Oleh:
Eka Saptaria Nusanti
210.121.0005
Pembimbing:
dr. Lina J.P., Sp.M.
BAB I
ISI JURNAL
1.1. Judul Jurnal
Diagnosis dan Terapi Konjungtivitis
1.2. Abstrak
Konjungtivitis virus adalah penyebab tersering dari beberapa etiologi
konjungtivitis infeksi dan biasanya tidak membutuhkan pengobatan. Tanda dan gejala
yang timbul bervariasi. Konjungtivitis bakterial adalah penyebab kedua tersering pada
konjungtivitis infeksi dengan kasus tanpa komplikasi akan membaik dalam 1 -2
minggu. kelopak mata yang lengket saat bangun tidur, sedikit gatal, dan tidak adanya
riwayat konjungtivitis adalah faktor terkuat yang berhubungan dengan konjungtivitis
bakterial. Antibiotik topikal menurunkan durasi konjungtivitis bakterial dan dapat
kembali sekolah atau bekerja. Konjungtivitis sekunder pada penyakit menular seksual
seperti klamidia dan gonorea membutuhkan terapi sistematik berupa terapi antibiotik
topikal. Konjungtivitis Alergika ditemui hingga 40% dari populasi, tetapi hanya
sebagian kecil yang membutuhkan bantuan pengobatan. Gatal adalah tanda tersering
pada konjungtivitis alergika dan terapi yang diberikan terdiri dari antihistamin topikal
dan inhibitor sel mast.
1.3. Introduksi
Inflamasi atau infeksi pada konjungtiva disebut konjungtivitis dengan
karakteristik dilasi pembuluh darah konjungtiva sehingga tampak hiperemia dan edema
konjungtiva. Sebagian besar pasien dengan konjungtivitis telah memperoleh
pengobatan di dokter layanan primer.
Konjungtivitis dibagi menjadi konjungtivitis infeksi dan Noninfeksi.
Prevalensi konjungtivitis bervariasi bergantung pada penyebabnya, yang dipengaruhi
oleh umur dan musim dalam satu tahun. Konjungtivitis virus sering menyerang orang
dewasa dan prevalensinya meningkat saat musim panas. Konjungtivitis bakteri diderita
hampir 50-70% pada anak dan meningkat dibulan desember hingga april.
Konjungtivitis alergika diderita oleh seluruh populasi hingga mencapai 15-40% dan
meningkat saat musim panas dan musim semi.
1.4. Isi Jurnal
Tipe sekret pada mata dan gejala dapat dipergunakan untuk menentukan
penyebab konjungtivitis, seperti sekret purulen atau mukopurulen sering pada
konjungtivitis bakterial
konjungtivitis virus. Akan tetapi gambaran klinis sering kali tidak spesifik dan
terkadang tipe sekret dan gejala tidak selalu dapat menunjukkan diagnosis akurat.
4
Pemeriksaan mata fokus menilai tajam penglihatan, tipe sekret, opasitas kornea,
bentuk dan ukuran pupil, edema palpebra dan gambaran proptosis.
Kultur pada konjungtiva dilakukan pada kasus konjungtivitis neonatus infeksi,
konjungtivitis
rekuren,
konjungtivitis
tidak
membaik
setelah
memperoleh
pengobatan, konjungtivitis dengan gambaran sekret purulen berat dan kasus yang
diduga infeksi gonococcal atau klamidia. Uji rapid antigen dapat dilakukan untuk
identifikasi virus (adenovirus) penyebab konjungtivitis dan mencegah penggunaan
antibiotik yang tidak dibutuhkan.
A. Konjungtivitis Infeksi
1. Konjungtivitis Virus
Virus menyebabkan hingga 80% kasus konjungtivitis akut. Konjungtivitis virus 6590% disebabkan oleh adenovirus dan gambaran klinis tersering yang berhubungan
dengan konjungtivitis virus yaitu Pharyngoconjunctival fever dan epidemic
keratoconjuctivitis. Gambaran klinis Pharyngoconjunctival fever yaitu demam tinggi,
faringitis, konjungtivitis bilateral dan pembesaran nodus limfatikus periauricular.
epidemic keratoconjuctivitis memiliki gambaran klinis yang lebih berat dengan diikuti
oleh hiperemi, kemosis, limfadenopati ipsilateral dan watery discharge. Terapi
antihistamin topikal, artificial tears, dan kompres dingin mungkin dapat dipergunakan
untuk meringankan tanda konjungtivitis. Pasien yang tidak membaik dalam 7-10 hari
dan memiliki resiko komplikasi harus dirujuk ke dokter spesialis mata.
2. Konjungtivitis Herpes
Konjungtivitis yang disebabkan oleh herpes virus biasanya unilateral, watery
discharge dan sekret tipis, disertai dengan lesi vesikular pada palpebra. Topikal
kortikosteroid tidak diperbolehkan karena dapat meningkatkan virulensi virus. Terapi
terdiri dari kombinasi antiviral oral dan topikal steroid.
3. Konjungtivitis Bakterial
Konjungtivitis bakterial dapat disebabkan oleh kontak langsung dari individu
terinfeksi atau disebabkan oleh proliferatif abnormal flora normal konjungtiva. Faktor
predisposisi konjungtivitis bakterial yaitu produksi air mata, gangguan barier epitel,
trauma, abnormalitas struktur adneksa dan imunosupresan. Patogen tersering pada
orang dewasa adalah staphylococcal, streptococcus pneumoniae dan haemophilus
influenzae.
purulen berat dan menurunan tajam penglihatan, dengan disertai edema palpebra,
nyeri palpasi pada mata dan adenopati preauricular. Penyebab tersering oleh neisseria
5
gonorea dan membawa resiko tinggi untuk perforasi kornea. Terapi yang dapat
diberikan berupa injeksi ceftriaxone intramuskular. Konjungtivitis bakterial kronis
memiliki tanda dan gejala berupa mata merah, sekret purulen dan mukopurulen dan
kemosis yang terjadi lebih dari 4 minggu. Pengobatan konjungtivitis bakterial yang
efektif dengan menggunakan tetes mata antibiotik spektrum luas.
4. Topik khusus pada konjungtivitis Bakterial
Konjungtivitis S. aureus Resisten pada Methicillin
Infeksi staphylococal pada mata 3-64% disebabkan oleh Konjungtivitis S. aureus
Resisten pada Methicillin. Kondisi ini semakin sering terjadi dan organisme tersebut
resisten pada beberapa antibiotik. Pasien dengan kecurigaan kasus tersebut dapat
dirujuk ke dokter spesialis mata dan diterapi dengan fortified vancomycin.
Konjungtivitis Klamidial
Konjungtivitis Klamidial sebagian besar terjadi unilateral dan terjadi bersamaan
dengan infeksi genital. Hiperemia konjungtiva, sekret mukopurulent, pembentukan
folikel limfoid adalah tanda pada konjungtivitis klamidial, sebelumnya pasien
memiliki gejala yang ringan untuk beberapa minggu hingga bulan. Penyebaran dapat
melalui oculogenital atau kontak intim dengan individu yang terinfeksi, pada bayi
baru lahir dapat terinfeksi saat persalinan normal pada ibu yang terinfeksi. Terapi
antibiotik sistemik seperti azithromycin oral dan doxycyclin dapat secara efektif
dipergunakan untuk pengobatan, pasien dan pasangannya harus juga memperoleh
pengobatan. Infant dengan konjungtivitis klamidial membutuhkan terapi sitemik
karena hampir 50% dapat juga terjadi infeksi paru, nasopharing, dan traktus genitalis.
Konjungtivitis Gonococcal
Konjungtivitis yang disebabkan oleh N Gonorrhoeae merupakan penyebab tersering
konjungtiva neonatus hiperakut dan orang dewasa yang aktif secara seksual dan
remaja muda. Terapi terdiri dari topikal dan oral antibiotik. N Gonorrhoeae
berhubungan dengan resiko tinggi terjadinya perforasi kornea.
Konjungtivitis Sekunder
BAB II
TELAAH JURNAL
1. JUDUL
Syarat-syarat judul yang baik :
a) Spesifik
b) Efektif, judul tidak boleh lebih dari 12 kata untuk Bahasa Indonesia dan 10 kata untuk
Bahasa Inggris.
c) Singkat, Menurut Day (1993), judul yang baik adalah yang menggunakan kata-kata
sesedikit mungkin tetapi cukup menjelaskan isi paper. Namun, judul tidak boleh
terlalu pendek sehingga menimbulkan cakupan penelitian yang terlalu luas yang
menyebabkan pembaca bingung.
d) Menarik
e) Pembaca dapat langsung menangkap makna yang disampaikan dalam jurnal dalam
sekali baca.
Judul jurnal ini adalah :
Conjunctivitis; A Systematic Review of Diagnosis and Treatment
Kritik terhadap judul jurnal tersebut :
Judul singkat dan menarik, sehingga pembaca dapat memahami judul yang ada.
Judul tidak lebih dari 10 kata, sehingga sangat efektif.
2. NAMA PENULIS
Syarat-syarat penulisan nama penulis jurnal :
a. Tanpa gelar akademik/ professional
b. Jika > 3 orang yang dicantumkan boleh hanya penulis utama, dilengkapi dengan dkk;
nama penulis lain dimuat di catatan kaki atau catatan akhir
c. Ditulis alamat dari penulis berupa email dari peneliti
d. Tercantum nama lembaga tempat peneliti bekerja
e. Jika penulisan paper dalam tim, penulisan nama diurutkan sesuai kontibusi penulis.
Penulis utama: penggagas, pencetus ide, perencana dan penanggung jawab utama
kegiatan. Penulis kedua: kontributor kedua, dst.
3. ABSTRAK
Abstrak merupakan ringkasan suatu paper yang mengandung semua informasi yang
diperlukan pembaca untuk menyimpulkan tujuan dari penelitian yang dilakukan,
bagaimana metode/pelaksanaan penelitian yang dilakukan, apa hasil-hasil yang
diperoleh dan apa signifikansi/nilai manfaat serta kesimpulan dari penelitian tersebut.
Abstrak yang baik harus mencakup tentang permasalahan, objek penelitian, tujuan
dan lingkup penelitian, pemecahan masalah, metode penelitian, hasil utama, serta
kesimpulan yang dicapai.
Selain judul, umumnya pembaca jurnal-jurnal ilmiah hanya membaca abstrak saja dari
paper-paper yang dipublikasi dan hanya membaca secara utuh paper-paper yang paling
menarik bagi mereka. Berdasarkan penelitian abstrak dibaca 10 sampai 500 kali lebih
sering daripada papernya sendiri.
Cara penulisannya :
1. Tersusun tidak lebih dari 200 250 kata. Namun ada pula yang membatasi abstraknya
tidak boleh lebih dari 300 kata. Karena itu untuk penulisan abstrak cermati ketentuan
yang diminta redaksi.
2. Ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Diawali bahasa Inggris jika penulisan
keseluruhan tubuh paper dalam bahasa Inggris, diawali bahasa Indonesia jika
penulisan keseluruhan tubuh paper dalam bahasa Indonesia.
3. Berdiri sendiri satu alinea (ada yang menentukan lebih dari satu alinea).
4. Untuk jenis paper hasil penelitian: Penulisan abtraknya tanpa tabel, tanpa rumus,
tanpa gambar, dan tanpa acuan pustaka. Jadi tidak boleh mengutip pendapat orang
lain, harus menggunakan data-data dan hasil penelitian serta argumen yang didapat
daripenelitian sendiri.
5. Untuk jenis paper hasil review: Penulisan abstrak boleh mengutiphasil penelitian
orang lain dari acuan pustaka atausumber yang diacu.
6. Di bawah abstrak ditulis kata kunci, paling sedikit terdiri dari tiga kata yang relevan
dan paling mewakili isi karya tulis. Demikian juga di bawah abstract ditulis paling
sedikit tiga key words yang sesuai dengan kata kunci pada abstrak (Bahasa Indonesia).
Kata kunci, tidak selalu terdiri 3 kata, ada juga yang menentukan kata kunci ditulis
dalam 4-6 kata (tergantung redaksi, jadi perhatikan ketentuan yang diminta).
Pada jurnal ini abstraknya adalah :
Viral conjunctivitis is the most common overall cause of infectious conjunctivitis and usually does not require treatment; the
signs and symptoms at presentation are variable. Bacterial conjunctivitis is the second most common cause of infectious
conjunctivitis, with most uncomplicated cases resolving in 1 to 2 weeks. Mattering and adherence of the eyelids on waking,
lack of itching, and absence of a history of conjunctivitis are the strongest factors associated with bacterial conjunctivitis.
Topical antibiotics decrease the duration of bacterial conjunctivitis and allow earlier return to school or work. Conjunctivitis
secondary to sexually transmitted diseases such as chlamydia and gonorrhea requires systemic treatment in addition to
topical antibiotic therapy. Allergic conjunctivitis is encountered in up to 40% ofthe population, but only a small proportion of
these individuals seek medical help; itching is the most consistent sign in allergic conjunctivitis, and treatment consists of
topical antihistamines and mast cell inhibitors. The majority of cases in bacterial conjunctivitis are self-limiting and no
treatment is necessary in uncomplicated cases. However, conjunctivitis caused by gonorrhea or chlamydia and conjunctivitis
in contact lens wearers should be treated with antibiotics. Treatment for viral conjunctivitis is supportive. Treatment
withantihistamines and mast cell stabilizers alleviates the symptoms of allergic conjunctivitis. (JAMA. 2013;310(16):17211729. doi:10.1001/jama.2013.280318)
4. INTRODUKSI
Bagian ini mengandung isi sebagai pengantar yang berisi justifikasi penelitian,
hipotesis dan tujuan penelitian. Jika artikel berupa tinjauan pustaka, maka pendahuluan
berisi latar belakang yang memuat tentang pentingnya permasalahan tersebut diangkat,
hipotesis (jika ada) dan tujuan penulisan artikel. Pada bagian ini pustaka hanya dibatasi
pada hal-hal yang paling penting. Perlu diperhatikan metode penulisan pustaka rujukan
sesuai dengan contoh artikel atau ketentuan dalam Instruction for authors. Jumlah kata
dalam bagian ini juga kadang dibatasi jumlah katanya. Ada juga jurnal yang membatasi
jumlah referensi yang dapat disitir pada pendahuluan, tidak lebih dari tiga pustaka. Tidak
dibenarkan membahas secara luas pustaka yang relevan pada pendahuluan.
Introduksi pada jurnal ini:
conjunctiva is a thin, translucent membrane lining the anterior part of the sclera and inside of the
eyelids. It has 2 parts, bulbar and palpebral. The bulbar portion begins at the edge of the cornea and
covers the visible part of the sclera; the palpebral part lines the inside of the eyelids (Figure 1).
10
5. SUMMARY/CONCLUSION
Pada jurnal ini, ada sub bab tentang kesimpulan journal
6. REFERENCES
Kritik terhadap referensi pada jurnal ini :
11
Semua bahan acuan dalam bentuk jurnal ataupun naskah ilmiah yang digunakan
sebagai referensi atau acuan ditulis pada bagian ini. Referensi yang dirujuk haruslah
yang benar-benar mempunyai kontribusi nyata dalam penelitian tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
Azari, A.A., Barney, N.P. Conjunctivitis; A Systematic Review of Diagnosis and
Treatment. American Medical Association. 2013. 310(16):1721-1729
13