Anda di halaman 1dari 20

Makalah Rehabilitasi Medik

Carpal Tunnel Syndrome

Penguji:

dr. Andre Steven, Sp.KFR

Disusun oleh:
Fiddien Indera Sakti
208.121.0036

KEPANITERAAN KLINIK MADYA


LABORATORIUM REHABILITASI MEDIK
RUMAH SAKIT DAERAH MARDI WALUYO KOTA BLITAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2017

1
KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis telah selesai
menyusun makalah ini yang berjudul Carpal Tunnel Syndome.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih
dosen pembimbing atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti stase
REHABILITASI MEDIK.

Penulis sadar bahwa usaha penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangannya, karena keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis. Segala
kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis harapkan.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah


pengetahuan serta dapat menjadi arahan dalam pengetahuan.

Blitar, Maret 2017

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Parotitis epidemika merupakan penyakit infeksi yang pada 30-40 %
kasusnya merupakan infeksi asimptomatik. Infeksi ini disebabkan oleh virus
RNA untai tunggal negative sense berukuran 100-600 nm, dengan panjang 15000
nukleotida termasuk dalam genus Rubulavirus subfamily Paramyxsovirinae dan
family Paramyxoviridae (Sumarmo,2008). Penyebaran virus terjadi dengan
kontak langsung, percikan ludah, bahan mentah mungkin dengan urin. Sekarang
penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa muda sehingga menimbulkan
epidemi secara umum. Pada umumnya parotitis epidemika dianggap kurang
menular jika dibanding dengan morbili atau varicela, karena banyak infeksi
parotitis epidemika cenderung tidak jelas secara klinis (Warta medika,2009).
Dalam perjalanannya parotitis epidemika dapat menimbulkan komplikasi
walaupun jarang terjadi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa:
Meningoencepalitis, artritis, pancreatitis, miokarditis, ooporitis, orchitis, mastitis,
dan ketulian.
Insidensi parototis epidemika dengan ketulian adalah 1 : 15.000.
Meningitis yang terjadi berupa Meningitis aseptik. Insidensi atau komplikasi dari
parotitis Meningoencephalitis sekitar 250/100.000 kasus. Sekitar 10% dari kasus
ini penderitanya berumur kurang dari 20 tahun. Angka rata-tata kematian akibat
parotitis Meningoencephalitis adalah 2%. Kelainan pada mata akibat komplikasi
parotitis dapat berupa neutitis opticus, dacryoadenitis, uveokeratitis, scleritis dan
trombosis vena central retina. Gangguan pendengaran akibat parotitis epidemika
biasanya unilateral, namun dapat pula bilateral. Gangguan ini seringkali bersifat
permanen.
Parotitis yang tidak ditangani dengan tepat dan segera dapat menimbulkan
berbagai komplikasi serius yang akan menambah resiko terjadinya kematian.
Maka disebabkan hal tersebut, melalui makalah ini kami memberikan solusi dapat
memberikan pengetahuan dan tata cara pencegahan dari penyakit parotitis
sehingga skala kejadian penyakit tersebut dapat menurun dan bermanfaat pula

3
bagi perawat yakni mampu melaksanakan asuhan keperawatan atas pasien dengan
Parotitis dengan tepat dan benar.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Kelenjar Saliva


Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar
saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar
parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis (Dawes, 2008; Roth
and Calmes, 1981).
Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara
bilateral di depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus
dengan bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik. Kelenjar
parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis
melintas horizontal dari tepi kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran
parotis berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga
mulut di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang atas (Leeson dkk., 1990;
Moore dan Agur, 1995).
Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua
setelah parotis, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula. Saluran
submandibularis bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada
satu papil kecil di samping frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah
terlihat, bahkan seringkali dapat terlihat saliva yang keluar (Rensburg, Moore dan
Agur, 1995).
Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak
paling dalam. Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak
pada dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing
kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan bersatu untuk membentuk massa
kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum lingualis (Moore dan
Agur, 1995).
Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis,
kelenjar labialis, kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal. Kelenjar lingualis
terdapat bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis
anterior berada di permukaan inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan

5
terbagi menjadi kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar
lingualis posterior berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah.
Kelenjar ini bersifat murni mukus (Rensburg, 1995).
Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar
ini bersifat mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak
pada palatum lunak dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras.
Kelenjar glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang sama dengan kelenjar
palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di lipatan glossopalatinal (Rensburg,
1995).

B. Definisi Parotitis
Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit
menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang
kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga
menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah.
Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik
atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15
tahun (sekitar 85% kasus).(Warta Medika,2009)
Parotitis ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar
ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu
pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. Pada saluran kelenjar ludah

6
terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan
saluran. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem
saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang
beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang
menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon
kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh
(Sumarmo,2008).
Menurut Sumarmo (2008) penyakit gondong (mumps, parotitis) dapat ditularkan
melalui:
1. Kontak langsung
2. Percikan ludah (droplet)
3. Muntahan
4. Bisa pula melalui air kencing
Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-
40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat
menjadi sumber penularan seperti halnya penderita parotitis yang nampak sakit.
Masa tunas (masa inkubasi) parotitis sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18
hari.

7
C. Etiologi Parotitis
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok
paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan
virus newcastle disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 300
m. Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan
jaringan terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal genus
Rubulavirus subfamily Paramyxovirinae dan family Paramyxoviridae. Virus
mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan
perpaduan protein. Virus ini juga memiliki dua komponen yang sanggup
memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari
nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan.
Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat
bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada
suhu <4 C, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30
detik. Virus masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut. Virus bereplikasi pada
mukosa saluran napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa local dan diikuti
viremia umum setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5
hari. Selanjutnya lokasi yang dituju virus adalah kalenjar parotis, ovarium,
pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak. Virus masuk ke system saraf pusat
melalui plexus choroideus lewat infeksi pada sel mononuclear. Masa penyebaran
virus ini adalah 2-3 minggu melalui dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin,
otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum
onset penyakit dan 9 hari sesudah munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah.
Penularan terjadi 24 jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah
pembengkakan menghilang (Sumarmo,2008).

D. Klasifikasi Parotitis
1. Parotitis Kambuhan
Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada
usia antara 1 bulan hingga akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti
sebelumnya anak telah terinfeksi virus kemudian kambuh lagi.

2. Parotitis Akut

8
Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak,
kemerahan dan pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai
akibat pasca-bedah yang dilakukan pada penderita terbelakang mental dan
penderita usia lanjut, khususnya apabila penggunaan anestesi umum lama
dan adanya gangguan dehidrasi.

E. Manifestasi Klinis Parotitis


Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami
keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit
(subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang
mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut.
Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata
17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan
berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sebagai berikut :
Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam
(suhu badan 38,5 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu
makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai
kaku rahang (sulit membuka mulut).
Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang
diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar
mengalami pembengkakan. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari
kemudian berangsur mengempis. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di
bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria
dewasa adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran
melalui aliran darah.

F. Patofisiologi Parotitis
Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab
parotitis (terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain akibat:
1. Percikan ludah
2. Kontak langsung dengan penderita parotitis lain
3. Muntahan
4. urine

9
Masa inkubasi 15 - 21 hari kemudian virus berreplikasi di dalam traktus
respiratirius atas dan nodus limfatikus servikalis, dari sini virus menyebar melalui
aliran darah ke organ-organ lain termasuk selaput otak, gonad, pankreas,
payudara, thyroidea, jantung, hati, ginjal dan saraf otak.
Setelah virus masuk dan mulai melakukan pembelahan pada saluran
pernapasan, virus dibawa oleh darah ke banyak jaringan, diantaranya di kelenjar
ludah dan kelenjar lain yang paling rentan. Pada kelenjar parotis terutama pada
saluran ludah terdapat kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan
penyumbatan saluran. Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil
dan nekrosis sel epitel tubuli semineferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat
degenerasi dan nekrosis jaringan.
Virus telah diisolasi dari ludah selama 6 hari sebelum dan sampai 9 hari
sesudah munculnya pembengkakan kelenjar ludah. penularan agaknya tidak
terjadi lebih lama daripada 24 jam sebelum munculnya pembengkakan atau lebih
lambat dari 3 hari sesudah menyembuh. Virus telah diisolasi dari urin dari hari
pertama sampai ke 14 sesudah mulainya pembengkakan kelenjar ludah.
Imunitas seumur hidup biasanya nenyertai infeksi klinis atau subklinis,
walaupun infeksi kedua telah terdokumentasi. Antibody transplasenta agaknya
efektif dalam memproteksi bayi selama 6-8 bulan pertama. Bayi yang dilahirkan
dari ibu yang menderita parotitis dalam minggu sebelum persalinan mungkin
menderita parotitis yang tampak secara klinis pada saat lahir atau mengalami sakit
pada masa neonatus. Kisaran keparahan dari parotitis ringan sampai pangkreatitis
berat. Uji neutralisasi serum adalah metode yang paling dapat dipercaya untuk
penentuan imunitas tetapi tidak praktis dan mahal. Uji antibody pemfiksasi
komplemen tersedia. Adanya antibody V saja memberi kesan infeksi parotitis
sebelumnya.

Pathway parotitis

Virus
(paramyxovirus)
masuk dan membelah
10
AdanyaKelenjar
penekanankelamin Kelenjar ludahpada
Menyebar
dari daerah (testis)
sekitar Pembengkakan
AliranGangguan
Saluran dankonsep
darahpernapasan sel ke
masuk
diri epitel
: citra diri daerahmakanan
Beri
(parotis) sekitar
jaringan lunak/saring
Sukar dan nyeri saat
Nyeri menelan

Gangguan rasa Resiko perubahan nutrisi


nyeri kurang dari kebutuhan

G. Komplikasi klinis
Komplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi
fasial, obstruksi jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan

11
disfungsi nervus fasialis. Gondongan telah dilaporkan menyebabkan
meningoensefalitis, pankretitis, orkitis, miokarditis, perikarditis, arthritis, dan
nefritis.
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa
penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu.
Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat
menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika
infeksi terjadi setelah masa pubertas.

Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau


pengobatan yang kurang dini menurut Nelson (2000) :
1. Meningoensepalitis
Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang
kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi
(hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada
anak-anak.

2. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun
insidensinya rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf
unilateral, kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen.

3. Orkitis
Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh,
testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis
yang permanen Sehingga kemandulan dapat terjadi pada masa setelah
puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri perut
bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling sering
terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis terkena infeksi maka
terdapat perdarahan kecil. Orkitis biasanya menyertai parotitis dalam 8
hari setelah parotitis. Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3 14 hari.
Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya

12
bengkak dan merah. Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang
terkena menjadi atrofi. Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%.
Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.

4. Ensefalitis atau Meningitis


Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala,
kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami
meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000
penderita yang mengalami ensefalitis cenderung mengalami kerusakan
otak atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot
wajah.
5. Ooforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada
penderita wanita pasca pubertas.

6. Pankreatitis
Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama.
Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan
menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total.
Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.
Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah,
demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis
akibat mumps.

7. Nefritis
Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita
dan viruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-
anak belum diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari
sesudah parotitis. Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat
sembuh sempurna tanpa meninggalkan kelainan pada ginjal.

8. Tiroiditis

13
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus
dapat terjadi pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan
perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.

9. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi
ringan miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui.
Miokarditis ringan dapat terjadi dan muncul 510hari pada parotitis.
Gambaran elektrokardiografi dari miokarditis seperti depresi segmen S-T,
flattening atau inversi gelombang T. Dapat disetai dengan takikardi,
pembesaran jantung dan bising sistolik.

10. Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan
pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya
sempurna. Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah
poliarteritis yang sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1-
2minggu setelah berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkena adalah
sendi besar khususnya paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1-12 minggu
dan sembuh sempurna.

11. Kelainan pada mata


Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri,
biasanya bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis)
dengan gejala-gejala bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai
kekaburan ringan dengan penyembuhan dalam 1020 hari; uveokeratitis,
biasanya unilateral dengan fotofobia, keluar air mata, kehilangan
penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari; skleritis, tenonitis,
dengan akibat eksoftalmus; trombosis vena sentral.

H. Penatalaksanaan Parotitis

14
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang
sendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi
spesifik bagi infeksi virus Mumps oleh karena itu pengobatan parotitis
seluruhnya simptomatis dan suportif.
Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat, dan
pijatan parotis eksterna. Cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah
dehidrasi karena terbatasnya asupan oral. Jika respons suboptimal atau pasien
sakit dan mengalami dehidrasi, maka antibiotik intravena mungkin lebih sesuai.

Berikut tata laksana yang sesuai dengan kasus yang diderita:


1. Penderita rawat jalan
Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi
(keadaan umum cukup baik).
a. Istirahat yang cukup, di berikan kompres.
b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup.
c. Kompres panas dingin bergantian.
d. Medikamentosa.

e. Analgetik-antipiretik bila perlu.


metampiron : anak > 6 bulan 250 500 mg/hari maksimum 2
g/hari
parasetamol : 7,5 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin
berisiko menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka
namun mematikan. Obat-obatan anak yang terdapat di apotik
belum tentu bebas dari aspirin. Aspirin seringkali disebut juga
sebagai salicylate atau acetylsalicylic acid.

2. Penderita rawat inap


Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri
kepala hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi.
a. Diet lunak, cair dan TKTP.
b. Analgetik-antipiretik.
c. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi.

3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi

15
a. Encephalitis
simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk
mengurangi sakit kepala.

b. Orkhitis
istrahat yang cukup
pemberian analgetik
sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral,
selama 2-4 hari).

c. Pankreatitis dan Ooporitis


Simptomatik saja

I. Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi
pasif dan imunisasi aktif.

1. Pasif
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau
mengurangi komplikasi.

2. Aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika
yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and
dohme) atau diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan (Ngastiyah,
2007). Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak
menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular. Menyebabkan imunitas
yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan rubella (MMR
yakni vaksin Mumps, Morbili, Rubella). Pemberian vaksinasi dengan virus
mumps, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna
dalam antibodi mumps pada individu yang seronegatif sebelum
vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi yang
baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin
terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang
diberikan serentak.

16
Kontraindikasi pemberian imunisasi:
Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal
Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin
Demam akut
Selama kehamilan
Leukimia dan keganasan
Limfoma
Sedang diberi obat-obat imunosupresif
Alkilasi dan anti metabolit
Sedang mendapat radiasi.

Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan


setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin
Mumps dalam situasi ini

J. Pemeriksaan Diagnostik
a. Darah rutin
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia
ringan yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun. Normalnya leukosit
dalam darah adalah 4 x 109 /L darah .dengan limfositosis relatif, namun
komplikasi sering menimbulkan leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.

b. Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan
pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2
minggu. Kadar amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.

c. Pemeriksaan serologis
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan adanya
infeksi virus (Nelson, 2000), yaitu:
Hemaglutination inhibition (HI) test
Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat
dan serum yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika perbedaan titer
spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka kemungkinannya parotitis.

17
Neutralization (NT) test
Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk biakan
fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi
hemadsorpsi. Pengenceran serum yang mencegah terjadinya hemadsorpsi
dinyatakan oleh titer antibodi parotitis epidemika. Uji netralisasi asam
serum adalah metode yang paling dapat dipercaya untuk menemukan
imunitas tetapi tidak praktis dan tidak mahal.

Complement Fixation (CF) test


Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah respon
antibodi terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa infeksi
parotitis epidemika akut. Antibodi terhadap antigen V mencapai titer
puncak dalam 1 bulan dan menetap selama 6 bulan berikutnya dan
kemudian menurun secara lambat 2 tahun sampai suatu jumlah yang
rendah dan tetap ada. Peningkatan 4 kali lipat dalam titer dengan analisis
standar apapun menunjukan infeksi yang baru terjadi. Antibodi terhadap
antigen S timbul cepat, sering mencapai maksimum dalam satu minggu
setelah timbul gejala, hilang dalam 6 sampai 12 minggu.

Pemeriksaan Virologi
Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus
dilakukan dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor
serebrospinal atau darah. Biakan dinyatakan positif jika terdapat
hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak ada
pada biakan yang diberi serum hiperimun.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembengkakan akut pada kelenjar saliva dapat berupa parotitis dan
sialadenitis. Penyakit parotitis yang lebih awam disebut gondongan (mumps)
merupakan suatu penyakit menular dimana seseorang terinfeksi oleh virus
(Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara
telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas
atau pipi bagian bawah. Gejala yang ditimbulkan berupa pembengkakan, rasa
sakit, kemerahan, dan kelembutan pada saluran kelenjar ludah, namun juga terjadi
kelainan berupa pelebaran dan penyumbatan saluran. Gangguan parotitis
cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).
Dahulu keadaan ini sering terlihat pada pasien yang mendapat perawatan dari
operasi abdomen, tetapi sekarang khasus ini telah jarang terlihat, hanya kadang-
kadang terlihat pada parotitis kronis rekuren, tetapi tidak sesering yang
diperkirakan.

B. Saran
Banyak komplikasi yang ditimbulkan oleh peradangan kelenjar saliva ini
sehingga harus sedini mungkin penanganan diawali dengan berbagai tes
laboratorium, disusul pada pemberian antibiotik, penambahan volume cairan
dalam tubuh, hingga akhirnya diadakan operasi

19
20

Anda mungkin juga menyukai