Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS RESUME KLIEN

PADA Tn.H.R DENGAN UVERITIS DI POLIKLINIK MATA RSUP.

PROF.R.D.KANDOU MALALAYANG

PEMBIMBING :
Nama CT (Clinical Teacher) : Johana Tuegeh, S.Pd, S.SiT, M.Kes
Nama CI (Clinical Instructure) : Ns.Jans Kartini Bolung, S.Kep

DI SUSUN OLEH :
Nama : Kivly Stive Sumendap
NIM : 711440119068
Kelas :3A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


D-III KEPERAWATAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Uveitis adalah inflamasi saluran uvea. Uvea terdiri atas 3 unsur
yaitu iris, badan siliar, dan koroid. Uveitis adalah inflamasi kombinasi
yang dapat mengenai iris (iritis), korpus siliare (siklitis) atau koroid
(koroiditis).Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur traktus uvea.
Karena uvea mengandung banyak pembuluh darah yang member
nutrisi mata dan karena membatasi bagian mata yang lain, maka
inflamasi lapisan ini dapat mengancam penglihatan. Uveitis adalah
inflamasi yang luas di uvea yang terdiri dari iris, badan siliaris, dan
koroid.
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris, korpus siliaris, dan
koroid) dengan berbagai penyebabnya.Struktur yang berdekatan
dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi biasanya juga ikut
mengalami inflamasi.
Jadi dapat disimpulkan uveitis adalah inflamasi saluran uvea yang
dapat mengenai iris (iritis), korpus siliare (siklitis) atau koroid
(koroiditis).

B. Etiologi
Uveitis bukanlah suatu kondisi genetis yang dapat diwariskan dari
orang tua, namun, tardapat beberapa hal yang dapat menyebabkan
uveitis, diantarnya:
 Infeksi, contohnya infeksi akibat virus cacar air, TBC, herper,
hingga sifilis.
 Gangguan autoimun. Kondisi ini terjai pada penyakit psoriasis,
radang usus (colitis ulseratif dan penyakit crohn), sclerosis multiple,
arthtitis reaktif, dan penyakit ankylosing
 Efek samping operasi pada mata.
 Akibat suatu cedera atau trauma pada mata.
 Limfoma atau kangker pada system limfatik.
C. Patofisiologi
Peradangan uvea disebabkan oleh efek langsung suatu infeksi atau
merupakan mekanisme alergi. Infeksi piogenik biasanya akibat suatu trauma
tembus pada mata, walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi sebagai reaksi
terhadap zat toksik yang diproduksi oleh mikroba yang menginfeksi jaringan
tubuh diluar mata. 50% penyebab uveitis adalah idiopatik. Selain itu terdapat
inflamasi intraokular yang menyerupai uveitis disebut masquerade syndrome,
sebagian besar disebabkan oleh keganasan. uveitis disebabkan dari penyebaran
infeksi se$ara hematogen dari luar tubuh melalui pembuluh darah uvea.
Patofisiologi uveitis tergantung dari etiologi spesifik yang mendasari, namun
secara garis besar semuanya memiliki defek pada blood-ocular barrier .
Membran semipermeabel pada blood-ocular barrier  mirip dengan blood-
brain barrier  yang normalnya bekerja mencegah sel-sel dan protein besar
masuk ke dalam mata serta menjaga cairan intraokular tetap jernih. Infeksi
terjadi akibat terganggunya barrier  tersebut dan masuknya WBC ke dalam
mata. Neutofil predominan pada infeksi akut, dan sel mononuklear
predominan pada infeksi kronis.
Uveitis yang berhubungan dengan mekanisme alergi merupakan reaksi
hipersensitivitas terhadap antigen dari luar atau antigen dari dalam. Antigen
luar berasal dari mikroba yang infeksius baik bakteri maupun virus.
Peradangan uvea berlangsung lama setelah proses infeksinya berupa
manifestasi klinis reaksi imunologik terlambat. Radang iris dan badan siliar
menyebabkab rusaknya blood-ocular barrier sehingga terjadi peningkatan
protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam aquous humor. Pada pemeriksaan
biomikroskop (slit lamp) hal ini tampak sebagai flare. Yaitu partikel-pertikel
kecil yang bergerak (efek Tydall)
Pada proses peradangan akut, dapat dijumpai penumpukan sel-sel radang
berupa pus di dalam COA yang disebut hipopion, ataupun migrasi eritrosit ke
dalam COA, dikenal dengan hifema. Sedangkan pada peradangan yang kronis
dapat berupa edema macula dan ditemukan sel-sel radang melekat pada
endotel, kornea yang disebut sinekia anterior. Dapat pila terjai pelengketan
pada bagian tepi pupil, yang disebut seklusio pupil, atau seluruh pupil tertutup
oleh sel-sel radang, disebut oklusio pupil.
Perlekatan tersebut, diikuti dengan tertutupnya trabekulum oleh sel-sel
radang, akan menghambat aliran aqueous humor dari COP ke COA sehingga
iris bombans (iris bombe) selanjutnya tekanan dalam bola mata semakin
meningkat dan akhirnya terjadi glukoma sekunder. Pada uveitis anteriorjuga
terjadi gangguan metabolism lensa yang menyebabkan lensa menjadi keruh
dan terjadi katarak komplikata.
D. Manifestasi klinis
Gejala uveitis umumnya ringan namun dapat memberat dan
menimbulkan komplikasi kebutaan bila tidak ditatalaksana dengan
baik, berikut adalah gejala-gejala umum pada uveitis antara lain:

1. Mata merah
2. Nyeri pada mata
3. Penglihatan kabur
4. Mata menjadi sensitive terhadap cahaya
5. Ada bintik-bintik hitam yang muncul di dalam lapang pandang
6. Penurunan fungsi penglihatan.
E. Penatalaksaan
Pengobatan uveitis ditujukan untuk mengurangkan nyeri dan inflamasi
dengan mengguankan obat-obatan seperti sikloplegik, OAINS atau
kortikosteroid, dapat juga digunakan obat-obatan secara sistemik,
selain itu, pada pengobatan yang tidak beresponsif terhadap
kontikosteroid, dapat diginakan imunomodulator.
1. Mydriatic dan sikloplegik
Berfungsi dalam pencegahan terjadinya sinekia posterior dan
menghilangnya efek fotofobia sekunder yang diakibatkan oleh
spasme daro otot siliaris. Semakin berat reaksi inflamasi yang
terjadi, maka dosis sikloplegik yang dibutuhkan semakin tinggi.
2. OAINS
Dapat digunakan sebagai terapi pada inflamasi post operatif, tapi
kegunaan OAINS dalam mengobati uveitis anterior endogen masih
belum dapat dibuktikan. Pemakaian OAINS yang lama dapat
mengakibatkan komplikasi seperti ulkus peptikum, perdarahan
tractus digestivus, nefrotoksik dan hepatotoksik.
3. Kortikosteroid
Merupakan terapi utama pada uveitis. Digunakan pada inflamsi
yang berat, namun, karena afek sampingnya yang potensial,
pemakaian kortikosteroid harus dengan indikasi yang spesifik
seperti:
a. Pengobatan inflamasi aktif dimata
b. Mengurangi inflamasi intraocular diretina, koroid dan nervus
optik
4. Imunomodulator
terapi imunomodulator digunakan apada pasien uveitisberat yang
mengancam penglihatanyang sudah tidak beresponsif terhadap
kortikosteoid. Imunomodulator bekerja dengan cara membunuh sel
limfoid yang membelah dengan cepat akibat reaksi inflamasi.
Indikasi digunakan imunomodulator adalah
a. Inflamasi inteokular yang mengancam penglihatan penglihatan
pasien
b. Gagal dengan terapi korkosteroid
c. Kontra indikasi terhadap kortikosteroid.
Hal yang harus diperhatikan bahwa uveitis pasien tidak disebabkan
infeksi atau infeksi ditempat lain atau kelainan hepar atau kelainan
darah.
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis antara
lain:
1. Flouresence Angiogafi (FA)
Merupakan pencitraan yang penting dalam mengevaluasi penyakit
korioretinal dan komplikasi intraocular dari uveitis posterior. FA
sangat berguna baik ntuk intraocular maupun untuk pemantauan
hasil terapi pada pasien. Pada FA, yang dapat dinilai adalah edema
intraocular, vasculitis retina,neovaskularisasi sekunder pada koloid
atau retina, nervus optikus dan radang pada koroid
2. USG
Pemeriksaan ini dapat menunjukan keopakan vitreus, penebalan
retina dan pelepasan retina
3. Biopsi korioretinal
Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis belum dapat ditegakkan
dari gejala dan pemeriksaan laboratorium pada koroid.
RESUME

Nama Mahasiswa: Kivly Sumendap Tanggal Pengkajian : 22-11-2021

NIM : 711440119068 Ruang Rawat : Poli Mata

A. Identitas Pasien
Nama : Tn.F
Tanggal Lahir/Umur : 09-05-2021/ 57 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Airmadidi atas, Minahasa Utara
Agama : Kristen Protestan
Perkawinan : Menikah
Suku : Minahasa
Pendidikan : SLTA/sederajat
Pekejaan : Karyawan Swasta
Diagnosa Medis : Evuitis ODS
No.RM : 00748278

B. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Klien datang ke poli mata untuk melakukan Kontrol dan untuk mengambil
obat. Klien mengatakan penglihatan mata bagian kiri kabur seperti awan-
awan dirasakan sejak bulan januari yang lalu dan pernah berobat di RS
Tonsea Airmadidi. Klien dianjurkan menggunakan kacamata tapi sering
lupa menggunakannya.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien tidak memiliki Riwayat penyakit dahulu, tidak mengkonsumsi obat-
obatan
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien tidak ada yang mengalami Riwayat penyakit seperti
hypertensin dan DM.

C. Pemeriksaan Fisik
1. KU : Baik
2. Kesadaran
Glascow Coma Scale : Respon Motorik :4
Respon Verbal :5
Respon Membuka Mata :6+
Skore : 15

3. Tanda-tanda Vital
TD : 126/76 mmHg RR : 20 x/menit
N : 74 x/menit Suhu : 36ºC
BB : 63 kg
4. Visus : OD 6/9
OS 6/9
5. Terapi obat
a. Acyclovir 3 x 400 mg
b. Prednisolon 3 x 1 gtt ODS
c. Hyaloph 1 gtt/ 3 jam ODS
d. Becom C 1 x 1

D. DATA FOKUS
Data subjektif:
 Klien mengatakan penglihatan mata bagian kiri kabur seperti awan-
awan dirasakan sejak bulan januari yang lalu.
 Klien dianjurkan menggunakan kacamata tapi sering lupa
menggunakannya.
 Klien mengatakan sudah melakukan pemeriksaan dan pengobatan
dibeberapa rumah sakit tapi tetapi tak kunjung sembuh
Data objektif:
 Tampak gelisah dan khwatir
 Visus : OD 6/9
OS 6/9

E. ANALISA DATA

NO DATA MASALAH
.
1. Data subjektif: Penglihatan kabur
 Klien mengatakan penglihatan mata bagian kiri
kabur seperti awan-awan dirasakan sejak bulan
januari yang lalu. Gangguan penglihatan
 Klien dianjurkan menggunakan kacamata tapi (Uveitis)
sering lupa menggunakannya.
Data objektif:
 Visus : OD 6/9 Risiko Jatuh (D.0143)
OS 6/9
2. DS: Krisis Situasional
 Klien mengatakan sudah melakukan
pemeriksaan dan pengobatan dibeberapa rumah Penatalasaanaan
sakit tapi tetapi tak kunjung sembuh pengoobatan yang tak
DO: kunjung sembuh
 Tampak gelisah dan khwatir
Ansietas (D.0080)

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko Jatuh b.d Gangguan Penglihatan (Uveitis) d.d penglihatan kabur
2. Ansietas (D.0080) b.d Krisis Situasional d.d tampak kwatir dan gelisah
G. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Risiko Jatuh Setalah dilakukan tindakan Pencegahan Jatuh (I.14540)
b.d Gangguan keperawatan selama 1 x 5 jam - Identifikasi faktor
Penglihatan diharapkan Tingkat Jatuh lingkungan yang
(Uveitis) d.d (L.05046) Membaik dengan meningkatkan risiko jatuh
penglihatan kriteria hasil : (mis.lantai licin, penerangan
kabur - Jatuh saat berjalan menurun kurang)
- Jatuh saat dikamar mandi - Atur tempat tidur mekanis
pada posisi terendah
- Anjurkan memanggil
keluarga jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
- Anjurkan menggunakan alas
kaki yang tidak licin
Ansietas Setalah dilakukan tindakan Dukungan Keyakinanan
(D.0080) b.d keperawatan selama 1 x 5 jam (I.09259)
Krisis diharapkan Tingkat Ansietas - Berikan harapan yang
Situasional d.d (L.09093) Menurun dengan realistis sesuai prognosis
tampak kwatir kriteria hasil : - Jelaskan bahaya atau risiko
dan gelisah - Verbalisasi khawatir akibat yang akan terjadi akibat
kondisi yang dihadapi keyakinan negatif
- Perilaku gelisah - Berikan penjelasan yang
relevan dan mudah
dipahami
H. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Dx Implementasi Evaluasi
.
1. - Menganjurkan klien untuk memperhatikan S :
lingkungan atau keadaan rumah yang dapat Klien mengatakan
meningkatkan risiko jatuh seperti lantai licin mengeerti dan memahami
dan penerangan kurang semua yang telah
Hasil : disampaikan dan akan
Klien mengerti dan memahami apa yang mengaplikasikannya
telah disampaikan yaitu lebih dirumah
memperhatikan situasi lingkungan atau O :
keadaan rumah Klien dapat mengulang
- Menganjurkan klien agar menempati tempat kembali apa yang telah
tidurnya pada posisi terendah untuk disampaikan
mencegah klien jatuh. A:
Hasil : Masalah teratasi
Klien mengatakan bahwa tidak tinggi P :
sehingga kedua kakinya mudah untuk Intervensi dihentikan
menjangkau lantai
- Menganjurkan klien untuk memanggil anak
atau keluarga jika membutuhkan bantuan
untuk berpindah
Hasil :
Klien mengatakan mengerti dan memahami
apa yang telah disampaikan.
- Menganjurkan klien untuk menggunakan
alas kaki yang tidak licin
Hasil :
Klien mengatakan bahwa klien tidak
memakai sandal yang licin saat berjalan

2. - Memberikan bentuk harapan kepada klien S:


Hasil : Klien mengatakan
Klien diberikan penguatan bahwa perasaannya sedikit tenang
penglihatan klien dapat membaik selama karena telah diberikan
ditanggani tenaga kesehatan yang penjelasan tentang
profesional. Sambil menganjurkan klien kondisinya saat ini
untuk rutin minum obat dan rutin melakukan O :
kontrol Klien tampak tenang,
- Menjelaskan bahaya atau risiko yang akan sudah tidak gelisah dan
terjadi akibat keyakinan negatif klien khawatir
Hasil : A:
Klien dianjurkan untuk secara terus menerus Masalah teratasi
cemas, agar tidak akan menimbulkan stress P :
yang akan memicu penyakit lain atau Intervensi dihentikan
komplikasi.
- Memberikan penjelasan yang relevan dan
mudah dipahami
Hasil :
Klien dijelaskan tentang penyebab penyakit,
rencana-rencana Tindakan, dan hal-hal yang
harus dilakukan dan tidak dilakukan agar
mempercepat penyembuhan.

Anda mungkin juga menyukai