KONJUNGTIVITIS:
TINJAUAN DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA YANG SISTEMATIS
CONJUNCTIVITIS:
A SYSTEMATIC REVIEW OF DIAGNOSIS AND TREATMENT
Disusun Oleh :
Medita Muzwar 22010115220194
Bejo Lanang Saprono 22010116220227
Trikaya Cuddhi 22010116220231
Gina Amalia Harahap 22010115220188
Afkar Nabila RH 22010117210011
Ferdina Meita Dwi Linati 22010116210020
Megasari Devi Kurnila 22010116220323
Adhitya Wicaksana P 22010115210143
Dosen Pembimbing :
Dr. dr. fifin Luthfia Rahmi, MS, Sp. M(K)
Abstrak
Pendahuluan
Mayoritas pasien konjungtivitis pada awalnya dirawat oleh dokter primer dan
bukan dokter spesialis mata. Sekitar 1% dari semua kunjungan perawatan
primer di Amerika Serikat terkait dengan konjungtivitis. 5 Sekitar 70% dari
semua pasien dengan konjungtivitis akut datang ke perawatan primer dan
perawatan kegawatan.6
Metode
Literatur yang dipublikasikan pada Maret 2013 telah diterima oleh PubMed,
ISI Web of Knowledge Database, dan Cochrane Library. Kata kunci yaang
digunakan adalah sebagai berikut: konjungtivitis bakteri, konjungtivitis virus,
konjungtivitis alergi, terapi konjuntivitis bakteri, dan terapi konjungtivitis
virus. Tidak ada batasan bahasa yang dipersyaratkan. Artikel dipublikasi
antara Maret 2003 dan Maret 2013 telah ditelaah. Setelah tinjauan dari judul,
abstrak, isi, tinjauan pustaka artikel daan bagian lain telah diidentifikasi dan
ditelaah. Artikel dan meta analisis yang menjadi sumber informasi berbasis
bukti mengenai penyebab, tatalaksana, dan terapi berbagai konjungtivitis
telah disertakan. Terdapat total 86 artikel yang disertakan pada tinjauan ini.
Penelitian pertama8 dipublikasikan pada tahun 1982 dan penelitian terakhir19
dipublikasikan pada tahun 2012. Tingkatan bukti diterapkan dalam
rekomendasi yang ditampilkan pada Tabel 2 dan Tabel 3 dengan sistem
grading menurut American Heart Association: “Bukti terkuat (A) bila adanya
beberapa percobaan acak dengan sampel pasien yang besar. Bukti dengan
kekuatan sedang (B) bila terdapat percobaan acak terbatas dengan sampel
pasien kecil, analisis mendalam dari penelitian yang tidak diacak, ataupun
observasi catatan medis. Bukti terlemah (C) diberikan apabila dasar
rekomendasi hanya berdasarkan konsensus para ahli.”60
Pemeriksaan okular dan anamnesis yang baik merupakan hal yang penting
untuk menentukan keputusan mengenai terapi dan tatalaksana penyakit mata,
termasuk konjungtivitis. Tipe sekret mata dan gejala okular dapat
menentukan penyebab dari konjungtivitis61,62. Sebagai contoh, sekret purulen
dan mukopurulen biasanya disebabkan konjungtivitis bakteri (Gambar 3A
dan Gambar 3B) dimana sekret yang berair lebih umum disebabkan
konjungtivitis virus (Gambar 3C)61,62; rasa gatal lebih berkaitan dengan
konjungtivitis alergi49,63.
Gambaran klinis biasanya bersifat tidak spesifik. Hanya bergantung pada tipe
sekret dan gejala pasien tidak selalu dapat menentukan diagnosis yang tepat.
Bukti ilmiah yang berhubungan dengan gejala dan tanda konjungtivitis
disertai penyebab dasar masih terbatas61. Sebagai contoh, dalam penelitian
pasien konjungtivitis bakteri kultur positif, 58% pasien mengeluhkan gatal,
65% merasakan sensasi terbakar, dan 35% pasien memiliki sekret serous
ataupun tidak ada sekret sama sekali64, menggambarkan bahwa tidak
spesifiknya gejala dan tanda penyakit ini. Pada tahun 2003, sebuah penelitian
meta analisis gagal mencari hubungan gejala dan tanda klinis konjungtivitis
dengan penyebab dasarnya61; kemudian peneliti yang sama melakukan
penelitian prospektif61 dan menemukan 3 kombinasi bilateral dari gangguan
palpebra, sedikit rasa gatal, dan tidak adanya riwayat konjungtivitis –
merupakan prediksi terkuat untuk konjungtivitis bakteri. Terdaat gangguan
pada kedua mata dan menempelnya palpebra merupakan prediktor kuat untuk
hasil kultur bakteri positif; gatal ataupun riwayat konjungtivitis sebelumnya
menyebabkan tidak cenderungnya hasil kultur yang positif64. Tipe sekret
(purulen, mukus, serous) atau gejala lain tidak spesifik terhadap
konjungtivitis tipe apapun64,65.
Konjungtivitis Infeksius
Konjungtivitis Virus
Meski belum ada pengobatan yang efektif, dapat diberikan tetes air mata
buatan, antihistamin topical, kompres dingin untuk meringankan beberapa
gejala (Tabel 2).16,50 Kebanyakan obat-obatan antivirus yang tersedia tidak
begitu berarti16,50 dan pemberian antibiotic topical tidak disarankan.18
Antibiotik topical tidak memberikan proteksi terhadap infeksi sekunder, dan
pemakaiannya dapat menambah komplikasi dari tampilan klinis dengan
menyebabkan alergi dan keracunan, berujung pada keterlambatan diagnosis
dari kemungkinan penyakit mata lainnya.49 Pemakaian tetes mata antibiotic
dapat meningkatkan resiko penyebaran infeksi pada mata lainnya melalui
ujung tetes mata yang terkontaminasi.49 Meningkatnya resistensi juga
menjadi pertimbangan terhadap pemakaian antibiotic yang terlalu sering.6
Pasien harus dirujuk ke spesialis mata apabila gejala tidak membaik dalam
7-10 hari karena resiko komplikasi.1
Konjungtivitis Herpes
Herpes simplex virus meliputi 1.3% - 4.8% dari seluruh kasus konjungtivitis
akut.9-12 Konjungtivitis yang disebabkan virus umumnya terjadi unilateral.
Discharge yang dihasilkan encer dan berair, dan diikuti adanya lesi vaskuler
pada kelopak mata. Antiviral topical maupun oral direkomendasikan untuk
memperpendek perjalanan penyakit.16 Kortikosteroid topical harus dihindari
karena berpotensi terhadap virus dan dapat membahayakan.16,71
Konjungtivitis Bakteri
Tanda dan gejala meliputi mata merah, sekret purulen atau mukopurulen,
dan kemosis. (Figure 3). Masa inkubasi dan penularan diperkirakan masing-
masing 1 sampai 7 hari dan 2 sampai 7 hari. Keluarnya sekret dari salah satu
kelopak mata dan kelopak mata yang menempel, gatal yang minimal, dan
tidak ada riwayat konjungtivitis adalah tanda khas konjungtivitis bakteri.
Sekret purulen yang banyak harus selalu dikultur dan konjungtivitis
gonokokal harus dipertimbangkan (Figure 3B). Konjungtivitis yang tidak
respon dengan terapi antibiotik standar pada pasien yang aktif secara seksual
memerlukan pemeriksaan klamidia. Kemungkinan konjungtivitis bakteri
tinggi pada pemakai lensa kontak, yang harus diberikan terapi antibiotik
topikal dan dirujuk ke ophthalmologist. Seorang pasien yang memakai lensa
kontak harus diminta untuk segera melepaskannya untuk sementara waktu.
Antibiotik topikal ternyata lebih efektif untuk pasien dengan kultur bakteri
positif. Secara sistemik, ternyata efektif untuk meningkatkan penyembuhan
baik klinis maupun mikrobiologis pada grup pasien konjungtivitis bakteri
dengan kultur positif, sedangkan hanya tingkat kesembuhan mikrobial yang
membaik yang diamati pada kelompok pasien dengan konjungtivitis bakteri
yang diduga secara klinis. Penelitian lain menunjukkan tidak adanya
perbedaan signifikan pada ksembuhan apabila frekuensi pemberian
antibiotik sedikit diubah.
Alternatif Terapi Antibiotik: Dalam ilmu kita, belum ada penelitian yang
dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan dekongestan okuler, topikal
saline, atau kompres hangat untuk mengobati konjungtivitis bakteri. Steroid
topikal haruslah dihindari karena resiko potensi memperpanjang jalannya
penyakit dan memungkinkan terjadinya infeksi.
Ringkasan Rekomendasi Pengelolaan konjungtivitis Bakterial-
Kesimpulan, kegunaan tatalaksana antibiotik adalah mempercepat proses
penyembuhan, menurunkan penularan, dan kembali ke sekolah lebih awal.
Namun, jika antibiotik tidak diberikan pada kasus konjungtivitis bakterial
ringan tidak memberikan efek merugikan. Oleh karena itu, sikap tidak
pengobatan, tunggu dan evaluasi maupun pengobatan segera dapat
diterapkan pada kasus konjungtivitis sederhana. Terapi antibiotik harus
diberikan pada kasus konjungtivitis purulen atau mukopurulen juga pada
pasien dengan keadaan khusus, seperti menggunakan kontak lens,
immunokompromais, dan infeksi konjungtivitis klamidia dan gonokokkus.
Konjungtivitis Non-Infeksi
Konjungtivitis Alergi
Berbagai obat topikal seperti obat tetes mata antibiotik, obat antivirus
topikal, dan obat tetes mata pelumas dapat menyebabkan respons
konjungtiva alergi terutama karena adanya benzalkonium klorida dalam
preparat tetes mata.83 Penghentian menerima agen yang menyerang
mengarah pada pemecahan gejala.16
Obat tetes steroid atau obat tetes kombinasi yang mengandung steroid
sebaiknya tidak digunakan secara rutin. Steroid dapat meningkatkan latensi
adeno-virus, sebelum memperpanjang jalannya konjungtivitis virus. Selain
itu, jika ulkus kornea sekunder yang tidak terdiagnosis terhadap herpes,
bakteri, atau jamur itu muncul, steroid dapat memperburuk kondisi,
menyebabkan lisis dan kebutaan kornea.
Kesimpulan
DESKRIPSI JURNAL
a. Tujuan Utama
Untuk memeriksa diagnosis penanganan dan pengobatan konjungtivitis,
termasuk berbagai penggunaan dan alternative penggunaan antibiotic pada
konjungtivitis menular, dan penggunaan antihistamin dan stabilisator sel
mast pada konjungtivitis alergi
b. Simpulan
Pada penelitian ini disimpulkan bahwa masih banyak penatalaksanaan
konjungtivitis alergi yang tidak tepat, seperti hanya mengandalkan tanda
dan gejala saja, menggunakan tes antigen cepat untuk mendiagnosis
konjungtivitis virus, penggunaan antibiotic, antihistamin, dan steroid pada
konjungtivitis virus, yang bisa menyebabkan kondisi pasien memburuk,
serta mengeluarkan biaya yang lebih besar
TELAAH JURNAL
a. Judul Artikel Ilmiah
- Judul telah dibuat singkat, tidak lebih dari 12 kata
- Judul telah informatif dan jelas sehingga dapat mengetahui kandungan
dari jurnal tersebut, menunjukkan masalah yang hendak diteliti dan
tidak menimbulkan penafsiran ganda
- Tidak ada penyingkatan kata
b. Abstrak
Abstrak telah memuat tujuan, latar belakang, literature, hasil dan
kesimpulan, namun tidak memuat kata kunci untuk penelitian yang
dilakukan. Seharusnya abstrak terdiri dari latar belakang, tujuan, metode,
hasil, kesimpulan, dan kata kunci yang ditulis secara berurutan. Selain itu
jumlah kata dalam abstrak penelitian ini sebanyak 281 kata, seharusnya
dalam abstrak hanya boleh memuat maksimal 250 kata saja.
c. Latar Belakang
Pada latar belakang telah dijelaskan anatomi dari konjungtiva, dan
patofisiologi terjadinya konjungtivitis secara jelas, kenyataan tentang
kejadian dan penanganan konjungtivitis yang masih belum tepat. Hal
tersebut menjadi landasan pemikiran untuk penelitian yang dilakukan.
Latar belakang telah mengandung 3 aspek utama yakni besar
masalah, apa yang telah dan belum diketahui, dan pembenaran mengapa
memilih penelitian yang diusulkan.
d. Metode
- Pada metode tidak disebutkan desain penelitian
- Pada metode telah disebutkan waktu publikasi penelitian.
- Pada metode disebutkan sumber yang jelas, namun ada beberapa sumber
yang dipublikasikan lebih dari 10 tahun
- Pada metode telah disimpulkan teori dari banyak sumber
- Pada metode tidak disebutkan perkiraan besar sampel pada masing-
masing sumber
- Pada metode disebutkan definisi istilah dan variable penting
dikemukakan.
- Pada metode disebutkan terapi yang diberikan menurut beberapa sumber
yang sudah ada
e. Kesimpulan
Pada kesimpulan telah dijelaskan bahwa hal-hal yang telah disebutkan
pada latar belakang menjadi acuan untuk mencari tahu bagaimana
konjungtivitis ditatalaksana oleh tenaga medis selama ini. Telah
disebutkan data tentang penanganan konjungtivitis yang kurang sesuai
seperti, diagnose didapatkan hanya dari tanda dan gejala pasien, tanpe
melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang, lalu penggunaan terapi
farmakologi yang kurang tepat seperti penggunaan antibiotic,
antihistamin dan steroid pada kasus konjungtivitis virus, penggunaan tes
diagnose cepat dalam menegakkan diagnosis, memberi terapi tanpa
melihat riwayat penyakit dahulu dari pasien, yang membuat keadaan
pasien semakin memburuk, juga ada kerugian material sekitar $377 -
$857 juta dalam setahun akibat kurang tepatnya penanganan kasus
konjungtivitis
CRITICAL APPRAISAL
Ya,
Ya,
Ragu,
Tidak,
Ya,
B. Apa Hasilnya
Ya,
Ya,
Ragu,