Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIAGNOSA

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DFD)

DOSEN PENGAMPU

Ns. Rahayu Yuliana W,s.Kep.,M.K.M

DISUSUN OLEH:

Kelompok 1

1. ACH. Abdus Suhud (33412101040)

2. Leny Dewi Puspita (33412101047)

3. Munawwaroh (33412101053)

4. Putri Fatma Sari (33412101060)

5. Luluk Indah Cahyani (33412101068)

JURUSAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK NEGRI MADURA

TAHUN PELAJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur pemakalah panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah Asuhan
keperawatan Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). Adapun maksud dari penyusunan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas keperawatan Anak di Politeknik Negeri
Madura. Disusunnya makalah ini tidak lepas dari peran dan bantuan beberapa pihak dan
sumber.

Karena itu, pemakalah mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-


tingginya kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing kami
dalam mengerjakan makalah ini. Kiranya amal baik serta budi luhur secara ikhlas yang
telah diberikan kepada kami dari beliau di atas yang dapat maupun belum dapat kami
sebutkan, mendapatkan imbalan yang semestinya dari Allah SWT.

Pemakalah menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran iyang
bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Pemakalah berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi pemakalah khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Sampang, 8 februari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB II PEMBAHASAN 1
1.1 Definisi 4
1.2 Anatomi Fisiologi 4
1.3 Etiologi 6
1.4 Tanda dan Gejala 6
1.5 Patofisiologi 7
1.6 Pathway 8
1.7 Manifestasi Klinis 9
1.8 Penatalaksanaan 10
1.9 Komplikasi 12
1.10 Pemeriksaan penunjang 12
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 15

2.1 Pengkajian Keperawatan 15


2.2 Diagnosa Keperawatan 18
2.3 Intervensi Keperawatan 18
2.4 Implementasi Keperawatan 23
2.5 Evaluasi Keperawatan 23
DAFTAR PUSTAKA 24

3
BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Definisi

Demam dengue atau DF dan demam berdarah dengue atau DBD (dengue
hemorrhagic fever disingkat DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik.
Pada DHF terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokosentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan
dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok (Nurarif & Kusuma 2015).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak dan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod
Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes
Aebopictus (Wijayaningsih 2017).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menular melalui gigitan nyamuk Aedes


aegypti. DHF merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi penyebab kematian
utama di banyak negara tropis. Penyakit DHF bersifat endemis, sering menyerang
masyarakat dalam bentuk wabah dan disertai dengan angka kematian yang cukup
tinggi, khususnya pada mereka yang berusia dibawah 15 tahun (Harmawan 2018).

1.2 Anatomi fisiologi

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang darah dan
aspeknya pada keadaan sehat atau sakit dalam keadaan normal volume darah
manusia + 7-8% dari berat badan. (Lauralee Sherwood: 2001) Bila darah lengkap
dibiarkan membeku dan bekuan dibuang cairan yang tertinggal dinamakan serum.

4
Anatomi Fisiologi (Syaiffudin, 1997: Hal. 4)

1. Sel-sel darah ada 3 macam yaitu:

a) Eritrosit (sel darah merah)

Eritrosit merupakan sel darah yang telah berdeferensi jauh dan mempunyai
fungsi khusus untuk transport oksigen. Sel darah merah: Kekurangan eritrosit,
Hb, dan Fe akan mengakibatkan anemia.

b) Leukosit (sel darah putih)

Sel darah putih: Berfungsi mempertahankan tubuh dari serangan penyakit


dengan cara memakan (fagositosis) penyakit tersebut. Itulah sebabnya leukosit
disebut [9/2 16.09] Mun: juga fagosit. Sel darah putih yang mengandung inti,
normalnya 5.000 sel/mm

c) Trombosit (sel pembeku darah)

Keping darah berwujud cakram protoplasmanya kecil yang dalam peredaran


darah tidak berwarna, jumlahnya dapat bevariasi antara 200.000 - 300.000/mm
darah

2. Struktur Sel

a) Membran sel (selaput sel)

Membran struktur elastic yang sangat tipis, tebalnya hanya 7,5-10mm. Hampir
seluruhnya terdiri dari keeping-keping halus gabungan protein lemak yang
merupakan lewatnya berbagai zat yang keluar masuk sel. Membran ini bertugas
untuk mengatur hidup sel dan menerima segala untuk rangsangan yang datang.

b) Plasma

Terdiri dari beberapa komponen yaitu:

 Air membentuk 90% volume plasma

5
 Protein plasma, berfungsi untuk menjaga volume dan tekanan darah serta
melawan bibit penyakit (immunoglobulin).
 Garam (mineral) plasma dan gas terdiri atas 02 dan CO2 berfungsi untuk
menjaga tekanan osmotik dan pH darah sehingga fungsi normal jaringan
tubuh.
 Zat-zat makanan sebagai makanan sel.
 Zat-zat lain seperti hormon, vitamin, dan enzim yang berfungsi untuk
membantu metabolisme.
 Antibodi dan antitoksin melindungi badan dari infeksi bakteri.
Sesuai produk jaringan: urea, asam urat dan kreatinin.

1.3 Etiologi
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4
serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibody terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody
yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Kusuma 2015).

1.4 Tanda dan gejala


1.Sakit perut.
2. Muntah terus-menerus.
3. bahkan hanya dengan cairan.
4. Kecenderungan perdarahan seperti muncul darah dalam muntah meskipun hanya
berupa garis-garis merah darah, pendarahan dari hidung atau gusi.

6
1.5 Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus
sehingga menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin)
terjadinya: peningkatan suhu. Yang menyebabkan panas / meningkatnya suhu,
sehingga mengakibatkan penderita mengalami demam.
Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang
menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang
menyebabkan penderita mengalami sakit kepala,karena darah berpindah ke
ekstravaskuler yang menyebabkan hipovolemia.
Trombositopenia dapat terjadi akibat dari penurunan produksi trombosit sebagai
reaksi dari antibodi melawan virus, Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami mual, dan nafsu makan mulai menurun.
Penderita juga mengalami nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik
bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain kemungkinan
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati atau hepatomegal.

7
1.6 Pathway

Virus Dengue

Reaksi antigen - antibody

Vermia

Vasodilatasi Mengeluarkan Mual Merangsang


pembuluh darah zat mediator saraf simpatis
otak
Nafsu
Sakit Merangsang makan Diteruskan ke
kepala hipotalamus menurun ujung saraf bebas
anterior
Darah berpindah Defisit nutrisi
ke ektravaskuler Suhu tubuh
Nyeri otot

Hipovolemia Hipertermi
Nyeri akut

8
1.7 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif & Kusuma 2015)

1. Demam dengue

Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau
lebih manifestasi klinis sebagai berikut:

a. Nyeri kepala
b. Nyeri retro-orbita
c. Myalgia atau arthralgia
d. Ruam kulit
e. Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending positif
f. Leukopenia
g. Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD yang
sudah di konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
2. Demam berdarah dengue

Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi :

a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifastik
b. Manifestasi perdarahan yang berupa :
1) Uji tourniquet positif
2) Petekie, ekimosis, atau purpura
3) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,
tempat bekas suntikan
4) Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan

9
1) Peningkatan nilai hematokrit >20% dari nilai baku sesuai umur
dan jenis kelamin
2) Penurunan nilai hematokrit >20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemia, asites, efusi pleur
3. Sindrom syok dengue

Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:

a. Penurunan kesadaran, gelisah

b. Nadi cepat, lemah

c. Hipotensi

d. Tekanan darah turun < 20 mmHg

e. Perfusi perifer menurun

f. Kulit dingin lembab

1.8 Penatalaksanaan

Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang


sebagai akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian
permeabilitas sehingga mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga
diberikan obat penurun panas (Rampengan 2017). Penatalaksanaan DHF yaitu :
a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok
Penatalaksanaan disesuaikan dengan gambaran klinis maupun
fase, dan untuk diagnosis DHF pada derajat I dan II menunjukkan
bahwa anak mengalami DHF tanpa syok sedangkan pada derajat
III dan derajat IV maka anak mengalami DHF disertai dengan
syok. Tatalaksana untuk anak yang dirawat di rumah sakit
meliputi:

1) Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah,


air sirup, susu untuk mengganti cairan yang hilang
akibat kebocoran plasma, demam, muntah, dan diare.

10
2) Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan
asetosal atau ibuprofen karena dapat merangsang
terjadinya perdarahan.

3) Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:


 Berikan hanya larutan isotonik seperti ringer
laktat atau asetat
 Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam,
serta periksa laboratorium (hematokrit,
trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6
jam.
 Apabila terjadi penurunan hematokrit dan
klinis membaik, turunkan jumlah cairan
secara bertahap sampai keadaan stabil.
Cairan intravena biasanya hanya memerlukan
waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh
kapiler spontan setelah pemberian cairan.
4) Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan
tatalaksana sesuai dengan tatalaksana syok
terkompensasi.
b. Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever Dengan
Syok Penatalaksanaan DHF menurut WHO (2016),
meliputi:
1) Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-
4 L/menit secara nasal.
2) Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer
laktat/asetan secepatnya.
3) Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi
pemberian kristaloid 20 ml/kgBB secepatnya
(maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20 ml/kg BB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24
jam.

11
1.9 Komplikasi
KomplikasiAdapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2008) adalah: 1.
Perdarahan Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah
trombosit dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sel-sel tulang dan 25pendeknya masa hidup
trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif,
ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena.2.
Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7
yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum,
hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mngekaibatkan
berkurangnya alran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah
jantung sehingga terjadi 13 disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga
disertai kegagalan hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan integritas
sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi
darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara
progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga pasien
akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.3. Hepatomegali Hati umumnya
membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan nekrosis karena
perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler. Terkadang
tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih banyak
dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.4. Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga
pleura dan adanya dipsnea.

1.10 Pemeriksaan penujang


Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF

12
antara lain adalah (Wijayaningsih 2017) :
a) Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu dijumpai
pada DHF merupakan indikator terjadinya perembesan plasma.
1. Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari
ketiga.

2. Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan hemokonsentrasi

3. Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia,


SGPT, SGOT, ureum dan Ph darah mungkin meningkat.
Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji
serologi didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang
terjadi setelah infeksi. Untuk menentukan kadar antibody atau
antigen didasarkan pada manifestasi reaksi antigen-antibody. Ada
tiga kategori, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Reaksi primer
merupakan reaksi tahap awal yang dapat berlanjut menjadi reaksi
sekunder atau tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan
berlangsung sangat cepat, visualisasi biasanya dilakukan dengan
memberi label antibody atau antigen dengan flouresens,
radioaktif, atau enzimatik. Reaksi sekunder merupakan lanjutan
dari reaksi primer dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in
vitro seperti prestipitasi, flokulasi, dan aglutinasi. Reaksi tersier
merupakan lanjutan reaksi sekunder dengan bentuk lain yang
bermanifestasi dengan gejala klinik.
b) Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG
berdasarkan pada kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat
reaksi hemaglutinasi darah angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi
hemaglutinasi inhibitor (HI).
c) Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test)
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus

13
dengue. Menggunakan metode plague reduction neutralization test
(PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas yang jelas
akan dilihat terhadap sel di sekitar yang tidak terkena infeksi.

d) Uji ELISA anti dengue


Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination
Inhibition (HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari
metode ini adalah mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam
serum penderita.
e) Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan
sebagian besar grade II) di dapatkan efusi pleura.

14
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian Keperawatan

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar


utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk
rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit (Widyorini et al.
2017).
1) Identitas pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan


usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama
orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

2) Keluhan utama

Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang
kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
3) Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dan saat demam kesadaran composmetis. Turunnya
panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah.
Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot,
dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa
pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade
III. IV), melena atau hematemesis.

4) Riwayat penyakit yang pernah diderita

15
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak
biasanya mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus
lain.
5) Riwayat Imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka


kemungkinan akan timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.

6) Keadaan lingkungan yang mem pengaruhi timbulnya penyakit

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya padat dan


lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang menggenang atau
gantungan baju dikamar)
7) Pola fungsi kesehatan

1) Pola nutrisi dan metabolisme

frekuensi, jenis, nafsu makan berkurang dan menurun.

2) Pola eliminasi

kadang-kadang anak yang mengalami diare atau konstipasi.


Sementara DHF pada grade IV sering terjadi hematuria.
3) Pola aktivitas dan kebersihan diri

upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan


cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang
nyamuk Aedes aegypty.

4) Pola istirahat tidur

anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit atau


nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur
maupun istirahatnya berkurang

8) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Apatis

Kesadaran : Apatis

16
Tanda-tanda vital :

 Tekanan darah: 120/80 mmHg

 Frekuensi nadi: 100 x/menit

 Suhu :39°C

 RR : 21 x/menit

Status Gizi : Underweight

Berat Badan : 15 kg

Tinggi Badan : 100 cm

a. Kepala

kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena


demam, mata anemis, hidung kadang mengalami
perdarahan atau epitaksis pada grade II,III,IV. Pada
mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan.

b. Leher

Terjadi pembesan tiroid.

c. Thorax (dada)

a. Inspeksi: diameter anteroposterior dalam proporsi


terhadapdiameter lateral (bentuk dada), ekspansi dada,
gerakan dada (frekuensi, irama, kedalaman), ictus cordis,
penggunaan otot bantu pernapasan.
b. Palpasi: massa otot dan tulang torak meliputi: bengkak,
nyeri, massa, pulsasi, krepitasi, ekspansi dinding dada,
fremitus raba, impuls apical, dan getaran thrill,
c. Perkusi: perhatikan intensitas, nada, kualitas, bunyi dan
vibrasi yang dihasilkan.
d. Auskultasi: suara napas, suara napas tambahan, dan suara

17
jantung

d. Abdomen

a. Inspeksi: warna, striae, jaringan parut, lesi,


kemerahan, umbilicus, dan garis bentuk abdomen.
b. Auskultasi: frekuensi, nada, dan intensitas bising usus.

c. Palpasi: rasakan adanya spasme otot, nyeri tekan, dan


adanya massa.

d. Perkusi: dengarkan bunyi yang dihasilkan

e. Ekstremitas
- Superior dan inferior
f. Anus genitalia

a. Kebersihan

b. Sesuai prioritas pengkajian


g. Neurologis
- Glasgow coma scale
1) Respon membuka mata
2) Respon verbal / bicara
3) Respon motorik / gerakan

2.2 Diagnosa keperawatan


a Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
b Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)
c Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ditandai
dengan kebocoran plasma darah

2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh


perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan

18
a. Diagnosa : Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam
diharapkan : Menggigil menurun, kulit merah
menurun dan suhu tubuh membaik Intervensi :

1 ). Manajemen hipertemia

1. Identifikasi penyebab hipertermia

Rasional : mengetahui penyebab hipertermia

2. Monitor suhu tubuh

Rasional : mengetahui perubahan suhu tubuh klien

3. Monitor kadar elektrolit

Rasional : mengetahui kadar elektrolit klien

4. Monitor komplikasi akibat hipertermia

Rasional : mengetahui kompliokasi akibat hipertermia

5. Sedikan lingkungan yang dingin

Rasional : agar suhu tubuh klien menuru


6. Longgarkan /lepaskan pakaian klien

Rasional : meminimalisir peningkatan suhu tubuh


7. Basahi dan kipasi permukaan-permukaan tubuh
Rasional : meminimalisir peningkatan suhu tubuh
8. Berikan cairan oral

Rasional : untuk memenuhi asupan kebutuhan cairan

9. Anjurkan tirah baring

Rasional : untuk mengistirahatkan tubuh

10. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan

19
b. Diagnosa : Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
(keengganan untuk makan)
Tujuan : setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam
diharapkan : Porsi makan yang dihabiskan meningkat,
Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat
meningkat, Berat badan membaik, Frekuensi makan
membaik, Nafsu makan membaik.

Intervensi :

1 ). Manajemen nutrisi

1. Identifikasi status nutrisi

Rasional : mengetahui status nutrisi pasien

2. Identifikasi makanan yang disukai

Rasional : mengetahui makanan kesukaan klien

3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien

Rasional : mengetahui kebutuhan kalori dan jenis nutrient

4. Identifikasi perlunya penggunaan selangnasogastrik

Rasional : mengetahui perlunya penggunaan selang


nasogastric

5. Monitor asupan makanan

Rasional : mengetahui asupan makanan pada pasien

6. Monitor berat badan

20
Rasional : mengetahui berat badan pasien

7. Monitor hasil pemeriksaan laboratrium

Rasional : mengetahui hasil pemeriksaan laboratorium

8. Lakukan oral hygiene sebelum makan

Rasional : agar mulut pasien bersih

9. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)

Rasional : agar klien memahami pedoman diet


10. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

Rasional : untuk mencegah konstipasi pada pasien

11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai


Rasional : untuk menambah nafsu makan klien
12. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

Rasional : untuk memenuhi kebetuhan kalori dan


protein klien

13. Berikan suplemen makanan

Rasional : agar nafsu makan pasien kembali normal

14. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik


jika asipan oral dapat ditoleransi
Rasional : agar pasien bisa merasa lebih bebas

15. Anjurkan posisi duduk, jika perlu

Rasional : untuk memudahkan klien ketika makan

16. Ajarkan diet yang diprogramkan

Rasional : agar pasien memahami diet yang telah di


programkan

17. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misal:

21
Pereda nyeri, antiemetik)
Rasional : untuk meredakan nyeri yang dirasakan klien

18. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah


kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan , jika perlu
Rasional : agar lebih mudah menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan klien

c. Diagnosa : Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan


permeabilitas kapiler ditandai dengan kebocoran plasma darah
Tujuan : setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam diharapkan
turgor kulit meningkat, keluhan haus menurun, tekanan nadi
membaik, suhu tubuh membaik, membran mukosa membaik

Intervensi :

1). Manajemen hipovolemia

1. Periksa tanda dan gejala hypovolemia

Rasional : Mengetahui tanda dan gejala hypovolemia

2. Monitor intake dan output cairan

Rasional : mengetahui intake dan output cairan klien

3. Hitung kebutuhan cairan

Rasional : mengetahui kebutuhan cairan pasien

4. Berikan posisi trendelenburg

Rasional : untuk menghasilkan syok


5. Berikan asupan cairan oral

Rasional : Untuk memenuhi nutrisi di dalam tubuh

6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

22
Rasional : untuk memenuhi nutrisi di dalam tubuh
7. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis.
NaCL, RL)
Rasional : untuk menggantikan cairan elektrolit

8. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis(mis. Glukosa


2,5%, NaCL 0,4%)
Rasional : mengganti cairan yang keluar

9. Kolaborasi pemberian cairan albumi

Rasional : Cairan albumin berfungsi meningkatkan


konsentrasi darah.

2.4 Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah


kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Implementasi dari rencana asuhan keperawatan
mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan.

Implementasi mencakup melakukan, membantu/mengarahkan kinerja


aktifitas kehidupan sehari hari, memberikan arahan perawatan untuk mencapai
tujuan yang berpusat pada klien

2.5 Evaluasi keperawatan

Tindakan intelektual yang melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.

23
24
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Nor Vikri. 2019. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


DENGAN DENGUE HAEMORHAGIC FEVER ( DHF ) DI RUMAH SAKIT.

Amin Huda Nurarif & Kusuma, Hardhi. 2015. APLIKASI Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (Edisi Revisi).
MediAction.

Harmawan. 2018. Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.

Murwani.2018.PatofisiologiDengueHemorrhagicFever.Jakarta

Samarinda.http://repository.poltekkeskaltim.ac.id/283/1/Untitf.

SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. SIKI DPP PPNI.
2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Wijayaningsih, Kartika Sari. 2017. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: TIM.

25

Anda mungkin juga menyukai