Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KASUS

Disusun oleh:
Joel Darrel Eliezer Nainggolan
01071210066

OLEH :

Oseano Aryapradipta

01071210111

PEMBIMBING :

dr. Steven Alviano Yuwono

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

2021
BAB I
LAPORAN
KASUS

I. IDENTITAS KASUS :
Nama : Ibu P.
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 38 tahun
Status perkawinan : Sudah menikah, memiliki satu anak
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan terakhir : Sarjana S1
Agama : Islam

II. ANAMNESIS :
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 1 November 2022 pukul
09.24
Waktu Indonesia Barat (WIB).
Keluhan utama :
Kedua mata yang berair dan merah sejak dua minggu yang lalu.
Keluhan tambahan :
Pusing dan air mata yang semakin sering keluar.

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien datang dengan keluhan kedua mata yang merah dan berair sejak dua minggu
yang lalu. Pasien merasa kedua matanya perih dan merasa seperti ada yang mengganjal.
Rasa perih pada kedua mata pasien tidak menjalar ke daerah lain dan pada seminggu yang
lalu, keluhan pasien terasa konstan, dan minggu ini keluhan pasien hilang timbul, dan jika
timbul dirasakan dalam hitungan menit. Pasien merasa keluhan semakin memburuk saat
melakukan aktivitas, seperti mengendarai motor, membersihkan rumah dan juga saat
bermain handphone, keluhan pasien juga semakin berkurang saat menggunakan obat tetes
mata Insto regular. Sejak dua minggu lalu, pasien merasa semakin banyak mengendarai
motor tanpa menggunakan helm dan pelindung mata. Keluhan pasien dijelaskan cukup
mengganggu dan diberi skala 7 dari 10. Keluhan pasien datang secara tiba-tiba, pasien juga
merasa air matanya semakin banyak keluar, melihat bentuk seperti cincin di sekitar lampu,
semakin menjauhi cahaya, dan pusing. Buang air besar dan buang air kecil pasien normal.
Pasien menyangkal gejala seperti penglihatan buram, mual, demam, dan juga kehilangan
kemampuan penglihatan.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien mempunyai Riwayat hipertensi tetapi pasien jarang control dan juga jarang meminum obat
obat yang pernah diberikan secara teratur.

Riwayat penyakit keluarga :


Pasien tidak ada anggota keluarga dengan gejala yang sama tetapi ibu dari pasien
mempunyai Riwayat hipertensi
Riwayat Sosial dan Ekonomi, dan kebiasaan gaya hidup
Pasien mengatakan bahwa lingkungan sekitarnya cukup bersih, rutin dibersihkan setiap hari, tidak
ada genangan air, rutin membersihkan sampah dan tingkat polusi yang sedang.Pasien mengatakan
bahwa makanan sehari-harinya biasa (makanan rumah), makanan yang dikonsumsi mengandung
makanan pokok, sayur, lauk pauk, buah, danjuga susu. Waktu makan pasien teratur (3x/hari)
dan pasien suka mengkonsumsi makanan yang asin dan pedas. Pasien mengatakan bahwa tidurnya
kurang baik. Pasien sering begadang dua sampai empat kali dalam seminggu.

III. RESUME :

Pasien Ibu P. berumur 38 tahun, datang dengan keluhan kedua mata yang berair dan
merah sejak dua minggu yang lalu. Keluhan pasien juga terasa perih dan digambarkan
seperti ada yang mengganjal. Satu minggu yang lalu, keluhan pasien konstan, sementara
minggu ini keluhan pasien hilang timbul dalam hitungan menit. Keluhan pasien semakin
parah saat mengendarai motor, membersihkan rumah, dan juga saat bermain handphone.
Keluhan pasien berkurang setelah diberi obat tetes mata Insto regular. Pasien merasa
selama dua minggu terakhir semakin banyak mengendarai motor tanpa menggunakan helm
dan pelindung mata. Keluhan pasien datang secara tiba tiba, dan pasien juga merasa air
matanya semakin banyak keluar, melihat bentuk seperti cincin di sekitar lampu, semakin
menjauhi cahaya, dan pusing. Pasien mempunyai kondisi hipertensi yang jarang dikontrol.
Pasien tidak meminum obat hipertensi, dan Ibu pasien juga memiliki riwayat hipertensi.
Pasien mengatakan polusi di daerah tempat tinggal pasien sedang, pasien juga suka
mengkonsumsi makanan abis dan pedas dan sering begadang dua sampai empat kali dalam
seminggu.
Tatalaksana
• Medikamentosa
Pengobatan konjungtivitis bertujuan untuk mengurangi gejala dan
menghentikan infeksi. Obat tetes pelumas okular dan/atau antihistamin
topikal dapat digunakan untuk meredakan gejala. Antibiotik topikal yang
diberikan sebagai obat tetes mata atau salep, merupakan pilihan untuk
konjungtivitis bakteri, seperti moxifloxacin, besifloxacin, dan
levofloxacin. Jika kondisinya berulang, diberikan penstabil sel mast
topikal profilaksis, seperti sodium cromoglicate 2%, atau lodoxamide
0,1%, serta penstabil antihistamin/sel mast kerja ganda, seperti
olopatadin 0,1% ataupun ketotifen 0,025%. Maksimum durasi terapi ini
adalah 4 bulan.6
• Non-medikamentosa
Sebagian kasus konjungtivitis sembuh secara spontan dalam waktu
beberapa jam, tetapi ada beberapa hal yang dapat memperburuk gejala,
seperti menggosok mata, yang dapat menyebabkan degranulasi sel mast
mekanik, menggunakan lensa kontak, dan menyentuh mata dengan
tangan yang kotor. Pasien harus diedukasi dan diyakinkan untuk tidak
melakukan hal yang dapat memperburuk konjungtivitis. Jika
konjungtivitis disebabkan oleh alergen tertentu, identifikasi alergen
adalah cara preventif terbaik sehingga pasien dapat mengetahui,
mencegah, dan menghindari alergen kedepannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Konjungtivitis adalah suatu kondisi dimana konjungtiva atau selaput yang


melapisi kelopak mata dan menutupi bagian putih mata menjadi meradang atau
terinfeksi. Konjungtivitis dapat disebabkan karena virus, bakteri, alergen,
penggunaan lensa kontak, bahan kimia, jamur, serta beberapa penyakit tertentu.
Konjungtivitis disebut juga sebagai mata merah muda karena dapat menyebabkan
mata berwarna putih menjadi merah muda atau kemerahan.

II. ETIOLOGI

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti: 1) Infeksi oleh virus,
bakteri, atau clamidia. 2) Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang. 3) Iritasi
oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet. 4) Pemakaian lensa
kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan konjungtivitis.
Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikroorganisme (terutama virus dan kuman atau
campuruan keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. Dalam waktu 12 sampai 48
jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri.

III. EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan usia, jenis kelamin dan waktu dalam setahun, prevalensi konjungtivitis
sangat beragam dan bervariasi. Tingkat diagnosis insiden dalam UGD (unit gawat
darurat) tertinggi terjadi pada anak-anak yang berusia 0 dan 4 tahun pada bulan Maret.
Puncak distribusi juga terjadi pada wanita berusia 22 tahundan pada pria berusia 28 tahun.
Secara keseluruhan, tingkat konjungtivitis yang terdiagnosis di UGD sedikit lebih tinggi
pada wanita dibandingkan pada pria. Musim dan bulan juga merupakan faktor yang
berperan dalam diagnosis konjungtivitis. Konjungtivitis alergi adalah penyebab paling
sering dari semua jeniskonjungtivitis, dan paling sering terjadi pada musim semi dan
musim panas. Selainitu, tingkat konjungtivitis yang disebabkan karena bakteri berada di
puncaknya daribulan Desember hingga April. Berdasarkan letak geografis, konjungtivitis
hemoragik akut adalah jenis konjungtivitis yang sering dikaitkan dengan epidemi besar di
seluruh dunia, terutama di daerah tropis dan subtropis.

IV. PATOFISIOLOGI

Konjungtivitis terjadi akibat peradangan pada konjungtiva. Pertahanan utama terhadap


infeksi pada konjungtiva adalah lapisan epitel yang menutupi konjungtiva. Gangguan
pada penghalang ini dapat menyebabkan infeksi. Reaksi urtikaria terhadap alergen yang
berkenaan dengan konjungtiva memicu respons langsung peradangan (Tipe I) yang
dimediasi IgE. Penyebab peradangan juga bisadisebabkan karena patogen infeksius
ataupun iritan non-infeksi. Perubahan pada mekanisme pertahanan tubuh ataupun pada
jumlah koloni flora normal konjungtivitis dapat menyebabkan infeksi klinis. Pertahanan
sekunder termasuk mekanisme imun hematologi yang dibawa oleh pembuluh darah
konjungtiva, seperti tear film immunoglobulins (IgA), dan lisozim. Hasil dari iritasi atau
infeksiini adalah injeksi atau pelebaran pembuluh darah pada konjungtiva yang
menghasilkan kemerahan klasik atau hiperemia dan edema konjungtiva.

V. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala klinis dari konjungtivitis adalah terlihatnya warna merah muda atau
merah pada bagian putih mata. Terjadi juga pembengkakan pada konjungtiva dan/atau
kelopak mata. Orang dengan konjungtivitis akan merasa seperti ada benda asing di mata,
merasa gatal, iritasi, ataupun terbakar dan ada keinginan untuk menggosok mata. Selain
itu, akan terjadi peningkatan produksi airmata, serta pengeluaran nanah atau lendir. Tanda
dan gejala klinis konjungtivitis tergantung pada penyebabnya, seperti contohnya
konjungtivitis yang disebabkan oleh virus biasanya disertai dengan gejala seperti flu, atau
infeksi pernapasan lainnya. Berdasarkan gejala klinisnya, konjungtivitis dapat
diklasifikasikan menular atau tidak. Konjungtivitis yang menghasilkan nanah lengket, dan
mata merah dan terasa berpasir biasanya bersifat menular. Sementara konjungtivitis yang
disebabkan oleh alergi seperti demam membuat mata merah dan berair tetapi tidak
menular.
BAB III
ANALISA KASUS

Seorang pasien berinisal Ibu P. berumur 38 tahun datang dengan keluhan kedua mata
yangmerah dan berair sejak dua minggu yang lalu. Keluhan pasien juga terasa perih dan
digambarkan seperti ada yang mengganjal. Keluhan pasien semakin parah saat mengendarai
motor, membersihkan rumah, dan juga saat bermain handphone. Pasien merasa selama dua
minggu terakhir semakin banyak mengendarai motor tanpa menggunakan helm dan pelindung
mata. Pasienjuga melihat bentuk seperti cincin di sekitar lampu, semakin menjauhi cahaya,
dan pusing. Pasien mempunyai kondisi hipertensi yang jarang dikontrol, dan ibu pasien juga
memiliki riwayat hipertensi. Pasien mengatakan polusi di daerah tempat tinggal pasien
sedang, dan pasien sering begadang dua sampai empat kali dalam seminggu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Conjunctivitis information for clinicians [Internet]. Centers for Disease Control and
Prevention. Centers for Disease Control and Prevention; 2021 [cited 2022 Nov 8].
Available from: https://www.cdc.gov/conjunctivitis/clinical.html
2. Ryder EC, Benson S. Konjungtivitis. [Diperbarui 2022 Mei 1]. Di: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): Penerbitan StatPearls; 2022 [cited 2022 Nov 8].
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541034/
3. Zhang L, Zhao N, Huang X, Jin X, Geng X, Chan TC, Liu S. Molecular
epidemiology ofacute hemorrhagic conjunctivitis caused by coxsackie A type 24
variant in China, 2004-2014. Sci Rep. 2017 Mar 23;7:45202. doi:
10.1038/srep45202. PMID: 28332617; PMCID:PMC5362916 [cited 2022 Nov 8].
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5362916/
4. Davson H. human eye | Definition, Structure, & Function. Di: Encyclopædia
Britannica[Internet]. 2019 [cited 2022 Nov 9]. Available from:
https://www.britannica.com/science/human-eye
5. Sthapit P, Rajkarnikar Sthapit P, Ratna Tuladhar N. Conjunctival Flora of Normal
Human Eye [Internet]. 2014 [cited 2022 Nov 9]. Available from:
https://www.jscimedcentral.com/Ophthalmology/ophthalmology-2-1021.pdf
6. Conjunctivitis (Acute Allergic) [Internet]. College-optometrists.org. 2022 [cited 2022
Nov9]. Available from:
https://www.college-optometrists.org/clinical-guidance/clinical-management-
guidelines/conjunctivitis_acuteallergic#:~:text=Acute%20allergic%20conjunctivitis%
20i s%20an

Anda mungkin juga menyukai