Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gangguan Sistem Endokrin :
Diabetes Melitus” untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
BAB II KERANGKA TEORI.........................................................................................3
2.1 Masalah Sistem Endokrin Pada Lansia....................................................................3
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan..................................................................................8
2.2.1. Pengkajian Keperawatan.............................................................................8
2.2.2. Diagnosa Keperawatan.............................................................................11
2.2.3. Rencana Keperawatan...............................................................................12
2.2.4. Evaluasi Keperawatan...............................................................................22
BAB III TINJAUAN KASUS.......................................................................................23
3.1 Pengkajian..............................................................................................................23
3.2 Analisa Data...........................................................................................................26
3.3 Diagnosa Keperawatan..........................................................................................28
3.4 Rencana Keperawatan...........................................................................................29
BAB IV PENUTUP........................................................................................................32
4.1. Kesimpulan...........................................................................................................32
4.2. Saran.....................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................33
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Lansia merupakan salah satu kelompok atau populasi berisiko yang semakin
meningkat jumlahnya. Lansia mengalami masalah kesehatan antara lain kelemahan dan
kemunduran fisik, kognitif, mental dan sosial yang bisa menyebabkan lansia lebih
berisiko dan rentan terhadap suatu penyakit (Andri et al., 2019). Risiko pada lansia
terkena diabetes melitus lebih rentan dari pada usia 20-45 tahun, dikarenakan pada usia
1
45-60 tahun terjadi penambahan intoleransi gula darah (glukosa). Kemampuan sel
pankreas dalam produksi insulin mengalami pengurangan pada proses penuaan pada
lansia (Imelda, 2019).
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu memahami masalah sistem endokrin pada lansia.
b. Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada lansia
dengan masalah sistem endokrin : Diabetes Militus
c. Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan gangguan sistem
endokrin pada lansia
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu menentukan asuhan keperawatan pada lansia dengan
gangguan istem endokrin
2
BAB II
KERANGKA TEORI
3
lebih mudah rapuh dan menipis). Diabetes melitus sering dijumpai pada lanjut usia
yang berumur 70 tahun keatas, akibatnya terjadi degenerasi pembuluh darah
dengan komplikasi pembuluh darah koroner, perubahan pembuluh darah otak ini
dapat menyebabkan stroke yang bisa mengakibatkan kelumpuhan separuh badan.
Berikut perubahan dan penyakit pada sistem endokrin yang disebabkan
oleh proses penuaan, yaitu:
1. Menopouse.
Menopause adalah berhentinya haid. Menopouse menurut pengertian
awam adalah perubahan masa muda ke masa tua. Berhentinya haid sebagai akibat
tidak berfungsinya ovarium merupakan peristiwa dan bukan satu periode waktu. Di
Indonesia monepouse terjadi antara 49-50 tahun. Periode mendahului menopouse
ditandai oleh perubahan somatif dan psikologik. Hal tersebut mencerminkan
perubahan normal yang terjadi di ovarium. Meskipun ada gejala atau keluhan,
periode ini sering dilupakan oleh pasien maupun dokter. Gejala yang paling sering
terjadi pada masa transisi pra-menopouse ini adalah haid yang tidak teratur.
Meskipun menopouse atau tidak lagi datang haid, terjadi setelah
terhentinya fungsi ovarium merupakan keadaan yang paling dapat diidentifikasi,
namun periode sebelum dan 10 tahun setelah menopouse mempunyai arti klinis
yang lebih penting. Menurut Hurd, periode transisi ini biasanya berlangsung
sampai periode pasca menopouse. Periode pasca menopouse biasanya disertai
dengan insidensi kondisi kelainan yang erat hubungannya dengan usia lanjut.
Karena hal tersebut, pelayanan kesehatan ginekologik pada wanita pasca
menopouse perlu mengetahui tentang seluk beluk pengobatan pengganti hormon.
2. Andropouse.
Pada laki-laki tua testis masih berfungsi memproduksi sperma dan
hormon testos teron meskipun jumlahnya tidak sebanyak usia muda. Pada wanita
produksi estrogen berhenti mendadak, sedangkan pada laki-laki dengan
meningkatnya usia produksi testosteron turun perlahan-lahan, sehingga membuat
definisi andropouse pada laki-laki sedikit sulit. Kadar hormon testosteron sampai
dengan usia 55-60 tahun relatif stabil dan baru setelah usia 60 tahun terjadi
penurunan yang berarti.
4
Meskipun kadar testosteron darah turun, keluhan tidak segera muncul.
Keluhan dapat muncul setelah beberapa tahun kemudian. Oleh karena itu, para ahli
berpendapat bahwa tidak ada hubungan langsung antara keluhan dengan kadar
hormon. Meskipun sudah lanjut usia, orang laki-laki masih saja aktif baik secara
fisik maupun seksual, bahakan tidak jarang masih dapat mendapatkan keturunan.
3. Diabetes Melitus.
a. Pengertian.
Diabetes melitus pada lansia adalah suatu penyakit kekurangan atau
resistensi insulin yang kronis. Diabetes melitus ditandai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Peranan insulin di tubuh adalah
untuk mengangkut glukosa ke dalam sel untuk bahan bakar atau simpanan
glikogen. Insulin juga merangsang sintesis protein dan penyimpanan asam
lemak bebas dalam jaringan adiposa. Kekurangan insulin menghambat
kemampuan tubuh untuk mengakses nutrisi yang penting untuk bahan bakar dan
simpanan.
Diabetes melitus tipe 2 sering menyerang pada lansia kare sel-sel tubuh
menjadi lebih resisten terhadap insulin yang mengurangi kemampuan lansia
untuk memetabolisme glukosa. Selain itu, pelepasan insulin dari sel beta
pangkreas berkurang dan melambat. Hasil dari kombinasi proses ini adalah hiper
glikemia. Pada lansia, konsentrasi glukosa yang mendadak dapat meningkatkan
dan lebih memperpanjang hiperglikemia.
Diabetes melitus tipe 2 pada lansia disebabkan oleh sekresi insulin yang
tidak normal, resistensi terhadap kerja insulin pada jaringan target, dan
kegagalan glukoneogenesis hepatik. Penyebab utama hiperglikemia pada lansia
adalah peningkatan resistensi insulin pada jaringan perifer. Meskipun jumlah
reseptor insulin sebenarnya sedikit menurun seiring pertambahan usia, resistensi
dipercaya terjadi setelah insulin berkaitan dengan reseptor tersebut. Selain itu,
sel-sel beta pada pulau langerhands kurang sensitif tehadar kadar glukosa yang
tinggi, yang memperlambat produksi insulin. Beberapa lansia juga tidak mampu
untuk menghambat produksi glukosa dihati.
b. Etiologi.
5
1. Fungsi saluran pangkreas dan seresi insulin yang kurang.
2. Perubahan-perubahan karena usila sendiri yang berkaitan dengan
resistensi, insulin, akibat kurangya massa otot dan perubahan vaskuler.
3. Aktivitas fisis yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan.
4. Keberadaan penyakit lain,sering menderita stress, operasi dan istirahat
lain.
5. Sering menggunakan bermacam-macam obat-obatan.
6. Adanya faktor keturunan
c. Tanda & Gejala.
1) Penurunan berat badan dan kelelahan (tanda dan gejala klasik pada
2) pasien lansia)
3) Kehilangan selera makan
4) Inkontinesia
5) Penurunan penglihatan
6) Konfusi atau derajat delirium
7) Konstipasi atau kembung pada abdomen (akibat hipotonusitas
lambung)
8) Retinopati atau pembentukan katarak
9) Perubahan kulit, khususnya pada tungkai dan kaki, akibat kerusakan
sirkulasi perifer; kemungkinan kondisi kulit kronis, seperti selulitis
atau luka yang tidak kunjung sembuh; turgot kulit buruk dan membran
mukosa kering akibat dehidrasi
10) Penurunan nadi perifer, kulit dingin, penurunan reflek, dan
kemungkinan nyeri perifer atau kebas
11) Hipotensi ortostatik
d. Patofisiologi.
Keadaan hiperglikemia merupakan hasil dari kerusakan sekresi insulin,
kerja insulin, atau keduanya merupakan kelompok penyakit metabolik dikenal
sebagai diabetes melitus. Diabetes adalah salah satu kondisi Cronic paling
umum yang mempengaruhi populasi orang dewasa yang lebih tua, dan kejadian
adalah usia diperkirakan akan meningkat. penyakit ultimatly menghasilkan
6
disfungsi dan kegagalan berbagai organ seperti ginjal jantung, mata saraf dan
pembuluh darah.
Penyakit endokrin dapat bermanifestasi dalam bentuk resistensi hormon
bukan ketiadaan, suatu kondisi di mana jaringan merespon hormon tidak
memadai. Penyebab diabetes melitus tipe 2 tidak diketahui, tetapi berteori bahwa
kedua genetika dan anvironment memainkan peran inportant. Variabel yang
paling penting yang terkait dengan tipe 2 diabetes melitus adalah obesitas dan
resistensi insulin. Resistensi insulin diduga terkait dengan setidaknya dua
faktor : hiperglikemia dan obesitas. Klien obesitas dengan diabetes tipe 2
memiliki tingkat insulin endogen (hiperinsulinemia), yang pada gilirannya
menyebabkan penurunan jumlah reseptor insulin pada jaringan target. Itu seolah-
olah tubuh berusaha untuk mengimbangi glukosa tidak memasuki sel dengan
meningkatkan produksi insulin.
e. Komplikasi
1) Akut
a) Koma hipoglikemia
b) Ketoasidosis
c) Koma hiperosmolar nonketotik
2) Kronik
a) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar ; pembuluh darah
jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
b) Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil ; retmopati
diabetik, nefropati diabetik.
c) Neuropati diabetik.
d) Rentan infeksi, seperti : Tb. Paru, gingivitis dan isk.
e) Kaki diabetik.
f. Pemeriksaan diagnostik
1) Kadar glukosa serum puasa dan pemeriksaan toleransi glukosa
Memberikan diagnosis definitif diabetes. Akan tetapi, pada lansia
pemeriksaan glukosa serum postprandial 2 jam dan pemeriksaan toleransi
glukosa oral lebih membantu menegakkan diagnosis karena lansia mungkin
7
memiliki kadar glukosa puasa hampir normal tetapi mengalami
hiperglikemia berkepanjangan setelah makan. Diagnosis biasanya dibuat
setelah satu dari tiga kriteria berikut ini terpenuhi :
a) Konsentrasi glukosa plasma acak 200 mg/dl atau lebih tinggi
b) Konsentrasi glukosa darah puasa 126 mg/dl atau lebih tinggi
c) Kadar glukosa darah puasa setelah asupan glukosa per oral 200 mg/dl
atau lebih
2) Pemeriksaan hemoglobin terglikosilasi (hemoglobin A atau HbA1C ),
yang menggambarkan kadar rata-rata glukosa serum dalam 3 bulan
sebelumnya, biasanya dilakukan untuk memantau keefektifan terapi
antidiabetik. Pemeriksaan ini sangat berguna, tetapi peningkatan hasil telah
ditemukan pada lansia dengan toleransi glukosa normal.
3) Fruptosamina serum, yang menggambarkan kadar glukosa serum rata-
rata selama 2 sampai 3 minggu sebelumnya, merupakan indikator yang
lebih baik pada lansia kurang menimbulkan kesalahan.
8
Perjalanan penyakit yang dialami pasien dari awal terdiagnosa diabetes
melitus. Pernah atau tidaknya pasien dirawat di RS karena keluhan yang
dirasakan.
5) Genogram
Keturunan pasien dalam keluarga dan anggota keluarga yang tinggal
bersama pasien.
6) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit diabetes pada keluarga
7) Riwayat pekerjaan
Riwayat pekerjaan yang pernah dijalani oleh pasien.
8) Riwayat Lingkungan Hidup
Pasien selama hidupnya tinggal bersama siapa dan keadaan di dalam
rumah pasien.
9) Riwayat Rekreasi
Kegiatan yang dilakukan pasien untuk menghibur dan menghilangkan
stress.
10) Sistem Pendukung
Sistem pendukung yang menjadi sumber kehidupan bagi pasien.
11) Spiritual/Kultural
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama
yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini
diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap
klien dalam upaya pelaksanaan ibadah dan persepsi individu tentang arti
kehidupan.
12) Keyakinan Tentang Kesehatan
Persepsi pasien terhadap penyakit yang dialami.
13) Pola Fungsi Gordon
a. Persepsi Kesehatan – Manajemen Kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga mengenai penyakit yang
dialami pasien.
b. Pola Aktivitas/Latihan
9
Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
c. Pola Nutrisi Metabolik
Gejala : Biasanya pasien mengalami peningkatan nafsu makan, pasien
dengan diabetes melitus biasanya merasa cepat lapar tetapi mengalami
penurunan berat bada atau disebut dengan poliphagi.
d. Pola Eliminasi
Biasanya pasien yang mengalami diabetes melitus mengalami masalah
pada sistem perkemihannya yaitu sering buang air kecil atau disebut
poliuri..
e. Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman,
daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
f. Pola Tidur dan Istirahat
Klien tidak dapat tidur karena sesak napas sering terjadi.
g. Konsep Diri dan Persepsi Diri
Persepsi pasien mengenai sakit yang dialami. Menjelaskan konsep diri
dan persepsi diri misalnya body image, body comfort.
h. Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan
sesudah sakit.Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau
perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
i. Pola Reproduksi dan Seksual
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagai alat reproduksi.
j. Manajemen Koping Stress
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan,
rumah.
k. Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan
ini diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan
10
terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah.
14) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Tingkat Kesadaran : Compos mentis, apatis, delirium, somnolen, coma
c. GCS : E4 : V5 :M6
d. Tanda-tanda Vital : Tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu pasien
e. Antropometri
1. Tinggi Badan :
- Pada pria: 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut
(cm))
- Pada wanita: 84,88- (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut
(cm))
2. Berat Badan
IMT = BB
(TB)2 dalam meter
f. Pemeriksaan Head To Toe
11
2.2.3. Rencana Keperawatan.
No Diagnosa Tujuandan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
12
1 Ketidakstabilan Luaran Utama: Intervensi utama : Intervensi utama :
kadar glukosa Kestabilan Kadar Manajemen Manajemen hiperglikemia
darah Glukosa Darah hiperglikemia Observasi:
Setelah dilakukan asuhan Observasi: 1. Untuk mengetahui kemungkinan
keperawatan diharapkan penyebab hiperglikemia
1. Identifikasi
kestabilan kadar glukosa 2. Untuk memantau kadar gula darah
kemungkin
darah meningkat dengan 3. Untuk memantau tanda dan gejala
anpenyebab
kriteria hasil: hiperglikemia
hiperglikem
1. Pusing menurun 4. Untuk memantau
ia
Intake dan output cairan
2. Lelah/lesu menurun 2. Monitor kadar
gula darah Terapeutik:
3. Keluhan lapar menurun
3. Monitor tanda
4. Rasa haus menurun 1. Untuk memantau intake dan output
dan gejala
5. Kadar glukosa darah cairan
hiperglikemia
membaik 2. Untuk menangani jika tanda dan gejala
4. Monitor intake
6. Kadar glukosa dalam urin hiperglikemia tetap ada atau
dan output
membaik memburuk
cairan
Edukasi:
Terapeutik: 1. Untuk mengajarkan pasien memonitor
13
kadar gula darah secara mandiri
1. Berikan asupan cairan
2. Untuk mengajarkan pasien dalam
oral
pengelolaan diabetes
2. Konsultasi dengan
Kolaborasi:
medis jika tanda dan
1. Untuk menstabilkan kadar glukosa
gejala hiperglikemia
darah
tetap ada atau
memburuk
Edukasi:
1. Anjurkan monitor
kadar gula darah
secara mandiri
2. Ajarkan pengelolaan
Diabetes
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian insulin
jika perlu
2 Keletihan Luaran Utama: Intervensi utama : Intervensi utama :
14
Tingkat Keletihan Manajemen Energi Manajemen Energi Observasi
Setelah dilakukan asuhan Observasi 1. Untuk mengkaji gangguan pada
keperawatan diharapkan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
tingkat keletihan menurun fungsi tubuh yang 2. Untuk mengetahui tingkat keletihan
dengan kriteria hasil: mengakibatkan 3. Untuk
1. Verbalisasi kepulihan kelelahan
Meminimalkan ketidaknyamaanan
tenaga meningkat
2. Monitor kelelahan fisik pasien
2. Kemampuan melakukan
dan emosional Terapeutik
aktivitas rutin meningkat
3. Monitor lokasi ketidak
1. Mengurangi keletihan pasien
3. Motivasi meningkat
nyamanan selama
2. Meningkatkan kemampuan aktivitas
melakukan aktivitas
fisik yang bertahap
4. Sakit kepala menurun
Terapeutik
3. Membuat pasien merasa tenang
1. Sediakan lingkungan Edukasi
yang nyaman 1. Memberi waktu untuk beristirahat
2. Lakukan latiham mengembalikan energi
ROM aktif dan pasif
2. Menningkatkan kepulihan tenaga
3. Berikan latihan
secara bertahap
distraksi yang
Kolaborasi
15
menenangkan 1.Kolaborasi dengan ahli gizi
Edukasi
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi
1.Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
3 Resiko cidera Luaran Utama: Tingkat Intervensi utama: Intervensi utama :
Cidera Manajemen Manajemen Keselamatan Lingkungan
Setelah dilakukan asuhan Keselamatan Observasi:
keperawatan diharapkan Lingkungan 1. Mengetahui cidera yang mungkin
tingkat cidera menurun Observasi: terjadi
dengan kriteria hasil: 2. Mengetahui situasi lingkungan sekitar
1. Identifikasi kebutuhan
1. Kejadian cidera menurun pasien
keselamatan
2. Gangguan mobilitas Terapeutik:
16
menurun 2. Monitor status
1. Untuk memberikan posisi nyaman
3. Tanda-tanda vital keselamatan
bagi pasien
membaik lingkungan
2. Meminimalkan risiko cidera
Terapeutik:
3. Memberi alat bantu mencegah cidera
1. Hilangkan bahayak Edukasi:
keselamatan Meningkatkan pengetahuan pad
lingkungan aindividu dan keluarga tentang cidera
2. Modifikasi yang mungkin terjadi
lingkungan untuk
meminimalkan bahaya
dan risiko
3. Sediakan alat bantu
keamanan lingkungan
Edukasi:
1.Ajarkan individu dan
keluarga risiko tinggi
bahaya lingkungan
4 Resiko berat Luaran Utama: Intervensi utama : Intervensi utama :
badan lebih Berat Badan Edukasi Diet Edukasi Diet Observasi:
17
Setelah dilakukan asuhan Observasi: 1. Untuk mengetahui kemampuan
keperawatan diharapkan berat keluarga dan pasien menerima
1. Identifikasi
badan membaik dengan informasi
kemampuan keluarga
kriteria hasil: 2. Untuk mengetahui tingkat
dan pasien menerima
1. Berat badan membaik pengetahuan pasien saat ini
informasi
3. Untuk mengetahui kebiasaan pola
2. Indeks masa tubuh 2. Identifikasi tingkat
makan saat ini dan masa lalu
membaik pengetahuan saat ini
4. Untuk mengetahui keterbatasan
3. Identifikasi
finansial untuk menyediakan
kebiasaan pola
makanan
makan saat inidan
Terapeutik:
masalalu
4. Identifikasi 1. Untuk mempermudah dalam
keterbatasan penyampaia nmateri
finansial untuk 2. agar
menyediakan
kegiatan terstruktur sesuai rencana
makanan
makan tertulis
Terapeutik:
3. untuk mengetahui sejauh mana
1. Persiapkan materi, pemahaman pasien
18
alat peraga dan Edukasi:
media 1. Agar pasien mengetahui kepatuhan
2. Sediakan rencana diet terhadap kesehatan
makan tertulis 2. Agar pasien mengetahui makanan
3. Beri kesempatan yang diperbolehkan dan dilarang
pasien dan keluarga 3. Agar pasien mengetahui
bertanya merencanakan makanan sesuai
Edukasi: program
Kolaborasi:
1. Jelaskan
1. Untuk mendapatkan penangan
tujuan
pemahaman terkait diet pasien
Kepatuhan diet
terhadap kesehatan
2. Informasikan
makanan yang
diperbolehkan dan
dilarang
3. Ajarkan cara
19
merencanakan
makanan sesuai
program
Kolaborasi:
1.Rujuk keahli gizi dan
sertakan keluarga
20
2.2.4. Evaluasi Keperawatan.
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam
konteks ini, evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah
ketika klien dan professional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju
pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan
yang ditarik dari evaluasi menentukan menentukan apakah intervensi keperawatan
harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2010).
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tn. Z 65th datang ke rumah sakit diantar keluarganya dengan keluhan badan
lemas, pusing, gula darah tinggi, dan terdapat luka di kaki sebelah kiri yang terasa nyeri.
Klien mengatakan sering merasa haus dan lapar, klien juga mengatakan sering mual
muntah dan belum BAB sejak masuk rumah sakit. Klien BAK sebanyak 10x/hari. Klien
menderita DM sejak 14 tahun yang lalu. Gula darah sekarang 284.
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
P : 21 x/menit
Suhu : 36,8oC
3.1 Pengkajian
A. Identitas
21
Status : Kawin Pekerjaan : Pensiunan
Penanggung Jawab
Nama : Ny. L
Umur : 63 Th
Pekerjaan : IRT
B. Alasan Masuk
C. Riwayat Kesehatan
22
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
D. Pemeriksaan fisik
c. BB / TB : 57Kg / 160Cm
Nadi= 80 x/i
P = 21 x/i
Suhu = 36,8°C
23
3.2 Analisa Data.
Edukasi :
Kolaborasi :
Edukasi :
Kolaborasi :
Edukasi :
4.2. Saran.
Pembuatan makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu diharapkan
kepada pembaca agar dapat menyempurnakannya lagi, dan makalah ini disusun agar
mahasiswa keperawatan Unand dapat mengetahui Asuhan Keperawatan Lansia Dengan
Gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Melitus, semoga dapat bermanfaat hendaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes R. I. (2018). Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Pusat Data
dan Informasi Ke-menterian Kesehatan Republik Indonesia
Andri, J., Karmila, R., Padila, P., Harsismanto, J., & Sartika, A. (2019). Terapi
Aktivitas Senam Ergonomis terhadap Peningkatan Kemampuan Fungsional
Lansia. Journal of Telenursing (JOTING), 1(2), 304-313.
https://doi.org/https://doi.org/10.31539/joting.v1i2.933
Brunner & Suddart. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8.
Jakarta: EGC
Doengoes, M.E, dkk. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Long, B.C. 2006. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Alih Bahasa, Yayasan Ikatan Alumni pendidikan
Keperawatan Padjadjaran. Bandung: YPKAI Mansjoer, Arif, dkk. 2012. Kapita Selekta
Kedokteran, Edisi 5 Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius Smeltzer, S. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Prince A Sylvia. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses penyakit, Edisi
empat. Jakarta: EGC.
Tjokroprawiro, A.. 2015. Diabetes Mellitus, Klasifikasi, Diagnosis dan Terapi,Edisi 3.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sudoyo, Aru W. 2007. Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta: Depertemen Penyakit
Dalam