Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

A DENGAN
DENGUE HAEMORRAGHIC FEVER (DHF) DI RUANG
IGD RSUD dr. SOETRASNO REMBANG

By: Eko Yulianto


A. Latar Belakang
 Penyakit Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD)
merupakan penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes,
terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang dapat muncul sepanjang tahun
dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan, iklim, mobilisasi yang tinggi, kepadatan penduduk, perluasan perumahan
dan perilaku masyarakat (Kemenkes, 2019).
 Berdasarkan data WHO (2015) memperkirakan jumlah penyakit DHF 2,5 miliar atau
40 persen populasi di dunia berisiko terhadap penyakit Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) terutama yang tinggal di daerah kota di negara tropis dan subtropis. Di
seluruh dunia diperkirakan jumlah kasus ada 390 juta infeksi dengue yang terjadi
setiap tahun. WHO mencacat negara Indonesia adalah negara dengan kasus Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) tertinggi di Asia Tenggara dan tertinggi nomor dua di
dunia setelah Thailand (Dhamayanti, 2019).
Next…
 Di Indonesia angka prevalesi tertinggi DHF ditempati provinsi Kalimantan Utara
(239 kasus per 100.000 penduduk), Kalimantan Timur (180,66 kasus per 100.000
penduduk), dan Bali (114,8 kasus per 100.000 penduduk). Sedangkan provinsi Jawa
Tengah menempati urutan terendah ke empat dengan jumlah 26,28 kasus per 100.000
penduduk (Kemenkes, 2019).
 Kasus DHF di Jawa Tengah yang dilaporkan pada tahun 2019 tercatat sebanyak 9.007
kasus. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2018 sebesar 3.519 kasus. Pada
tahun 2019, kematian akibat penyakit DHF terjadi di 28 kabupaten/kota di Jawa
Tengah (80 persen). Terdapat 11 kabupaten/kota dengan Case Fatlity Rate (CFR)>2
persen, CFR tertinggi adalah Kudus (8,1 persen) (Dinkes Jateng, 2019).
 Berdasarkan hasil dari data di IGD RSUD Soetrasno Rembang angka kejadian DHF
pada tiga tahun terakhir ini meliputi, tahun (2019) terdapat 292 kasus angka kejadian
DHF, tahun (2020) terdapat penurunan angka kejadian DHF yaitu 94 kasus, dan
tahun (2021) terdapat peningkatan kasus DHF yaitu 112 kasus (Data Rekam Medis
RSUD Soetrasno, 2021).
Next…
 Penyakit demam berdarah ditandai dengan demam 2-7 hari disertai dengan manifestasi
seperti perdarahan, penurunan trombosit (trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang
ditandai dengan kebocoran plasma dan disertai dengan seperti nyeri kepala, nyeri otot dan
tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata (Vikri, 2019). Seseorang yang menderita
DHF juga akan mengalami penurunan nafsu makan dan minum sehingga penderita dapat
mengalami kekurangan nutrisi dan cairan. Oleh karena itu, pasien memerlukan suatu
penanganan pelayanan kesehatan yang melibatkan peran seorang perawat dan tenaga medis
lainnya. Peran perawat dalam kasus DHF adalah memberikan asuhan keperawatanyang
menyeluruh bagi penderita DHF.

 B. Tujuan

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan gawat darurat serta mampu mengaplikasikan pada
pasien dengue haemoragic fever secara komprehensif.
A. Definisi DHF
 Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang
tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)(Resti, 2014).

B. Etiologi DHF
Virus dengue serotype 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vector
nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vector yang kurang berperan. Infeksi
dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibodi seumur hidup
terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotype lain (Smeltzer & Suzanne, 2001).
C. Manifestasi Klinik DHF
 Demam tinggi 2 sampai 7 hari (38-40oC)
 Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji tourniquet positif
 Rasa sakit pada otot dan persendian
 Pembesaran hati (hepatomegali)
 Rejan (syok
 Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya
nafsu makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.
 Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan
trombosit hingga 100.000/mmHg
D. Patofisiologi DHF
 Virus dengue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia
melalui gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali
memberi gejala DF. Pasien akan mengalami gejala viremia, sakit
kepala, mual, nyei otot, pegal seluruh badan, hyperemia
ditenggorokkan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi
pasa RES seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limfa.
Reaksi yang berbeda Nampak bila seseorang mendapatkan infeksi
berulang dengan tipe virus yang berlainan. Berdasarkan hal itu
timbulah the secondary heterologous infection atau sequential
infection of hypothesis. Re-infeksi akan menyebabkan suatu reaksi
anamnetik antibody, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks
antigen antibody (kompleks virus antibody) yang tinggi.
E. Pathway DHF
F. Pemeriksaan Penunjang

a. Darah Lengkap b. Kimia Darah

 Leukpenia pada hari ke 2-3  Hipoproteinemia, hiponatriam,


hipodorumia
 Trombositopenia dan
hemokonsentrasi  SGOT/SGPT meningkat

 Masa pembekuan normal  Umum meningkat

 Masa pedarahan memanjang  pH darah meningkat

 Penurunan factor II, V, VII, IX, dan


XII
G. Penatalaksanaan DHF
a. Tirah baring

b. Pemberian makanan lunak .

c. Pemberian cairan melalui infus.

d. Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan intra
vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter, K+ 4 mEq/liter, korekter basa
28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.

e. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,

f. Anti konvulsi jika terjadi kejang

g. Monitor tanda-tanda vital ( Tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan).

h. Monitor adanya tanda-tanda renjatan

i. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut

j. Periksa Hemoglobin, Hematokrit, dan Trombosit setiap hari


H. Komplikasi DHF
 Perdarahan luas
 Syok (renjatan)
 Efusi pleura
 Penurunan kesadaran
Konsep Asuhan Keperawatan DHF
1. Pengkajian
a. Primary Survey
b. Secondary Survey
Meliputi
c. Identitas pasien
d. Keluhan utama
e. Riwayat penyakit sekarang
f. Riwayat penyakit dahulu
g. Riwayat Imunisasi
h. Riwayat Gizi
i. Kondisi lingkungan
j. Pola kebiasaan
k. Pemeriksaan fisik
l. Sistem integument
m. Pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa Keperawatan
 Diagnosa keperawatan yang mucul pada asuhan keperawatan DHF,
antara lain:
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan
dari intravaskuler ke ekstravaskuler.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake inadekuat.
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan inspirasi dan ekspirasi
yang tidak memberikan ventilasi yang adekuat
e. Risiko perdarahan berhubungan dengan permeabilitas membran
meningkat
3. Intervensi Keperawatan DHF
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

Intervensi:

a) Identifikasi penyebab hipertermia (contoh: dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan


incubator

b) Monitor suhu tubuh

c) Monitor kadar elektrolit

d) Monitor haluan urine

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari intravaskuler ke


ekstravaskuler.

Intervensi:

e) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (misal, frekuensi nadi meningkat, nadi terasa lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit
meningkat, haus lemah)

f) Monitor intake dan output cairan


3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat.
Intervensi:
a) Identifikasi status nutrisi

b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

c) Identifikasi makanan yang disukai

d) Monitor asupan makan

e) Monitor berat badan

f) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan inspirasi dan ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi yang
adekuat

Intervensi:

g) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

h) Lakukan fisioterapi dada jika perlu

i) Keluarkan secret

j) Auskultasi suara nafas

k) Monitor respirasi dan status oksigen


5. Risiko perdarahan berhubungan dengan permeabilitas membran meningkat
Intervensi:
a) Monitor tanda dan gejala perdarahan

b) Monitor nilai hamatokrit atau hemoglobin sebelum dan sesudah kehilangan darah

c) Monitor tanda-tanda vital

Teori keperawatan Jean Watson

Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan perlu adanya dukungan


pengembangan teori-teori keperawatan, salah satunnya adalah teori caring
menurut Jean Watson. Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan
karena caring adalah salah satu pendekatan yang dinamis, dimana perawat
berkerja untuk lebih meningkatkan keperduliannya kepada klien. kunci
dari kualitas pelayanan asuhan keperawatan adalah perhatian, empati, dan
keperdulian perawat. Hal ini sangat sesuai dengan tuntutan masyarakat
pada saat ini yaitu mengharapkan pelayanan keperawatan yang berkualitas.
Asuhan Keperawatan DHF
1. Pengkajian
a. Primary Survey
b. Secondary Survey
Meliputi
c. Identitas pasien
d. Keluhan utama
e. Riwayat penyakit sekarang
f. Riwayat penyakit dahulu
g. Riwayat Kesehatan keluarga
h. Pemeriksaan fisik
i. Pola kebiasaan
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pada tanggal 04/06/2022 jam 08.00

Pemeriksaan Hasil Intrepetasi Nilai Normal Satuan


HEMATOLOGI

Hemoglobin 16 High 14,00 – 18,00 g/dl

Hematokrit 48 Normal 42,00 – 52,00 %

Leukosit 2,4 Low 4.0 -10,5 10^3/Ul

Trombosit 86 Low 150 – 450 10^3/Ul

Eritrosit 5,81 High 4,00 – 5,20 10^6/Ul

Neutrofil 40,0 Normal 32 – 52,0 FL

Limfosit 51,3 High 20,0 – 40,0 %

MXD 8,7 Normal 1,0 - 12,0 %

RDW 34,2 Low 35,0 - 45,0 FL

INDEX

MCV 74,2 Low 80,0 – 97.0 FL

MCH 26,5 Low 27,0 – 32,0 Pg

MCHC 35,7 Normal 32,0 – 38,0 g/dl


Terapi dan Obat-obatan

No Jam Jenis terapi/dosis


1 11.55 Asering dengan kecepatan 5cc/kgBB/jam
BB: 43 kg
5 x 43 = 167 cc/jam Intravena
2   Paracetamol
3 x 250 mg per-Oral 
3   Ranitidin 2x 50 mg iv
4 Sucralfat 3x10 ml
Analisa data
Tgl / Jam Data Fokus Problem Etiologi
Selasa, 07 juni 2022/ DS : Kekurangan volume cairan Perpindahan cairan dari
14.05 WIB cairan intravaskuler ke
- Ibu pasien mengatakan anaknya mual, muntah, badan lemas ekstravaskuler

DO :
- Klien tampak lemah
- Bibir kering
- Akral dingin
- TD 110/70 mmHg
- Nadi 112 x/m, teraba lemah dan cepat
- Trombosit 86 10^3/Ul
- Hematokrit 48%

Selasa, 07 juni 2022/ DS : Hipertermia Infeksi virus dengue


14.05 WIB (viremia)
- Ibu pasien mengatakan anaknya demam 4 hari

DO :
- Suhu 37,8oC
- TD 110/70 mmHg
- Nadi 112 x/m
- RR : 26 x/m
- Spo2 : 98%

- GCS : E: 4, M: 6, V: 5 (compos mentis)

- Kulit teraba hangat


Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari intravaskuler ke
ekstravaskuler.

2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

 Intervensi Keperawatan

 Implementasi Keperawatan

 Evaluasi
Pembahasan
a. Pengkajian
 Teori pengkajian kritis pada DHF, meliputi:
1. Pengkajian
a. Primary Survey
b. Secondary Survey
Meliputi
c. Identitas pasien
d. Keluhan utama
e. Riwayat penyakit sekarang
f. Riwayat penyakit dahulu
g. Riwayat Kesehatan keluarga
h. Pemeriksaan fisik
i. Pola kebiasaan

Analisa: Tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta. perawat menberikan asuhan keperawatan dengak
baik sesuai teori caring Jean Watson (2004) dan pengkajian pada pasien yang dilakukan di ruang IGD RSUD
dr. Soetrasno Rembang, yakni An. A berusia 9 tahun ditemukan keluhan demam sudah 4 hari. Hal ini sesuai
dengan teori Masriadi (2017) bahwa tanda dan gejala dari DHF berupa demam tinggi mendadak tanpa sebab
yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari.
b. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan maka diagnosa keperawatan yang muncul pada
kasus an. A yaitu:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler.

Menurut analisa data, muncul diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan berhubungan dengan
perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler berdasarkan data yaitu pasien badan lemas, anak
mual dan muntah, kesadaran compos mentis, hematokrit 48% (normal: 42-52%), trombosit 86.000 (normal:
150.000-450.000), Nadi 112 x/mnt (normal: 75-118 x/mnt), RR 26 x/mnt (normal: 18-30 x/mnt), Suhu 37.8
ºC (normal: 36,5-37,5 ºC), SpO2 98% (normal: 95-100%). Berdasarkan SDKI (2017) diperoleh data mayor
(objektif) tidak ada dan didapatkan data minor (subjektif) yaitu suhu tubuh meningkat 37.8 ºC (normal:
36,5-37,5 ºC), anak merasa lemah, mual dan muntah. Jadi, bisa disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan
antara teori dan kasus, dalam perumusan diagnosa keperawatan mengikuti acuan batasan karakteristik
SDKI.

2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue


Menurut analisa data, muncul diagnosa keperawatan hipertermi berhubungan dengan infeksi virus
dengue, berdasarkan data yaitu suhu pasien 37.8ºC (normal: 36,5-37,5 ºC), Nadi 112 x/mnt (normal: 100-
190 x/mnt), RR 26 x/mnt (normal: 30-60 x/mnt), SpO2 98% (normal: 95-100%) dan kulit teraba hangat.
Berdasarkan SDKI (2017) diperoleh data mayor (objektif) yaitu suhu tubuh di atas normal 37,8 ºC (normal:
36,5-37,5 ºC) dan didapatkan data minor (objektif) yaitu kulit teraba hangat. Jadi, bisa disimpulkan bahwa
tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus, dalam perumusan diagnosa keperawatan mengikuti acuan
batasan karakteristik SDKI.
c. Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari intravaskuler ke
ekstravaskuler.

Menurut Haerani dan Nurhayati (2020) pada penelitian yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada
Anak Dengan Demam Berdarah Dengue: Sebuah Study Kasus pada intervensi keperawatan kekurangan
volume cairan berhubungan dengan perpindahan dari intravaskuler ke ekstravaskuler diantaranya adalah
kaji keadaan umum, awasi masukan, haluaran dan monitor intake output, pantau TTV anak (TD, nadi,
suhu) secara berkala, observasi status hidrasi (misalnya kulit kering, membran mukosa, turgor kulit) dan
pengisian kapiler, anjurkan klien banyak minum, kolaborasi: pantau hasil laboratorium (Hematokrit) dan
kolaborasi: terapi cairan parenteral sesuai program

2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue


Menurut Febriana et al, (2022) pada penelitian yang berjudul Asuhan Keperawatan Anak Pada An.
A Dengan DBD Terhadap Penerapan Sari Kurma Di Ruang Anyelir Rumah Sakit Embung Fatimah Kota
Batam, intervensi yang dirumuskan menggunakan Intervensi yang penulis rumuskan menggunakan
SDKI (2018) yaitu: Manajemen hipertermi Observasi: identifikasi penyebab hipertermia, monitor suhu
tubuh, monitor kadar elektrolit, mnitor aluaran urine, monitor komplikasi akibat hipertermia. Terapeutik:
sediakan lingkungan yang dingin, longgarkan atau lepaskan pakaian, basahi dan kipasi permukaan
tubuh, berikan cairan oral, hindari pemberian antipiretik atau aspirin, berikan oksigen jika perlu,
Edukasi: anjurkan tirah baring. Kolaborasi: kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika
perlu.
d. Implementasi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari intravaskuler ke
ekstravaskuler.
Implementasi yang telah dilakukan pada kasus An. A dengan masalah keperawatan
kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan intraseluler ke ekstraseluler
yaitu, memonitor keadaan umum anak, mengobservasi dan mencatat intake dan output cairan,
memberikan minum yang adekuat, dan berkolaborasi pemberian terapi cairan intravena. Tindakan
yang dilakukan telah sesuai dengan perencanaan.

2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue


Tindakan yang dilakukan meliputi memonitor suhu, memberikan anti piretik, mengompres
pada lipatan paha dan aksila, mengedukasi orang tua untuk memberikan pakaian tipis dan mudah
menyerap keringat, menganjurkan orang tua untuk meningkatkan asupan cairan pada pasien,
berkolaborasi dalam pemberian antipiretik sesuai dengan kondisi pasien.
e. Evaluasi
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari intravaskuler ke
ekstravaskuler.
Evaluasi yang ditemukan setelah dilakukan perawatan selama 30 menit pada An. A, masalah
kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan intraseluler ke ekstraseluler
teratasi sesuai dengan kriteria perencanaan. Didapatkan tanda-tanda vital TD: 110/70 mmHg, Nadi:
98 x/menit, S: 36,5oC, RR 24 x/menit, SPO2: 98%, akral hangat, nadi teraba kuat.

2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue


Evaluasi yang ditemukan setelah dilakukan perawatan selama 30 menit pada An. A, masalah
hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue teratasi sesuai dengan kriteria
perencanaan. Didapatkan hasil tanda-tanda vital TD: 110/70 mmHg, Nadi: 98 x/menit, S: 36,5 oC,
RR 24 x/menit, SPO2: 98%, akral hangat, nadi teraba kuat, kulit teraba tidak panas.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai