Anda di halaman 1dari 24

JOURNAL READING

KONJUNGTIVITIS:
TINJAUAN DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA YANG SISTEMATIS
CONJUNCTIVITIS:
A SYSTEMATIC REVIEW OF DIAGNOSIS AND TREATMENT

Diajukan guna melengkapi Tugas Kepaniteraan Senior Bagian Ilmu Kesehatan


Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun Oleh :
Medita Muzwar 22010115220194
Bejo Lanang Saprono 22010116220227
Trikaya Cuddhi 22010116220231
Gina Amalia Harahap 22010115220188
Afkar Nabila RH 22010117210011
Ferdina Meita Dwi Linati 22010116210020
Megasari Devi Kurnila 22010116220323
Adhitya Wicaksana P 22010115210143

Dosen Pembimbing :
Dr. dr. fifin Luthfia Rahmi, MS, Sp. M(K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
JOURNAL
CONJUNCTIVITIS:
A SYSTEMATIC REVIEW OF DIAGNOSIS AND
TREATMENT
Konjungtivitis:
Tinjauan Diagnosis dan Tatalaksana yang Sistematis

Amir A. Azari, MD and Neal P. Barney, MD


Department of Ophthalmology and Visual Sciences, University of Wisconsin, Madison.

Abstrak

KEPENTINGAN — Konjungtivitis merupakan masalah yang umum terjadi.

TUJUAN—Untuk membahas diagnosis, manajemen, dan pengobatan


konjungtivitis, termasuk berbagai antibiotik dan alternatif penggunaan
antibiotik pada konjungtivitis menular dan penggunaan antihistamin dan
stabilisator sel mast pada konjungtivitis alergi.

BUKTI TINJAUAN —Pencarian literatur yang diterbitkan sampai Maret


2013, menggunakan PubMed, database ISI Web of Knowledge, dan Cochrane
Library. Artikel yang layak dipilih setelah meninjau judul, abstrak, dan
referensi.

TEMUAN—Konjungtivitis virus merupakan penyebab keseluruhan yang


paling umum dari konjungtivitis infeksius dan biasanya tidak memerlukan
pengobatan; tanda dan gejalanya bervariasi. Konjungtivitis bakteri merupakan
penyebab paling umum kedua dari konjungtivitis infeksius, dengan kasus
yang paling tidak rumit sembuh dalam 1 sampai 2 minggu. Kelopak mata
yang sulit dibuka saat bangun, kurang gatal, dan tidak adanya riwayat
konjungtivitis adalah faktor terkuat terkait dengan konjungtivitis bakteri.
Antibiotik topikal menurunkan durasi konjungtivitis bakteri dan dapat
menyebabkan pasien kembali ke sekolah atau bekerja lebih awal.
Konjungtivitis sekunder akibat penyakit menular seksual seperti chlamydia
dan gonorrhea memerlukan perawatan sistemik selain terapi antibiotik
topikal. Konjungtivitis alergi ditemukan pada 40% populasi, namun hanya
sebagian kecil diantaranya yang mencari pertolongan medis; rasa gatal adalah
tanda paling konsisten dalam konjungtivitis alergi, dan pengobatan terdiri dari
antihistamin topikal dan penghambat sel mast.

KESIMPULAN DAN RELEVANSI—Sebagian besar kasus konjungtivitis


bakteri merupakan self-limiting dan tidak ada perawatan yang diperlukan
dalam kasus yang tidak rumit. Namun, konjungtivitis yang disebabkan oleh
gonorrhea atau chlamydia dan konjungtivitis pada pemakai lensa kontak
harus ditangani dengan antibiotik. Pengobatan untuk konjungtivitis virus
merupakan pengobatan suportif. Pengobatan dengan antihistamin dan
stabilisator sel mast mengurangi gejala konjungtivitis alergi.

Pendahuluan

Konjungtiva merupakan membran tipis dan translusen yang melapisi bagian


anterior sklera dan bagian dalam kelopak mata. Ini memiliki 2 bagian, bulbar
dan palpebra. Pars bulbar dimulai di tepi kornea dan menutupi bagian sklera
yang terlihat; pars palpebral terdapat pada bagian dalam kelopak mata
(Gambar 1). Inflamasi atau infeksi konjungtiva dikenal sebagai konjungtivitis
dan ditandai dengan dilatasi pembuluh konjungtiva, mengakibatkan
hiperemia dan edema konjungtiva, biasanya disertai sekret terkait.

Konjungtivitis mempengaruhi banyak orang dan beban ekonomi dan sosial.


Diperkirakan bahwa konjungtivitis akut menyerang 6 juta orang setiap
tahunnya di Amerika Serikat.2 Biaya untuk mengobati konjungtivitis bakteri
saja diperkirakan mencapai $377 juta sampai $857 juta per tahun. 3 Banyak
departemen kesehatan negara bagian AS, terlepas dari penyebab
konjungtivitis , meminta siswa untuk diobati dengan obat tetes antibiotik
topikal sebelum kembali ke sekolah.4

Mayoritas pasien konjungtivitis pada awalnya dirawat oleh dokter primer dan
bukan dokter spesialis mata. Sekitar 1% dari semua kunjungan perawatan
primer di Amerika Serikat terkait dengan konjungtivitis. 5 Sekitar 70% dari
semua pasien dengan konjungtivitis akut datang ke perawatan primer dan
perawatan kegawatan.6

Prevalensi konjungtivitis bervariasi sesuai dengan penyebabnya, yang


mungkin dipengaruhi oleh usia pasien, dan juga musim. Konjungtivitis virus
adalah penyebab paling umum dari konjungtivitis infeksius baik secara
keseluruhan maupun pada populasi orang dewasa7-13 dan lebih umum di
musim panas.14 Konjungtivitis bakteri adalah penyebab paling umum kedua7-
9,12,13
dan bertanggung jawab atas mayoritas (50% -75%) kasus pada anak-
anak14; hal ini diamati lebih sering dari bulan Desember sampai April. 14
Konjungtivitis alergi adalah penyebab paling sering, yang mempengaruhi
15% sampai 40% populasi,15 dan lebih sering diamati pada musim semi dan
musim panas.14

Konjungtivitis dapat dibagi menjadi penyebab infeksi dan noninfeksi. Virus


dan bakteri adalah penyebab infeksi yang paling umum. Konjungtivitis non-
infeksi termasuk konjungtivitis alergi, toksik, dan sikatrikial, serta
pembengkakan sekunder akibat penyakit yang dimediasi oleh kekebalan dan
proses neoplastik.16 Penyakit ini juga dapat diklasifikasikan menjadi akut,
hiperacute, dan kronis sesuai dengan onset dan tingkat keparahan respon
klinis.17 Selain itu, dapat berupa penyakit primer atau sekunder akibat
penyakit sistemik seperti gonorrhea, chlamydia, graft-vs-host disease, dan
sindrom Reiter, yang dalam hal ini memerlukan pengobatan sistemik.16

Penting untuk membedakan konjungtivitis dari penyakit mata penglihatan


lainnya yang memiliki gambaran klinis serupa dan untuk membuat keputusan
yang tepat mengenai tes lebih lanjut, tatalaksana, atau rujukan. Pendekatan
algoritmik (Gambar 2) dengan menggunakan riwayat atau anamnesis pada
mata yang terfokus bersama dengan pemeriksaan sinar mata dapat membantu
dalam diagnosis dan pengobatan. Karena konjungtivitis dan banyak penyakit
mata lainnya bermanifestasi sebagai "mata merah," diagnosis diferensial mata
merah dan pengetahuan tentang ciri khas masing-masing penyakit dalam
kategori ini penting (Tabel 1).

Metode

Literatur yang dipublikasikan pada Maret 2013 telah diterima oleh PubMed,
ISI Web of Knowledge Database, dan Cochrane Library. Kata kunci yaang
digunakan adalah sebagai berikut: konjungtivitis bakteri, konjungtivitis virus,
konjungtivitis alergi, terapi konjuntivitis bakteri, dan terapi konjungtivitis
virus. Tidak ada batasan bahasa yang dipersyaratkan. Artikel dipublikasi
antara Maret 2003 dan Maret 2013 telah ditelaah. Setelah tinjauan dari judul,
abstrak, isi, tinjauan pustaka artikel daan bagian lain telah diidentifikasi dan
ditelaah. Artikel dan meta analisis yang menjadi sumber informasi berbasis
bukti mengenai penyebab, tatalaksana, dan terapi berbagai konjungtivitis
telah disertakan. Terdapat total 86 artikel yang disertakan pada tinjauan ini.
Penelitian pertama8 dipublikasikan pada tahun 1982 dan penelitian terakhir19
dipublikasikan pada tahun 2012. Tingkatan bukti diterapkan dalam
rekomendasi yang ditampilkan pada Tabel 2 dan Tabel 3 dengan sistem
grading menurut American Heart Association: “Bukti terkuat (A) bila adanya
beberapa percobaan acak dengan sampel pasien yang besar. Bukti dengan
kekuatan sedang (B) bila terdapat percobaan acak terbatas dengan sampel
pasien kecil, analisis mendalam dari penelitian yang tidak diacak, ataupun
observasi catatan medis. Bukti terlemah (C) diberikan apabila dasar
rekomendasi hanya berdasarkan konsensus para ahli.”60

Cara Membedakan Konjungtivitis dari Berbagai Penyebab

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan okular dan anamnesis yang baik merupakan hal yang penting
untuk menentukan keputusan mengenai terapi dan tatalaksana penyakit mata,
termasuk konjungtivitis. Tipe sekret mata dan gejala okular dapat
menentukan penyebab dari konjungtivitis61,62. Sebagai contoh, sekret purulen
dan mukopurulen biasanya disebabkan konjungtivitis bakteri (Gambar 3A
dan Gambar 3B) dimana sekret yang berair lebih umum disebabkan
konjungtivitis virus (Gambar 3C)61,62; rasa gatal lebih berkaitan dengan
konjungtivitis alergi49,63.

Gambaran klinis biasanya bersifat tidak spesifik. Hanya bergantung pada tipe
sekret dan gejala pasien tidak selalu dapat menentukan diagnosis yang tepat.
Bukti ilmiah yang berhubungan dengan gejala dan tanda konjungtivitis
disertai penyebab dasar masih terbatas61. Sebagai contoh, dalam penelitian
pasien konjungtivitis bakteri kultur positif, 58% pasien mengeluhkan gatal,
65% merasakan sensasi terbakar, dan 35% pasien memiliki sekret serous
ataupun tidak ada sekret sama sekali64, menggambarkan bahwa tidak
spesifiknya gejala dan tanda penyakit ini. Pada tahun 2003, sebuah penelitian
meta analisis gagal mencari hubungan gejala dan tanda klinis konjungtivitis
dengan penyebab dasarnya61; kemudian peneliti yang sama melakukan
penelitian prospektif61 dan menemukan 3 kombinasi bilateral dari gangguan
palpebra, sedikit rasa gatal, dan tidak adanya riwayat konjungtivitis –
merupakan prediksi terkuat untuk konjungtivitis bakteri. Terdaat gangguan
pada kedua mata dan menempelnya palpebra merupakan prediktor kuat untuk
hasil kultur bakteri positif; gatal ataupun riwayat konjungtivitis sebelumnya
menyebabkan tidak cenderungnya hasil kultur yang positif64. Tipe sekret
(purulen, mukus, serous) atau gejala lain tidak spesifik terhadap
konjungtivitis tipe apapun64,65.

Meskipun dalam kondisi pelayanan primer pemeriksaan okular terbatas


karena ketersediaan slitlamp, informasi yang berguna daat juga diperoleh
dengan penlight sederhana. Pemeriksaan mata harus berpusat pada ketajaman
visus, jenis discharge, opasitas kornea, bentuk dan ukuran pupil,
pembengkakan palpebra, dan adanya tanda proptosis.
Pemeriksaan Laboratorium

Memperoleh kultur sekret konjungtiva biasanya sering dilakukan untuk


kasus suspek konjungtivitis neonatus, konjungtivitis rekuren, konjungtivitis
yang rekalsitran terhadap terapi, konjungtivitis dengan sekret purulen yang
parah, dan curiga kasus infeksi chlamidia dan gonokokus16.

Pada ruangan, antigen rapid yang tersedia untuk adenovirus memiliki


sensivitas sebesar 89% dan spesifisitas sampai dengan 94% 66. Pemeriksaan
ini dapat mengidentifikasi penyebab virus dari konjungtivitis dan mencegah
penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Tiga puluh enam persen
konjungtivitis disebabkan adenovirus dan sebuah penelitian memperkirakan
pemeriksaan antigen rapid dalam ruangan dapat mengurangi penggunaan
antibiotik yang tidak tepat sekitar 1,1 juta dan menghemat anggaran sebesar
249 juta dolar amerika pertahunnya.2

Konjungtivitis Infeksius

Konjungtivitis Virus

Epidemiologi, penyebab, presentase – virus menimbulkan 80% lebih


kasus konjungtivitis akut.8-13,67 Rerata tingkat akurasi dalam mendiagnosa
konjugtivitis virus kurang dari 50% dibandingkan dengan konfirmasi lab.49
Banyak kasus yang salah diagnose sebagai konjungtivitis bakteri.49

Sebanyak 65% - 90% kasus konjungtivitis virus disebabkan oleh


adenovirus,49 mereka menghasilkan 2 wujud tanda klinis khas yang
dihubungkan dengan konjungtivitis virus, yaitu demam faringokonjuntival
dan keratokonjungtivitis epidemic.62 Demam faringokonjuntival ditandai
dengan onset demam tinggi yang mendadak, faringitis, dan konjungtivitis
bilateral, dan adanya pembesaran limfonodi preaurikuler, dimana lebih
parah pada keratokonjungtivitis epidemicdan ditandai adanya discharge
berair, hiperemis, chemosis, dan limfadenopati ipsilateral.68 Limfadenopati
ditemukan lebih dari 50%kasus konjungtivitis virus dan lebih sering terjadi
pada konjungtivitis virus dibandingkan konjungtivitis bakteri.49

Pencegahan dan Terapi -- Konjungtivitis virus sekunder yang disebabkan


oleh adenovirus sangatlah menular, dan resiko penularan diperkirakan
mencapai 10% - 50%. Virus ini menyebar secara kontak langsung dengan
jari yang terkontaminasi, alat medis, air kolam renang, maupun barang
pribadi; dalam sebuah penelitian, 46% orang yang terinfeksi positif dengan
pemeriksaan kultur saat dilakukan swab tangan .69 Karena tingginya
penularan, disarankan untuk membiasakan cuci tangan, disinfeksi alat medis
lebih ketat, dan mengisolasi pasien yang terinfeksi dari pasien lain.70 Rata-
rata masa inkubasi diperkirakan 5-12 hari dan 10-14 hari.14

Meski belum ada pengobatan yang efektif, dapat diberikan tetes air mata
buatan, antihistamin topical, kompres dingin untuk meringankan beberapa
gejala (Tabel 2).16,50 Kebanyakan obat-obatan antivirus yang tersedia tidak
begitu berarti16,50 dan pemberian antibiotic topical tidak disarankan.18
Antibiotik topical tidak memberikan proteksi terhadap infeksi sekunder, dan
pemakaiannya dapat menambah komplikasi dari tampilan klinis dengan
menyebabkan alergi dan keracunan, berujung pada keterlambatan diagnosis
dari kemungkinan penyakit mata lainnya.49 Pemakaian tetes mata antibiotic
dapat meningkatkan resiko penyebaran infeksi pada mata lainnya melalui
ujung tetes mata yang terkontaminasi.49 Meningkatnya resistensi juga
menjadi pertimbangan terhadap pemakaian antibiotic yang terlalu sering.6
Pasien harus dirujuk ke spesialis mata apabila gejala tidak membaik dalam
7-10 hari karena resiko komplikasi.1

Konjungtivitis Herpes

Herpes simplex virus meliputi 1.3% - 4.8% dari seluruh kasus konjungtivitis
akut.9-12 Konjungtivitis yang disebabkan virus umumnya terjadi unilateral.
Discharge yang dihasilkan encer dan berair, dan diikuti adanya lesi vaskuler
pada kelopak mata. Antiviral topical maupun oral direkomendasikan untuk
memperpendek perjalanan penyakit.16 Kortikosteroid topical harus dihindari
karena berpotensi terhadap virus dan dapat membahayakan.16,71

Herpes zoster virus dapat melibatkan jaringan mata, khususnya apabila


mengenai cabang pertama dan kedua nervus trigeminalis. Kelopak mata
(45.8%) adalah tempat paling sering terkena, diikuti dengan konjungtiva
(41.1%).72 Komplikasi pada kornea dan uveitis rata-rata terjadi pada 38,2%
dan 19,1% kasus.72 Pasien dengan dugaan terdapat keterlibatan pada
kelopak mata dan mata, atau terdapat Hutchinson sign (vesikel pada ujung
hidung, yang berhubungan dengan keterlibatan kornea) harus segera dirujuk
untuk dilakukan evaluasi mata secara menyeluruh. Pengobatan biasanya
terdiri dari kombinasi antiviral dan steroid topical.73

Konjungtivitis Bakteri

Epidemiologi, Penyebab, dan Gambaran Klinis-Kejadian konjungtivitis


bakteri diperkirakan 135 orang dari 10.000 orang dalam satu penelitian.
Konjungtivitis bakteri dapat ditularkan langsung dari individu yang terkena
atau dapat diakibatkan oleh proliferasi abnormal flora pada konjungtiva. Jari
yang terkontaminasi, penyebaran oculogenital, dan agen yang
terkontaminasi merupakan transmisi yang sering terjadi. Selain itu, kondisi
tertentu seperti produksi air mata yang terganggu, gangguan pada pembatas
epitel, kelainan struktur adneksa, trauma, dan sistem imun yang menurun
merupakan predisposisi terjadinya konjungtivitis bakteri. Bakteri patogen
yang paling sering ditemukan di konjungtivitis bakteri pada orang dewasa
adalah spesies staphylococcus, diikuti oleh Streptococcus pneumoniae dan
Haemophilus influenzae. Pada anak-anak, penyakit ini sering disebabkan
oleh H influenzae, S pneumoniae, dan Moraxella catarrhalis. Konjungtivitis
bakteri biasanya berlangsung 7 sampai 10 hari. (Figure 3)
Konjungtivitis bakteri hiperakut menunjukan gambaran seperti sekret mata
purulen yang banyak dan penurunan penglihatan (Figure 3). Sering disertai
kelopak mata bengkak, nyeri pada palpasi, dan adenopati preauricular. Hal
ini sering disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae dan mempunyai risiko
tinggi mengenai kornea dan perforasi kornea. Pengobatan untuk
konjungtivitis hiperakut sekunder yang disebabkan N gonorrhoeae yaitu
dengan memberikan ceftriaxone intramuskuler, dan infeksi klamidia yang
terjadi secara bersamaan harus diobati juga.

Konjungtivitis bakteri kronis menggambarkan konjungtivitis yang


berlangsung lebih dari 4 minggu, dengan Staphylococcus aureus,
Moraxellalacunata, dan bakteri saluran cerna menjadi penyebab paling
tersering dalam kasus ini; Konsultasi oftalmologis dibutuhkan untuk
manajemen kasus ini.

Tanda dan gejala meliputi mata merah, sekret purulen atau mukopurulen,
dan kemosis. (Figure 3). Masa inkubasi dan penularan diperkirakan masing-
masing 1 sampai 7 hari dan 2 sampai 7 hari. Keluarnya sekret dari salah satu
kelopak mata dan kelopak mata yang menempel, gatal yang minimal, dan
tidak ada riwayat konjungtivitis adalah tanda khas konjungtivitis bakteri.
Sekret purulen yang banyak harus selalu dikultur dan konjungtivitis
gonokokal harus dipertimbangkan (Figure 3B). Konjungtivitis yang tidak
respon dengan terapi antibiotik standar pada pasien yang aktif secara seksual
memerlukan pemeriksaan klamidia. Kemungkinan konjungtivitis bakteri
tinggi pada pemakai lensa kontak, yang harus diberikan terapi antibiotik
topikal dan dirujuk ke ophthalmologist. Seorang pasien yang memakai lensa
kontak harus diminta untuk segera melepaskannya untuk sementara waktu.

Penggunaan Antibiotik pada Konjungtivitis Bakteri -Setidaknya 60%


kasus konjungtivitis bakteri baik yang masih dicurigai atau dibuktikan
dengan kultur dapat sembuh sendiri dalam 1-2 minggu. Meskipun
pemakaian antibiotik topical dapat mengurangi durasi penyakit, tidak
didapatkan perbedaan dari grup yang mendapatkan pengobatan dan placebo.
Pada meta-analisis skala besar, terdiri dari 3673 pasien dalam 11 uji klinis
secara acak, didapatkan sekitar 10% peningkatan perbaikan klinis
dibandingkan dengan pasien yang hanya mendapatkan placebo 2-5 hari atau
6-10 hari pengobatan antibiotic dibandingkan dengan placebo. Tidak
didapatkan bahaya penglihatan pada grup yang menerima placebo. Bakteri
dengan virulensi tinggi seperti S pneumonia, N gonorrhoeae, dan H
influenza, dapat lebih mudah masuk ke dalam sistem pertahanan host yang
utuh dan mengakibatkan kerusakan yang cukup serius.

Antibiotik topikal ternyata lebih efektif untuk pasien dengan kultur bakteri
positif. Secara sistemik, ternyata efektif untuk meningkatkan penyembuhan
baik klinis maupun mikrobiologis pada grup pasien konjungtivitis bakteri
dengan kultur positif, sedangkan hanya tingkat kesembuhan mikrobial yang
membaik yang diamati pada kelompok pasien dengan konjungtivitis bakteri
yang diduga secara klinis. Penelitian lain menunjukkan tidak adanya
perbedaan signifikan pada ksembuhan apabila frekuensi pemberian
antibiotik sedikit diubah.

Pemilihan Antibiotik: Semua tetes mata antibiotik spektrum luas dinilai


efektif untuk mengobati konjungtivitis bakteri. Tidak didapatkan perbedaan
signifikan dalam mencapai kesembuhan secara klinis diantara semua
antibiotik topikal spektrum luas. Faktor yang mempengaruhi pemilihan
antibiotik diantaranya ketersediaan di daerah, alergi pasien , pola resisten,
dan harga. Terapi awal untuk konjungtivitis bakteri akut nonsevere telah
ditulis pada Tabel 2.

Alternatif Terapi Antibiotik: Dalam ilmu kita, belum ada penelitian yang
dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan dekongestan okuler, topikal
saline, atau kompres hangat untuk mengobati konjungtivitis bakteri. Steroid
topikal haruslah dihindari karena resiko potensi memperpanjang jalannya
penyakit dan memungkinkan terjadinya infeksi.
Ringkasan Rekomendasi Pengelolaan konjungtivitis Bakterial-
Kesimpulan, kegunaan tatalaksana antibiotik adalah mempercepat proses
penyembuhan, menurunkan penularan, dan kembali ke sekolah lebih awal.
Namun, jika antibiotik tidak diberikan pada kasus konjungtivitis bakterial
ringan tidak memberikan efek merugikan. Oleh karena itu, sikap tidak
pengobatan, tunggu dan evaluasi maupun pengobatan segera dapat
diterapkan pada kasus konjungtivitis sederhana. Terapi antibiotik harus
diberikan pada kasus konjungtivitis purulen atau mukopurulen juga pada
pasien dengan keadaan khusus, seperti menggunakan kontak lens,
immunokompromais, dan infeksi konjungtivitis klamidia dan gonokokkus.

Topik khusus konjungtivitis bakterial

Konjungtivitis S aureus resisten Methicillin – Diperkirakan 3% dari 64


% infeksi mata stafilokokkus merupakan konjungtivitis S aureus resisten
methicillin, keadaan ini semakin lama semakin banyak dan bakteri tersebut
resisten terhadap banyak antibiotik.76 Pasien dengan kasus suspek perlu di
rujuk ke dokter spesialis mata dan tambahan terapi dengan vancomicin. 77

Konjungtivitis Klamidia – Diperkirakan sebanyak 1,8%-5,6% dari semua


konjungtivitis akut disebabkan oleh klamidia, 5,8-11 dan sebagian besar kasus
unilateral dan memiliki infeksi genital berulang.1 Tanda gejala khusus
konjungtivitis ini yaitu konjungtiva hiperemis, sekret mukopurulen, dan
pembentukan folikel limfoid. Sekret yang sering ditemukan adalah purulen
dan mukopurulen. Namun, pasien lebih sering datang dengan gejala ringan
selama beberapa minggu sampai bulan. lebih dari 54% laki-laki dan 74%
perempuan memiliki infeksi klamidia genital berulang.78 Penyakit sering
diperoleh melalui penyebaran okulogenital atau kontak seksual dengan
individu yang terinfeksi, pada neonatus, mata dapat terinfeksi setelah lahir
pervaginam dari ibu yang terinfeksi.16 pengobatan dengan antibiotik
sistemik seperti azitromicin dan doksisiklin oral cukup efektif (Tabel 2);
pasien dan pasangan seksualnya harus diterapi dan koninfeksi dengan
gonorrhea harus ditelusuri. tidak ada data yang mendukung penggunaan
terapi antibiotik topikal sebagai terapi tambahan.16 Bayi dengan
konjungtivitis klamidia memerluka terapi sistemik karena lebih dari 50%
dapat bersamaan dengan infeksi pari, nasofaring dan traktus genital.16

Konjungtivitis Gonokokus – Konjungtivitis yang disebabkan N


gonorrhoeae sering didapat pada neonatus dengan konjungtiva hiperakut,
dewasa dengan seksual aktif, dan dewasa muda.17 Pengobatan terdiri dari
antibiotik topikal dan oral. Neisseria gonorrhoeae berhubungan dengan
resiko tinggi dari perforasi kornea.65

Konjungtiva sekunder Trakoma – Trakoma disebabkan oleh Chlamidia


trachomatis subtipe A sampai C dan menyebabkan kebuta, pada 40 juta
orang didunia pada daerah dengan higien buruk.79,880 sekret mucopurulent
dan rasa tidak nyaman pada mata dapat memberikan tanda dan gejala pada
kondisi ini. Komplikasi akhir seperti jaringan parut pada kelopak mata,
konjungtiva, dan kornea dapat menyebabkan visus yang menurun.
pengobatan efektif dengan azitromicin oral dosis tunggal (20mg/KgBB).
Pasien dapat pula diobatin dengan antibiotik topikal selama 6 minggu
(tetrasiklin atau eritromicin). antibiotik sistemik selain azitromicin, seperti
tetrasiklin atau eritromicin selama 3 minggu dapat sebagai alternatif
terapi.79,80

Konjungtivitis Non-Infeksi

Konjungtivitis Alergi

Prevalensi dan Penyebab-Konjungtivitis alergi adalah respon inflamasi


konjungtiva terhadap alergen seperti serbuk sari, bulu binatang, dan antigen
lingkungan lainnya15 dan mempengaruhi hingga 40% populasi di Amerika
Serikat15; hanya sekitar 10% orang dengan konjungtivitis alergi yang
mendapat perawatan medis, dan entitas sering terdiagnosis. 81 Kemerahan
dan gatal adalah gejala yang paling konsisten.15 Konjungtivitis alergi
musiman terdiri dari 90% dari semua konjungtivitis alergi di Amerika
Serikat.82

Pengobatan-Pengobatan terdiri dari penghindaran terhadap antigen yang


menyerang52 dan penggunaan larutan saline atau air mata buatan yang secara
fisik mencairkan dan mengeluarkan alergen.15 Dekongestan topikal,
antihistamin, stabilisator sel mast,52 obat antiinflamasi nonsteroid,53,54 dan
kortikosteroid dapat diindikasikan. Dalam tinjauan sistemik yang luas,
antihistamin dan stabilisator sel mast lebih unggul daripada plasebo dalam
mengurangi gejala konjungtivitis alergi; peneliti juga menemukan bahwa
antihistamin lebih unggul dari stabilisator sel mast dalam memberikan
manfaat jangka pendek.52 Penggunaan Antazolin antihistamin jangka
panjang dan naphazolin vasokonstriktor harus dihindari karena keduanya
dapat menyebabkan rebound hyperemia.52 Steroid harus digunakan dengan
hati-hati dan bijaksana. Steroid topikal berhubungan dengan pembentukan
katarak dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan bola mata, yang
menyebabkan glaukoma.

Obat, zat kimia, dan Toksin yang menimbulkan Konjungtivitis

Berbagai obat topikal seperti obat tetes mata antibiotik, obat antivirus
topikal, dan obat tetes mata pelumas dapat menyebabkan respons
konjungtiva alergi terutama karena adanya benzalkonium klorida dalam
preparat tetes mata.83 Penghentian menerima agen yang menyerang
mengarah pada pemecahan gejala.16

Penyakit Sistemik Terkait dengan Konjungtivitis

Berbagai penyakit sistemik, termasuk pemfigoid membran mukosa, sindrom


Sjögren, penyakit Kawasaki,84 sindrom Stevens-Johnson,85 dan fistula
karotis-kavernosus,86 dapat terjadi dengan tanda dan gejala konjungtivitis,
seperti kemerahan dan discharge pada konjungtiva. Oleh karena itu,
penyebab di atas harus dipertimbangkan pada pasien yang mengalami
konjungtivitis. Sebagai contoh, pasien dengan fistula karotis-kavernosus
tingkat rendah dapat hadir dengan konjungtivitis kronis yang tidak sesuai
dengan terapi medis, yang jika tidak diobati dapat menyebabkan kematian.

Tanda-tanda yang tidak menyenangkan

Seperti yang direkomendasikan oleh American Academy of


Ophthalmology,16 pasien dengan konjungtivitis yang dievaluasi oleh
praktisi layanan kesehatan nonophtalmologi harus segera merujuk ke dokter
mata jika ada perkembangan berikut: kehilangan penglihatan, nyeri sedang
atau berat, discharge purulen yang parah, keterlibatan kornea, jaringan parut
konjungtiva, kurangnya respons terhadap terapi, episode konjungtivitis
berulang, atau riwayat penyakit mata dengan virus herpes simpleks. Selain
itu, pasien berikut harus dipertimbangkan untuk rujukan: pemakai lensa
kontak, pasien yang memerlukan steroid, dan mereka yang memiliki
fotofobia. Pasien harus dirujuk ke dokter mata jika tidak ada perbaikan
setelah 1 minggu.1

Pentingnya Tidak Menggunakan Kombinasi Obat Tetes Antibiotik/Steroid

Obat tetes steroid atau obat tetes kombinasi yang mengandung steroid
sebaiknya tidak digunakan secara rutin. Steroid dapat meningkatkan latensi
adeno-virus, sebelum memperpanjang jalannya konjungtivitis virus. Selain
itu, jika ulkus kornea sekunder yang tidak terdiagnosis terhadap herpes,
bakteri, atau jamur itu muncul, steroid dapat memperburuk kondisi,
menyebabkan lisis dan kebutaan kornea.

Kesimpulan

Sekitar 1% dari semua kunjungan pasien ke dokter layanan primer terkait


konjungtivitis, dan perkiraan biaya konjungtivitis bakteri saja adalah $ 377
juta sampai $ 857 juta per tahun.3,5 Mengandalkan tanda dan gejala sering
menyebabkan diagnosis yang tidak akurat.
Konjungtivitis virus nonherpetik yang diikuti oleh konjungtivitis bakteri
adalah penyebab paling umum untuk konjungtivitis infeksi.7-13
Konjungtivitis alergi mempengaruhi hampir 40% populasi, namun hanya
sebagian kecil yang mencari perawatan medis.15,81 Sebagian besar kasus
konjungtivitis virus disebabkan oleh adenovirus.49 Tidak ada peran untuk
penggunaan antibiotik topikal dalam konjungtivitis virus, dan obat ini harus
dihindari karena efek pengobatan yang merugikan.6,49 Dengan menggunakan
tes antigen rapid untuk mendiagnosis konjungtivitis virus dan menghindari
penggunaan antibiotik yang tidak tepat adalah strategi yang tepat. 66 Bakteri
patogen diisolasi hanya 50% kasus suspek konjungtivitis, 18 dan setidaknya
60% konjungtivitis bakteri (diduga secara klinis atau bukti kultur) sembuh
sendiri tanpa pengobatan.14 Kultur berguna pada kasus yang tidak
merespons terapi, kasus konjungtivitis hyperacute, dan suspek konjungtivitis
klamidia.16 Pengobatan dengan antibiotik topikal biasanya
direkomendasikan untuk pemakai lensa kontak, orang-orang dengan
discharge mukopurulen dan sakit mata, diduga kasus konjungtivitis klamidia
dan gonokokus, dan pasien dengan penyakit permukaan mata
sebelumnya.14,18 Keuntungan penggunaan antibiotik mencakup resolusi awal
penyakit ini, kembalinya awal bekerja atau sekolah,4,14 dan kemungkinan
mengalami penurunan komplikasi akibat konjungtivitis.14 Sebagian besar
kasus konjungtivitis alergi disebabkan oleh alergi musiman.82 Antihistamin,
penghambat sel mast, dan steroid topikal (pada kasus tertentu) diindikasikan
untuk mengobati konjungtivitis alergi. Steroid harus digunakan dengan
bijaksana dan hanya setelah pemeriksaan oftalmologis yang teliti dilakukan
untuk menyingkirkan infeksi herpes atau keterlibatan korneanya, keduanya
dapat memburuk dengan steroid.16,17

Dokter harus waspada untuk tidak mengabaikan kondisi yang mengancam


penglihatan yang serupa dengan konjungtivitis, seperti yang dirangkum
dalam Tabel 1.
CRITICAL APPRAISAL
CONJUNCTIVITIS:
A SYSTEMATIC REVIEW OF DIAGNOSIS AND
TREATMENT
CRITICAL APPRAISAL

DESKRIPSI JURNAL
a. Tujuan Utama
Untuk memeriksa diagnosis penanganan dan pengobatan konjungtivitis,
termasuk berbagai penggunaan dan alternative penggunaan antibiotic pada
konjungtivitis menular, dan penggunaan antihistamin dan stabilisator sel
mast pada konjungtivitis alergi
b. Simpulan
Pada penelitian ini disimpulkan bahwa masih banyak penatalaksanaan
konjungtivitis alergi yang tidak tepat, seperti hanya mengandalkan tanda
dan gejala saja, menggunakan tes antigen cepat untuk mendiagnosis
konjungtivitis virus, penggunaan antibiotic, antihistamin, dan steroid pada
konjungtivitis virus, yang bisa menyebabkan kondisi pasien memburuk,
serta mengeluarkan biaya yang lebih besar

TELAAH JURNAL
a. Judul Artikel Ilmiah
- Judul telah dibuat singkat, tidak lebih dari 12 kata
- Judul telah informatif dan jelas sehingga dapat mengetahui kandungan
dari jurnal tersebut, menunjukkan masalah yang hendak diteliti dan
tidak menimbulkan penafsiran ganda
- Tidak ada penyingkatan kata
b. Abstrak
Abstrak telah memuat tujuan, latar belakang, literature, hasil dan
kesimpulan, namun tidak memuat kata kunci untuk penelitian yang
dilakukan. Seharusnya abstrak terdiri dari latar belakang, tujuan, metode,
hasil, kesimpulan, dan kata kunci yang ditulis secara berurutan. Selain itu
jumlah kata dalam abstrak penelitian ini sebanyak 281 kata, seharusnya
dalam abstrak hanya boleh memuat maksimal 250 kata saja.
c. Latar Belakang
Pada latar belakang telah dijelaskan anatomi dari konjungtiva, dan
patofisiologi terjadinya konjungtivitis secara jelas, kenyataan tentang
kejadian dan penanganan konjungtivitis yang masih belum tepat. Hal
tersebut menjadi landasan pemikiran untuk penelitian yang dilakukan.
Latar belakang telah mengandung 3 aspek utama yakni besar
masalah, apa yang telah dan belum diketahui, dan pembenaran mengapa
memilih penelitian yang diusulkan.
d. Metode
- Pada metode tidak disebutkan desain penelitian
- Pada metode telah disebutkan waktu publikasi penelitian.
- Pada metode disebutkan sumber yang jelas, namun ada beberapa sumber
yang dipublikasikan lebih dari 10 tahun
- Pada metode telah disimpulkan teori dari banyak sumber
- Pada metode tidak disebutkan perkiraan besar sampel pada masing-
masing sumber
- Pada metode disebutkan definisi istilah dan variable penting
dikemukakan.
- Pada metode disebutkan terapi yang diberikan menurut beberapa sumber
yang sudah ada
e. Kesimpulan
Pada kesimpulan telah dijelaskan bahwa hal-hal yang telah disebutkan
pada latar belakang menjadi acuan untuk mencari tahu bagaimana
konjungtivitis ditatalaksana oleh tenaga medis selama ini. Telah
disebutkan data tentang penanganan konjungtivitis yang kurang sesuai
seperti, diagnose didapatkan hanya dari tanda dan gejala pasien, tanpe
melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang, lalu penggunaan terapi
farmakologi yang kurang tepat seperti penggunaan antibiotic,
antihistamin dan steroid pada kasus konjungtivitis virus, penggunaan tes
diagnose cepat dalam menegakkan diagnosis, memberi terapi tanpa
melihat riwayat penyakit dahulu dari pasien, yang membuat keadaan
pasien semakin memburuk, juga ada kerugian material sekitar $377 -
$857 juta dalam setahun akibat kurang tepatnya penanganan kasus
konjungtivitis
CRITICAL APPRAISAL

A. Apakah hasil review tersebut valid?

1. Apakah ulasan tersebut menjawab pertanyaan yang terfokus dengan


jelas?

Ya,

Popolasi dari studi sudah mencukupi karena sumber yang digunakan


sudah cukup banyak, yang bersumber dari artikel yang terpercaya dari
tahun yang tidak terlalu lama, walaupun ada beberapa sumber yang
berusia >10 tahun. Dari banyak sumber tersebut dapat disingkat
menjadi penjelasan yang jelas dan komplit

2. Apakah penulis mencari jenis artikel yang tepat?

Ya,

Dari semua sumber yang tercantum, semua memiliki tingkat


terpercaya yang tinggi, hal yang diangkat memiliki ketepatan yang
cukup, namun ada beberapa hal yang mungkin kurang diperbaharui

3. Apakah semua penelitian penting dan relevan disertakan?

Ragu,

Ada beberapa sumber yang tidak dapat di caritahu tentang asal


lembaganya

4. Apakah penulis ulasan cukup melakukan penilaian terhadap kualitas


studi yang disertakan?

Tidak,

Penulis tidak menjelaskan apakah dia telah melakukan penilaian


teradap studi yang telah dilakukan sebelumnya, karena tidak ada
penjelasan yang jelas tentang metode yang digunakan
5. Jika hasil review telah digabungkan, apakh masuk akal untuk
melakukannya?

Ya,

Dari hasil yang telah dikumpulkan, ditemukan beberapa kekurangan


dalam menangani kasus konjungtivitis. Tetapi, kekurangan tersebut
dapat diperbaiki dengan mengacu pada ulasan ini, karena pada ulasan
ini telah disebutkan pada bagian mana kekurangan dalam menangani
kasus konjungtiviti secara jelas

B. Apa Hasilnya

6. Apa hasil dari keseluruhan peninjauan?

Didapatkan beberapa data kekurangan yang bisa diperbaiki di masa


mendatang

7. Seberapa tepat hasilnya?

Dalam ulasan ini, tidak mencakup keseluruhan kejadian yang sudah


terjadi, hanya di beberapa tempat dan waktu saja

C. Apakah hasilnya akan membantu secara lokal?

8. Apakah hasilnya bisa diterapkan kepada penduduk lokal?

Ya,

Kasus konjungtivitis banyak terjadi pada fasilitas kesehatan tingkat


pratama, penanganan pertama pada kasus tersebut dapat ditingkatkan
setelah ulasan ini ditulis

9. Apakah semua hasil penting untuk dipertimbangkan?

Ya,

Dari hasil ulasan tersebut, semuanya mengacu tentang bagaimana


menangani kasus konjungtivitis selama ini, hal tersebut dapat dikoreksi
berdasarkan data yang sudah ada selama ini dengan penanganan yang
paling tepat menurut ulasan ini

10. Apakah mandaatnya sesuai dengan kerugian dan biaya?

Ragu,

Dalam ulasan ini, hanya disebutkan kerugian material dari penanganan


konjungtivits yang kurang sesuai hingga ratusan juta dolar tiap 1
tahun, tidak dijelaskan gambaran dari manfaatn dan biaya yang akan
terpakai,

Anda mungkin juga menyukai