
Suhu dan TTV normal, Luka operasi, insisi bersih.
Intervensi Rasional
1)
Berduka b.d kelahiran anak dengan spinal malformation
Tujuan :
Orangtua dapat menerima anaknya sebagai bagian dari keluarga
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
Dorong orangtua Untuk meminimalkan rasa bersalah
mengekspresikan perasaannya dan dan saling menyalahkan
perhatiannya terhadap bayinya, Memberikan stimulasi terhadap
diskusikan perasaan yang orangtua untuk mendapatkan
berhubungan dengan pengobatan keadaan bayinya yang lebih baik
anaknya Memberikan arahan/suport
Bantu orangtua mengidentifikasi
aspek normal dari bayinya
terhadap pengobatan terhadap orangtua untuk lebih
Berikan support orangtua untuk mengetahui keadaan selanjutnya
membuat keputusan tentang yang lebih baik terhadap bayi
pengobatan pada anaknya
Intervensi Rasional
3) R
isiko tinggi trauma berhubungan dengan lesi spinal
Tujuan :
Pasien tidak mengalami trauma pada sisi bedah/lesi spinal
Kriteria Hasil:
Intervensi Rasional
Rawat bayi dengan cermat Untuk mencegah kerusakan pada
Tempatkan bayi pada posisi kantung meningeal atau sisi
telungkup atau miring pembedahan Untuk meminimalkan
Gunakan alat pelindung di tegangan pada kantong meningeal
sekitar kantung ( mis : slimut atau sisi pembedahan
plastik bedah) Untuk memberi lapisan pelindung
Modifikasi aktifitas agar tidak terjadi iritasi serta infeksi
keperawatan rutin (mis :
memberi makan, member Mencegah terjadinya trauma
kenyamanan)
Intervensi Rasional
Observasi dengan cermat adanya Untuk mencegah keterlambatan
tanda-tanda peningkatan TIK tindakan
Lakukan pengkajian Neurologis Sebagai pedoman untuk pengkajian
dasar pada praoperasi pascaoperasi dan evaluasi fungsi firau
Hindari sedasi Karena tingat kesadaran adalah pirau
Ajari keluarga tentang tanda- penting dari peningkatan TIK
tanda peningkatan TIK dan kapan Praktisi kesehatan untuk mencegah
harus memberitahu keterlambatan tindakan
5) Risiko tinggi kerusakan integritas kulit dan eleminasi urin berhubungan dengan
paralisis, penetesan urin yang kontinu dan feses
Tujuan :
pasien tidak mengalami iritasi kulit dan gangguan eleminasi urin
Kriteria hasil :
kulit tetap bersih dan kering tanpa bukti-bukti iritasi dan gangguan eleminasi.
Intervensi Rasional
Jaga agar area perineal tetap
bersih dan kering dan tempatkan Untuk mengrangi tekanan pada lutut
anak pada permukaan pengurang dan pergelangan kaki selama posisi
tekanan. telengkup
Masase kulit dengan perlahan Untuk meningkatkan sirkulasi.
selama pembersihan dan Untuk memberikan kelancaran
pemberian lotion. eleminasi
Berikan terapi stimulant pada bayi
ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
Pengkajian
1. Data subyektif
1.Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.
Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur,
agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang perlu
ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, menangis
dan sebagainya ?
2. Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi), gagal
ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita pernah
mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali ?
Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak, KP, OMA dan lain-lain.
4.Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau sakit panas
sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-
obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau
dengan tindakan ( forcep/vakum ), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama
neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejang-kejang.
5. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan
imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek
sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
6. Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot
kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda,
dan lain-lain.
Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara
spontan.
7. Riwayat kesehatan keluarga.
Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25 % penderita kejang demam mempunyai
faktor turunan). Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf atau lainnya ? Adakah
anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau penyakit infeksi menular
yang dapat mencetuskan terjadinya kejang demam.
8. Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah yanh
mengasuh anak ?
Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya ?
9. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ?
Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana kualitas dan kuantitas
dari makanan yang dikonsumsi oleh anak ?
Pola Eliminasi :
BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan bagaimana warna,
bau, dan apakah terdapat darah ? Serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing.
BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana konsistensinya
lunak,keras,cair atau berlendir ?
10. Pola aktivitas dan latihan
Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya ? Berkumpul dengan
keluarga sehari berapa jam ? Aktivitas apa yang disukai ?
11. Pola tidur/istirahat
Berapa jam sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur jam berapa ? Kebiasaan
sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang?
2 Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi
dan suhu.
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
Analisa Data
Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi,
menyeleksi, mengelompokkan, mengaitkan data, menentukan kesenjangan informasi, melihat
pola data, membandingakan dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya membuat
kesimpulan. Hasil analisa data adalah pernyataan masalah keperawatan atau yang disebut
diagnosa keperawatan.
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Perencanaan merupakan keputusan awal tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana,
kapan itu dilakukan, dan siapa yang akan melakukan kegiatan tersebut.
Rencana keperawatan yang memberikan arah pada kegiatan keperawatan.
1. Diagnosa Keperawatan :
Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.
Tujuan : Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hiperthermi
Kriteria hasil :
1. Tidak terjadi serangan kejang ulang.
2. Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)
3. Nadi 110 – 120 x/menit (bayi) 100-110 x/menit (anak)
4. Respirasi 30 – 40 x/menit 24 – 28 x/menit (anak)
5. Kesadaran composmentis
Rencana Tindakan :
1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat.
Rasional: proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat.
2. Berikan kompres dingin
Rasional: perpindahan panas secara konduksi
3. Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
Rasional: saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.
4. Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
Rasional: Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan.
5. Batasi aktivitas selama anak panas
Rasional: aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas.
6. Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis.
Rasional: Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis
Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.
Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa.
NI, 1989;162 )
Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan
obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau
belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa
masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).
1. Identitas Klien:
GNA adalah suatu reaksi imunologi yang sering ditemukan pada anak umur 3-7 tahun lebih
sering pada pria
2. Riwayat penyakit sebelumnya :
Adanya riwayat infeksi streptokokus beta hemolitik dan riwayat lupus eritematosus atau penyakit
autoimun lain.
3. Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak
sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual , muntah dan diare. Badan panas
hanya sutu hari pertama sakit.
4. Pertumbuhan dan perkembangan :
- Pertumbuhan :
BB = 9x7-5/2=29 kg [ Behrman ], menurut anak umur 9 tahun Bbnya adalah BB umur 6 tahun
= 20 kg ditambah 5-7 lb pertahun = 26 - 29 kg, tinggi badan anak 138 cm. Nadi
80—100x/menit, dan RR 18-20x/menit,, tekanan darah 65-108/60-68 mm Hg. Kebutuhan kalori
70-80 kal/kgBB/hari. Gigi pemanen pertama /molar ,umur 6-7 tahun gigi susu mulai lepas, pada
umur 10—11 tahun jumlah gigi permanen 10-11 buah.
- Perkembangan :
Psikososial : Anak pada tugas perkembangan industri X inferioritas, dapat menyelesaikan tugas
menghasilkan sesuatu
Psikoseksual :
5. Pengkajian Perpola
1]. Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi
karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah
mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah dan anoreksia
menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan
pada kulit dapat terjadi karena uremia.
2]. Pola eliminasi :
eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-
sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada
tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampai anuria ,proteinuri,
hematuria.
3]. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya
hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan
tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan ddarah
sudah normaal selama 1 minggu. Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada,
pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh
sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran jantung
[ Dispnea, ortopnea dan pasien terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh
spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal jantung.
Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena hipertensi dengan gejala penglihatan
kabur, pusing, muntah, dan kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak
mengetahui penyebab dan penanganan penyakit ini.
4]. Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia. keletihan,
kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
5]. Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal.
Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi. Hipertemi terjadi pada
hari pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi karena inumnitas yang menurun.
6]. Persepsi diri :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan yang lama.
Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula
7]. Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan lingkungan perawatann yang baru
serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.
8]. Toleransi koping
9]. Nilai keyakinan :
Klien berdoa memohon kesembuhan sebelum tidur.
Pemeriksaan penunjang :
1. LED tinggi dan Hb rendah
2. Kimia darah:
Serum albumin turun sedikit, serum komplemen turun, ureum dan kreatinin naik. Titer
antistreptolisin umumnya naik[ kecuali infeksi streptokok yang mendahului mengenai kulit saja].
3. Jumlah urin mengurang, BJnya rendah , albumin +, erittrosit ++, leukosit + dan terdapat
silinder leukosit, Eri dan hialin.
4. Kultur darah dan tenggorokan : ditemukan kuman streptococus Beta Hemoliticus gol A
5. IVP : Test fungsi Ginjal normal pada 50 % penderita
6. Biopsi Ginjal : secara makroskopis ginjal tampak membesar, pucat dan terdapat titik-titik
perdarahan pada kortek. Mikroskopis ttampak hammpir semua glomerulus terkena. Tampak
proliferasi sel endotel glomerulus yang keras sehingga lumen dan ruang simpai Bowman ,
Infiltrasi sel epitelkapsul dan sel PMN dan monosit. Pada pemeriksaan mikroskop elektron
tampak BGM tidak teratur. Terdapat gumpalan humps di sub epitel mungkin dibentuk oleh
globulin-gama, komplemenn dan antigen streptokokus.
Diagnosa keperawatan :
1. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan disfungsi ginjal
2. Potensial kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium serta disfungsi ginjal.
3. Potensial terjadi infeksi [ ISK, lokal, sistemik ] b.d. depresi sistem imun
4. Potensial gangguan perfusi jaringan: serebral/kardiopulmonal b.d. resiko krisis hipertensi.
5. Perubahan integritas kulit b.d. imobilisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan edema.
6. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit, perawatan dirumah dan instruksi evaluasi.
Rencana keperawatan
1. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan ddisfungsi ginjal
Tujuan : Klien dapat toleransi dengan aktifitas yang dianjurkan.
Rencana Rasional
1. Pantau kekurangan protein yang
berlebihan [ proteinuri, albuminuria ]
2. Gunakan diet protein untuk mengganti 1. Kekurangan protein beerlebihan dapat
protein yang hilang. menimbulkan kelelahan.
3. Beri diet tinggi protein tinggi 2. Diet yang adekuat dapat mengembalikan
karbohidrat. kehilangan
4. Tirah baring 3. TKTP berfungsi menggantikan
4. Tirah baring meningkatkan mengurangi
5. Berikan latihan selama pembatasan penggunaan energi.
aktifitas 5. Latihan penting untu kmempertahankan
tunos otot
6. Rencana aktifitas denga waktu istirahat. 6. Keseimbangan aktifitas dan istirahat
7. Rencanakan cara progresif untuk mempertahankan kesegaran.
kembali beraktifitas normal ; evaluasi 7. Aktifitas yang bertahap menjaga
tekanan darah dan haluaran protein urin. kesembangan dan tidak mmemperparah
proses penyakit
2. Potensial kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium serta disfungsi ginjal.
Tujuan : Klien tidak menunjukan kelebihan volume cairan
Rencana Rasional
1. Pantau dan laporkan tanda dan gejala 1,2. Memonitor kelebihan cairan sehingga
kelebihan cairan : dapat dilakukan tindakan penanganan
2. Ukur dan catat intak dan output setiap 4-
8 jam
3. Catat jumlah dan karakteristik urine 3,4.Jumlah , karakteristik urin dan BB dapat
4. Ukur berat jenis urine tiap jam dan menunjukan adanya ketidak seimbangan
timbang BB tiap hari cairan.
5. Kolaborasi dengan gi i dalam 5.Natrium dan protein meningkatkan
pembatasan diet natrium dan protein osmolaritas sehingga tidak terjadi retriksi
6. Berikan es batu untuk mengontrol rasa
haus dan maasukan dalam perhitungan cairan.
intak 7. Rangsangan dingin ddapat merangsang
7. Pantau elektrolit tubuh dan observasi pusat haus
adanya tanda kekurangan elektrolit tubuh 8. Memoonitor adanya ketidak seimbangan
- Hipokalemia : kram abd,letargi,aritmia elektrolit dan menentukan tindakan
- Hiperkalemia : kram otot, kelemahan penanganan yang tepat.
- Hipokalsemia : peka rangsang pada
neuromuskuler
- Hiperfosfatemia: hiperefleksi,parestesia,
kram otot, gatal, kejang
- Uremia : kacau mental, letargi,gelisah
8. Kaji efektifitas pemberian elektrolit
parenteral dan oral 8.Pemberian elektrolit yang tepat mencegah
ketidak seimbangan elektrolit.
3. Potensial terjadi infeksi [ ISK, lokal, sistemik ] b.d. depresi sistem imun
Tujuan : Klien tidak mengalami infeksi setelah diberikan asuhan keperawatan.
Rencana Rasional
1. Kaji efektifitas pemberian
imunosupresan
1.Imunosupresan berfunsi menekan sisteem
imun bila pemberiannya tidak ekeftif
2. Pantau leukosit maka tubbuh akan sangat rentan terhadap
3. Pantau suhu tiap 4 jam infeksi
4. Perhatikan karakteristik urine, 2.Indikator adanya infeksi
kolaborasi jikka keruh dan berbau 3.Memonitor suhu & mengantipasi infeksi
5. Hindari pemakaian alat/kateter pada 4. Urine keruh mmenunjukan adanya
saluran uriine infeksi saluran kemiih
6. Pantau tanda dan gejala ISK dan lakukan 5. Kateter dapat menjadi media masuknya
tindakan pencegahan ISK. kuman ke saluran kemih
7. Gunakan dan anjurkan tehnik cuci 6. Memonitor adanya infeksi sehingga
tangan yang baik. dapat dilakukan tindakan dengan cepat
8. Anjurkan pada klien untuk menghindari 7. Tehnik cuci tangan yang baik dapat
orang terinfeksi memutus rantai penularan.
9. Lakukan pencegahan kerusakan 8. Sistim imun yang terganggu
integritas kulit memudahkan untu terinfeksi.
10. Anjurlkan pasien ambulasi dini. 9. Kerusakan integritas kulit merupakan
hilangnya barrier pertama tubuh
4. Potensial gangguan perfusi jaringan: serebral/kardiopulmonal b.d. resiko krisis hipertensi.
Tujuan : Klien tidak mengalami perubahan perfusi jaringan.
Rencana Rasional
1. Pantau tanda dan gejala krisis hipertensi
[ Hipertensi, takikardi, bradikardi, kacau Krisis hipertensi menyebabkan suplay
mental, penurunan tingkat kesadaran, sakit darah ke organ tubuh berkurang.
kepala, tinitus, mual, muntuh, kejang dan Tekanan darah yang tinggi
disritmia]. menyebabkan suplay darah berkurang.
2. Pantau tekanan darah tiap jam dan Efektifitas obat anti hipertensi penting
kolaborasi bila ada peningkatan TD sistole untuk menjaga adekuatnya perfusi
>160 dan diastole > 90 mm Hg jarringan.
3. Kaji keefektifan obat anti hipertensi Posisi tidur yang rendah menjaga
4. Pertahankan TT dalam posisi rendah suplay darah yang cukup ke daerah cerebral
5. Perubahan integritas kulit b.d. imobilisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan edema.
Tujuan : Klien tidak menunjukan adanya perubahan integritas kulit selama menjalani perawatan.
Rencana Rasional
1. Mengantisipasi adanya kerusakan kulit
1. Kaji kulit dari kemerahan, kerusakan, sehingga dapat diberikan penangan dini.
memar, turgor dan suhu. 2,3. Kulit yang kering dan bersih tidak mudah
2. Jaga kulit tetap kering dan bersih terjadi iritasi dan mengurangi media
3. Bersihkan & keringkan daerah perineal pertumbuhan kuman.
setelah defikasi 4. Lotion dapat melenturkan kulit sehingga
4. Rawat kulit dengan menggunakan lotion tidak mudah pecah/rusak.
untuk mencegah kekeringan untuk daerah 5.Sabun yang keras dapat menimbulkan
pruritus. kekeringan kulit dan sabun yang kasar
5. Hindari penggunaan sabun yang keras dapat menggores kulit.
dan kasar pada kulit klien 6. Menggaruk menimbulkan kerusakan
6. Instruksikan klien untuk tidak kulit.
menggaruk daerah pruritus. 7,8.Ambulasi dan perubahan posisi
7. Anjurkan ambulasi semampu klien. meningkatkan sirkulasi dan mencegah
8. Bantu klien untuk mengubah posisi penekanan pada satu sisi.
setiap 2 jam jika klien tirah baring. 10. Lipatan menimbulkan ttekanan pada
9. Pertahankan linen bebas lipatan kulit.
10. Beri pelindung pada tumit dan siku. 11. Sirkulasi yang terhambat memudahkan
11. Lepaskan pakaian, perhiasan yang dapat terjadinya kerusakan kulit..
menyebabkan sirkulasi terhambat. 12. Elastisitas kulit daerah edema sangat
12. Tangani area edema dengan hati -hati. kurang sehingga mudah rusak
13. Berikan suntikan dengan hati-hati . 14. Nutrisi yang adekuat meningkatkan
14. Perttahankan nutrisi adekuat. pertahanan kulit
a. Identitas
Umur : lebih sering pada anak–anak usia antara 3–4 tahun
Jenis kelamin : lebih banyak menyerang pria dengan perbandingan presentase pria : wanita – 2
:1
b. Keluhan utama
Edema atau sembab, biasanya pada daerah mata, dada, perut, tungkai, dan genitalia
Malaise
Sesak nafas
Kaki terasa berat dan dingin karena adanya edema
Sakit kepala
Diare
c. Riwayat penyakit sekarang
Piting edema cekung dan lunak bila ditekan di daerah sekitar edema
Urine sedikit, gelap dan berbusa
Berat badan meningkat
Kulit pucat
Diare
Sesak nafas
Malaise
d. Riwayat penyakit dahulu
Anak pernah menderita penyakit infeksi ginjal (glumerulonefritis) sebelumnya
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit ini atau diabetes mellitus
f. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Terjadi peningkatan berat badan karena adanya edema
Sering tidak masuk sekolah sehingga prestasi belajarnya terganggu
g. Riwayat nutrisi
Diet kaya protein terutama protein hewani
h. Dampak hospitalisasi
Perpisahan
Lingkungan baru
i. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : disorentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai koma
Kepala : edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas ureum
Dada : pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada
Perut : adanya edema anasarka (asites)
Ekstrimitas : edema pada tungkai.
Kulit : sianosis, akral dingin, turgor kulit menurun
Tanda vital : peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, nafas cepat dan dalam
(kusmaul), dyspnea
j. Pemeriksaan penunjang
1. UJI URINE
Protein urine meningkat
Urinalis cast hialin dan granular, hematuria
Dipstick urine positif untuk protein dan darah
Berat jenis urine meningkat
2. UJI DARAH
Albumin serum menurun
Kolesterol serum meningkat
Hemoglobin dan hematokrit meningkat (hemokonsentrasi)
Laju endap darah (LED) meningkat
Elektrolit serum bervariasi dengan keadaan penyakit per orang
3. UJI DIAGNOSTIK
Biopsy ginjal merupakan uji diagnostic yang tidak dilakukan secara rutin
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air dan natrium
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan
protein
c. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan pertahanan tubuh
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang menurun
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu makan
f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan (malaise)
g. Kecemasan pada anak atau keluarga berhubungan dengan hospitalisasi pada anak
h. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
i. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan gangguan fungsi pernafasan
j. Nyeri, gangguan rasa nyaman berhubungan dengan asites
3. INTERVENSI
a. Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air dan natrium
TUJUAN : pasien mendapatkan volume cairan yang tepat
KRITERIA HASIL : anak mendapatkan cairan tidak lebih dari yang ditentukan
c. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan pertahanan tubuh
TUJUAN : pasien bisa mempertahankan integritas kulit
KRITERIA HASIL : kulit anak tidak menunjukan kemerahan dan iritasi
NO. INTERVENSI RASIONAL
1. Atur atau ubah posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi Mobilisasi tempat tidur setiap 2 jam atau
sesuai kondisi dimaksudkan untuk mencegah terjadinya dekubitus
2. Pertahanan bebersihan tubuh anak setiap hari dan pengalas tempat tidur Menjaga kebersihan
tubuh anak dan pengalas menegah kemudahan gesekan atau trauma
3. Hindari pakaian yang ketat Pakaian yang terlalu ketat dapat menyebabkan area tertekan dan
bisa menyebabkan decubitus
4. Gunakan lotion bila kulit kering Lotion dapat menjaga kelembaban kulit
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu makan
TUJUAN : pesien mendapatkan nutrisi optimal
KRITERIA HASIL : anak mengkonsumsi jumlah makanan bernutrisi yang adekuat
NO. INTERVENSI RASIONAL
1. Beri makanan sedikit tapi sering Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan
status uremik atau menurunkan peristaltic
2. Berikan makanan special(yang disukai anak) dan dengan cara yang menarik Merangsang
nafsu makan anak sehingga anak mau makan
3. Tawarkan perawatan mulut sering atau olesin dengan gliserin atau berikan permen diantara
makan Membrane mukosa menjadi kering dan pecah. Perawatan mulut menyejukkan,
meminyaki dan membantu menyegarkan rasamulut yang tidak nyaman. Larutan gliserin
diberikan supaya bibir tidak pecah – pecah dan kering
4. Puji anak atas apa yang mereka makan Pujian dapat berupa motivasi agar anak mau makan.
5. Libatkan anak dalam pemilihan makanan Anak dapat memilih makanan sesuai dengan yang
diingginkan.
4. IMPLEMENTASI
a. Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air dan natrium
• Mencatat masukan dan pengeluaran cairan
• Menimbang berat badan pasien
• Memberikan diuretik
• Mengatur masukan
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravascular) berhubungan dengan
kehilangan protein
• Memantau TTV
• Mengkaji kualitas dan frekuensi nadi
• Melaporkan adanya penyimpangan dari normal
c. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan pertahanan tubuh
• Mengatur mengubah posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi
• Mempertahankan kebersihan tubuh anak setiap hari dan pengalas tempat tidur
• Menghindari pakaian yang ketat
• Menggunakan lotion bila kulit kering
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang menurun
• Menggunakan teknik mencuci tangan yang baik pada perawat dan staf
• Mengkaji integritas kulit
• Memantau TTV
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu makan
• Memberikan makan sedikit tapi sering
• Memberikan makanan special (yang disukai anak) den dengan cara menarik
• Menawarkan perawatan mulut sering atau olesi dengan larutan gliserin atau memberikan
permen diantara makan
• Memberi pujian atas apa yang mereka makan
• Melibatkan anak dalam memilih makanan
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan (malaise)
• Menginstruksikan anak untuk istirahat bila ia mulai merasa lelah
• Menberikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari dan ambulasi
g. Kecemasan pada anak atau keluarga berubungan dengan hospitalisasi pada anak
• Mengenalkan anak dan keluarga pada anggota-anggota staf atau perawat
• Memberikan penjelasan tentang syndrome nefrotik, perawatan, dan pengobatan
• Memberikan aktifitas bermain yang sesuai dengan kondisi anak
• Mengajakan pada orang tua untuk membantu perawatan pada anaknya
h. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
• Memberikan penjelasan pada anak dan keluarga tentang perubahan yang dialami.
• Memberi dukungan positif dalam menyikapi penyakit yang diderita pada anak.
i. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan gangguan fungsi pernafasan
• Memberikan oksigenasi.
• Meberikan posisi yang adekuat untuk efisieni ventilasi.
5. EVALUASI
a. Fungsi ginjal anak membaik yang terlihat dari tidak adanya tanda-tanda dan gejala klinis
b. Tingkat aktivitas anak sesuai dengan usia
c. Anak tidak menunjukkan dan tanda dan gejala infeksi