Anda di halaman 1dari 46

Manajemen

Penanganan Korban
Masal Bencana
MT : Keperawatan Bencana / FKEP
Unand
Padang, 15 Oktober 2021

Oleh :
Hidayatul Irwan, S.Kom, MT
Kepala Markas dan Pelatih PMI
Sumbar/Pengawas PUSDALOPS
BPBD Sumbar
Bio Data Singkat Bio Data

Nama : Hidayatul Irwan

Pendidikan Terakhir : Pasca Sarjana Fak Teknik Universitas Bung Hatta Konstrasi
Manajemen Pengurangan Risiko Bencana Pekerjaan :
Jabatan : Kepala Markas PMI Prov Sumatera Barat
Pengawas Pusdalops BPBD Prov Sumbar Tahun 2013-Sekarang
Pelatih Utama PMI Bidang PB
Instruktur Madya (Badan Nasional Sertifikasi Nasional/BNSP)
Koord Distribusi Bantuan (Sertifikasi Nasional/BNSP)
Penugasan Bidang PB antara lain :
Operasi Gempa Liwa Lampung Barat 1995
Operasi Tanggap Darurat Gempa Bengkulu 2000
Operasi Banjir Sumbar – Jambi , Kerinci 2003
Pimpinan Operasi Tanggap Darurat Gempa/Tunsmai Aceh 04/05
Operasi Tanggap Darurat Letusan Gunung Talang 2006
Pendamping Teknis Operasi TD Gunung Merapi Jateng-DIY 2006
Operasi Tanggap Darurat Gempa DIY 2006
Koord Operasi Gempa Sumbar 2005, 2007
Pimpinan Operasi Tanggap Darurat dan Pemulihan Gempa Sumbar 2009
Pimpinan Operasi Tanggap Darurat dan Pemulihan Gempa/Tsunami Mentawai 2010
Koord Program CBDDP, ICBRR PMI Sumbar 2003- 2014
Pendamping Ops /LO Gempa/Tsunami/Likufaksi Palu Sulteng 2018
MT : Keperawatan Bencana

Tujuan Pembelajaran Materi


» Mampu memahami Manajemen » Pengantar
Penanganan Darurat Bencana » Pengenalan Manajemen Tanggap
» Mampu memahami manajemen korban Darurat Bencana dan Klaster Kesehatan
massal saat bencana » Manajemen Penanganan Korban Banyak
dan ICS
PENDAHULUA
N
• Setiap korban bencana berhak mendapatkan bantuan
pemenuhan kebutuhan dasar. (UU 24 Thn 2007 Psl 26
ayat 2.)

• Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar diberikan dalam


bentuk penampungan sementara, bantuan pangan,
sandang, air bersih dan sanitasi, dan pelayanan
kesehatan. (PP 22 Thn 2008 Psl 28 ayat 1.)

 Bantuan pelayanan kesehatan diberikan dengan memperhatikan standar minimal


dan prioritas kepada kelompok rentan.
 Bantuan pelayanan kesehatan harus memenuhi prinsip-prinsip: (1) Cepat dan
Tepat. (2) Prioritas. (3) Koordinasi dan Keterpaduan. (4). Berdaya Guna dan
Berhasil Guna. (5). Transparansi dan Akuntabilitas. (6). Kemitraan. (7).
Pemberdayaan. (8). Non Diskriminatif; (9). Non Proletisi. (10) Penurunan angka
kesakitan dan kematian, dan (11) Penyelamatan, dan perlindungan.
 PB dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi melibatkan seluruh potensi
pemerintah, swasta dan masyarakat.
Manajemen Tanggap Darurat Bencana

“Serangkaian kegiatan yang dilakukan


dengan segera pada saat kejadian bencana
untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana
dan sarana”. (UU No. 24/2007)
STATUS KEADAAN DARURAT

“adalah suatu keadaan yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk jangka


waktu tertentu atas dasar rekomendasi lembaga yang diberi tugas
untuk menanggulangi bencana”.
FASE TANGGAP DARURAT
PP No 21/2008 Penjelasan Ps 23 ayat 1

PENYUSUNAN
RENCANA AKSI
REHAB & REKON
DAMPAK THD KESEHATAN

Pengungsian

Bencana •Kesakitan
•Kematian
•Kurang Gizi
•SAB & Lingk. (-)
•Yankes lumpuh
•dll

Korban Massal Rusaknya Sarana


dan Prasarana Kes.
•Luka •Gedung (RS/Pusk/Pustu) rusak
•Kecacatan •Alkes, Transport, Alkom rusak/hilang
•Kematian •Stock obat rusak/hilang, dll
SITUASI KEDARURATAN /
BENCANA

kebutuhan Ketersediaan sumber


Kebutuhan dasar

masyarakat
& pelayanan
Klaster
Kesehatan
PERAN PEMERINTAH DALAM
KLASTER
KEP KA BNPB NO 173 TH 2014
Fokus
KESEHATAN
PENCARIAN DAN
EKONOMI PENYELAMATAN

PEMULIHAN DINI LOGISTIK

PENGUNGSIAN DAN
SARANA DAN PERLINDUNGAN
PRASARANA

PENDIDIKAN

9 Klaster
SISTEM KLASTER
KOORDINASI BANTUAN

KOLABORASI KAPASITAS

P
GA
ANG RAT
T RU
DA

INTEGRASI SISTEM BENCANA

RY
OVE
REC

PASKA
MANAJEMEN
RESIKO PRA BENCANA
BENCANA RE
H
RE ABIL
KO
NS ITASI
TR
UK
S I
TUGAS KLASTER/SEKTOR KESEHATAN
1. PELAYANAN KESEHATAN

2. PENGENDALIAN PENYAKIT

3. PENYEHATAN LINGKUNGAN

4. PENYIAPAN AIR BERSIH DAN SANITASI YANG BERKUALITAS

5. PELAYANAN KESEHATAN GIZI

6. PENGELOLAAN OBAT BENCANA

7. PENYIAPAN KESEHATAN REPRODUKSI DALAM SITUASI BENCANA

8. PENANGANAN KESEHATAN JIWA

9. PENATALAKSANAAN KORBAN MATI

10. PENGELOLAAN INFORMASI BIDANG KESEHATAN


PENYELENGGARAAN UPAYA KESIAPSIAGAAN &
PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

RAPID HEALTH ASSESSMENT


SURVEYLANCE EMERGENCY / RAPID NEED ASSMT.
BENCANA

waktu

KESIAPSIAGAAN MEDICAL PASCA BENCANA


RESPONSE PEMULIHAN DARURAT
DaLA BIDANG KESEHATAN
PUBLIC HEALTH RESPONSE :
AIR BERSIH DAN SANITASI
CONTINGENCY
SURVAILANS.
PLAN
PERENCANAAN PEMBERANTASAN PENYAKIT & IMMUNISASI
DARURAT PELAYANAN KESEHATA DASAR
GIZI, DLL
INCIDENT COMMAND SYSTEM
DAN
PERTOLONGAN
KORBAN BANYAK
PERTOLONGAN KORBAN BANYAK

Korban banyak dapat dinyatakan bila jumlahnya


sekurang – kurangnya 3 atau jumlah korban lebih
banyak dari jumlah tim yang pertama kali tiba.

PERAN PENOLONG PADA SITUASI KORBAN


BANYAK

Tugas penolong yang pertama kali tiba :


1.Mendirikan posko atau tempat berkumpul
2.Menilai keadaan
3.Meminta bantuan
4.Melakukan triage
Tewas : 139 dengan rincian
113 teridentifikasi 26 tak
diketahui identitasnya.

Terluka : 254 dengan


rincian 170 dirawat di
rumah sakit 84 luka ringan.

Kerusakan : Rusak pada


lokomotif BB303 16 dan
BB306 16, satu kereta
penumpang berbagasi kelas
3 (KB3) dan tiga kereta
penumpang kelas 3 (K3)
INCEDENT COMMAND SYSTEM ( ICS )

Didefinisikan sebagai suatu system yang fleksibel


Untuk mengelola SDM dan sarana yang tersedia.

Umumnya suatu ICS memiliki komponen sbb :

1. Komando / Pengendalian
2. Operasi
3. Logistik
4. Perencanaan
5. Keuangan

Komando dan operasi merupakan 2 komponen


Yang saling sering dugunakan
PENILAIAN KEADAAN

Beberapa hal yang harus dilakukan untuk menilai


keadaan :

1. Keamanan tempat kejadian


2. Jumlah penderita
3. Perlu atau tidaknya ekstrikasi / peralatan khusus
4. Perkiraan jumlah ambulans yang diperlukan
5. Faktor lain yang dapat mempengaruhi keadaan
dan sarana
6. Sektor – sektor yang diperlukan
7. Tempat untuk staging
PENILAIAN KEADAAN

Beberapa hal yang harus dilakukan untuk menilai


keadaan :

1.Keamanan tempat kejadian


2.Jumlah penderita
3.Perlu atau tidaknya ekstrikasi / peralatan khusus
4.Perkiraan jumlah ambulans yang diperlukan
5.Faktor lain yang dapat mempengaruhi keadaan
dan sarana
6.Sektor – sektor yang diperlukan
7.Tempat untuk staging
SEKTOR TANGGAP DARURAT KESEHATAN

Secara umum dalam sistem tanggap Darurat


Medis biasanya ada sektor – sektor sbb :

1. Pos Pengendali ( Incedent Command )


2. Ekstrikasi
3. Perawatan
4. Transportasi
5. Staging
6. Pendukung ( termasuk pemasok )
7. Triage
1. POS PENGENDALI
Bertanggungjawab terhadap
pengendalian semua kegiatan
pertolongan dan pengaturan
bantuan serta logistik
2. EKSTRIKASI
Bertanggungjawab
terhadap pertolongan
korban yg terjebak,
pertolongan teknis,
penilaian dini dan triage
penderita untuk perawatan
dan transportasi.
3. PERAWATAN
Bertanggungjawab atas pertolongan
lanjutan semua korban setelah
diserahkan dari sektor ekstrikasi dan
triage. Sektor ini memilah kembali
korban berdasarkan prioritas
pertolongan.
4. TRANSPORTASI
Sektor ini bersama dgn pos
komando mengatur pengiriman
penderita ke RS, serta
memperhatikan fasilitas RS, daya
tampung, Ambulans dan
transportasi yg lain. Sektor ini
mencatat data tranportasi dan
kemana pasien dibawa
5. STAGING
Pada kejadian berskala
besar sektor ini sangat
berperan untuk
koordinasi pergerakan
kendaraan, institusi yg
melakukan pertolongan
termasuk media. Sektor
ini yg memasok sarana
bantuan jika diperlukan.
6. PENDUKUNG

Bertanggungjawab untuk
menyediakan tenaga,
sarana dan bahan-bahan
tambahan yg diperlukan
oleh sektor lain.
7. TRIAGE
Sektor ini melakukan penilaian
penderita, menandai dan memidahkan
penderita ke area perawatan.

Proses memilah penderita


untuk menentukan
Penderita mana yang harus
menerima perawatan
Terlebih dahulu
TRIAGE
Asal dari bahasa perancis : memilih / mensortir
Prinsip utama triage adalah
menolong para penderita yg mengalami
cedera/keadaan yg berat namun memiliki harapan
hidup
TRIAGE
Metode yang paling sederhana dan umum digunakan
adalah metode S.T.A.R.T
(Simple Triage and Rapid Treatment )
Metode ini dibagi 4 kategori
1. Prioritas I Merah:
Merupakan prioritas utama, diberikan pada korban
dalam keadaan kritis, seperti :
◦ gangguan jalan napas
◦ Perdarahan besar/tidak terkontrol
◦ Penurunan respon/status mental
2. Prioritas II Kuning :
tidak ada ancaman nyawa, tapi perlu
pertolongan, contoh :
◦ Luka bakar tanpa gangguan jalan napas atau
kerusakan alat gerak
◦ Patah tulang tertutup yang tidak bisa jalan
◦ Cedera punggung
3. Prioritas III HIJAU :
kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga
sebagai “walking wounded” atau orang cedera yang
dapat berlajan sendiri
4. Prioritas 0 HITAM:
korban sudah meninggal/mengalami cedera yang
mematikan
Pelaksanaan Triage metode S.T.A.R.T

1. Langkah pertama korban yang dapat ditunda.


kenali dan kelompokkan semua penderita yang
dapat/mampu berjalan ke areal yg telah ditentukan,
beri label HIJAU
2. Langkah kedua pemeriksaan pernapasan
sekarang para penolong menghampiri mereka yang
tidak mampu berjalan. Kemudian menilai
pernapasannya. Bila korban tidak bernapas buka
napas dengan tekan dahi angkat dagu. Bila tetap
tidak bernapas setelah jalan napas dibuka maka
berikan tanda HITAM, jika ia bernapas 30 kali atau
lebih per menit berikan tanda MERAH
3. Langkah ketiga – Penilaian Sirkulasi

Melakukan penilaian sirkulasi dengan cara


memeriksa WPK (Waktu Pengisian Kapiler)
denagn cara menekan diatas kuku ujung jari
korban, ujung jari dibawah kuku akan pucat. Bila
tekanan dilepas maka ujung jari akan menjadi
merah. Apabila ternyata llebih dari 2 detik beri
warna MERAH bila kurang dari 2 detik lakukan
langkah selanjtunya
4. Langkah keempat Penilaian status Mental

a. Pemeriksaan untuk mengikuti perintah2


sederhana
b. Bila penderita tidak mampu mengikuti suatu
perintah sederhana maka beri MERAH
c. Bila mampu beri label KUNING
BAGAN PELAKSANAAN
TRIASE Penderita dapat ya
Hijau
berjalan
Tidak
Tidak ya
Penderita
Bernafas
Penderita > 30 X
Tidak ya Frekuensi
Bernafas
pernafasan
Setelah jalan
Nafas dibuka

MERAH
HITAM > 2 dtk Perfusi

< 2 dtk
Tidak
Status mental
Perintah sederhana
ya
KUNING
Contoh Kasus pemberian label.

1. Korban dapat berjalan luka memar dikepala

2. Korban histeria

3. Korban tidak sadar nafas 25x/menit perfusi 3 detik

4. Korban Nafas tidak ada nadi tidak teraba

5. Korban diam nafas ada setelah airway

6. Korban nafas 30 x/menit, perintah sederhana, perfusi 2 detik

7. Korban dapat berjalan pandangan hampa

8. Korban diam perfusi 2 detik nafas ada nadi teraba


SISTEM
PENANGGULANGAN
GAWAT DARURAT
TERPADU
(SPGDT)
SKEMATIK TANGGAP DARURAT
PENCARIAN DAN PENGUNGSIAN DAN
PENYELAMATAN PERLINDUNGAN

TITIK
POS UNGSI SEMENTARA
GS IAN PENGUNGSIAN
N GUN
P E

SAR MEDIS PRE-HOSPITAL CARE HOSPITAL CARE

EK
S TR - PELAYANAN
AK TIM AMBULAN GAWAT DARURAT
S I
TRIAGE - PERAWATAN
DEVINITIF
RESUSITASI EVAKUASI
SISTEM RUJUKAN

DAERAH BENCANA PRE-HOSPITAL CARE HOSPITAL CARE

DAERAH
TERDAMPAK DAERAH TERDAMPAK TIDAK DAERAH TIDAK
LANGSUNG LANGSUNG TERDAMPAK
UNSUR UTAMA SPGDT

KODAL FIRST RESPONDER

PRE HOSPITAL

INTERNAL DISASTER
AMBULANCE PLAN
HOSPITAL
SERVICE
EXTERNAL DISASTER
STANDARISASI PLAN
TOLONG
HALLO…. HALLO…. ….

HALLO….
TOLONG
….

TOLONG

CALL
CENTRE
Terima Kasih
HIDAYATUL IRWAN
08116631171

hidayatul.irwan20@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai