Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM

ENDOKRIN : DIABETES MELITUS


Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Gerontik

Disusun oleh kelompok 1 :


Abdul Rahim 1811312019
Yessica Carmelia 1811312023
Difabella Melinda Putri 1811313003
Rhiana Eviranita Sariani 1811313005
Aisyah Rahma Dini 1811313017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gangguan Sistem Endokrin :
Diabetes Melitus” untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 8 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
BAB II KERANGKA TEORI.........................................................................................3
2.1 Masalah Sistem Endokrin Pada Lansia....................................................................3
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan..................................................................................8
2.2.1. Pengkajian Keperawatan.............................................................................8
2.2.2. Diagnosa Keperawatan.............................................................................11
2.2.3. Rencana Keperawatan...............................................................................12
2.2.4. Evaluasi Keperawatan...............................................................................22
BAB III TINJAUAN KASUS.......................................................................................23
3.1 Pengkajian..............................................................................................................23
3.2 Analisa Data...........................................................................................................26
3.3 Diagnosa Keperawatan..........................................................................................28
3.4 Rencana Keperawatan...........................................................................................29
BAB IV PENUTUP........................................................................................................32
4.1. Kesimpulan...........................................................................................................32
4.2. Saran.....................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................33

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Diabetes melitus adalah penyakit yang menyerang pada pankreas sehingga


insulin (hormon yang mengendalikan glukosa) yang dihasilkan kurang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh.Selama dasawarsa terakhir, prevalensi penderita DM terjadi
peningkatan. Batasan normal kadar gula yang menjadikan Diabetes melitus yaitu lebih
dari 200 mg/dl dalam pemeriksaan darah sewaktu dan pada saat puasa dalam
pemeriksaan glukosa plasma lebih dari 126 mg/dl(Kemenkes, 2018). Faktor penyebab
diabetes melitus adalah gaya hidup yang kurang sehat seperti kurang aktifitas fisik dan
pola makan yang tidak seimbang.

Menurut International Diabetes Federation (IDF) bahwa jumlah angka


terjadinya diabetes melitus di dunia mencapai 1,9%. Prevalensi diabetes melitus
menduduki peringkat ke tujuh sebagai penyebab kematian penyakit di dunia dengan
angka 382 juta jiwa (dita wahyu hestiana, 2017). Prevalensi diabetes melitus di
Indonesia mencapai 2,0 % sedangkan pada tahun 2013 (1,8%). Prevalensi Penderita
diabetes melitus di Sumatera Barat paling banyak terjadi dalam rentang usia 56-64
tahun dengan prevalensi sebesar 4,8%, angka ini menunjukkan bahwa sumatera Barat
masih menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki penderita diabetes
tertinggi. Persentase tersebut seharusnya menjadi acuan bagi semua pihak termasuk
pelayanan kesehatan untuk melakukan penatalaksanaan yang tepat untuk mengurangi
angka penderita diabetes terkhusus diabetes tipe II, dimana 90% penderita diabetes yang
ada didunia merupakan diabetes tipe II (Kemenkes,2014).

Lansia merupakan salah satu kelompok atau populasi berisiko yang semakin
meningkat jumlahnya. Lansia mengalami masalah kesehatan antara lain kelemahan dan
kemunduran fisik, kognitif, mental dan sosial yang bisa menyebabkan lansia lebih
berisiko dan rentan terhadap suatu penyakit (Andri et al., 2019). Risiko pada lansia
terkena diabetes melitus lebih rentan dari pada usia 20-45 tahun, dikarenakan pada usia

1
45-60 tahun terjadi penambahan intoleransi gula darah (glukosa). Kemampuan sel
pankreas dalam produksi insulin mengalami pengurangan pada proses penuaan pada
lansia (Imelda, 2019).

1.2. Tujuan Penulisan.

1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu memahami masalah sistem endokrin pada lansia.
b. Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada lansia
dengan masalah sistem endokrin : Diabetes Militus
c. Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan gangguan sistem
endokrin pada lansia
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu menentukan asuhan keperawatan pada lansia dengan
gangguan istem endokrin

2
BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Masalah Sistem Endokrin Pada Lansia.


2.1.1. Perubahan Sistem Endokrin Yang Terjadi Pada Lansia.
a. Produksi hampir semua hormon menurun
b. Penurunan kemampuan mendeteksi stres
c. Konsentrasi glukosa darah meningkat dan tetap naik lebih lama
dibandingkan dengan orang yang lebih muda
d. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
e. Penurunan kadar esterogen dan peningkatan kadar follice stimulating
hormone selama menopause, yang menyebabkan thrombosis dan
osteoporosis
f. Penurunan kadar progesteron
g. Penurunan kadar aldesteron serum sebanyak 50%
h. Penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%

2.1.2. Gangguan Endokrin yang umum terjadi pada Lansia.


Penyakit metabolik pada lanjut usia terutama disebabkan oleh karena
menurunnya produksi hormon dari kelenjar-kelenjar hormon. Pria dan wanita pada
akhir masa dewasa memasuki apa yang dinamakan kimakterium; perubahan-
perubahan dalam keseimbangan hormonal yang menyebabkan berkurangnya
kekurangan hormon seks. Menurunnya produksi hormon ini antara lain terlihat
pada wanita mendekati usia 50 tahun, yang ditandai mulainya menstruasi yang
tidak teratur sampai berhenti sama sekali (menopouse), prosesnya merupakan
proses ilmiah. Pada pria proses tersebut biasanya terjadi secara lambat laun dan
tidak disertai gejala-gejala psikologis yang luar biasakecuali sedikit kemurungan
dan rasa lesu serta berkurangnya kemampuan seksualitasnya.
Terdapat pula penurunan kadar hormon testosteronnya. Penyakit
metabolik yang banyak dijumpai adalah diabetes melitus atau kencing manis dan
osteoporosis (berkurangnya zat kapur dan bahan-bahan mineral sehingga tulang

3
lebih mudah rapuh dan menipis). Diabetes melitus sering dijumpai pada lanjut usia
yang berumur 70 tahun keatas, akibatnya terjadi degenerasi pembuluh darah
dengan komplikasi pembuluh darah koroner, perubahan pembuluh darah otak ini
dapat menyebabkan stroke yang bisa mengakibatkan kelumpuhan separuh badan.
Berikut perubahan dan penyakit pada sistem endokrin yang disebabkan
oleh proses penuaan, yaitu:
1. Menopouse.
Menopause adalah berhentinya haid. Menopouse menurut pengertian
awam adalah perubahan masa muda ke masa tua. Berhentinya haid sebagai akibat
tidak berfungsinya ovarium merupakan peristiwa dan bukan satu periode waktu. Di
Indonesia monepouse terjadi antara 49-50 tahun. Periode mendahului menopouse
ditandai oleh perubahan somatif dan psikologik. Hal tersebut mencerminkan
perubahan normal yang terjadi di ovarium. Meskipun ada gejala atau keluhan,
periode ini sering dilupakan oleh pasien maupun dokter. Gejala yang paling sering
terjadi pada masa transisi pra-menopouse ini adalah haid yang tidak teratur.
Meskipun menopouse atau tidak lagi datang haid, terjadi setelah
terhentinya fungsi ovarium merupakan keadaan yang paling dapat diidentifikasi,
namun periode sebelum dan 10 tahun setelah menopouse mempunyai arti klinis
yang lebih penting. Menurut Hurd, periode transisi ini biasanya berlangsung
sampai periode pasca menopouse. Periode pasca menopouse biasanya disertai
dengan insidensi kondisi kelainan yang erat hubungannya dengan usia lanjut.
Karena hal tersebut, pelayanan kesehatan ginekologik pada wanita pasca
menopouse perlu mengetahui tentang seluk beluk pengobatan pengganti hormon.
2. Andropouse.
Pada laki-laki tua testis masih berfungsi memproduksi sperma dan
hormon testos teron meskipun jumlahnya tidak sebanyak usia muda. Pada  wanita 
produksi  estrogen  berhenti  mendadak,  sedangkan pada laki-laki dengan
meningkatnya usia produksi testosteron turun perlahan-lahan, sehingga membuat
definisi andropouse pada laki-laki sedikit sulit. Kadar hormon testosteron sampai
dengan usia 55-60 tahun relatif stabil dan baru setelah usia 60 tahun terjadi
penurunan yang berarti.

4
Meskipun kadar testosteron darah turun, keluhan tidak segera muncul.
Keluhan dapat muncul setelah beberapa tahun kemudian. Oleh karena itu, para ahli
berpendapat bahwa tidak ada hubungan langsung antara keluhan dengan kadar
hormon. Meskipun sudah lanjut usia, orang laki-laki masih saja aktif baik secara
fisik maupun seksual, bahakan tidak jarang masih dapat mendapatkan keturunan.
3. Diabetes Melitus.
a. Pengertian.
Diabetes melitus pada lansia adalah suatu penyakit kekurangan atau
resistensi insulin yang kronis. Diabetes melitus ditandai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Peranan insulin di tubuh adalah
untuk mengangkut glukosa ke dalam sel untuk bahan bakar atau simpanan
glikogen. Insulin juga merangsang sintesis protein dan penyimpanan asam
lemak bebas dalam jaringan adiposa. Kekurangan insulin menghambat
kemampuan tubuh untuk mengakses nutrisi yang penting untuk bahan bakar dan
simpanan.
Diabetes melitus tipe 2 sering menyerang pada lansia kare sel-sel tubuh
menjadi lebih resisten terhadap insulin yang mengurangi kemampuan lansia
untuk memetabolisme glukosa. Selain itu, pelepasan insulin dari sel beta
pangkreas berkurang dan melambat. Hasil dari kombinasi proses ini adalah hiper
glikemia. Pada lansia, konsentrasi glukosa yang mendadak dapat meningkatkan
dan lebih memperpanjang hiperglikemia.
Diabetes melitus tipe 2 pada lansia disebabkan oleh sekresi insulin yang
tidak normal, resistensi terhadap kerja insulin pada jaringan target, dan
kegagalan glukoneogenesis hepatik. Penyebab utama hiperglikemia pada lansia
adalah peningkatan resistensi insulin pada jaringan perifer. Meskipun jumlah
reseptor insulin sebenarnya sedikit menurun seiring pertambahan usia, resistensi
dipercaya terjadi setelah insulin berkaitan dengan reseptor tersebut. Selain itu,
sel-sel beta pada pulau langerhands kurang sensitif tehadar kadar glukosa yang
tinggi, yang memperlambat produksi insulin. Beberapa lansia juga tidak mampu
untuk menghambat produksi glukosa dihati.
b. Etiologi.

5
1. Fungsi saluran pangkreas dan seresi insulin yang kurang.
2. Perubahan-perubahan karena usila sendiri yang berkaitan dengan
resistensi, insulin, akibat kurangya massa otot dan perubahan vaskuler.
3. Aktivitas fisis yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan.
4. Keberadaan penyakit lain,sering menderita stress, operasi dan istirahat
lain.
5. Sering menggunakan bermacam-macam obat-obatan.
6. Adanya faktor keturunan 
c. Tanda & Gejala.
1) Penurunan berat badan dan kelelahan (tanda dan gejala klasik pada
2) pasien lansia)
3) Kehilangan selera makan
4) Inkontinesia
5) Penurunan penglihatan
6) Konfusi atau derajat delirium
7) Konstipasi atau kembung pada abdomen (akibat hipotonusitas
lambung)
8) Retinopati atau pembentukan katarak 
9) Perubahan kulit, khususnya pada tungkai dan kaki, akibat kerusakan
sirkulasi perifer; kemungkinan kondisi kulit kronis, seperti selulitis
atau luka yang tidak kunjung sembuh; turgot kulit buruk dan membran
mukosa kering akibat dehidrasi
10) Penurunan nadi perifer, kulit dingin, penurunan reflek, dan
kemungkinan nyeri perifer atau kebas
11) Hipotensi ortostatik 
d. Patofisiologi.
Keadaan hiperglikemia merupakan hasil dari kerusakan sekresi insulin,
kerja insulin, atau keduanya merupakan kelompok penyakit metabolik dikenal
sebagai diabetes melitus. Diabetes adalah salah satu kondisi Cronic paling
umum yang mempengaruhi populasi orang dewasa yang lebih tua, dan kejadian
adalah usia diperkirakan akan meningkat. penyakit ultimatly menghasilkan

6
disfungsi dan kegagalan berbagai organ seperti ginjal jantung, mata saraf dan
pembuluh darah.
Penyakit endokrin dapat bermanifestasi dalam bentuk resistensi hormon
bukan ketiadaan, suatu kondisi di mana jaringan merespon hormon tidak
memadai. Penyebab diabetes melitus tipe 2 tidak diketahui, tetapi berteori bahwa
kedua genetika dan anvironment memainkan peran inportant. Variabel yang
paling penting yang terkait dengan tipe 2 diabetes melitus adalah obesitas dan
resistensi insulin. Resistensi insulin diduga terkait dengan setidaknya dua
faktor : hiperglikemia dan obesitas. Klien obesitas dengan diabetes tipe 2
memiliki tingkat insulin endogen (hiperinsulinemia), yang pada gilirannya
menyebabkan penurunan jumlah reseptor insulin pada jaringan target. Itu seolah-
olah tubuh berusaha  untuk mengimbangi glukosa tidak memasuki sel dengan
meningkatkan produksi  insulin.
e. Komplikasi
1) Akut
a) Koma hipoglikemia
b) Ketoasidosis
c) Koma hiperosmolar nonketotik 
2) Kronik 
a) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar ; pembuluh darah
jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
b) Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil ; retmopati
diabetik, nefropati diabetik.
c) Neuropati diabetik.
d) Rentan infeksi, seperti : Tb. Paru, gingivitis dan isk.
e) Kaki diabetik.
f. Pemeriksaan diagnostik
1) Kadar glukosa serum puasa dan pemeriksaan toleransi glukosa
Memberikan diagnosis definitif diabetes. Akan tetapi, pada lansia
pemeriksaan glukosa serum postprandial 2 jam dan pemeriksaan toleransi
glukosa oral lebih membantu menegakkan diagnosis karena lansia mungkin

7
memiliki kadar glukosa puasa hampir normal tetapi mengalami
hiperglikemia berkepanjangan setelah makan. Diagnosis biasanya dibuat
setelah satu dari tiga kriteria berikut ini terpenuhi :
a) Konsentrasi glukosa plasma acak 200 mg/dl atau lebih tinggi
b) Konsentrasi glukosa darah puasa 126 mg/dl atau lebih tinggi
c) Kadar glukosa darah puasa setelah asupan glukosa per oral 200 mg/dl
atau lebih
2) Pemeriksaan hemoglobin terglikosilasi (hemoglobin A atau HbA1C ),
yang menggambarkan kadar rata-rata glukosa serum dalam 3 bulan
sebelumnya, biasanya dilakukan untuk memantau keefektifan terapi
antidiabetik. Pemeriksaan ini sangat berguna, tetapi peningkatan hasil telah
ditemukan pada lansia dengan toleransi glukosa normal.
3) Fruptosamina serum, yang menggambarkan kadar glukosa serum rata-
rata selama 2 sampai 3 minggu sebelumnya, merupakan indikator yang
lebih baik pada lansia kurang menimbulkan kesalahan.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan.


2.2.1. Pengkajian Keperawatan.
1) Identitas klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang
meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama,
tanggal pengkajian.
2) Keluhan Utama
Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kaki kesemutan, mati rasa, kelelahan/keletihan, penglihatan yang mulai
kabur.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Gejala dan keluhan yang sering dialami pasien saat ini. Kemungkinan
pasien merasa kesemutan pada kakinya dan sudah mati rasa namun pasien
tidak menyadari.
4) Riwayat Penyakit Masa lalu

8
Perjalanan penyakit yang dialami pasien dari awal terdiagnosa diabetes
melitus. Pernah atau tidaknya pasien dirawat di RS karena keluhan yang
dirasakan.
5) Genogram
Keturunan pasien dalam keluarga dan anggota keluarga yang tinggal
bersama pasien.
6) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit diabetes pada keluarga
7) Riwayat pekerjaan
Riwayat pekerjaan yang pernah dijalani oleh pasien.
8) Riwayat Lingkungan Hidup
Pasien selama hidupnya tinggal bersama siapa dan keadaan di dalam
rumah pasien.
9) Riwayat Rekreasi
Kegiatan yang dilakukan pasien untuk menghibur dan menghilangkan
stress.
10) Sistem Pendukung
Sistem pendukung yang menjadi sumber kehidupan bagi pasien.
11) Spiritual/Kultural
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama
yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini
diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap
klien dalam upaya pelaksanaan ibadah dan persepsi individu tentang arti
kehidupan.
12) Keyakinan Tentang Kesehatan
Persepsi pasien terhadap penyakit yang dialami.
13) Pola Fungsi Gordon
a. Persepsi Kesehatan – Manajemen Kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga mengenai penyakit yang
dialami pasien.
b. Pola Aktivitas/Latihan

9
Gejala               : Kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda               : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
c. Pola Nutrisi Metabolik
Gejala : Biasanya pasien mengalami peningkatan nafsu makan, pasien
dengan diabetes melitus biasanya merasa cepat lapar tetapi mengalami
penurunan berat bada atau disebut dengan poliphagi.
d. Pola Eliminasi
Biasanya pasien yang mengalami diabetes melitus mengalami masalah
pada sistem perkemihannya yaitu sering buang air kecil atau disebut
poliuri..
e. Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman,
daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
f. Pola Tidur dan Istirahat
Klien tidak dapat tidur karena sesak napas sering terjadi.
g. Konsep Diri dan Persepsi Diri
Persepsi pasien mengenai sakit yang dialami. Menjelaskan konsep diri
dan persepsi diri misalnya body image, body comfort.
h. Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan
sesudah sakit.Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau
perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
i. Pola Reproduksi dan Seksual
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagai alat reproduksi.
j. Manajemen Koping Stress
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan,
rumah.
k. Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan
ini diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan

10
terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah.
14) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Tingkat Kesadaran : Compos mentis, apatis, delirium, somnolen, coma
c. GCS : E4 : V5 :M6
d. Tanda-tanda Vital : Tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu pasien
e. Antropometri
1. Tinggi Badan :
- Pada pria: 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut
(cm))
- Pada wanita: 84,88- (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut
(cm))
2. Berat Badan
IMT = BB
(TB)2 dalam meter
f. Pemeriksaan Head To Toe

2.2.2. Diagnosa Keperawatan.


1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah peningkatan metabolisme protein,
2. lemak.
3. Kelelahan/keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis yang
menurun.
4. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan.
5. Risiko berat badan lebih berhubungan dengan peningkatan nafsu
makan

11
2.2.3. Rencana Keperawatan.
No Diagnosa Tujuandan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil

12
1 Ketidakstabilan Luaran Utama: Intervensi utama : Intervensi utama :
kadar glukosa Kestabilan Kadar Manajemen Manajemen hiperglikemia
darah Glukosa Darah hiperglikemia Observasi:
Setelah dilakukan asuhan Observasi: 1. Untuk mengetahui kemungkinan
keperawatan diharapkan penyebab hiperglikemia
1. Identifikasi
kestabilan kadar glukosa 2. Untuk memantau kadar gula darah
kemungkin
darah meningkat dengan 3. Untuk memantau tanda dan gejala
anpenyebab
kriteria hasil: hiperglikemia
hiperglikem
1. Pusing menurun 4. Untuk memantau
ia
Intake dan output cairan
2. Lelah/lesu menurun 2. Monitor kadar
gula darah Terapeutik:
3. Keluhan lapar menurun
3. Monitor tanda
4. Rasa haus menurun 1. Untuk memantau intake dan output
dan gejala
5. Kadar glukosa darah cairan
hiperglikemia
membaik 2. Untuk menangani jika tanda dan gejala
4. Monitor intake
6. Kadar glukosa dalam urin hiperglikemia tetap ada atau
dan output
membaik memburuk
cairan
Edukasi:
Terapeutik: 1. Untuk mengajarkan pasien memonitor

13
kadar gula darah secara mandiri
1. Berikan asupan cairan
2. Untuk mengajarkan pasien dalam
oral
pengelolaan diabetes
2. Konsultasi dengan
Kolaborasi:
medis jika tanda dan
1. Untuk menstabilkan kadar glukosa
gejala hiperglikemia
darah
tetap ada atau
memburuk
Edukasi:

1. Anjurkan monitor
kadar gula darah
secara mandiri
2. Ajarkan pengelolaan

Diabetes
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian insulin
jika perlu
2 Keletihan Luaran Utama: Intervensi utama : Intervensi utama :

14
Tingkat Keletihan Manajemen Energi Manajemen Energi Observasi
Setelah dilakukan asuhan Observasi 1. Untuk mengkaji gangguan pada
keperawatan diharapkan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
tingkat keletihan menurun fungsi tubuh yang 2. Untuk mengetahui tingkat keletihan
dengan kriteria hasil: mengakibatkan 3. Untuk
1. Verbalisasi kepulihan kelelahan
Meminimalkan ketidaknyamaanan
tenaga meningkat
2. Monitor kelelahan fisik pasien
2. Kemampuan melakukan
dan emosional Terapeutik
aktivitas rutin meningkat
3. Monitor lokasi ketidak
1. Mengurangi keletihan pasien
3. Motivasi meningkat
nyamanan selama
2. Meningkatkan kemampuan aktivitas
melakukan aktivitas
fisik yang bertahap
4. Sakit kepala menurun
Terapeutik
3. Membuat pasien merasa tenang
1. Sediakan lingkungan Edukasi
yang nyaman 1. Memberi waktu untuk beristirahat
2. Lakukan latiham mengembalikan energi
ROM aktif dan pasif
2. Menningkatkan kepulihan tenaga
3. Berikan latihan
secara bertahap
distraksi yang
Kolaborasi

15
menenangkan 1.Kolaborasi dengan ahli gizi
Edukasi

1. Anjurkan tirah baring

2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi
1.Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
3 Resiko cidera Luaran Utama: Tingkat Intervensi utama: Intervensi utama :
Cidera Manajemen Manajemen Keselamatan Lingkungan
Setelah dilakukan asuhan Keselamatan Observasi:
keperawatan diharapkan Lingkungan 1. Mengetahui cidera yang mungkin
tingkat cidera menurun Observasi: terjadi
dengan kriteria hasil: 2. Mengetahui situasi lingkungan sekitar
1. Identifikasi kebutuhan
1. Kejadian cidera menurun pasien
keselamatan
2. Gangguan mobilitas Terapeutik:

16
menurun 2. Monitor status
1. Untuk memberikan posisi nyaman
3. Tanda-tanda vital keselamatan
bagi pasien
membaik lingkungan
2. Meminimalkan risiko cidera
Terapeutik:
3. Memberi alat bantu mencegah cidera
1. Hilangkan bahayak Edukasi:
keselamatan Meningkatkan pengetahuan pad
lingkungan aindividu dan keluarga tentang cidera
2. Modifikasi yang mungkin terjadi
lingkungan untuk
meminimalkan bahaya
dan risiko
3. Sediakan alat bantu
keamanan lingkungan
Edukasi:
1.Ajarkan individu dan
keluarga risiko tinggi
bahaya lingkungan
4 Resiko berat Luaran Utama: Intervensi utama : Intervensi utama :
badan lebih Berat Badan Edukasi Diet Edukasi Diet Observasi:

17
Setelah dilakukan asuhan Observasi: 1. Untuk mengetahui kemampuan
keperawatan diharapkan berat keluarga dan pasien menerima
1. Identifikasi
badan membaik dengan informasi
kemampuan keluarga
kriteria hasil: 2. Untuk mengetahui tingkat
dan pasien menerima
1. Berat badan membaik pengetahuan pasien saat ini
informasi
3. Untuk mengetahui kebiasaan pola
2. Indeks masa tubuh 2. Identifikasi tingkat
makan saat ini dan masa lalu
membaik pengetahuan saat ini
4. Untuk mengetahui keterbatasan
3. Identifikasi
finansial untuk menyediakan
kebiasaan pola
makanan
makan saat inidan
Terapeutik:
masalalu
4. Identifikasi 1. Untuk mempermudah dalam
keterbatasan penyampaia nmateri
finansial untuk 2. agar
menyediakan
kegiatan terstruktur sesuai rencana
makanan
makan tertulis
Terapeutik:
3. untuk mengetahui sejauh mana
1. Persiapkan materi, pemahaman pasien

18
alat peraga dan Edukasi:
media 1. Agar pasien mengetahui kepatuhan
2. Sediakan rencana diet terhadap kesehatan
makan tertulis 2. Agar pasien mengetahui makanan
3. Beri kesempatan yang diperbolehkan dan dilarang
pasien dan keluarga 3. Agar pasien mengetahui
bertanya merencanakan makanan sesuai
Edukasi: program
Kolaborasi:
1. Jelaskan
1. Untuk mendapatkan penangan
tujuan
pemahaman terkait diet pasien
Kepatuhan diet
terhadap kesehatan
2. Informasikan
makanan yang
diperbolehkan dan
dilarang
3. Ajarkan cara

19
merencanakan
makanan sesuai
program

Kolaborasi:
1.Rujuk keahli gizi dan
sertakan keluarga

20
2.2.4. Evaluasi Keperawatan.
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam
konteks ini, evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah
ketika klien dan professional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju
pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan
yang ditarik dari evaluasi menentukan menentukan apakah intervensi keperawatan
harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2010).

BAB III
TINJAUAN KASUS

Tn. Z 65th datang ke rumah sakit diantar keluarganya dengan keluhan badan
lemas, pusing, gula darah tinggi, dan terdapat luka di kaki sebelah kiri yang terasa nyeri.
Klien mengatakan sering merasa haus dan lapar, klien juga mengatakan sering mual
muntah dan belum BAB sejak masuk rumah sakit. Klien BAK sebanyak 10x/hari. Klien
menderita DM sejak 14 tahun yang lalu. Gula darah sekarang 284.

Bb/Tb : 57kg /160 cm

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

P : 21 x/menit

Suhu : 36,8oC

3.1 Pengkajian

A. Identitas

Nama : Tn. Z No. Mr : 522291

Umur : 65 Th Ruangan Rawat : Melati Lt. 3

Agama : Islam Tanggal Masuk : 13 Juni 2019

Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal Pengkajian : 20 Juni 2019

21
Status : Kawin Pekerjaan : Pensiunan

Alamat : Jl.Hamka No.4 Tarok, Bukitinggi

Penanggung Jawab

Nama : Ny. L

Umur : 63 Th

Hub. Keluarga : Istri

Pekerjaan : IRT

B. Alasan Masuk

Klien diantar keluarga ke Rumah Sakit Achmad Mocthar


Bukittinggi pada tanggal 13 Juni 2019 dengan keluhan badan lemas, pusing,
gula darah tinggi dan terdapat luka di kaki sebelah kiri, luka terasa nyeri.

C. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada saat pengkajian klien mengatakan badan klien terasa letih


dan lemah, dan sering merasa haus dan lapar, klien juga mengatakan sering
mual dan muntah, dan belum BAB sejak masuk rumah sakit, klien
mengatakan sering BAK yaitu sebanyak 10x/hari, klien mengatakan gula
darah tinggi saat masuk rumah sakit, karena klien jarang kontrol kerumah
sakit kadar gula darah klien yaitu: 284, klien mengatakan ada luka di kaki
sebelah kanan dan nyeri pada bagian luka, klien mengatakan tidak nyaman
dengan luka dikakinya, terdapat pus pada kaki yang luka, klien mengatakan
kesulitan saat beraktivitas.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien menderita penyakit DM sejak 14 tahun yang lalu, klien


tidak pernah dirawat karna penyakit Diabetes, klien hanya berobat ke
puskesmas, tapi jarang minum obat.

22
c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien dan keluarganya mengatakan ada anggota keluarganya yang


menderita penyakit Diabetes, yaitu ibu klien.

D. Pemeriksaan fisik

a. Tingkat Kesadaran : Composmentis

b. GCS : 15 (E=4 ,V=5, M=6)

c. BB / TB : 57Kg / 160Cm

d. Keadaan umum : Baik

e. Tanda-tanda vital : TD = 120/80 mmHg

Nadi= 80 x/i

P = 21 x/i

Suhu = 36,8°C

23
3.2 Analisa Data.

No Data Masalah Etiologi


1 DS : Ketidakstabilan Resistensi Insulin
- Klien mengatakan Kadar Glukosa Darah
sering merasa
pusing
- Klien mengatakan
badan lemah dan
letih
- Klien mengatakan
sering merasa haus
- Klien sering buang
air kecil sebanyak
10x/hari
DO :
- Gula darah 284
- Klien tampak lelah
- Klien tampak sering
buang air kecil
- Klien tampak sering
minum
2 DS : Nyeri Akut Agen Pencedera fisik
- Klien mengatakan
nyeri pada kakinya
yang luka
- Klien mengatakan
tidak nyaman
dengan lukanya
DO :
- Klien tampak
meringis kesakitan
- Klien tampak
gelisah
- Terdapat nyeri
tekan di daerah
kaki yang luka
- Klien tampak
menggerakan
bagian yang nyeri
saat disentuh
kakinya

3 DS : Risiko Infeksi Penyakit Kronis


- Klien mengatakan (Diabetes Mellitus)
ada luka di kaki
sebelah kiri
- Klien mengatakan
luka sejak 3 bulan
sebelum masuk
- Klienmengatakan
luka masih basah
dan berbau
DO :
- Terdapat pus di
daerah kaki yang
luka
- Tampak edema
- Terdapat luka
terbuka

3.3 Diagnosa Keperawatan.

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin.


2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik.

3. Risiko infeksi b.d penyakit kronis (Diabetes Mellitus).


3.4 Rencana Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


1 (D. 0027) (L.03022) (I.03115)

Ketidakstabilan kadar Kestabilan Kadar Manajemen Hiperglikemia


glukosa darah b.d Glukosa Darah Observasi :
resistensi insulin d.d gula - Pusing menurun dari - Identifikasi kemungkinan
darah 284, klien merasa 1 ke 5 penyebab hiperglikemia
pusing, klien merasa
- Lelah / lesu menurun - Monitor kadar glukosa darah
lemah dan letih, klien
dari 1 ke 5
- Monitor tanda dan gejala
sering merasa haus, klien
- Rasa haus menurun hiperglikemia
sering buang air kecil
dari 1 ke 5
sebanyak 10x/hari. - Monitor intake dan outpun
- Kadar glukosa dalam cairan
darah membaik
Terapeutik :
- Jumlah urine
- Berikan asupan cairan oral
membaik
- Fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik

Edukasi :

- Anjurkan menghindari olahraga


saat kadar glukosa darah >
250mg/dl

- Anjurkan monitor kadar glukosa


darah secara mandiri

- Anjurkan kepatuhan terhadap


diet

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian insulin,


jika perlu

- Kolaborasi pemberian cairan IV,


jika perlu

- Kolaborasi pemberian kalium,


jika perlu

2 (D.0077) (L.08066) (I.08238)

Nyeri akut b.d agen Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri


pencedera fisik d.d klien - Keluhan nyeri Observasi :
mengatakan nyeri pada menurun dari 1 ke 5 - Identifikasi lokasi, karakteristik,
kakinya yang luka, klien
- Meringis menurun durasi, frekuensi, kualitas,
mengatakan tidak nyaman
dari 1 ke 5 intensitas nyeri
dengan lukanya, klien
- Sikap protektif - Identifikasi skala nyeri
tampak meringis
menurun dari 1 ke 5 - Identifikasi respons nyeri non
kesakitan, klien tampak
- Gelisah menurun dari verbal
gelisah, klien tampak
1 ke 5 - Identifikasi pengaruh nyeri pada
menggerakan bagian yang
nyeri saat disentuh kualitas hidup
kakinya. Terapeutik :

- Berikan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri

- Kontrol lingkungan yang


memperberat rasa nyeri

- Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi :

- Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri

- Jelaskan strategi meredakan


nyeri

- Anjurkan memonitor nyeri


secara mandiri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian analgetik,


jika perlu

3 (D.0142) (L.14137) (I.14539)

Risiko infeksi b.d Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi


penyakit kronis (Diabetes - Kemerahan menurun Observasi :
Mellitus) d.d terdapat luka dari 1 ke 5 - Monitor tanda dan gejala infeksi
terbuka pada ki sebelah
- Nyeri menurun dari 1 lokal dan sistemik
kiri, klien mengatakan
ke 5 Terapeutik :
luka masih basah dan
- Bengkak menurun - Batasi jumlah pengunjung
berbau, terdapat pus di
dari 1 ke 5
daerah luka. - Berikan perawatan kulit pada
- Cairan berbau busuk daerah edema
menurun dari 1 ke 5
- Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungannya

Edukasi :

- Jelaskan tanda dan gejala infeksi

- Ajarkan cara mencuci tangan


dengan benar

- Ajarkan cara memeriksa kondisi


luka
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan.
1. Perubahan Sistem Endokrin Yang Terjadi Pada Lansia dapat berupa
menurunnya produksi hormon, penurunan kemampuan mendeteksi stres,
konsentrasi glukosa darah yang meningkat dan tetap naik lebih lama
dibandingkan dengan orang yang lebih muda, fungsi paratiroid dan sekresinya
tidak berubah, penurunan kadar esterogen dan peningkatan kadar follice
stimulating hormone selama menopause yang menyebabkan thrombosis dan
osteoporosis, penurunan kadar progesteron, penurunan kadar aldesteron serum
sebanyak 50%, penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%
2. Diabetes melitus merupan salah satu perubahan dan penyakit pada sistem
endokrin yang disebabkan oleh proses penuaan. Hal tersebut dapat disebabkan
karna beberapa faktor seperti fungsi saluran pangkreas dan seresi insulin yang
kurang, perubahan-perubahan karena usila sendiri yang berkaitan dengan
resistensi, insulin, akibat kurangya massa otot dan perubahan vaskuler,
aktivitas fisis yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan dan lain-lain.

4.2. Saran.
Pembuatan makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu diharapkan
kepada pembaca agar dapat menyempurnakannya lagi, dan makalah ini disusun agar
mahasiswa keperawatan Unand dapat mengetahui Asuhan Keperawatan Lansia Dengan
Gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Melitus, semoga dapat bermanfaat hendaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes R. I. (2018). Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Pusat Data
dan Informasi Ke-menterian Kesehatan Republik Indonesia

Andri, J., Karmila, R., Padila, P., Harsismanto, J., & Sartika, A. (2019). Terapi
Aktivitas Senam Ergonomis terhadap Peningkatan Kemampuan Fungsional
Lansia. Journal of Telenursing (JOTING), 1(2), 304-313.
https://doi.org/https://doi.org/10.31539/joting.v1i2.933

Brunner & Suddart. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8.
Jakarta: EGC
Doengoes, M.E, dkk. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Long, B.C. 2006. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Alih Bahasa, Yayasan Ikatan Alumni pendidikan
Keperawatan Padjadjaran. Bandung: YPKAI Mansjoer, Arif, dkk. 2012. Kapita Selekta
Kedokteran, Edisi 5 Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius Smeltzer, S. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Prince A Sylvia. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses penyakit, Edisi
empat. Jakarta: EGC.
Tjokroprawiro, A.. 2015. Diabetes Mellitus, Klasifikasi, Diagnosis dan Terapi,Edisi 3.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sudoyo, Aru W. 2007. Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jakarta: Depertemen Penyakit
Dalam

Anda mungkin juga menyukai