Anda di halaman 1dari 22

Nama: Annisa Rahmah

NIM :201101065
Kelas: A
Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas
Dosen: dr. Efa Fartini

A. Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Pasien HIV


Deskripsi Kasus
Kunjungan keluarga dilakukan pada keluarga Ibu. A yang salah satu dari anaknya mengalami
masalah HIV/AIDS. Penerapan asuhan keperawatan dimulai pada tanggal 10 Maret – 26 Maret 2020
dengan kunjungan selama 12x kunjungan. Berikut peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dilakukan pada keluarga Ibu. A dengan memiliki 2 anak yang tinggal bersama
orang tua. Suami Ibu. A sudah Almarhum sejak 4 tahun yang lalu. Anak pertama umur 29
tahun, bekerja sebagai freelance desainer online atau wirausaha. Anak kedua umur 20 tahun, tidak
bekerja dan putus kuliah akibat masalah kesehatan yang didapat. Ekonomi juga dibantu oleh anak
pertama sebagai desainer online.
Anak. Z mengatakan dinyatakan positif HIV/AIDS sejak 1 tahun 3 bulan yang lalu pada saat
diperiksa di Puskesmas Seberang Padang. Pada saat dilakukan pengkajian Anak. Z mengatakan
merasakan cemas akan kondisinya. Anak Z juga mengatakan sakit kepala, lemah, lemas, dan kadang-
kadang demam. Anak. Z sudah satu tahun ini berobat dengan teratur setiap bulannya. Anak. Z
sudah mengetahui akan penyakitnya dan selalu rutin minum obat 1x sehari. Anak Z mengalami
penurunan berat badan, dan ada bekas cacar di kedua tangan dan perut. Anak. Z mengatakan jarang
olahraga dan mudah lelah, hanya dirumah karena malu dengan penyakit yang diderita.Anak Z
mengatakan saat tidur malam sering terbangun karena kadang kepikiran sama penyakit yang di
dapatkannya. Anak. Z tidak terlalu paham cara pemeliharaan kesehatan agar keluarga tidak tertular
penyakit yang sama. Anak. Z mengetahui penularan HIV/AIDS melalui darah sehingga Anak. Z
menjaga jarak dengan keluarga ketika ada darah yang keluar seperti luka pada diri Anak. Z.
Keluarga Ibu. A mengetahui tentang penyakit Anak. Z, awalnya keluarga terkejut dan tidak
menerima saat tahu penyakit Anak. Z. Sekarang Ibu. Anak. Z sudah menerima keadaan, mencoba
memberikan support dan membantu kesembuhan pada Anak. Z. Tetapi Ibu. A belum tahu
sepenuhnya cara merawat Anak. Z. Ibu A jarang menemani Anak. Z berobat ke Puskesmas Seberang
Padang dan mengawasi minum obat.
Keluarga Ibu. A merupakan keluarga Nuclear Family dimana keluarga yang terdiri dari orang tua
dan anak yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak
keluarga lainnya. Ibu. A memiliki 2 orang anak. Keluarga Ibu.
A saat ini berada pada tahap perkembangan yang ke Tahap VI (keluarga melepaskan anak
dewasa muda). Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak pertama dari
rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah
meninggalkan rumah. Tugas keluarga pada tahap ini adalah memperluas lingkaran keluarga terhadap
anak dewasa muda, termasuk memasukkan anggota keluarga baru yang berasal dari pernikahan anak-
anaknya, melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan pernikahan,
membantu orang tua suami dan istri yang sudah menua dan sakit. Ibu. A mengatakan orang tuanya
tidak ada riwayat penyakit seperti Hipertensi, DM. Ibu. A bekerja sebagai PNS yang miliki gaji lebih
kurang Rp 4.000.000 perbulan, digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Rumah Ibu. A bersih dan rapi. Perabotan tampak tersusun rapi, Lantai rumah tembok yang dialasi
karpet, tidak ada benda-benda yang membahayakan, lantai kamar mandi terbuat dari tembok dan
agak licin. Rumah Ibu. A juga terdapat cukup ventilasi. Sumber air minum keluarga Ibu. A
menggunakan air yang telah dimasak, mandi menggunakan air sumur bercincin dengan jarak septik
tank 4 meter. Halaman depan cukup besar, digunakan untuk jemur pakaian dan tempat santai.
Interaksi Keluarga Ibu. A dengan tetangga cukup baik. Ibu. A berhubungan baik dan sering
berinterkasi dengan masyarakat dan saling bantu membantu jika ada kegiatan masyarakat.
Keluarga Ibu. A berkomunikasi baik dengan anak-anaknya. Jika ada masalah dengan anggota
keluarga, Ibu. A mengambil keputusan dengan cara bermusyawarah. Keluarga Ibu. A memiliki
peran masing-masing setiap anggota keluarga. Ibu. A berperan sebagai pencari nafkah dan Ibu bagi
2 orang anaknya. Ibu. A berperan sebagai kepala keluarga sekaligus ibu bagi 2 orang anaknya,
yaitu Anak. F (29 tahun) dan Anak. Z (20 tahun). Ibu. A berperan sebagai pengambil keputusan
sekaligus mengatur semua keperluan keluarga. Dalam kehidupan sehari-hari keluarga Ibu. A
menggunakan norma dan nilai sesuai dengan agama dan adat istiadat Minangkabau. Keluarga kurang
berperan sebagai koordinator untuk menemani Anak. Z ke puskesmas untuk mengambil obat.
Keluarga juga tidak terlalu mengetahui secara keseluruhan tentang penyakit Anak. Z

Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada Anak. Z didapatkan KU : Baik, TD: 120/70 mmHg, N :
110x/menit, RR : 19x/menit, SUHU : 36,80C, kepala Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada lesi,
rambut tebal dan hitam, wajah simetris, kulit kuning langsat, dan tidak pucat, telinga simetris, bersih,
tidak ada lesi, berfungsi dengan baik, mata simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
hidung simetris, bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak sianosis, tidak ada pembengkakan
dan lesi, mukosa mulut lembab, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis, Dada terlihat
simetris kiri dan kanan, fremitus kiri sama dengan kanan, terdengar sonor dan suara vesikuler,
Abdomen tidak ada asites, bising usus normal, timpani dan tidak ada pembesaran organ, tidak
sianosis, crt<2 detik.
2. Diagnosis Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian pada keluarga Ibu. A, khususnya Anak. Z perawat mendapatkan data
subjektif dan data objektif, dimana dari analisa data dapat diangkat diagnosis keperawatan
diantaranya:
a.Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi masalah
b.Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
c.Resiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dibuat perawat berdasarkan diagnosa yang telah didapatkan, lalu dibuat
intervensi untuk memecahkan masalah yang telah didapatkan, berdasarkan tujuan umum dan tujuan
khusus yang dilengkapi dengan kriteria.
Diagnosis Pertama yaitu Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
dalam mengatasi masalah HIV/AIDS, dengan tujuan umum dari diagnosa ini adalah setelah dilakukan
intervensi keperawatan selama 1 x 30 menit keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
keluarga tentang pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada penderita HIV/AIDS, sesuai dengan
tugas keperawatan keluarga yang pertama yaitu mengenal masalah tentang pemeliharaan kesehatan
tidak efektif pada penderita HIV/AIDS yaitu dengan mendiskusikan mulai dari pengertian, penyebab
serta tanda dan gejala. Beri pujian atas jawaban yang benar dan evaluasi ulang. Tujuan khusus kedua
yaitu mengambil keputusan dengan rencana kegiatan kaji pengetahuan keluarga serta akibat jika
masalah tidak segera ditindak lanjuti. Motivasi keluarga untuk melakukan atau menyebutkan
akibat jika masalah tidak ditangani dan menyebutkan perawatan pemeliharaan kesehatan tidak efektif
pada penderita HIV/AIDS, evaluasi kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan pemeliharaan
kesehatan tidak efektif pada penderita HIV/AIDS. Tujuan khusus ketiga merawat anggota keluarga
dengan rencana kegiatan ajarkan keluarga bagaimana cara merawat anggota keluarga dengan
pemeliharaan kesehatan tidak efektif, motivasi keluarga untuk melakukan atau menyebutkan
perawatan memberikan perawatan pemeliharaan kesehatan tidak efektif, beri reinforcement positif
atas tindakan yang benar. Tujuan khusus keempat memodifikasi lingkungan dengan rencana kegiatan
kaji pengetahuan keluarga, diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang baik, beri pujian dan
evaluasi kembali, Tujuan khusus kelima memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan rencana kegiatan
kaji pengetahuan keluarga, diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kesehatan, beri pujian dan
evaluasi kembali tentang memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Diagnosa Kedua Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri. Tujuan umum dari
diagnosa ini adalah setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 30 menit keluarga mampu
mengenal masalah kesehatan keluarga tentang ansietas pada penderita HIV/AIDS, sesuai dengan
tugas keperawatan keluarga yang pertama yaitu mengenal masalah tentang ansietas pada penderita
HIV/AIDS yaitu dengan mendiskusikan mulai dari pengertian, penyebab serta tanda dan gejala. Beri
pujian atas jawaban yang benar dan evaluasi ulang. Tujuan khusus kedua yaitu mengambil keputusan
dengan rencana kegiatan kaji pengetahuan keluarga serta akibat jika masalah tidak segera ditindak
lanjuti. Motivasi keluarga untuk melakukan atau menyebutkan akibat jika masalah tidak ditangani dan
menyebutkan perawatan ansietas pada penderita hipertensi, evaluasi kemampuan keluarga dalam
memberikan perawatan ansietas pada penderita HIV/AIDS. Tujuan khusus ketiga merawat anggota
keluarga dengan rencana kegiatan ajarkan keluarga bagaimana cara merawat anggota keluarga
dengan ansietas, motivasi keluarga untuk melakukan atau menyebutkan perawatan memberikan
perawatan ansietas, beri reinforcement positif atas tindakan yang benar. Tujuan khusus keempat
memodifikasi lingkungan dengan rencana kegiatan kaji pengetahuan keluarga, diskusikan dengan
keluarga tentang lingkungan yang baik, beri pujian dan evaluasi kembali. Tujuan khusus kelima
memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan rencana kegiatan kaji pengetahuan keluarga, diskusikan
dengan keluarga tentang fasilitas kesehatan, beri pujian dan evaluasi kembali tentang memanfaatkan
fasilitas kesehatan.
Diagnosis ketiga yaitu Risiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder. Tujuan umum dari diagnosa ini adalah setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1
x 30 menit keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga tentang Risiko infeksi pada
HIV/AIDS, sesuai dengan tugas keperawatan keluarga yang pertama yaitu mengenal masalah tentang
Risiko Infeksi pada penderita HIV/AIDS yaitu dengan mendiskusikan mulai dari pengertian,
penyebab serta tanda dan gejala. Beri pujian atas jawaban yang benar dan evaluasi ulang. Tujuan
khusus kedua yaitu mengambil keputusan dengan rencana kegiatan kaji pengetahuan keluarga serta
akibat jika masalah

tidak segera ditindak lanjuti. Motivasi keluarga untuk melakukan atau menyebutkan akibat jika
masalah tidak ditangani dan menyebutkan perawatan nyeri pada penderita HIV/AIDS, evaluasi
kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan Risiko Infeksi pada penderita HIV/AIDS.
Tujuan khusus ketiga merawat anggota keluarga dengan rencana kegiatan ajarkan keluarga
bagaimana cara merawat anggota keluarga dengan risiko infeksi, motivasi keluarga untuk
melakukan atau menyebutkan perawatan, beri reinforcement positif atas tindakan yang benar. Tujuan
khusus keempat memodifikasi lingkungan dengan rencana kegiatan kaji pengetahuan keluarga,
diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan yang baik, beri pujian dan evaluasi kembali, Tujuan
khusus kelima memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan rencana kegiatan kaji pengetahuan keluarga,
diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kesehatan, beri pujian dan evaluasi kembali tentang
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada keluarga Ibu. A khususnya Anak. Z yaitu berdasarkan intervensi
yang telah dibuat berdasarkan diagnosis yang ditetapkan. Diagnosis pertama Pemeliharaan kesehatan
tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan dalam mengatasi masalah yaitu, Minggu, 15 Maret
2020 pukul 13.30 WIB yaitu intervensi. Melakukan intervensi TUK 1 :Mengenal masalah
kesehatan dengan menanyakan dan mendiskusikan dengan keluarga berhubungan dengan
pengertian, penyebab, serta tanda dan gejala HIV/AIDS. TUK 2: Menjelaskan tentang cara
pengambilan keputusan pada anggota keluarga dalam pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada
penderita HIV/AIDS untuk mengurangi dampak dari masalah berikut.
Selanjutnya tanggal Senin, 16 Maret 2020 pukul 14.00 melanjutkan intervensi TUK 3: bagaimana cara
pemeliharaan kesehatan keluarga dengan HIV/AIDS dimana pada implementasi ini menggunakan
metode diskusi dan tanya jawab menggunakan media lembar balik, bagaimana cara perawatan
anggota keluarga yang sakit, menganjurkan olahraga sesuai dengan kondisi, patuh dalam
mengkonsumsi obat. TUK 4: Menjelaskan lingkungan yang baik dengan membuka ventilasi jendela,
barang-barang tersusun rapi dan sering mencuci tangan. TUK 5 : Menjelakan pentingnya rutin
memeriksa kesehatan dan mengambil obat ke puskemas juga meminum obat secara teratur.
Pentingnya peran keluarga terhadap keberlangsungan hidup pasien. Kamis, 26 Maret 2020 pukul
15.00 mengobservasi secara teratur kegiatan minum obat pasien .
Diagnosis kedua Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri

yaitu Rabu, 18 Maret 2020 pukul 11.00 WIB. Melakukan intervensi TUK 1 : Mengenal masalah
kesehatan dengan menanyakan dan mendiskusikan dengan keluarga terkait pengertian, penyebab,
serta tanda dan gejala ansietas pada penderita HIV/AIDS. TUK
2 : Menjelaskan tentang cara mengambil keputusan pada anggota keluarga yang terkena ansietas
pada HIV/AIDS untuk mengurangi dampak dari masalah tersebut. Selanjutnya tanggal 19 Maret 2020
pukul 14.30. Melakukan implementasi TUK 3 yaitu merawat anggota keluarga yang mengalami
HIV/AIDS dengan ansietas dengan mendemonstrasikan teknik relaksasi progresif untuk mengurangi
tingkat kecemasan yang dialami dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet, diharapkan
keluarga mampu melakukan perawatan pada keluarga dengan ansietas akibat HIV/AIDS. TUK 4:
Menjelaskan lingkungan yang baik dengan membuka ventilasi jendela, barang-barang tersusun rapi
dan sering mencuci tangan. TUK 5 : Menjelakan pentingnya rutin memeriksa kesehatan dan
mengambil obat ke puskemas juga meminum obat secara teratur. Pentingnya peran keluarga
terhadap keberlangsungan hidup pasien.
Diagnosa ketiga Risiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
yaitu Kamis, 19 Maret 2020 melanjutkan dengan intervensi dari diagnosa ketiga. TUK 1 :
Melakukan penyuluhan mengenai resiko infeksi dan mengenal masalah yang menyebabkan resiko
infeksi terkait penyakitnya. Sabtu, 21 Maret 2020 melanjutkan TUK 2 : Keluarga mengambil
keputusan untuk mencegah terjadinya resiko infeksi. Minggu, 22 Maret 2020 melakukan
implementasi selanjutnya TUK 3 : yaitu perawatan untuk mencegah resiko infeksi pada pasien dan
keluarga, pencegahan resiko infeksi pada keluarga dengan penyuluhan, baik cara merawat anggota
keluarga yang sakit, risiko penularan penyakit yang diderita anggota keluarga, dan teratur dalam
mengkonsumsi obat. TUK 4 : upaya pencegahan penyakit terjangkit kepada keluarga. TUK 5
: Menganjurkan ke fasilitas kesehatan untuk membantu pembersihan luka. Rabu, 25 Maret 2020
mengamati kembali dan mengobservasi keadaan pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan setiap kali implementasi dilakukan, saat implementasi pada diagnosa pertama
yaitu Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan dalam mengatasi
masalah Evaluasi TUK 1 : Didapatkan hasil objekif keluarga dapat menjelaskan perilaku yang baik
bagi keluarga dengan mengatur pola makan, mengatur pola istirahat, mengawasi Anak. Z minum
obat. Hasil analisa, bahwa masalah teratasi dan untuk menindak lanjuti telah diambil keputusan bahwa
menghentikan intervensi.

Dilanjutkan dengan intervensi TUK 2 : didapatkan hasil objektif keluarga mampu melakukan hidup
sehat untuk Anak. Z dengan makan makanan yang sehat, olahraga rutin, dan menjaga kebersihan
lingkungan. Hasil analisa bahwa masalah tersebut teratasi dan untuk menindak lanjuti telah diambil
keputusan untuk menghentikan intervensi. Dilanjutkan dengan intervensi TUK 3 : didapatkan hasil
objektif keluarga dapat memelihara kesehatan dengan menjaga kesehatan Anak. Z. Hasil analisa,
bahwa masalah teratasi dan untuk menindaklanjuti telah diambil keputusan untuk menghentikan
intervensi. Dilanjutkan intervensi selanjutnya, TUK 5 : didapatkan evaluasi objektif keluarga mampu
mendampingi An. Z dan menggunakan puskesmas untuk memeriksa kesehatan Anak. Z. Hasil analisa,
bahwa masalah teratasi dan telah diambil keputusan untuk melanjutkan intervensi.
Evaluasi diagnosa kedua Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri TUK 1 :
didapatkan evaluasi pada keluarga sudah memahami pengertian, penyebab dan tanda gejala
HIV/AIDS dengan ansietas, klien dan keluarga sudah mampu menjawab pertanyaan seputar ansietas
pada HIV/AIDS setelah diberikan penjelasan. TUK 2 : klien dan keluarga juga sudah dapat
mengambil keputusan dari dampak ansietas pada HIV/AIDS serta keputusan terkait merawat anggota
keluarga dengan ansietas. TUK 3 : yaitu cara merawat anggota keluarga dengan HIV/AIDS yang
mengalami ansietas dengan cara demonstrasi teknik relaksasi progresif untuk mengurangi tingkat
kecemasan yang dialami, dan klien sudah memahami bagaimana cara perawatan keluarga dengan
HIV/AIDS yang mengalami ansietas. Ibu. A mengatakan sudah memahami teknik relaksasi
progresif untuk mengurangi ansietas dan akan melakukan teknik ini rutin jika menrasa cemas. Hasil
bisa dilihat dari yang tampak tegang dan takut jadi lebih rileks. TUK 4 : Keluarga juga dapat
menyebutkan cara memodifikasi lingkungan yang aman, nyaman dan sehat untuk keluarga dengan
HIV/AIDS, serta dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang ada untuk menunjang kesehatan anggota
keluarga. Hasil analisa bahwa masalah teratasi dan untuk memantau hal tersebut telah diambil
keputusan untuk melanjutkan intervensi.
Evaluasi diagnosa ketiga Risiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder, Didapatkan TUK 1 : hasil objektif dapat melakukan menyebutkan kembali defenisi resiko
infeksi dan apa masalah yang menyebabkan resiko infeksi. Hasil analisa, bahwa masalah teratasi dan
untuk menindak lanjuti telah diambil keputusan untuk menghentikan intervensi. Dilanjutkan dengan
intervensi TUK 2 : keluarga dapat mengambil keputusan untuk mencegah terjadinya resiko infeksi.
Hasil analisa, bahwa masalah teratasi, dan telah diambil keputusan bahwa intervensi dihentikan.

Dilanjutkan dengan intervensi TUK 3 : didapatkan evaluasi objektif keluarga memperhatikan dan
mendengarkan dengan baik penyuluhan yang diberikan. Keluarga dapat memahami dan mampu
mengulang kembali bagaimana cara merawat anggota keluarga yang sakit sesuai dengan materi yang
diberikan. Hasil analisa, bahwa masalah teratasi sebagian,dan telah diambil keputusan bahwa
intervensi dilanjutkan. Dilanjutkan dengan intervensi TUK 4 : didapatkan evaluasi objektif keluarga
mampu melakukan upaya pencegahan penyakit terjangkit kepada keluarga dengan memodifikasi
lingkungan. Hasil analisa, bahwa masalah teratasi dan telah diambil keputusan bahwa intervensi
dihentikan. Dilanjutkan dengan intervensi TUK 5 : didapatkan evaluasi objektif keluarga sudah
sesekali ke puskesmas. Hasil analisa, bahwa masalah dapat teratasi dan telah diambil keputusan untuk
melanjutkan intervensi.

B. Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Pasien TB Paru


Kasus
Tn A. datang ke poliklinik paru dengan keluhan mengalami demam sudah 2 mg yang
lalu disertai batuk berdahak dan sesak, klien kontrol untuk mendapatkan therapi OAT, sebelumnya
klien pengobatan Tb Paru namun tidak terkontrol, merokok (+). Pada saat dikaji klien masih mengeluh
sesak dan batuk serta badanya terasa lemah RR: 30x/mnt,terpasang oksigen 3lt/mnt ,N: 94X/mnt, S:
37,5°C, saat diinsfeksi dada: bentuk dada simetris, ekspansi dada tidak simetris antara dada kanan dan
kiri, paru kanan lebih tertinggal,sesak napas(+), vokal premitus kanan menurun, ronchi
(+),dyspnoe(+),BB: 47 Kg dengan Tb:158cm, mual - muntah (+), klien tampak kurus dan anemis,
klien terpasang WSD di ICS 4-5 produksi (+) 550cc,berwarna kuning keruh.
1. Pemeriksaan laboratorium tanggal 16-03-2012 Hematologi :
Leukosit : 11.450/Ml, Hemoglobin : 9,30 gr/dl Hematokrit : 24,9 %, Laju endap darah: 150 mm Kimia
darah:
Fungsi hati SGOT : 58 u/l SGPT : 79u/l
2. Pemeriksaan radiologi
Rontgen thorak : ditemukan KP aktif, adanya efusi pleura kanan Sputum BTA 3x (+)
3. Therapi :
IUFD RL/ 8 jam ,injeksi cefriaxone 1x 2 gram,ranitidine 2x1 ampul,metronidazole 3x500mg Pct
4x500mg, ambroxol 3x1 sendok,curcuma 3x2,prednisone 3x3 tab
Rifampicin ,Etambitol ,INH,Pirazinamid, perawatan luka WSD dan penggantian tabung WSD.

A. Pengkajian
1. Keluhan Utama : demam sudah 2 mg yang lalu disertai batuk berdahak dan sesak
2. Keluhan Sekarang : klien masih mengeluh sesak dan batuk serta badanya terasa lemah
3. Riwayat Kesehatan Dahulu : sebelumnya klien pengobatan Tb Paru namun tidak
terkontrol, merokok (+)
4. Riwayat Kesehatan Keluarga : -
5. Tanda-Tanda Vital :
a. RR : 30x/menit
b. N : 94x/menit
c. S : 37,5 oC
d. TB : 158 cm
e. BB :47 kg
6. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi : bentuk dada simetris, ekspansi dada tidak simetris antara dada kanan dan
kiri, paru kanan lebih tertinggal,sesak napas(+), dyspnoe(+), tampak kurus dan
anemis, mual - muntah (+), terpasang WSD di ICS 4-5 produksi (+) 550cc dan
berwarna kuning keruh. b.Palpasi : vokal premitus kanan menurun
c. Auskultasi : ronchi (+)
7. Pemeriksaan Laboratorium tanggal 16-03-2012
a. Hematologi :
1) Leukosit : 11.450/Ml, Hemoglobin : 9,30 gr/dL
2) Hematokrit : 24,9 %, Laju endap darah: 150 mm
b. Kimia darah:
Fungsi hati SGOT : 58 u/l SGPT : 79u/l
8. Pemeriksaan radiologi
a. Rontgen thorak : ditemukan KP aktif, adanya efusi pleura kanan
b. Sputum BTA 3x (+)
9. Therapi :
a. IUFD RL/ 8 jam ,injeksi cefriaxone 1x 2 gram,ranitidine 2x1 ampul,metronidazole
3x500mg
b. Pct 4x500mg, ambroxol 3x1 sendok,curcuma 3x2,prednisone 3x3 tab
c. Rifampicin ,Etambitol ,INH,Pirazinamid, perawatan luka WSD dan penggantian
tabung WSD.
B. Diagnosa, Intervensi dan Implementasi

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


o
1 Kebersihan Setelah Kaji fungsi Peningkatan bunyi nafas dapat
jalan napas dilakukan pernafasan contoh menunjukkan atelektasis, ronchi,
tidak tindakan bunyi nafas, mengi menunjukkan akumulasi
efektif b.d keperawatan kecepatan, irama, dan sekret/ketidakmampuan untuk
secret selama 1x24 kelemahan dan membersihkan jalan nafas yang
kental dan jam diharapkan penggunaan otot bantu dapat menimbulkan penggunaan
kelemahan bersihan jalan otot akseseri pernafasan dan
upaya napas klien peningkatan kerja pernafasan.
batuk efektif dengan
KH : Catat kemampuan Pengeluaran sulit bila sekret
pasien untuk mengeluarkan sangat tebal sputum berdarah
dapat mukosa batuk efektif, kental/darah cerah (misal efek
mempertahank catat karakter, jumlah infeksi, atau tidak kuatnya hidrasi)
an jalan nafas sputum, adanya
dan hemoptisis
mengeluarkan
sekret tanpa Berikan klien posisi Posisi membantu
bantuan semi atau fowler tinggi memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernafasan.

Bersihkan sekret Mencegah obstruksi respirasi,


dari mulut dan trakea, penghisapan dapat diperlukan bila
penghisapan sesuai pasien tidak mampu mengeluarkan
keperluan sekret.
2 Ketidak Setelah Uji kualitas dan Kecepatan biasanya meningkat,
efektifan dilakukan kedalaman pernafasan dispnea terjadi peningkatan kerja
pola napas tindakan penggunaan otot nafas, kedalaman pernafasan dan
b.d keperawatan aksesoris, catat setiap bervariasi tergantung derajat gagal
menurunny selama 1x24 perubahan nafas.
a ekspansi jam
paru diharapkan pol Kaji kualitas Adanya sputum yang tebal,
a nafas kembali sputum, warna, bau kental, berdarah dan purulen diduga
aktif dengan dan konsistensi terjadi sebagai masalah sekunder.
KH :
Baringkan klien Posisi duduk memungkinkan
dispnea untuk mengoptimalkan ekspansi paru maksimal upaya
berkurang pernafasan (semi batuk untuk memobilisasi dan
fowler membuang sekret.
frekuensi
normal Kolaborasi untuk Bertujuan sebagai evakuasi
tindakan cairan atau udara dan memudahkan
irama thorakosentesis atau ekspansi paru
normal kalau perlu WSD

kedalaman pasang WSD : periksa


normal pengontrol pengisap Mempertahankan tekanan
dan jumlah isapan yang negatif intrapleural yang
pernafasan benar meningkatkan ekspansi paru
normal optimum
Periksa batas cairan
bunyi napas pada botol penghisap Air dalam botol penampung
terdengar jelas dan pertahankan pada berfungsi sebagai sekat yang
batas yang ditentukan mencegah udara atmosfer masuk ke
-pada dalam pleura
pemeriksaan
rontgen dada
tidak
ditemukan
adanya
akumulasi
cairan
C. Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Pasien Kusta
Kasus Kusta

Studi kasus ini dilakukan di Puskesmas Penfui Kota Kupang, yang Penfui terletak
di Kelurahan Penfui Kecamatan Maulafa dengan Wilayah kerja tiga (tiga) Kelurahan
seperti kelurahan Penfui, Naimata, dan Maulafa, dengan luas wilayah 23,9 km2. Dengan
jumlah penduduk 20.533 jiwa (Data Proyeksi Penduduk Tahun 2018 BPS).
Puskesmas ini memilik data kesakitan, terbanyak adalah penyakit infeksi saluran
pernapasan akut Ispa sebanyak 35,8 % , mialgia 9,9 % dan hipertensi 8,5% yang mampu
dilayani oleh tenaga kesehatan yang berkarya di Puskesmas Penfui seperti Dokter umum 3
orang, dokter gigi 1orang, perawat umum 7 orang, Perawat gigi orang 2, bidan 12 orang,
tenaga kesehatan masyarakat 2 orang, tenaga kesling 3orang, tenaga laboratorium 2orang,
tenaga gizi 2 orang dan tenaga farmasi 3 orang.

Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 Juli 2019 di Puskesmas Penfui Kota Kupang dengan
data-data sebagai berikut :

Identitas Pasien
Nama: Nn. M. T.,
Tanggal lahir: 28 Maret 1983,
Umur: 37 tahun,
Jenis kelamin perempuan Diagnosa medis: kusta, No. RM : -
Pendidikan terakhir : SD, Alamat : Kelurahan Penfui,
Tanggal kunjungan berobat : 15 Juli 2019, Tanggal pengkajian : 15 Juli 2019.

Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn T. T.,
Jenis kelamin : Laki-laki, Alamat : Naimata, Pekerjaan : Wirasswata,
Hubungan dengan klien : Bapak kadung.

Riwayat Kesehatan
• Keluhan utama Nyeri da gatal-gatal
• Riwayat kesehatan sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami sakit seperti ini, biasaya hanya
batuk pilek. Waktu sehat badannya mulustidak seperti ini.
• Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan penyakit ini mulai dirasakan sejak tahun 2018, dan sudah pernah minum
obat, dan muali kambuh sejak bula Juni 2019 kemari. Keluhan sekarang pasien mengatakan
sakit pada seluruh persendian siku tangan dan lutut, badan kemerahan dan panas, merasa
malu dengan keadaan sekarang, lebih banyak didalam rumah karena malu, belum
mengetahui tentang apa itu penyakit kusta, tinggal dalam satu rumah 8 orang dan sering
menggunakan barang-barang didalam rumah secara bersamaan. Teraba seluruh kulit
mengeras dan bercak-bercak kemerahan, adanya tanda-tanda bekas garukan, tampak malu
saat ditanya, tampak pasien lebih banyak diam dan hanya bicara saat ditanya, tampak pasien
bingung saat ditanya tentang apa itu kusta, sering kontak langsung dengan semua anggota
keluarga dalam rumah, dan tampak pasien dan sering menggunakan alat-alat mandi, makan
danminum secara bersamaan.

• Riwayat kesehatan keluarga


Kakek dan nenek dari pasien sudah meningal dunia, saudara dari bapak kandung empat
orang, meninggal dua orang. Sedangkan saudara dari ibu kandung lima orang dan meninggal
dua orang. Saudara kandung dari pasien delapan orang, yang tinggal satu rumah enam orang.
Pasien mengatakan dalam keluarga tidak pernah yang mengalami sakit sakit seperti ini.

Pemeriksaan Fisik
Tingkat kesadaran baik, yaitu respon mata baik, respon verbal dan respon motorik
baik, GCS 15 (E4, V5, M6). Tanda-tanda Vital: TD: 100/80 mmHg, N: 84 kali/menit, RR:
18 kali/menit dan S: 36,5OC. Berat badan 40

kg, tinggi badan 153 cm, IMT : 17,09 dan BBI 38 kg..
Kepala dan leher: bentuk kepala simetris , tidak ada lesi dan massa, observasi
wajah: simetris. Mata: konjungtiva merah mudah, sklera putih, tidak ada peradangan.
Telinga: bersih, tidak ada gangguan pendengaran. Hidung: bersih, dan tidak ada epistaksis.
Tenggorokan dan mulut : keadaan dalam mulut bersih, tidak ada gangguan menelan, dan
tidak ada pembesaran kelenjar leher
Sistem Kardiovaskuler: Inspeksi: bentuk dada simetris, kuku normal, capillary
refill time (CRT) normal (< 3 detik), tidak ada edema pada tangan, kaki, sendi , apical pulse
teraba, vena jugularis teraba, palpasi tidak dilakukan, auskultasi BJ I: normal (lub), BJ II:
normal (dup), tidak ada murmur (suara jantung tambahan).
Sistem Respirasi: Inspeksi: tidak adanya batuk, pergerakan dada simetris.
Auskultasi: suara napas normal (vesicular).
Sistem Pencernaan: Inspeksi: Pasien tidak mengalami mual dan muntah, elastisitas
turgor kulit tidak ada (kulit kaku/mengeras), mukosa bibir kering, tidak ada luka/
perdarahan, tidak ada tanda- tanda radang, keadaan gusi normal, keadaan abdomen: warna
kulit kemerahan. Palpasi: dinding perut lembek. Auskultasi: terdengar bising usus normal
(28x/menit). Perkusi: tidak adanya kembung.
Sistem Persyarafan: tingkat kesadaran compos mentis, GCS : 15 (E4,V5,M6), pupil
isokor, tidak ada kejang, tidak ada jenis kelumpuhan, tidak ada parasthesia , koordinasi gerak
normal danreflexes normal.
Sistem Musculoskeletal: ada nyeri pada persendian tangan dan kaki, tidak ada
kelainan ekstremitas, Skala kekuatan otot
55
55
Sistem Integument: Adanya gatal-gatal, elastisitas turgor kulit tidak ada karena
(kaku/mengeras), warna sawo kemerahan, kulit kering, kuku pendek dan bersih.
Sistem Perkemihan: Pasien mengatakan buang air kecil 4-5 kali sehari.
Sistem Endokrin: tidak ada pembesaran.

Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium dan lainnya

Terapi
• MDT MB Adult 1 x 2 tablet
• Amoksilin 3x500 mg/oral

Analisa Data

DS: Pasien mengatakan sakit pada persendian siku tangan dan lutut kiri dan kanan.
DO: Tampak wajah pasien meringis kesakitan, PQRST: P: Nyeri saat berjala atau bergerak,
Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk,
R: Sakit pada persendian tangan dan kaki kiri dan kanan,
S: Skala nyeri 3 (nyeri ringan),
T: Nyeri hampir setiap saat,
TTV: TD: 100/80 mmHg, N: 84 kali/menit, RR: 18 kali/menit dan S: 36,5OC.
Masalah keperawatan: Nyeri akut.
Etiologi: Agens cedera biologis (infeksi)
• DS: Pasien mengatakan badan kemerahan dan panas.
• DO: Teraba seluruh kulit mengeras dan bercak-bercak kemerahan, adanya tanda- tanda
bekas garukan pada kaki dengan ukuran luas, P: 15-20 cm, L: 5- 10 cm.
• Masalah keperawatan: Kerusakan integritas kulit
• Etiologi: Faktor mekanik (daya gesek)
• DS: Pasien mengatakan merasa malu dengan keadaan sekarang, pasien mengatakan lebih
banyak didalam rumah karena malu dengan tetangga.
• DO: Pasien tampak malu saat ditanya, tampak pasien lebih banyak diam dan hanya bicara
saat ditanya, klien mengungkapkan keluhannya.
• Masalah keperawatan: Gangguan citra tubuh.
• Etiologi: Ketidakmampuan dan kehilangan fungsi tubuh.
• DS: Pasien mengatakan belum mengetahui tentang apa itu penyakit kusta dan
penyebabnya.

• DO: Tampak pasien bingung saat ditanya tentang apa itu kusta dan keluhan apa yang
dirasakan.
• Masalah keperawatan: Kurang Pengetahuan.
• Etiologi: Kurang informasi
DS: Pasien mengatakan yang tinggal di dalam rumah ada 8 orang, pasien
mengatakan sering menggunakan barang-barang didalam rumah secara bersamaan.
DO: Tampak pasien dan keluarganya menggunakan alat- alat mandi, makan dan
minum secara bersamaan.
Masalahkeperawatan: Risiko penularan.
Etiologi: Kontak secara langsung
2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan NANDA 2015.
Dari hasil pengkajian diagnosa keperawatan yang diambil dan sesuai dengan prioritas
adalah:
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik (daya gesek)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (infeksi)
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan dan
kehilangan fungsi tubuh
4. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
5. Risiko penularan berhubungan dengan kontak secara langsung

3. Intervensi Keperawatan Berdasarkan NOC & NIC (Moorhead. S. &


Bulecchek. G., 2013).
Intervensi atau rencana keperawatan adalah sebagai suatu dokumen tulisan yang berisi
tentang cara menyelesaikan masalah, tujuan, intervensi. Perencanaan tindakan keperawatan
pada kasus ini didasarkan pada tujuan intervensi.
• Diagnosa keperawatan 1: Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (iskemia).
• Goal: Pasien akan mempertahankan rasa nyaman nyeri selama dalam perawatan.
• Obyektif: Setelah dilakukan asuhankeperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri
terkontrol.
• NOC: Level nyeri, Kontrol Nyeri, dan level kenyamanan.

Indikator:
• 1) Mengenali kapan nyeri terjadi.
• 2) Menggambarkan factor penyebab.
• 3) Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik.
• 4) Menggunakan analgesicyang direkomendasikan.
• 5) Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri.
• 6) Melaporkan nyeri yang terkontrol.
NIC : Manajemen Nyeri:
1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi : lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitasatau beratnya nyeri dan factor pencetus (PQRST).
2) Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab dan berapa lama nyeri akan
dirasakan.
3) Kurangi atau eliminasi factor-faktor yang dapat mencetuskan dan meningkatkan
nyeri.
4) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri.
5) Kolaborasi pemberian terapi analgesic.
6) Monitor kefektifan penggunaan obat analgesik.
• Diagnosa keperawatan 2: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik
(daya gesek).
• NOC: Tissue Integrity: Skin and Mucous Membranes (integritas jaringan: kulit dan
membrane mukosa).
• Kriteria Hasil: 1) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi).
2) Tidak ada luka/lesi pada kulit.
3) Perfusi jaringan baik.
4) Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
sedera berulang.
5) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan
alami.
NIC: Pressure Management: Manajemen Perilaku:

1) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar, R/ Pakaian yang


longgar dapar menghidari iritasi.
2) Hindari kerutan pada tempat tidur, R/ Kerutan pada tempat tidur dapat
menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien.
3) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering, R/ Kebersihan kulit sangat
penting dalam menghindari infeksi.
4) Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali, R/ Menghindari luka
tambahan misalnyadekubitus.
5) Monitor kulit akan adanya kemerahan, R/ Kemerahan pada kulit merupakan salah
satu tanda adanya infeksi.
6) Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan, R/ Memberikan
kelenturan pada kulit.
7) Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien, R/ Dapat mengetahui tingkat kemampuan
pasien.
8) Monitor status nutrisi pasien, R/ Keseimbangan nutrisi dapat memberikan nutrisi
yang baik pada kulit.
9) Anjurkan pasien untuk mandi dengan menggunakan sabun dan air hangat, R/
Dengan menggunakan sabut dapat menjaga kebersihan dan keutuhan kulit.

Diagnosa 3: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan dan kehilangan


fungsi tubuh.
NOC: Body image (Citra tubuh), Self esteem (Harga diri), Outcome/klriteria hasil:
1) Body image (citra tubuh) positif.
2) Mampu mengidentifikasi kekuatan personal.
3) Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh.
4) Mempertahankan interaksi sosial.
NIC: Bodyimageenhancement (Peningkatan Citra Tubuh) :
1) Kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya, R/ Dengan
mengkaji verbal dan non verbal dapat mengetahui gangguan yang terjadi pada pasien.
2) Monitor frekuensi mengkritik dirinya, R/ Menghindari pasien dalam
menyalahkan diri sendiri.
3) Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit, R/
Dapat membantu pasien utk meningkatkan pengetahuannya.
4) Motivasi klien mengungkapkan perasaannya, R/ Dapat memberikan keringan
kepada pasien dalam menghadapi penyakit yang dialaminya.
5) Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu, R/ Dengan
menggunakan alat dapat membantu mengurangi risiko.
6) Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil, R/ Untuk menghidari
risiko isolasi diri.
Diagnosa 4: Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
NOC: 1. Kowlwdge : disease process (Pengetahuan proses penyakit).
2) Kowledge : health Behavior. (Pengetahuan tingkah laku).
Kriteria Hasil:
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis
dan program pengobatan.
2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.
3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya.
NIC: Teaching : disease Process (Pengajaran: Proses penyakit).
1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik, R/ Sebagai gambara untuk menilai tingkat kemampuan pasien.
2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat, R/ Meningkatakan pengetahuan pasien.
3) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat, R/ Meningkatkan pengetahuan pasien.
4) Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat, R/ Meningkatkan
pengetahuan pasien.
5) Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat, R/ Dapat mengetahui
penyebab penyakit yang dialami pasien.
6) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat, R/

Mempermudah pasien dalam mengetahui informasi tentang penyakit yang dialaminya.


7) Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat,
R/ Sebagai dukungan terhadap anggota keluarga yang sakit.
8) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit, R/ Menghidari
Risiko yang tidak diinginkan.
9) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan, R/ Dengan terapi yang efektif dalam
membantu mengobati sakit pasien.
Diagnosa 5: Risiko penularan berhubungan dengan kontak secara langsung.
Goal: Tidak terjadi penularan kepada anggota keluarga selama dalam perawatan. Obyektif:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x1 jam pasien dapat meminimalisir tingkat
penularan kepada keluarga.
Kriteria: 1) Pasien dapat menjelaskan tentang risiko penularan penyakit kusta
. 2) Pasien dapat menjelaskan penyebab risiko penularan penyakit kusta.
3) Pasien dapat menjelaskan tanda-dan gejala risiko penularan penyakit kusta.

Intervensi: 1) Beri penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang akibat risiko penularan
penyakit kusta, R/ Dengan member penyuluhan pasien dapat mengetahui risiko apa yang
akan terjadi apabila tidak berobat secara baik dan benar.
2) Kaji ulang pengetahuan keluarga setelah diberikan penyuluhan tentang risiko
penularan penyakit kusta, R/ Untuk mengetahui tingkat pengetahuan keluarga.
3) Anjurkan kepada pasien untuk menggunakan barang-barang dalam rumah sendiri
(tidak gabung dengan keluarga lain) misalnya alat-alat mandi, alat makan dan lainnya, R/
Menuigkatkan pengetahuan pasien dalam menghidari risiko penularan kepeda pasien.
4) Berikan penjelasan kepada keluarga untuk selalu memberikan support dan mau
mengerti dengan keadaan pasien, R/ Dukungan keluarga sangat penting dalam proses
perawatan dan pengobatan pasien.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencanakeperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan. Implementasi keperawatan respiratory distress syndrome
sesuai dengan intervensi yang telah dibuat sebelumnya. (Ngastiyah, 2005)
Implementasi: Hari pertama tanggal 15 Juli 2019 yaitu:

Diagnosa keperawatan 1: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik


(daya gesek). Implementasi : Jam 07.30 Wita.
1) Menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgaR.
2) Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
3) Memobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali.
4) Memonitor kulit akan adanya kemerahan.
5) Merawat Luka dengan salep gentamisin pada daerah terinfeksi.
6) Memonitor aktivitas dan mobilisasi pasien.
7) Memonitor status nutrisi pasien.
8) Menganjurkan pasien untuk mandi dengan menggunakan sabun dan air hangat.
Diagnosa Keperawatan 2: Jam 07.45 Wita.
1) Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi : PQRST: P: Nyeri saat
berjala atau bergerak, Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: Sakit pada persendian tangan dan
kaki kiri dan kanan, S: Skala nyeri 3 (dengan menggunakan angka 1-10), T: Nyeri hampir
setiap saat.
2) Mengoservasi tanda-tanda vital.
3) Mengobservasi adanya petunjuk non verbal mengenai ketidaknya manan yaitu :
sering memegang daerah persendian tangan dan kaki.
4) Memberikan informasi kepada pasien mengenai nyeri, yaitu penyebab nyeri karena
adanya radang pada hati yang dapat menyebabkan sakit.
5) Mengajarkan pasien tentang penggunaan teknik non farmakologi untuk
pengurangan nyeri yaitu dengan latihan teknik napas dalam.
6) Menganjurkan pasien untuk berobat secara teratur.
7) Menganjurkan pasien untuk minum obat secara dengan baik dan benar sesuai
dengan indikasi medis.

Diagnosa keperawatan 3: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan dan


kehilangan fungsi tubuh. Implementasi: Jam 09.00 Wita.
1) Mengkaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadaptubuhnya.
2) Memonitor frekuensi mengkritik dirinya.
3) Menjelaskan tentang pengoba tan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit.
4) Memotivasi klien mengungkap kan perasaannya.
5) Mengidentifikasi arti penguran gan melalui pemakaian alat bantU.
6) Memfasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil
Diagnosa keperawatan 4: Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
Implementasi: Jam 10.00 Wita.
1) Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yang spesifik.
2) Menjelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat..
3) Mengambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat.
4) Menggambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.
5) Mengidentifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat.
6) Menyediakan informasi pada pasien dan keluarga tentang penyakit kusta dalam
bentuk kertas gambar (liflet)
Diagnosa keperawatan 5: Risiko penularan berhubungan dengan kontak secara langsung.
Implementasi: Jam 11.15 Wita.
1) Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yang spesifik.
2) Menjelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3) Menggambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat.
4) Menggambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.
5) Mengidentifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat.
6) Menyediakan informasi pada pasien dan keluarga tentang penyakit kusta

Hari kedua tanggal 16 Juli 2019 yaitu:


Diagnosa Keperawatan 1: 1) Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi :
PQRST: P: Nyeri saat berjala atau bergerak, Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: Sakit pada
persendian tangan dan kaki kiri dan kanan, S: Skala nyeri 3 (dengan menggunakan angka 1-
10), T: Nyeri hampir setiap saat.
2) Mengoservasi tanda-tanda vital.
3) Mengobservasi adanya petunjuk non verbal mengenai ketidaknya manan yaitu:
sering memegang daerah tangan dan kaki.
4) Memberikan informasi kepada pasien mengenai nyeri, yaitu penyebab nyeri karena
adanya radang pada hati yang dapat menyebabkan sakit.
5) Mengajarkan pasien tentang penggunaan teknik non farmakologi untuk
pengurangan nyeri yaitu dengan latihan teknik napas dalam.
6) Menganjurkan pasien untuk berobat secara teratur.
7) Menganjurkan pasien untuk minum obat secara dengan baik dan benar sesuai
dengan indikasi medis
Diagnosa keperawatan 2: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik
(daya gesek).
Implementasi:
1) Menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgaR.
2) Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
3) Memobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali.
4) Memonitor kulit akan adanya kemerahan.
5) Mengoleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan.
6) Memonitor aktivitas dan mobilisasi pasien.
7) Memonitor status nutrisi pasien.
8) Menganjurkan pasien untuk mandi dengan menggunakan sabun dan air
hangat.
Diagnosa keperawatan 3: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan dan
kehilangan fungsi tubuh.
Implementasi:
1) Mengkaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya.
2) Memonitor frekuensi mengkritik dirinya.
3) Menjelaskan tentang pengoba tan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit.

4) Memotivasi klien mengungkap kan perasaannya.


5) Mengidentifikasi arti penguran gan melalui pemakaian alat bantu.
6) Memfasilitasi kontak dengan individulain dalam kelompok kecil.
Diagnosa keperawatan 4: Risiko penularan berhubungan dengan kontak secara langsung.
Implementasi:
1) Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yang spesifik.
2) Menjelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3) Menggambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat.
4) Menggambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.
5) Mengidentifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat.
6) Menyediakan informasi pada pasien dan keluarga tentang penyakit kusta.
Hari ketiga tanggal 17 Juli 2019 yaitu:
Diagnosa Keperawatan 1:
1) Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi : PQRST: P: Nyeri saat
berjala atau bergerak, Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: Sakit pada persendian tangan dan
kaki kiri dan kanan, S: Skala nyeri 3 (dengan menggunakan angka 1-10), T: Nyeri hampir
setiap saat.
2) Mengoservasi tanda-tanda vital.
3) Mengobservasi adanya petunjuk non verbal mengenai ketidaknya manan yaitu:
sering memegang daerah tangan dan kaki.
4) Memberikan informasi kepada pasien mengenai nyeri, yaitu penyebab nyeri karena
adanya radangpada hati yang dapat menyebabkan sakit.
5) Mengajarkan pasien tentang penggunaan teknik non farmakologi untuk
pengurangan nyeri yaitu denganlatihan teknik napas dalam.
6) Menganjurkan pasien untuk berobat secara teratur.
7) Menganjurkan pasien untuk minum obat secara dengan baik dan benar sesuai
dengan indikasi medis
Diagnosa keperawatan 2: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

factor mekanik (daya gesek).


Implementasi:
1) Menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgaar.
2) Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
3) Memobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali.
4) Memonitor kulit akan adanya kemerahan.
5) Mengoleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan.
6) Memonitor aktivitas dan mobilisasi pasien.
7) Memonitor status nutrisi pasien.
8) Menganjurkan pasien untuk mandi dengan menggunakan sabun dan air hangat.
Diagnosa keperawatan 3: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan dan
kehilangan fungsi tubuh.
Implementasi:
1) Mengkaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya.
2) Memonitor frekuensi mengkritik dirinya.
3) Menjelaskan tentang pengoba tan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit.
4) Memotivasi klien mengungkap kan perasaannya.
5) Mengidentifikasi arti penguran gan melalui pemakaian alat bantu.
6) Memfasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil
Diagnosa keperawatan 4: Risiko penularan berhubungan dengan kontak secara langsung.
Implementasi:
1) Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yang spesifik.
2) Menjelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal
ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3) Menggambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat.
4) Menggambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.
5) Mengidentifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat.
6) Menyediakan informasi pada pasien dan keluarga tentang penyakit kusta.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
klien (Ngastiyah, 2005). Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap
tindakan yang dilakukan. Evaluasi hari pertama pada tanggal 15 Juli 2019

Diagnosa 1: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik (daya gesek).
Jam. 08.00 Wita.
S: Pasien mengatakan badan kemerahan dan panas.
O: 1) Teraba seluruh kulit mengeras dan bercak- bercak kemerahan. 2) Adanya tanda-tanda
bekas garukan.
A : Masalahbelum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan di rumah.
Diagnosa 2: Jam 08.50,
S : Pasien mengatakan masih sakit pada persendian tangan dan kaki.
O: Tampak wajah pasien meringis kesakitan, skala nyeri 3, tampak pasien sering memegang
daerah yang sakit yaitu siku tangan, TD: 110/80 mmHg, N: 84 kali/menit, RR: 18 kali/menit
dan S: 36,5OC.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan di rumah.
Diagnosa 3: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan dan kehilangan
fungsi tubuh. Pasien mengatakan merasa malu dengan keadaan sekarang. Jam. 10.00 Wita.
S: Pasien mengatakan lebih banyak didalam rumah karena malu dengan tetangga.
O: 1) Pasien tampak malu saat ditanya. 2) Tampak pasien lebih banyak diam dan hanya
bicara saat ditanya.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan dirumah.
Diagnosa keperawatan 4: Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi. Jam
10.50,
S: 1) Ibu mengatakan sudah tahu penyebabnya.
O: 1) Ibu tampak bisa menjawab saat ditanya kembali materi yang diberikan.

A: Masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
Diagnoas keperawatan 5: Risiko penularan berhubungan dengan kontak secara langsung.
Jam 11.45,
S: 1) Pasien mengatakan di dalam rumah hanya tinggal bersama istrinya. 2) Pasien
mengatakan sering menggunakan barang-barang didalam rumah secara bersamaan.
O: 1) Tampak pasien sering kontak langsung dengan istrinya di rumah. 2) Tampak pasien
dan istri menggunakan alat-alat mandi secara bersamaan.
A: Risiko penularan masih bisa terjadi. P: Intervensi dilanjutkan.

Evaluasi hari kedua pada tanggal 16 Juli 2019,


Diagnosa 1: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik (daya gesek).
Jam. 08.00 Wita.
S: Pasien mengatakan badan kemerahan dan panas.
O: 1) Teraba seluruh kulit mengeras dan bercak- bercak kemerahan. 2) Adanya tanda-tanda
bekas garukan.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan di rumah.

Diagnosa 2: Jam 08.50,


S : Pasien mengatakan masih sakit pada persendian tangan dan kaki.
O: Tampak wajah pasien meringis kesakitan, skala nyeri 3, tampak pasien sering memegang
daerah yang sakit yaitu sikutangan, TD: 110/80 mmHg, N: 84 kali/menit, RR: 18 kali/menit
dan S: 36,5OC.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan di rumah.
Diagnosa 3: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan dan kehilangan
fungsi tubuh. Pasien mengatakan merasa malu dengan keadaan sekarang. Jam. 10.00 Wita.
S: Pasien mengatakan lebih banyak didalam rumah karena malu dengan tetangga.

O: 1) Pasien tampak malu saat ditanya. 2) Tampak pasien lebih banyak diam dan hanya
bicara saat ditanya.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan dirumah.
Diagnoas keperawatan 4: Risiko penularan berhubungan dengan kontak secara langsung.
Jam 11.45,
S: 1) Pasien mengatakan di dalam rumah hanya tinggal bersama istrinya. 2) Pasien
mengatakan sering menggunakan barang-barang didalam rumah secara bersamaan.
O: 1) Tampak pasien sering kontak langsung dengan istrinya di rumah. 2) Tampak pasien
dan istri menggunakan alat-alat mandi secara bersamaan.
A: Risiko penularan masih bisa terjadi. P: Intervensi dilanjutkan.

Evaluasi hari ketiga pada tanggal 17 Juli 2019,


Diagnosa 1: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan factor mekanik (daya gesek).
Jam. 08.00 Wita.
S: Pasien mengatakan badan kemerahan dan panas.
O: 1) Teraba seluruh kulit mengeras dan bercak- bercak kemerahan. 2) Adanya tanda-tanda
bekas garukan.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan di rumah.
Diagnosa 2: Jam 08.50,
S : Pasien mengatakan masih sakit pada persendian tangan dan kaki.
O: Tampak wajah pasien meringis kesakitan, skala nyeri 3, tampak pasien sering memegang
daerah yang sakit yaitu sikutangan, TD: 110/80 mmHg, N: 84 kali/menit, RR: 18 kali/menit
dan S: 36,5OC.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan di rumah.
Diagnosa 3: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan dan kehilangan
fungsi tubuh. Pasien mengatakan merasa malu dengan keadaan sekarang. Jam. 10.00 Wita.
S: Pasien mengatakan lebih banyak didalam rumah karena malu dengan

tetangga.
O: 1) Pasien tampak malu saat ditanya. 2) Tampak pasien lebih banyak diam dan hanya
bicara saat ditanya.
A: Masalah belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan dirumah.
Diagnoas keperawatan 4: Risiko penularan berhubungan dengan kontak secara langsung.
Jam 11.45,
S: 1) Pasien mengatakan di dalam rumah hanya tinggal bersama istrinya. 2) Pasien
mengatakan sering menggunakan barang-barang didalam rumah secara bersamaan.
O: 1) Tampak pasien sering kontak langsung dengan istrinya di rumah. 2) Tampak pasien
dan istri menggunakan alat-alat mandi secara bersamaan.
A: Risiko penularan masih bisa terjadi. P: Intervensi dilanjutkan.

Anda mungkin juga menyukai