PUSKESMAS SLAMAN
DISUSUN OLEH:
Nim : KP.2001442
2022/2023
Laporan Pendahuluan Keperawatan ini telah dibaca dan diperiksa pada
Hari/ Tanggal :
Mahasiswa Praktikan
1) DEFINISI
Hipertermia merupakan keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami kenaikan suhu tubuh <37,8 OC per oral atau 38,8OC per rektal yang
sifatnya menetap karena faktor eksternal (Lynda Juall, 2012).
Menurut Nurarif, Amin H dan Hardhi Kusuma (2015) mengatakan suhu normal
tubuh berkisar antara 36,50C – 37,50C, hipertermia jika suhu tubuh > 37,50C dan
hipotermi jika suhu tubuh <36,50C.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertermia adalah
keadaan dimana suhu inti tubuh diatas batas normal fisiologis sehingga
menyebabkan peningkatan suhu tubuh dari individu.
2) Etiologi Hipertermiaa
a. Dehidrasi
b. Penyakit
c. Trauma
d. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
e. Pemakaian pakaian yang tidak sesuai
f. Peningkatan laju metabolisme
g. Pengobatan/ anesthesia
h. Terpajan pada lingkungan yang panas
i. Aktivitas yang berlebihan
3) Patofisiologi
Hipertermia Perubahan pengaturan homeostatis suhu normal oleh hipotalamus
dapat diakibatkan dari infeksi bakteri, virus, tumor, trauma, dan sindrom malignan
dan lain-lain bersifat pirogen eksogen yang merangsang sel makrofag, lekosit dan
sel lain untuk membentuk pirogen endogen. Pirogen seperti bakteri dan virus
menyebabkan peningkatan suhu tubuh. Saat bakteri dan virus tersebut masuk ke
dalam tubuh, pirogen bekerja sebagai antigen akan mempengaruhi sistem imun
(Widagdo, 2012).
PATHWAY
4) Manifestasi Klinis Hipertermia
Beberapa tanda dan gejala pada hipertermi menurut Huda (2013):
1) Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal
2) Konvulsi (kejang)
3) Kulit kemerahan
4) Pertambahan RR
5) Takikardi
6) Saat disentuh tangan terasa hangat
7) Fase – fase terjadinya hipertermia
a) Fase I : awal
7) PENCEGAHAN HIPERTERMIA
Langkah terbaik untuk mencegah hipertermia adalah menghindari paparan sinar
matahari atau cuaca panas dalam jangka waktu cukup lama. Jika Anda harus bekerja
atau beraktivitas di tempat yang panas, berikut adalah langkah pencegahan
hipertermia yang bisa Anda lakukan:
a. Jangan menggunakan pakaian tebal, namun gunakan pakaian yang tipis
namun mampu melindungi area tubuh ketika berada di luar ruangan.
b. Gunakan topi dan TA yang dapat melindungi kulit dari sengatan sinar
matahari.
c. Konsumsi air dalam jumlah yang banyak, setidaknya 2–4 gelas air setiap
jam.
d. Hindari minuman mengandung kafein dan alkohol saat beraktivitas di
tempat yang panas karena mengakibatkan cairan tubuh makin berkurang.
8) PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. mengukur suhu tubu
b. tes urine
c. tes darah
d. Tes panel metabolisme
9) Penatalaksanaan Hipertermia
1. Tindakan farmakologis Tindakan menurunkan suhu mencakup intervennsi
farmakologik yaitu dengan pemberian antipiretik.Obat yang umum digunakan
untuk menurunkan demam dengan berbagai penyebab (infeksi, inflamasi dan
neoplasama) adalah obat antipiretik.Antipiretik ini bekerja dengan
mempengaruhi termoregulator pada sistem saraf pusat (SSP) dan dengan
menghambat kerja prostaglandin secara perifer (Hartini, 2012). Obat antipiretik
antara lain asetaminofen, aspirin, kolin dan magnesium salisilat, kolin salisilat,
ibuprofen, salsalat dan obatobat anti inflamasi nonsteroid (NSAID).
Asetaminofen merupakan obat pilihan, aspirin dan salisilat lain tidak boleh
diberikan pada anak-anak dan remaja. Ibuprofen, penggunaannya disetujui
untuk menurunkan demam pada anak-anak yang berusia minimal 6
bulan.Hindari pemakaian aspirin atau ibuprofen pada pasien-pasien dengan
gangguan perdarahan (Hartini, 2012). Beberapa ibuprofen yang tidak disetujui
penggunaannya untuk anak-anak adalah nuprin, motrin IB,
medipren.Pemberian antipiretik yang berlebihan perlu diperhatikan, karena
dapat menyebabkan keracunan (Totapally, 2011).
2. Tindakan non farmakologis Tindakan non farmakologis tersebut seperti
menyuruh anak untuk banyak minum air putih, istirahat, serta pemberian water
tepid sponge. Penatalaksanaan lainnya anak dengan demam adalah dengan
menempatkan anak dalam ruangan bersuhu normal dan mengusahakan agar
pakaian anak tidak tebal (Budi (2012)dalam Setiawati (2012).
2. Diagnosa keperawatan
Hipetermia berhubungan dengan proses penyakit
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Herlman,T. Heather.2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta : EGC
Nurarif, Amin H dan Hardhi Kusuma. 2014 .Handbook for Health Student .
Yogyakarta:MediAction Publishing
Nurarif, Amin H dan Hardhi Kusuma.2015 .Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc.Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta:MediAction
Publishing.