Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

“KONSEP PROGRAM PROMOSI KESEHATAN”

Dosen Pembimbing : Wisnatul Izzati M,Kes

Disusun Oleh:
Nama : Erin Sukma Melati

Kelas : 3 A

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKes YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

TAHUN 2020
DAFTAR ISI
Daftar isi…………………………………………………………………………...........i
Kata pengantar………………………………………………………………………….ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang………………………………………………………………1
B. Tujuan………………………………………………………………………1
C. Rumusan masalah………………………………………………………….1
BAB II Pembahasan
A. Definisi promosi kesehatan………………………………………………...2
B. Sejarah promosi keperawatan……………………………………………3-4
C. Tujuan promosi kesehatan…………………………………………………5
D. Visi dan misi promosi kesehatan…………………………………………..5
E. Sasaran promosi kesehatan ………………………………………………...6
F. Ruang lingkup promosi kesehatan…………………………………….…6-7
G. Tingkat program promosi kesehatan……………………………………….8
H. Model promosi kesehatan…………………………………………….…8-10
I. Kebijakan promosi kesehatan……………………………………….…11-14
J. Konsep perubahan, kolaborasi, kemitraan dan motivasi dalam promosi
kesehatan………………………………………………………………..15-21
K. Prinsip, metode , media dan strategi promosi kesehatan………………22-30

BAB III Penutup


A. Kesimpulan …………………………………………………………………31
B. Saran ………………………………………………………………...………31
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………..32

i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. Wb

ii
Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah-
melimpahkan rahmat dan karuniaNya ,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas pada mata kuliah keperawatan komunitas ll .
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan do`a saran dan kritik sehingga makalah ini dapat -
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Oleh Karena itu, kami mengharapkan segala
bentuk saran serta masukan dan kritik yang membangun dari berbagai pihak .Akhirnya kami
berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan dunia kesehatan.
Akhir kata, selamat belajar dan berkarya, semoga apa yang kita pelajari, mampu kita
aplikasikan di masa mendatang untuk memecahkan masalah masalah kesehatan masyarakat.

Wassalam

Penulis

ERIN SUKMA MELATI

NIM : 1811142010021

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan didalam hidup seseorang merupakan hal yang penting, namun banyak orang
masih belum menyadari bahwa begitu pentingnya kesehatan didalam kehidupannya. Masyarakat
memiliki hak didalam memperoleh pelayanan kesehatan hal ini berdasarkan undang-undang
dasar 1945 yang tercantum didalam pasal 28 ayat I. Untuk itu diperlukan suatu tindakan yang
harus diambil dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Tindakan yang perlu
bagi masyarakat adalah salah satunya dengan promosi kesehatan.
Promosi kesehatan yang akan diberikan kepada masyarakat harus memiliki prinsip,
metode, media juga strategi dan akan diintervensikan ketika dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada masyarkat.Sehingga promosi kesehatan yang diberikan kepada masyarakat dapat
dimengerti masyarakat dan ditampilkan dalam bentuk perubahan perilaku masyarakat yang lebih
baik dalam prilaku kesehatan.
Mengingat tugas kita sebagai tim medis adalah salah satunya memperkanalkan bagaimana cara
hidup sehat dengan masyarakat maka didalam makalah ini kami akan membahas tentang
“Promosi Kesehatan”.

B. Tujuan
Mahasiswa mampu memahami konsep promosi kesehatan dan Mahasiswa mampu memahami
program atau kegiatan promosi kesehatan

C. Rumusan Masalah
1. Pengertian promosi kesehatan
2. Sejarah promosi kesehatan
3. Tujuan promosi kesehatan
4. Visi dan misi promosi kesehatan
5. Sasaran promosi kesehatan
6. Ruang lingkup promosi kesehatan
7. Tingkat promosi kesehatan
8. Model promosi kesehatan
9. Kebijakan promosi kesehatan
10. Konsep perubahan, kolaborasi , kemitraan dan motivasi dalam promosi kesehatan
11. Prinsip, Metode, Media, dan Strategi Promosi Kesehatan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi promosi kesehatan

WHO berdasarkan piagam Ottawa (1986) dalam Heri.D.J. Maulana (2009) hal. 19,
mendefinisikan promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan individu
meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang
jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri.
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan seseorang untuk meningkatkan
control dan peningkatan kesehatannya. WHO menekankan bahwa promosi kesehatan merupakan
suatu proses yang bertujuan memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan
dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri
(Maulana,2009).

Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai
perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan)
dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif. Promosi kesehatan, selain tetap
menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang selanjutnya disebut gerakan pemberdayaan
masyarakat, juga perlu dibarengi dengan upaya advokasi dan bina suasana (social support).

Promosi kesehatan berpatokan pada PHBS yang dikembangkan dalam 5 tatanan yaitu di
rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we
work), di tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana kesehatan
(where we get health services). Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi,
yang dilandasi oleh kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat
(mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk
swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas program dan lintas sektor. Promosi
Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa
mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur
hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan masyarakat. Yang lebih
sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi kegiatan seperti: advokasi, bina suasana,
gerakan sehat masyarakat, dll.

2
Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat mandiri menolong
diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai dengan
kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
(Depkes RI, 2007).

B. Sejarah promosi kesehatan

Konferensi Promosi Kesehatan WHO secara global telah membentuk konsep, prinsip, dan area
aksi yang meletakkan promosi kesehatan dalam konteks globalisasi yang lebih luas. (Ottawa
1986 dan Bangkok 2005). Konsep promosi kesehatan merupakan pengembangan dari konsep
pendidikan kesehatan, berlangsung sejalan dengan perubahan paradigma kesehatan masyarakat.
Konferensi tersebut telah meneliti pembuatan kebijakan publik (Adelaide 1988) dan penciptaan
lingkungan yang mendukung (Sundsvall 1991). Mereka telah dianggap berperan penting dalam
pembangunan kapasitas untuk promosi kesehatan serta dalam mengatasi faktor-faktor penentu
kesehatan (Jakarta 1997 dan Meksiko 2000). Mereka telah menyerukan tindakan untuk menutup
kesenjangan implementasi antara bukti dan aplikasi konkret dalam pembangunan kesehatan
(Nairobi 2009). Konferensi Global 8 dari Promosi Kesehatan (Helsinki 2013) meninjau
pengalaman dalam terlibat dalam Kesehatan di Semua Kebijakan pendekatan dan mendirikan
bimbingan untuk tindakan nyata di negara-negara di semua tingkat pembangunan (WHO, 2016).

Pada tahun 1986 di Ottawa, Kanada, berlangsung konfrensi internasional promosi kesehatan
yangmenghasilkan piagam Ottawa (Ottawa Charter). Konferensi Internasional pertama pada
Promosi Kesehatan, pertemuan di Ottawa hari ke-21 ini November 1986, dengan ini menyajikan
CHARTER ini untuk tindakan untuk mencapai Kesehatan untuk Semua pada tahun 2000 dan
seterusnya (WHO, 2016)

Upaya promosi kesehatan awal difokuskan pada tanggung jawab individu untuk kesehatan dan
menekankan penentu perilaku dan pendekatan pendidikan. Namun, bukti menunjukkan
kesehatan yang program promosi juga harus mengatasi lingkungan sosial dan fisik, karena ini
juga berkontribusi kesehatan yang buruk. Fokus pada promosi kesehatan sebagai suatu proses
untuk memungkinkan orang untuk mengatasi tantangan dan meningkatkan kontrol atas
lingkungan mereka untuk meningkatkan kesehatan mereka (WHO, 1986). Dokumen ini

3
meletakkan dasar untuk teori dan praktek promosi kesehatan dan menekankan peran sumber
daya sosial dan pribadi serta kemampuan fisik, dan kebutuhanuntuk mencapai kesetaraan dalam
kesehatan. Ottawa Charter juga mendokumentasikan tanggung jawab nonpemerintahdan instansi
pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang mendukung dan kebijakan publik kesehatan
(Pender;Murdaligh;Parson, 2015).

Konferensi ini terutama tanggapan terhadap harapan yang berkembang untuk gerakan kesehatan
masyarakat baru di seluruh dunia. Diskusi difokuskan pada kebutuhan di negara-negara industri,
tetapi memperhitungkan kepedulian yang sama di semua wilayah lainnya. Ini dibangun di atas
kemajuan yang dibuat melalui Deklarasi Kesehatan Primer di Alma-Ata, Target Organisasi
Kesehatan Dunia untuk Kesehatan untuk semua dokumen, dan perdebatan baru-baru ini di
Majelis Kesehatan Dunia pada tindakan lintas sektoral untuk kesehatan.

Menurut Otawa Charter, kondisi fundamental dan sumber daya untuk kesehatan adalah:
perdamaian, berlindung, pendidikan, makanan, pendapatan, eko-sistem yang stabil, sumber daya
yang berkelanjutan, keadilan sosial, dan keadilan. Peningkatan kesehatan memerlukan landasan
prasyarat dasar, yaitu Advocate, Enable, dan Mediate. Ottawa Charter adalah katalis yang
bergerakpromosi kesehatan di luar didefinisikan sebagai suatu kegiatan pendidikan untuk konsep
yang lebih luas yang juga berfokus pada lingkungan sosial dan politik (McQueen & De Salazar,
2011). Bangkok Charter mengidentifikasi tindakan, komitmen dan janji yang diperlukan untuk
mengatasi faktor-faktor penentu kesehatan di dunia global melalui promosi kesehatan. Bangkok
Charter bertujuan membuat kebijakan dan kemitraan untuk memberdayakan masyarakat, dan
untuk meningkatkan kesehatan dan kesetaraan kesehatan, harus menjadi pusat pembangunan
global dan nasional (WHO, 2005).

Bangkok Charter ini mencakup penonton yang menjangkau orang, kelompok dan organisasi
yang sangat penting untuk pencapaian kesehatan, termasuk: pemerintah dan politisi di semua
tingkatan, masyarakat sipil, sektor swasta, organisasi internasional, dan komunitas kesehatan
masyarakat. Promosi kesehatan PBB mengakui bahwa penikmatan standar kesehatan tertinggi
adalah salah satu hak dasar setiap manusia tanpa diskriminasi. promosi kesehatan berdasarkan
hak asasi manusia kritis dan menawarkan konsep positif dan inklusif kesehatan sebagai penentu
kualitas hidup dan meliputi mental dan spiritual kesejahteraan. promosi kesehatan adalah proses
yang memungkinkan orang untuk meningkatkan kontrol atas kesehatan mereka dan penentunya,

4
dan dengan demikian meningkatkan kesehatan mereka. Ini adalah fungsi inti dari kesehatan
masyarakat dan berkontribusi terhadap pekerjaan menanggulangi penyakit menular dan tidak
menular dan ancaman lain terhadap kesehatan (WHO, 2005).

C. Tujuan promosi kesehatan

Green,1991 dalam Maulana,2009,tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan yaitu:

a. Tujuan Program

Refleksi dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang akan dicapai
dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan program ini juga
disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas akibat kecelakaan kerja pada pekerja
menurun 50 % setelah promosi kesehatan berjalan lima tahun.

b. Tujuan Pendidikan

Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan ini merupakan
tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka kunjungan ke klinik perusahaan meningkat
75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.

c. Tujuan Perilaku

Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini bersifat
jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan, contohnya: pengetahuan
pekerja tentang tanda-tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan
berjalan 6 bulan

D. Visi dan Misi promosi kesehatan

1. Visi

Visi promosi kesehatan membahas mengenai pembangunan kesehatan Indonesia yang diatur
dalam UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992. Isi dari visi tersebut yaitu meningkatnya kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental dan sosial
sehingga masyarakat dapat produktif secara ekonomi maupun sosial (Notoatmodjo, 2012). Visi
lainnya yaitu menerapkan pendidikan kesehatan pada program-program kesehatan, baik
pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan,
maupun program kesehatan lainnya.

2. Misi

misi promosi kesehatan ialah terkait upaya pencapaian suatu visi, di antaranya yaitu advokasi,
mediasi dan kemampuan atau keterampilan. Advokasi merupakan kegiatan terencana yang

5
ditujukan kepada para penentu kebijakan untuk mempengaruhi para pembuat keputusan bahwa
program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui suatu keputusan
(Notoatmodjo, 2012). Mediasi (penghubung) berarti pelaksanaan promosi kesehatan perlu
menjalin kemitraan dengan berbagai program yang berkaitan dengan kesehatan. Kemampuan
(enable) berarti masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya secara mandiri.

E. Sasaran promosi kesehatan

Pelaksanaan promosi kesehatan ditujukan kepada sasaran yang telah disesuaikan. Sasaran dalam
promosi kesehatan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu (Kementerian Kesehatan, 2011):

1. Sasaran primer upaya promosi kesehatan adalah pasien, individu sehat dan keluarga atau
rumah tangga yang diharapkan dapat mengubah perilaku, misalnya mengubah perilaku hidup
tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

2. Sasaran sekunder upaya promosi kesehatan yaitu para pemuka masyarakat baik pemuka
informal seperti pemuka adat dan pemuka agama, maupun pemuka formal seperti petugas
kesehatan dan pejabat pemerintahan, serta organisasi kemasyarakatan dan media massa yang
diharapkan dapat turut serta dalam upaya peningkatan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga.

3. Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik berupa peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan, bidang lainnya yang berkaitan dan pihak yang memfasilitasi
sumber daya.

F. Ruang lingkup promosi kesehatan

Ruang lingkup promosi kesehatan secara sederhana menurut (Notoatmodjo, 2010) mencakup
pendidikan kesehatan yang menekankan pada perubahan perilaku, pemasaran sosial yang
menekankan pada pengenalan produk melalui kampanye, penyuluhan yang menekankan pada
penyebaran informasi, upaya promotif yang menekankan pada upaya pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan, upaya advokasi untuk mempengaruhi pihak lain dalam mengembangkan
kebijakan, pengorganisasian, pengembangan, pergerakan dan pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan definisi promosi kesehatan yang merupakan proses yang memungkinkan orang
untuk meningkatkan kontrol atas status kesehatan mereka, untuk itu kesehatan tidak hanya
dipandang sebagai tujuan hidup melainkan juga dipandang sebagai sumber daya bagi kehidupan
sehari-hari karena kesehatan merupakan konsep positif menekankan sumber daya sosial dan
pribadi, serta kemampuan fisik.

Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan, secara garis besarnya
terdapat 2 jenis pelayanan kesehatan, yakni:

6
Pelayanan preventif dan promotif, adalah pelayanan bagi kelompok masyarakat yang sehat, agar
kelompok itu tetap sehat bahkan meningkat status kesehatannya. Pada dasarnya pelayanan ini
dilaksanakan oleh kelompok profesi kesehatan masyarakat.

1. Pelayanan promotif

Sasaran : Kelompok orang sehat

Tujuan : Mampu meningkatkan kesehatannya

Dalam suatu populasi 80% - 85% orang yg benar-benar sehat (Survei di negara berkembang)
sehingga memelihara kesehatannya sehingga jumlahnya dapat dipertahankan

2. Pelayanan preventif

Sasaran : Kelompok orang sehat & kelompok high risk (bumil, bayi, obesitas, PSK dan lain-lain)

Tujuan : Mencegah kelompok tersebut agar tidak jatuh sakit

Pelayanan kuratif dan rehabilitatif, adalah pelayanan kelompok masyarakat yang sakit,
agar kelompok ini sembuh dari sakitnya dan menjadi pulih kesehatannya. pada prinsipnya
pelayanan jenis ini dilakukkan profesio kedokteran.

1. Pelayanan kuratif

Sasaran : Para penderita penyakit, utamanya penyakit kronis (DM, TBC, Hipertensi)

Tujuan : Mencegah penyakit tersebut tidak menjadi lebih parah

2. Pelayanan rehabilitatif

Sasaran : Para penderita penyakit yg baru sembuh (recovery) dr suatu penyakit

Tujuan : Segera pulih kembali kesehatannya & / mengurangi kecatatan seminimal mungkin

Ruang lingkup promosi keseahatan berdasarkan tatanana (tempat pelaksanaan):

 Promosi kesehatan pada tatanan keluarga


 Promosi keluarga pada tatanan sekolah
 Promosi kesehatana pada tempat kerja
 Promosi kesehatan di tempat-tempat umum.
 Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan

Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan

Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan
lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark.

7
o Promosi Kesehatan.
o Perlindungan khusus (specific protection).
o Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
o Pembatasan cacat (disability limitation)
o Rehabilitasi (rehabilitation).

G. Tingkat program promosi kesehatan

Program promosi kesehatan memiliki tiga tingkat, yaitu (Barker, 2007):

1. kesehatan primer cenderung berfokus pada orang-orang yang sehat dan berfokus
pada sekitar layanan seperti klinik untuk wanita, klinik bayi, pesan seks yang aman, imunisasi
anak (Barker, 2007). Tugas promosi kesehatan tingkat ini seperti pencegahan yang bertujuan
untuk mencegah penyakit dan cedera, meningkatkan homeostasis biologis, dan self-regulation
tubuh dengan menyebarluaskan informasi kesehatan dengan selektif yang berasal dari medis
yang berkaitan dengan individu tentang faktor risiko dan tindakan pencegahan yang terkait
(Piper, 2009).

2. Promosi kesehatan sekunder berfokus pada orang-orang yang sudah sakit dan
perawat dalam situasi ini akan berusaha untuk membantu orang kembali ke keadaan sehat
(Barker, 2007). Tujuan dari manajemen diri pasien yang memiliki cedera atau penyakit adalah
untuk memaksimalkan peluang pemulihan secara penuh, pemulihan fungsi dan untuk
meminimalkan risiko terjadinya komplikasi atau munculnya kembali penyakit (Piper, 2009).

3. Promosi kesehatan pencegahan tersier berfokus pada situasi di mana seorang


pasien atau klien memiliki masalah kesehatan yang sedang berlangsung atau cacat, misalnya
pada orang yang memiliki kanker yang agresif, mereka dapat ditawarkan perawatan paliatif
untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dan menjadi sejahtera sebagai bentuk promosi
kesehatan (Piper, 2009; Barker, 2007).

H. Model promosi kesehatan

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (fisik dan psikis)
maupun faktor eksternal (sosial, budaya, lingkungan fisik, politik, ekonomi seta pendidikan). Hal
tersebut dapat menjadi latar belakang dikembangkannya model-model kesehatan. Model-model
promosi kesehatan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Health Belief Model (HBM), merupakan model kognitif, yang digunakan untuk
meramalkan perilaku peningkatan kesehatan yang digunakan untuk menjelaskan kegagalan
partisipasi masyarakat secara luas dalam program pencegahan atau deteksi penyakit. Menurut
HBM, kemungkinan seseorang melakukan tindakan pencegahan dipengaruhi oleh keyakinan dan
penilaian kesehatan (Maulana, 2009) yang di pengaruhi oleh :

8
 Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury or illness). Hal
ini berkaitan dengan sejauh mana seseorang berpikir bahwa penyakit atau kesakitan
betul-betul merupakan ancaman bagi dirinya. Oleh karena itu, jika ancaman yang
dirasakan meningkat, perilaku pencegahan juga akan meningkat.
 Keuntungan dan kerugian (benefits and costs). Pertimbangkan antara keuntungan dan
kerugian perilaku untuk memutuskan melakukan tindakan pencegahan atau tidak.
 Petunjuk berperilaku. Petunjuk berperilaku disebut sebagai keyakinan terhadap posisi
yang menonjol. Hal ini berupa berbagai informasi dari luar atau nasihat mengenai
permasalah kesehatan (misalnya media massa, kampanye, nasihat orang lain, penyakit
dari anggota keluarga yang lain atau teman).

HBM memiliki fungsi sebagai model pencegahan atau preventif (Stanley & Maddux; 1986
dalam Community Health Nursing, 2010). 6 komponen dari HBM ini, yaitu :

o Perceived Susceptibility (kerentanan yang dirasakan). Contohnya seseorang percaya


kalau semua orang berpotensi terkena kanker.
o Perceived Severity (bahaya/kesakitan yang dirasakan). Contohnya individu percaya kalau
merokok dapat menyebabkan kanker.
o Perceived Benefits (manfaat yang dirasakan dari tindakan yang diambil). Contohnya
melakukan perilaku sehat seperti medical check up rutin selain itu kalau tidak merokok,
dia tidak akan terkena kanker.
o Perceived Barriers (hambatan yang dirasakan akan tindakan yang diambil). Contohnya
kalau tidak merokok tidak enak, mulut terasa asam.
o Cues to Action (isyarat untuk melakukan tindakan). Saran dokter atau rekomendasi
menjadi cues to action untuk bertindak dalam konteks berhenti merokok.
o Self Efficacy. Merasa percaya diri dengan perilaku sehat yang dilakukan

2. Theory of Reasoned Action (TRA), digunakan dalam berbagai perilaku manusia,


khususnya berkaitan dengan masalah sosiopsikologis, kemudian berkembang dan banyak
digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kesehatan. (Maulana,
2009) Teori ini menghubungkan antara keyakinan (beliefs), sikap (attitude), kehendak
(intention), dan perilaku.. TRA Merupakan model untuk meramalkan perilaku preventif dan telah
digunakan dalam berbagai jenis perilaku sehat yang berlainan, seperti pengaturan penggunaan
substanti terterntu (merokok, alcohol, dan narkotik), perilaku makan dan pengaturan makan,
pencegahan AIDS dan penggunaan kondom dll. (Maulana, 2009)

 Keuntungan TRA. Teori TRA pegangan untuk menganalisis komponen perilaku dalam
item yang operasional. Fokus sasaran prediksi dan pengertian perilaku yang dapat
diamati secara langsung dan berada dalam kendali seseorang, artinya perilaku sasaran
harus diseleksi dan diidentifikasi secara jelas.

9
 Kelemahan TRA. Kelemahan TRA adalah tidak mempertimbangkan pengalaman
sebelumnya dengan perilaku dan mengabaikan akibat-akibat jelas dari variable eksternal
terhadap pemenuhan intensi perilaku.

3. Transteoritikal Model (TTM), adalah kerelaan individu untuk berubah, yaitu


merubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, dan yang sehat menjadi lebih sehat lagi.
Terbagi menjadi 5 tahap yaitu :

o Pre-contemplation. Individu tidak mengetahui adanya masalah dan tidak memikirkan


adanya perubahan.
o Contemplation. Individu berfikir tentang perubahan di masa yang akan datang dengan
cara memberi dukungan dan motivasi.
o Decission/ determination. Membuat rencana perubahan namun butuh bantuan dalam
mengembangkan dan mengatur tujuan dan rencana tindakan.
o Action. Implementasi dari rencana dan tindakan spesifik dapat dibantu dengan
diberikannya umpan balik dan dukungan sosial.
o Maintenance. Individu dapat menunjukan tindakan yang ideal dan mampu mengulangi
tindakan yang direkomendasikan secara berkala.

4. PRECEDE dan PROCEED Model. Model ini dikembangkan untuk diagnosis


mengenai pendidikan mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program.
PRECEDE merupakan kependekan dari Predisposing, Reinforcing, and Enable Causes in
Educational Diagnosis and Evaluation. Terdapat tujuh tahap dalam merumuskan diagnosis dalam
model ini, yaitu: diagnosis sosial, diagnosis epidemologi, diagnosis perilaku dan lingkungan,
diagnosis pendidikan. Perawat dapat mengembangkan pernyataan diagnosa yang
menggambarkan pendidikan apa yang dibutuhkan oleh klien (Ivanov & Blue, 2008).

PROCEED yang merupakan kependekan dari Policy, Regulatory, and Organizational Construct
for Educational and Enviromental Development digunakan untuk merencanakan,
mengimplementasi, dan mengevaluasi dalam program pendidikan kesehatan. Model ini terdiri
dari empat tahap implementasi, proses, dampak, dan evaluasi hasil dari proses pendidikan
(Ivanov & Blue, 2008).

Fokus model ini adalah mempengaruhi individu, kelompok dan masyarakat untuk berperilaku
sehat dalam diagnosa, pendidikan dan evaluasi. Green & Kreuter (2005) dalam Saifah (2011)
mendefinisikan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat digunakan dalam menginvestigasi perilaku
yang berkontribusi terhadap status kesehatan, yaitu :

a. Faktor predisposisi (predisposing factor)

b. Faktor pemungkin (enabling factor)

c. Faktor penguat (reinforcing factor)

10
I. Kebijakan promosi kesehatan

1. Peran Kebijakan Nasional dalam Promosi Kesehatan

Di dalam promosi kesehatan, ada keterlibatan tiap-tiap sektor dalam membuat hingga
menjalankan kebijakan. Dinas kesehatan provinsi mengembangkan, mengkoordinasi dan
memfasilitasi promosi kesehatan, kabupaten/kota memperkuat pemberdayaan masyarakat oleh
kabupaten/kota bina suasana dan advokasi tingkat provinsi. Pemerintah membuat program
kegiatan sesuai masalah kesehatan yang ada di dinas kesehatan provinsi, sementara pemerintahan
tingkat pusat mempromosikan kesehatan, mengembangkan kebijakan nasional, menjadi pedoman
dan standar fasilitas serta koordinasi promosi kesehatan daerah bina suasana dan advokasi
tingkat nasional. Promosi kesehatan di daerah dikembangkan dari kebijakan nasional dan
pedoman standar promosi kesehatan yang didukung adanya fasilitas koordinasi promosi
kesehatan dari pemerintah pusat dan daerah dengan adanya bina suasana dan advokasi.
Kebijakan yang mengatur tentang promosi kesehatan adalah Permenkes dan Kepmenkes.

2. Peran Tingkat Pusat

Ada 2 unit utama di tingkat Pusat yang terkait dalam Promosi Kesehatan, yaitu:

 Pusat Promosi Kesehatan


 Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Pengelolaan promosi kesehatan khususnya terkait program Pamsimas di tingkat Pusat perlu
mengembangkan tugas dan juga tanggung jawabnya antara lain :

o Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang terkait dengan
kegiatan promosi kesehatan secara nasional
o Mengkaji metode dan teknik-teknik promosi kesehatan yang effektif untuk
pengembangan model promosi kesehatan di daerah
o Mengkoordinasikan dan mengsinkronisasikan pengelolaan promosi kesehatan di tingkat
pusat
o Menggalang kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan lain yang terkait
o Melaksanakan kampanye kesehatan terkait Pamsimas secara nasional
o Bimbingan teknis, fasilitasi, monitoring dan evaluasi.

3. Peran Tingkat Propinsi

Sebagai unit yang berada dibawah naungan tingkat pusat, maka peran tingkat Provinsi,
khususnya kegiatan yang diselenggrakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi antara lain sebagai
berikut:

11
 Menjabarkan kebijakan promosi kesehatan nasional menjadi kebijakan promosi
kesehatan local (provinsi) untuk mendukung penyelenggaraan promosi kesehatan dalam
wilayah kerja Pamsimas
 Meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan promosi kesehatan,
terutama dibidang penggerakan dan pemberdayaan masyarakat agar mampu ber-PHBS.
 Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan pemberdayaan masyarakat
untuk berperilaku hidup bersih dan sehat pada level provinsi
 Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai pihak serta
mengintegrasikan penyelenggaraan promosi kesehatan dengan lintas program dan lintas
sektor terkait dalam pencapaian PHBS dalam level Provinsi

4. Peran Tingkat Kabupaten

Promosi Kesehatan yang diselenggarakan di tingkat Kabupaten, khususnya yang


dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dapat mencakup hal-hal sebagai berikut :

o Meningkatkan kemampuan Puskesmas, dan sarana kesehatan lainnya dalam


penyelenggaraan promosi kesehatan, terutama dibidang penggerakan dan pemberdayaan
masyarakat agar mampu ber-PHBS.
o Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan yang
bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat
o Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan pemberdayaan masyarakat
untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
o Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai pihak serta
mengintegrasikan penyelenggaraan promosi kesehatan dengan lintas program dan lintas
sektor terkait dalam pencapaian PHBS.

Kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia, untuk


meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuanhidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Wujud upaya kesehatan tersebut
dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu :

1) Upaya kesehatan wajib, yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional,


regional, global, serta memiliki daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan
masyarakat meliputi :

• promosi kesehatan

• kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

• perbaikan diri masyarakat, pencegaham dan pemberantasan penyakit menular

• pengobatan

12
2) Upaya kesehatan pengembangan, adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan
sektor pelayanan kesehatanyang terkait.

Kebijakan sosial memberikan pengetahuan bagaimana melakukanhealthy public policy


dimana mengembangkan kebijakan untuk meningkatkan kesehatan. Bidang kebijakan sosial
dapat memberikan pengetahuan reflektif penting pada asalmula promosi kesehatan itu sendiri
dan pada kemunculannya sebagai jenis kebijakan kesehatan yang lebih baru. Kebijakan sosial
terdiri dari perspektif yang bermacam-macam, hal itulah yang merefleksikan asumsi-asumsi
yang berbeda tentang dunia sosial.

Oleh karenanya, studi kebijakan sosial akan memberikan sumbangan besar pada promosi
kesehatan. Hal tersebut akan terus memberikan pemahaman bagaimana ciri-ciri menonjol
healthy public policy dalam lingkungan kebijakan saat ini; peran negara, penduduk, dan
masyarakat dalam pengembangan kebijakan; proses dan kemungkinan pengembangan visi
healthy public policy, jangkauan kerjasama lintas sektoral; jangkauan koordinasi healthy public
policy, dan bagaimana “public good” dapat direkonsiliasikan dengan minat individu dan minat
lainnya dalam memelihara healthy public policy. Program-program di area studi berkaitan
dengan pengembangan ke kebijakan sosial seperti juga pada healthy public policy, membawa
kita untuk mempertimbangkan promosi kesehatan sebagai kebijakan sosial.

5. Kebijakan Internasional Promosi Kesehatan

Dasar kebijakan internasional promosi kesehatan sudah terbentuk sejak dilaksanakan


konferensi pertama di kota ottawa canada pada tahun 1986 dengan tema “menuju kesehatan
masyarakat baru” dan menghasilkan dasar promosi kesehatan yaitu Piagam Ottawa. Selanjutnya
konferensi promosi kesehatan terus dilakukan di tempat yang berbeda sampai terakhir yaitu
konferensi ke tujuh di kenya pada tahun 2009. Pada setiap dilakukan konferensi akan
menghasilkan strategi baru untuk menyelasaikan masalah yang muncul pada periode tersebut di
dunia.

Konferensi promosi kesehatan I dilakukan di kota Ottawa Canada tahun 1986 dengan
tema “Menuju kesehatan masyarakat baru” mengahasilkan piagam Ottawa. Piagam Ottawa
menyebutkan ada sembilan faktor prasyarat untuk menuju kesehatan: perdamaian, tempat
tinggal, pendidikan, makanan, pendapatan, ekosistem yang seimbang, sumberdaya yang
berkesinambungan, keadaan sosial sejahtera, dan pemerataan. Piagam Ottawa memiliki tujuan
promosi kesehatan yaitu: Advokasi (meyakinkan pembuat kebijakan aturan yang diajukan itu
penting), menjembatani (antara bidang kesehtan dan bidang lain), dan memampukan (membuat
masyarakat mandiri). Strategi promosi kesehatan dalam Piagam Ottawa ada lima, yaitu
mengembangkan kebijakan publik berkaitan dengan kesehatan, membuat lingkungan yang sehat,
membangun masyarakat yang aktif, mengembangkan ketrampilan masyarakat, dan reorientasi
sistem pelayanan kesehatan.

13
Konferensi promosi kesehatan ke dua di Adelaide, Australia tahun 1988 dengan tema
“Membangun kebijakan publik yang berwawasan kesehatan”. Dalam konferensi kedua strategi
yang digunakan mengarah untuk mendukung terciptanya masyarakat yang hidup dalam
lingkungan yang sehat dan berprilaku sehat. Untuk mencapai tujuan tersebut menggunakan
enam strategi, yaitu kebijakan publik berwawasan kesehatan, mengupayakan revvitalisasi nilai-
nilai asasi kesehatan, pemerataan akses pelayanan kesehatan, akuntabilitas program kesehatan,
meningkatkan pelayanan, dan kemitraan. Dalam konfrensi ini juga membagi prioritas kebijakan
publik di bidang kesehatan, yaitu program perempuan, pangan dan gizi, tembakau dan alkohol,
dan lingkungan yang baik.

Konferensi promosi kesehatan ke tiga di Sundvall, Swedia tahun 1991 dengan tema
“Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan”. Dalam koferensi ini menghasilkan
model yang dijalankan dengan praktis dalam promosi kesehatan, yaitu Health promotion strategy
analysis model (HELPSAME) berupa analisis pengalaman dalam menciptakan lingkungan yang
mendukung, Sundsvall pyramid of supportive enviroment, dan Supportive enviroment action
model berupa fasilitator dalam kelompok.

Konferensi promosi kesehatan ke empat di Jakarta, Indonesia dengan tema “Pemeran


baru di era baru” tahun 1997. Konferensi ini menghasilkan Deklarasi Jakarta yang berisi
pendekatan baru promosi kesehatan. Deklarasi jakarta terdiri dari empat pendekatan, yaitu
pendekatan komprehensif berupa promosi kesehatan dilakukan secara serentak, pendekatan
melalui tatanan berupa ahli kesehatan ikut dalam kursi pemerintahan, institusi pendidikan, dan
institusi pelayanan kesehatan, pendekatan peran serta masyarakat, dan pendekatan pembelajaran
kesehatan.

Konferensi promosi kesehatan ke empat menghasilkan prioritas peningkatan kesehatan.


Pertam meningkatkan tanggung jawab sosial dalam kesehatan yang dilakukan oleh pemberi
layanan kesehatan. Prioritas kedua meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan.
Prioritas ketiga yaitu meningkatkan kemitraan untuk meningkatakan pelayanan kesehatan.
Prioritas ke-empat yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemberdayaan
masyarakat, dan mengembangkan infrastruktur secara bertahap dan berkelanjutan untuk
meningkatkan intensitas promosi kesehatan.

Konferensi promosi kesehatan ke lima di Mexico, Mexico tahun 2000 dengan tema
“menjembatani kesenjangan pemerataan”. Konferensi ini menghasilkan program-program
kementrian berupa delapan macam, yaitu menghargai pencapaian standar kesehatan sebagai aset
positif bagi kenyamanan hidup dan pertumbuhan pembangunan sosial ekonomi dan pemerataan,
memahami promosi kesehatan sebagai tanggung jawab bersama, terjadi perbaikan layanan
kesehatan, menyadari banyak masalah belum teratasi, infeksi mengurangi keberhasilan bidang
kesehatan, pentinganya kolaborasi, promosi kesehatan komponen dasar publik, dan strategi
efektif.

14
J. Konsep perubahan, kolaborasi , kemitraan dan motivasi dalam promosi kesehatan
A. Konsep Perubahan dalam Promosi Kesehatan

Menurut Pender (2006, dalam Potter & Perry, 2013) Perubahan perilaku sehat merupakan
suatu usaha untuk berubah yang dapat ditunjukkan dengan penghentian tingkah laku yang
memperburuk kesehatannya atau meningkatkan tingkah laku sehat. Sedangkan yang dimaksud
perilaku hidup sehat adalah tindakan yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya (Maulana, 2007).

Perubahan perilaku sehat menurut Prochaska, Redding, dan Evers (2009, dalam Kozier et
al, 2015) perubahan perilaku sehat antara lain:

 Tahap Prakontemplasi
 Tahap prakontemplasi ialah tahap dimana klien membantah bahwa ia memiliki masalah,
klien tidak tertarik dengan informasi kesehatan atau klien pernah mengalami kegagalan
dalam proses perubahan sehingga masalah yang dihadapi klien dianggap sebagai takdir
dan membiarkannya saja.
 Tahap Kontemplasi
 Pada tahap ini klien menyadari masalah yang dihadapinya itu serius dan perlu perubahan
perilaku maka dari itu klien mulai mencari-cari informasi dan mengungkapkan rencana
untuk mengubah perilakunya.
 Tahap Persiapan
 Klien pada tahap ini sudah mulai membuat rencana khusus yang akan dilakukan hingga
akhir perubahan. Klien menganggap keuntungan perubahan perilaku lebih banyak
daripada kerugiannya.
 Tahap Tindakan
 Pada tahap ini klien sudah melakukan rencana yang telah dibuat sebelumnya maka dari
itu klien membutuhkan motivasi agar semangat dalam menjalani rencana ini berjalan
dengan baik.
 Tahap Pemeliharaan
 Tahap ini menekankan pada perubahan perilaku yang terjadi diintegrasikan ke dalam
gaya hidup klien. Klien yang gagal dalam tahap ini akan mengalami relaps dan kembali
ke tahap awal. Relaps merupakan suatu kesempatan untuk belajar dari pengalaman dan
memperbarui usaha untuk berubah (Kozier et al, 2015).
 Tahap Terminasi
 Klien pada tahap ini sudah yakin bahwa masalah bukan lagi godaan atau ancaman bagi
kehidupan. Sebagai contoh, klien tadi sudah tidak takut beresiko diabetes melitus lagi
karena ia sudah yakin bahwa dengan menjaga pola makan sehat dan bergizi akan
menurunkan berat badannya.

Hambatan Proses Perubahan Perilaku dan Jenis Perubahan Perilaku

15
Perubahan tersebut dapat dilihat ketika seseorang tidak melakukan tingkah laku yang dapat
menurunkan status kesehatannya (Nursalam & Efendi, 2008). Hambatan Proses Perubahan
Perilaku, (Alhamda, 2015) yaitu:

o Ancaman kepentingan pribadi.


o Persepsi yang kurang tepat.
o Reaksi psikologis.
o Toleransi terhadap perubahan rendah.
o Kebiasaan. Ketergantungan.
o Perasaan tidak aman.
o Norma.

Perubahan perilaku manusia diklasifikasikan menjadi 5 (lima) jenis, yaitu:

o Perubahan alamiah merupakan suatu sikap atau perilaku yang terjadi karena
adanya perubahan alam atau lingkungan secara alamiah (Alhamda, 2015).
o Perubahan terencana atau planned change adalah perubahan perilaku yang terjadi
karena memang direncanakan oleh orang yang bersangkutan.
o Kesiapan berubah atau readiness to change adalah perubahan perilaku yang terjadi
karena terjadinya proses internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana
proses internal ini berbeda pada setiap individu (Alhamda, 2015).
o Perubahan evolusioner adalah perubahan yang bertingkat, merupakan hasil
modifikasi perilaku sebelumnya, dan membutuhkan waktu yang tidak singkat.
o Perubahan revolusioner adalah perubahan yang cepat, drastis, dan merupakan tipe
perubahan yang mengancam yang mungkin secara komplit keluar dari
keseimbangan sistem. Perubahan revolusioner biasanya terjadi pada situasi yang
tidak aman, tidak dapat ditoleransi atau mengancam nyawa seperti perubahan
perilaku yang terjadi pada masyarakat dimana terjadi wabah influenza serius, atau
pada situasi banjir

B. Konsep Motivasi

Motivasi menurut Weiner (1990) yang dikutip Elliot et al. (2000) menjelaskan bahwa
motivasi sebagai kondisi internal yang membangkitkan seseorang untuk bertindak, mendorong
seseorang untuk mencapai tujuan tertentu, dan membuat seseorang tetap tertarik dalam kegiatan
tertentu.

1. Teori Proses
 Pada teori penguatan yang dikemukakan oleh Skinner, dikatakan bahwa pembelajaran
timbul dari akibat perilaku individu atau modifikasi perilaku.

16
 Teori pengharapan yang dikemukakan oleh Victor H. Vroom, dikatakan bahwa kekuatan
kecenderungan seseorang dalam bertindak bergantung pada harapan bahwa tindakan
tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan terdapat daya tarik pada hasil tersebut
bagi orang yang bersangkutan.
 Teori keadilan yang dikemukankan oleh Adam, menyatakan bahwa puas atau tidaknya
seseorang terhadap apa yang dikerjakannya merupakan hasil dari membandingkan antara
input usaha, pengalaman, skill, pendidikan, dan jem kerjanya dnegan output atau hasil
yang didapatkan dari pekerjaan tersebut.
 Kemudian untuk teori selanjutanya yaitu teori penetapan tujuan yang dikemukakan oleh
Edwin Locke, yang menyatakan bahwa penetapan suatu tujuan tidak hanya berpengaruh
terhadap pekerjaan saja, tetapi juga memengaruhi ornag tersebut untuk mencari cara yang
efektif dalam mengerjakannya.

2. FAKTOR/HAMBATAN MOTIVASI

Bastable (2002) menjelaskan bahwa faktor yang bersifat memfasilitasi atau menghalangi
untuk membentuk motivasi belajar terdiri atas 3 faktor, yakni (1)atribut pribadi, yang terdiri atas
komponen fisik, perkembangan, dan psikologis peserta didik; (2)pengaruh lingkungan, yang
mencakup kondisi fisik dan sikap peserta didik; dan (3)system hubungan peserta didik, misalnya
pihak lain yang berkepentingan, komunitas, keluarga, dan pengaruh pengajar-peserta didik pada
motivasi.

3. PENERAPAN KONSEP MOTIVASI DALAM PROMOSI


KESEHATAN

Peran perawat sebagai instrument peningkatan motivasi kerja Peran perawat sebagai instrument
peningkatan motivasi kerja:

o 1.Model
o 2.Energizer
o 3.Investor
o 4.Teacher coach
o Problem solver
o 6.Feedback giver
o 7.chalengger
o Status ansietas optimal
 Pada keadaan ini, kemampuan seseorang untuk mengobservasi, memfokuskan perahtian,
belajar, dan beradaptasi bersifat operatif (Peplau, 1989 dalam Bastable, 2002). Pada saat
status ansietas individu ringan, hal tersebut merupakan keadaan paling optimal untuk
memberikan motivasi kepada individu tersebut. Status ansietas ringan lebih mudah untuk
diatur dan memang diketahui dapat mempromosikan pembelajaran.

17
o Kesiapan peserta didik
 Sebagai fasilitator bagi peserta didik, seorang perawat sebagai pendidik harus dapat
memberikan dorongan dan perspektif yang positif, yang membentuk perilaku yang
diinginkan untuk mencapai tujuan.
o Tujuan yang realistis
 Tujuan yang tidak realistis serta banyaknya waktu yang hilang dapat mengakibatkan
peserta didik memasuki tahap “menyerah” untuk dapat mencapai tujuan tersebut.
Idealnya tujuan dibentuk bersama oleh peserta didik serta pendidiknya agar mengurangi
dampak negative dari maksud tersembunyi maupun penyabotan rencana pendidikan.
o Kepuasan/keberhasilan peserta didik
 Ketika peserta didik merasa puas dengan tahap demi tahap pencapainnya, maka hal ini
mengakibatkan meningkatnya motivasi pada diri peserta didik tersebut. Dengan fokus
pada keberhasilan sebagai suatu cara untuk memberikan kekuatan positif dapat
meningkatkan kepuasan peserta didik dan rasa pencapaiannya. Sebaliknya, jika berfokus
pada kinerja klinis yang buruk maka harga diri peserta didik dapat berkurang.
o Berkurang atau bertahannya ketidakpastian
 Mishel (1990) dalam Bastable (2002) melihat ketidakpastian sebagai kebutuhan dan
irama alami kehidupan lebih daripada pengalaman yang merugikan. Ketidakpastian
mempengaruhi pilihan. Hal ini dapat menjadi yang utama dalam kesiapan untuk berubah
dan mempengaruhi perilaku sehat peserta didik.

C. Konsep Kolaborasi

Pada lingkup keperawatan komunitas, kolaborasi berarti interaksi yang memiliki tujuan yang
melibatkan perawat, profesi lain, klien serta anggota komunitas lain berdasarkan kesamaan nilai,
usaha dan partisipasi (Kozier, 2015). Sehingga, kolaborasi memiliki dua kunci utama yakni
adanya kesamaan tujuan dan keterlibatan beberapa pihak. Terdapat penjelasan mengenai praktik
kolaborasi, menurut Murdaugh, C.L., dan Parsons, M.A., Pender, N.J. (2015) bahwa praktik
kolaborasi dapat terjadi saat penyedia layanan kesehatan bekerjasama dengan orang-orang se-
profesi, antar profesi dan pasien beserta keluarganya. Dalam menjalankan praktik kolaborasi
dibutuhkan rasa saling percaya diantara individu yang terlibat.

Kolaborasi memiliki beberapa karakteristik, sehingga dapat dibedakan dari interaksi lainnya.
Karakteristik tersebut menurut DeLaune, S. C., dan Ladner, P. K. (2011) yakni:

 Kesamaan tujuan
 Partisipasi yang saling menguntungkan
 Tanggung jawab yang jelas
 Ada batasan yang jelas yang telah ditentukan
 Maksimalisasi penggunaan sumber daya

18
Selain karakteristik, kolaborasi juga memiliki strategi demi mencapai kolaborasi yang efektif.
Strategi menurut Murdaugh, C.L., dan Parsons, M.A., Pender, N.J. (2015) adalah:

o Menentukan tujuan serta kegunaan dari sebuah tim dengan jelas


o Pembagian peran dan tanggung jawab yang jelas
o Berkomunikasi secara berkala
o Saling mempercayai, menghormati, memahami dan mendukung satu sama lain
o Memberikan pengakuan dan apresiasi terhadap segala kontribusi yang dilakukan oleh
seluruh anggota tim
o Kepemimpinan yang efektif
o Mengatur mekanisme serta strategi dalam menyelesaikan tugas
o Mengadakan pertemuan secara rutin

Terdapat elemen kunci efektifitas dalam kolaborasi. Elemen tersebut menurut Murdaugh,
C.L., dan Parsons, M.A., Pender, N.J. (2015) yakni sebagai berikut:

 Kerjasama
 Komunikasi
 Asertifitas
 Otonomi
 Tanggung jawab
 Koordinasi

D. Konsep Pemberdayaan

Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan upaya menumbuhkan


kemampuan masyarakat agar mereka mempunyai daya atau kekuatan untuk hidup mandiri
menjaga kesehatannya (Depkes RI, dalam Maulana, 2009). Upaya tersebut dilakukan sesuai
dengan keadaan, masalah, dan potensi sepempat dan dilakukan dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat. Hasil output dari pemberdayaan adalah kemandirian masyarakat di bidang
kesehatan. Pemberdayaan peran klien dalam promosi kesehatan berhubungan dengan sadar sehat
klien. Sadar sehat melibatkan kemampuan membaca, mengatahui, memahami, dan bertindak
berdasarkan informasi medis dan kesehatan. Pemberdayaan klien penting bagi perawat, karena
jika klien mempunyai kesadaran sehat yang rendah akan berdampak pada ketidak mampuan
klien dalam membuat keputusan yang efektif ketika bekerja sama dengan tenaga kesehatan, yang
akan mengahasilkan kesehatan yang buruk.

Sasaran pemberdayaan masyarakat adalah perorangan, keluarga, dan masyarakat umum.


Sasaran primer pemberdayaan adalah masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat dapat
dilakukan melalui partisipasi aktif masyarakat. Menurut Kasmel dan Andersen (2011),
pemberdayaan melalui partisipasi memliki tiga komponen esensial yaitu:

19
 Partisipasi adalah proses aktif, dimana semua anggota masyarakat saling menyuarakan
pendapatnya.
 Partisipasi adalah pilihan, dimana semua berhak untuk membuat keputusan yang
berpengaruh dalam kehidupan.
 Partisipasi yang efektif

Menurut Maulana (2009) ada beberapa prinsip, model atau bentuk, dan langkah kegiatan
dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu:

Prinsip

o Menumbuh- kembangkan potensi masyarakat.


o Menumbuhkan kontribusi masyarakat dalam upaya kesehatan
o Mengembangkan kegiatan kegotong- royongan di masyarakat
o Bekerja sama dengan masyarakat
o Promosi, pendidikan dan pelatihan dengan sebanyak mungkin menggunakan dan
memanfaatkan potensi setempat
o Upaya dilakukan secaran kemitraan dengan berbagai pihak
o Desentralisasi (sesuai dengan keadaan dan budaya setempat)

Model dan bentuk

 Pemberdayaan pimpinan masyarakat


 Pengembangan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
 Pemberdayaan pendanaan masyarkat
 Pemberdayaan sarana masyarakat
 Peningkatan pengetahuan masyarakat
 Peningkatan pengetahuan masyarakat
 Pengembangan teknologi tepat guna

Langkah kegiatan di tingkat operasional

 Pendekatan pada pimpinan masyarakat (ad vokasi)


 Survei mawas diri, atau pengkajian masalah di masyarakat (community diagnosis)
 Perumusan masalah dan kesepakatan bersama dalam musyawarah masyarakat desa
(community prescription)
 Pemecahan masalah bersama (community treatment)
 Pembinaan dan pengembangan (development)

E. Konsep Kemitraan

20
Kemitraan adalah suatu hubungan atau sebuah kerja sama antara kedua belah pihak atau
lebih, didasarkan pada kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan atau memberikan
manfaat (Depkes RI, 2012). Victoria Health Promotion Foundation (2011) mengemukakan
tujuan dari kemitraan, yang dibagi menjadi tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dari
kemitraan adalah untuk meningkatkan percepatan, efektivitas, serta efisiensi terkait upaya
kesehatan dan upaya pembangunan pada umumnya. Tujuan khususnya adalah berhubungan
dengan aspek rasa di dalam sebuah kesepakatan kerja sama, terkait rasa saling membutuhkan,
percaya, memerlukan, membantu, dll. Hasil yang diharapkan dengan bermitra berhubungan
dengan tujuan yang ditetapkan, yaitu terjadinya percepatan, efektivitas, dan efisiensi dalam
berbagai upaya termasuk kesehatan.

Tingkatan kemitraan dalam promosi kesehatan menurut Victoria Health Promotion


Foundation (2011) adalah: (1) Jaringan/ Networking (melibatkan pertukaran informasi dan
memerlukan waktu serta kepercayaan; (2) Koordinasi/ Coordinating (informasi, dan menggubah
kegiatan berdasarkan tujuan bersama); (3) Kerjasama/ Cooperating (informasi, kegiatan, dan
berbagi sumber daya); (4) Kolaborasi/ Collaborating (sampai pada tahap peningkatab kapasitas
mitra lain untuk saling menguntungkan dengan berpegang pada tujuan bersama).

Sifat kemitraan bergantung pada kebutuhan, tujuan, serta kesediaan dari lembaga, profesi,
atau individu yang berpartisipasi untuk terlibat dalam kemitraan. Menurut Kuswidanti (2008)
sifat kemitraan terdiri dari:

 Incidental (sifat kerja sesuai dengan kebutuan sesaat ex: peringatan hari anak Indonesia)
 Jangka pendek (proyek dalam kurun waktu tertentu)
 Jangka panjang (pelaksanaan program tertentu, ex: pemberantasan TB paru)

Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004), ada empat jenis atau tipe kemitraan yaitu:

 Potential Partnership (peduli tetapi belum bekerja bersama secara dekat)


 Nascent Partnership (pelaku kemitraan adalah patner, tetapi belum efisien)
 Complementary Partnership (antar mitra sudah mendapay keuntungan dan telah saling
berpengaruh)
 Synergistic Partnership (Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh
dengan masalah pengembangan sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas
baru seperti advokasi dan penelitian)

Prinsip dalam kemitraan yang menjadi pondasi dalam penatalaksanaan terhadap tujuan
bersama yang telah ditetapkan, terdiri dari (Ditjen P2M & PL, 2004): (1) Prinsip Kesetaraan
(Equality); (2) Prinsip Keterbukaan; (3) Prinsip Azas Manfaat Bersama (Mutual Benefit).
Keberhasilan dari suatu kemitraan dapat diniai melalui indikator berikut (Kuswidanti, 2008):

 Input (semua sumber daya yang dimiliki)

21
 Proses (kegiatan yang membangun, frekuensi dan kualiatas pertemuan tim atau
secretariat sesuai kebutuhan ex: lokakarya, kesepakatan, dll)
 Output (terbentuknya jaringan kerja, yang terdiri dari berbagai unsur, dan jumlah
kegiatan yang berhasil terrealisasi dari rencana yang dimiliki)
 Outcome (dampak yang dihasilkan dari terbentuknya suatu kemitraan terhadap kesehatan
masyarakat. Outcome kemitraan adalah menurunnya angka atau indikator kesehatan
(negatif), misalnya menurunkan angka orang kesakitan atau angka kematian. Atau
meningkatnya indikator kesehatan (positif), misalnya meningkatnya ststus gizi anak
balita)

Langkah-langkah dalam penatalaksanaan suatu kemitraan (Kuswidanti, 2008):

 Pengenalan masalah dan seleksi masalah;


 Melakukan identifikasi calon mitra dan pelaku potensial
 Melakukan identifikasi peran mitra/jaringan kerjasama mitra dalam upaya mencapai
tujuan
 Membuat kesepakatan
 Menyusun rencana kerja (jadwal kegiatan, pengaturan peran dan tanggung jawab)
 Melaksanakan kegiatan terpadu yaitu menerapkan kegiatan sesuai kesepakatan, dan
melaporkannya secara berkala.
 Pemantauan dan evaluasi.

K. Prinsip, metode, media dan strategi promosi kesehatan

1. Prinsip Umum Promosi Kesehatan serta Prinsip Spesifik Promosi Kesehatan di


Keluarga, Tempat Kerja, Sekolah, dan Tempat Umum.

Dalam dunia kesehatan, tenaga kesehatan memberikan layanannya tidak hanya pada
pengobatan penyakit namun juga pada pencegahan penyakit. Dalam proses pencegahan
penyakit tenaga kesehatan dapat memberikan promisi kesehatan guna meningkatkan status
kesehatan kliennya. Dalam melaksanakan promosi kesehatan baiknya mengikut prinsip-prinsip
promosi kesehatan yang berguna sebagai dasar dari pelaksanaan program promosi kesehatan.

Berikut merupakan prinsip-prinsip umum promosi kesehatan menurut Green & Sputh,
2006 dan Potvin & McQueen, 2001):

 Empowerment atau pemberdayaan


 Partisipative atau partisipasi
 Holistic atau menyeluruh
 Equitable atau kesetaraan
 Intersectoral atau antar sector
 Sustainable atau berkelanjutan

22
 Multi-strategy

Dalam memberikan promosi kesehatan, tenaga kesehatan seperti perawat juga perlu
memahami prinsip promosi kesehatan yang lebih spesifik dalam tiap ruang lingkup, yaitu:

1. Prinsip promosi kesehatan di keluarga:

o Promosi kesehatan yang dilakukan harus bisa lebih spesifik sebab keluarga merupakan
kelompok masyrakat yang paling kecil.
o Keluarga terdiri atas beberapa orang yang sudah terikat hubungan satu sama lain, yaitu
ayah, ibu, dan anak. Ketika promosi kesehatan yang dilakukan telah dijalankan dengan
baik, maka hal tersebut akan berpengaruh kepada perilaku keluarga tersebut.
o Setiap keluarga memiliki keunikannya tersendiri. Keunikan yang dimaksud yaitu aturan
yang dimiliki pada keluarga tersebut. Dalam hal ini pemberi promosi kesehatan harus
mampu menyesuaikan diri dengan aturan tersebut agar keluarga tersebut bisa lebih
terbuka dalam menerima segala bentuk promosi yang dilakukan.

2. Prinsip Promosi Kesehatan di Tempat Kerja

o Komprehensif
Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa
disiplin ilmu guma memaksimalkan tujuan yang ingin dicapai.
o Partisipasi
Para peserta atau sasaran promosi kesehatan hendaknya terlibat secara aktif
mengidentifikasi masalah kesehatan yang dibutuhkan untuk pemecahannya dan
meningkatkan kondisi lingkungan kondisi lingkungan kerja yang sehat.
o Keterlibatan berbagai sektor terkait
Kesehatan yang baik adalah hasil dari berbagai faktor yang mendukung. Berbagai upaya
untuk meningkatkan kesehatan pekerja hendaknya harus melalui pendekatan yang
integrasi yang mana penekanannya pada berbagai faktor tersebut bila memungkinkan.
o Kelompok organisasi masyarakat
Program pencegahan dan peningkatan kesehatan hendaknya melibatkan semua anggota
pekerja.
o Berkesinambungan atau Berkelanjutan
Program promosi kesehatan dan pencegahan hendaknya terus menerus dilakukan dan
tujuannya jangka panjang.

3. Prinsip Promosi Kesehatan di Sekolah

o Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah yaitu peserta
didik, orangtua dan para tokoh masyarakat maupun organisasi-organisasi di masyarakat.

23
o Memberikan pendidikan kesehatan sekolah dengan kurikulum yang mampu
meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang positif terhadap kesehatan serta
dapat mengembangkan berbagai keterampilan hidup yang mendukung kesehatan fisik,
mental, dan sosial.
o Memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun orangtua.
o Mengupayakan agar sekolah mempunyai akses untuk di laksanakannya pelayanan
kesehatan di sekolah, yaitu :
 Penjaringan, diagnosa dini, imunisasi serta pengobatan sederhana.
 Kerjasama dengan Puskesmas setempat
 Adanya program-program makanan bergizi dengan memperhatikan keamanan-
keamanan makanan.

4. Prinsip Promosi Kesehatan di Fasilitas Layanan Kesehatan, (Ayubi, 2006):

o Ditujukan untuk individu yang memerlukan pengobatan dan atau perawatan, pengunjung,
keluarga pasien.
o Memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga atas masalah kesehatan yang
diderita pasien.
o Memberdayakan pasien dan keluarga dalam kesehatan.
o Menerapkan proses belajar di fasilitas pelayanan kesehatan.

5. Prinsip Promosi Kesehatan di Tempat Umum

Bentuk pendekatan massa diberikan secara tidak langsung, biasanya menggunakan atau
melalui media massa.Tempat umum merupakan sarana yang dilalui oleh banyak orang, dapat
dikatakan sasaran dari tindakan promosi kesehatan di tempat umum tidak menentu. Maka
penerapan yang paling efektif adalah dengan memanfaatkan media berupa poster, spanduk, dan
lainnya.

2. Metode dalam Promosi Kesehatan

Pelaksanaan promosi kesehatan agar dapat menarik perhatian masyarakat untuk


mengikutinya, perlu memperhatikan metode yang digunakan dalam promosi kesehatan. Metode
promosi kesehatan merupakan cara atau pendekatan tertentu yang digunakan dengan tujuan
tercapainya tujuan dari proses promosi kesehatan (Effendi & Makhfudli, 2009). Pendidik harus
dapat memilih dan menggunakan metode (cara) mengajar yang cocok atau relevan, sesuai
dengan kondisi setempat. Meskipun berlaku pedoman umum bahwa tidak ada satu pun metode
belajar yang paling baik dan tidak ada satu pun metode belajar yang berdiri sendiri (Maulana,
2009).

Secara garis besar metode dalam proses promosi kesehatan terdapat dua jenis metode,
yaitu metode didaktif dan metode sokratik (Maulana, 2009).

24
o Metode didaktif, didasarkan atau dilakukan secara satu arah atau one way method,
misalnya ceramah, film, leaflet, buklet, poster, dan siaran radio).
o Metode sokratik, dilakukan secara dua arah atau two way method. Metode ini
kemungkinan antara pendidik dan peserta didik bersikap aktif dan kreatif, misalnya
diskusi kelompok, debat, panel, forum, buzzfgroup, seminar, bermain peran, sosiodrama,
curah pendapat, demonstrasi, studi kasus, lokakarya, dan penugasan perorangan).

Pemilihan metode promosi kesehatan harus dilakukan secara cermat dan tepat agar
menjadi metode belajar yang efektif dan efisien ini harus mempertimbangkan hal-hal berikut.

 Hendaknya disesuaikan dengan tujuan pendidikan


 Bergantung pada kemampuan guru atau pendidiknya
 Kemampuan pendidik
 Bergantung pada besarnya kelompok sasaran atau kelas
 Harus disesuaikan dengan waktu pemerian atau penyampaian pesan.
 Hendaknya mempertimbangkan fasilitas-fasilitas yang ada.

Metode pembelajaran selain terdapat dua jenis, metode pun menurut Notoatmodjo,
2007) ; Maulana (2009), diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu, metode pendidikan individu,
kelompok, dan massa. Memiliki pendapat yang sama menurut Departemen Kesehatan RI
menggolongkan metode promosi kesehatan berdasarkan jumlah sasaran yang ingin dicapai yaitu,
pendekatan perorangan, pendekatan kelompok, dan pendekatan massal.

1. Metode pendidikan individu

 Bimbingan berisi penyampaian inforasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan,


pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang disajikan dalam bentuk pelajaran.
 Konseling adalah proses belajar yang bertujuan memungkinkan konseling (peserta
didik) mengenal dan menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyelesaian
dengan lingkungannya (Nurihsan, 2005) dalam (Maulana, 2009).

2. Metode pendidikan kelompok

o Ceramah, ialah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicaraa di depan sekelompok
pengunjung atau pendengar. Metode ini dipergunakan sesuai kondisi–kondisi tertentu.
o Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu atau beberapa ahli tentang suatu
topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
o Diskusi kelompok, percakapan yang direncakan atau dipersiapkan di antara tuga orang
atau lebih tentang topik tertentu dan salah seorang di antaranya memimpin diskusi
tersebut.
o Bermain peran (role play), peserta diminta memainkan atau memerankan bagian-bagian
dari berbagai karakter dalam suatu kasus.

25
o Simulasi, suatu cara peniruan karakteristik-karakteristik atau perilaku-perilaku tertentu
dari dunia rill sehingga para peserta latihan dapat berekasi seperti pada keadaan
sebenarnya.

3. Metode pendidikan massa

Metode pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan-pesan kesehatan yang


ditujukan untuk masyarakat. Pesan yang ingin disampaikan perlu dirancang agar dapat ditangkap
oleh massa.

Metode kesehatan pun dapat digolongkan berdasarkan teknik komunikasi dan indera
penerima dari sasaran promosi kesehatan.

 Berdasarkan teknik komunikasi


o Metode penyuluhan langsung.
o Metode yang tidak langsung.
 Berdasarkan indera penerima
o Metode melihat/memperhatikan.
o Metode pendengaran
o Metode “kombinasi”
3. Media Promosi Kesehatan

Dalam melakukan promosi kesehatan perlu diperhatikan media yang digunakan agar
dapat menarik perhatian sasaran dalam mengikuti promosi kesehatan. Menurut (Kholid, A.,
2012) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran
seperti buku, film, video dan sebagainya. Media merupakan alat yang digunakan oleh pendidik
dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran (Maulana, H. D., 2007). Tujuan dari
penggunaan media dalam pengajaran yaitu untuk memperjelas pesan, mengatasi keterbatasan
ruang, waktu tenaga, daya indra, menimbulkan semangat belajar, interaksi langsung antara
peserta didik dan sumber belajar, serta memungkinkan peserta belajar mandiri sesuai bakat
(Simamora, 2009).

Media yang berupa alat peraga berfungsi untuk (Maulana, H. D., 2007):

o menimbulkan minat sasaran


o mencapai sasaran yang lebih banyak
o membantu mengatasi hambatan dalam pemahaman
o merangsang sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain
o memudahkan penyampaian informasi
o memudahkan penerimaan informasi oleh sasaran
o mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi oleh orang banyak.

26
o mendorong keinginan untuk mengetahui, mendalami, dan mendapat pengertian yang
lebih baik.
o membantu menegakkan pengetahuan yang diterima agar bisa lebih lama tersimpan dalam
ingatan.

Pelaksanaan promosi kesehatan membutuhkan media yang dapat memudahkan aktivitas


promosi kesehatan terutama pada saat pendidik (sumber) tidak dapat bertemu langsung dengan
sasaran. Adapun jenis – jenis media pembelajaran menurut (Kholid, A., 2012) yaitu:

 Media visual seperti grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun dan komik
 Media auditif seperti radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
 Projected still media seperti slide, over head projector, in focus dan sejenisnya
 Projected motion media seperti film, televise, video, computer dan sejenisnya.

Sedangkan, menurut Sharon, S. E. (2005) terdapat enam jenis dasar dari media
pembelajaran, yaitu:

o Teks, yaitu penyampaian informasi yang berupa tulisan.


o Media audio, seperti suara latar, musik, atau rekaman suara yang dapat meningkatkan
daya tarik sasaran.
o Media visual, yaitu media yang memberikan rangsangan - rangsangan visual seperti
gambar/photo, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun poster dan papan bulletin.
o Media proyeksi gerak, seperti film geral, film gelang, program TV, video kaset (CD,
VCD, atau DVD).
o Benda-benda tiruan/miniatur, seperti benda-benda tiga dimensi yang dapat disentuh dan
diraba oleh penerima pesan.
o Manusia, yang dapat berupa guru, siswa, atau pakar/ ahli dibidang/ materi tertentu.

Adapun ciri – ciri media pembelajaran menurut (Gerlach & Ely, 1971) yaitu:

Ciri fiksasif
Ciri manipulatif
Ciri distributif

Kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih media pembelajaran menurut (Kholid,
A., 2012) yaitu:

 Sesuai dengan tujuan atau standar kompetensi yang ingin dicapai.


 Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip dan
generalisasi
 Praktis, luwes dan bertahan
 Memperhatikan pengelompokan sasaran.
 Penyaji terampil dalam menggunakan media.

27
4. Strategi Promosi Kesehatan

1. Advokasi

a. Advokasi

Pada dasarnya promosi kesehatan bertujuan untuk mengenalkan kesehatan kepada


masyarkat, untuk mencapai hal ini perlu adanya pendekatan persuasif, dan menggunakan cara
yang komunikatif serta inovatif yang memerhatikan sasaran promosi kesehatan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait kesehatan (Maulana, 2007). Advokasi
merupakan strategi dengan pendekatan pimpinan dengan tujuan untuk mengembangkan
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Efendi & Makhfudli, 2009). Advokasi berperan
dalam mendukung kegiatan promosi kesehatan yang dapat memfasilitasi adaptasi perilaku dan
lingkungan untuk memperbaiki kesehatan. Pelaku advokasi kesehatan ialah orang yang peduli
terhadap upaya kesehatan dan memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut
(Maulana, 2007).

b. Tahap Advokasi

Komitmen yang didapat dari proses advokasi tentunya tidak berjalan dengan cepat karena
melewati beberapa tahapan. Pertama, mengetahui atau menyadari adanya masalah. Kedua,
tertarik untuk ikut mengatasi masalah. Ketiga, peduli terhadap pemecahan masalah (dengan
mencari alternatif pemecahan masalah). Keempat, sepakat untuk memecahkan masalah dengan
memilih caranya. Kelima, memutuskan tindak lanjut kesepakatan. Bahan-bahan advokasi pun
perlu disiapkan terlebih dahulu dan matang, diataranya ialah sesuai minat dan sasaran advokasi,
memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah, memuat peran sasaran dalam
pemecahan masalah, berdasarkan fakta dan bukti (evidence-based), dikemas secara menarik dan
jelas, serta sesuai dengan waktu yang tersedia (Depkes, 2011).

c. Proses Pendekatan Advokasi

Proses pendekatan dalam advokasi kesehatan ialah pendekatan persuasive, dewasa, dan
bijak. Menurut UNFPA dan BKKBN (2002) terdapat lima pendekatan utama yaitu, melibatkan
para pemimpin, bekerja sama dengan media massa, membangun kemitraan, memobilisasi massa,
dan membangun kapasitas (Maulana, 2007). Advokasi akan lebih efektif jika dilaksanakan
dengan prinsip kemitraan, dengan membentuk jejaring advokasi atau forum kerjasama. Hal

28
tersebut dapat mendukung proses advokasi karena akan terjadinya proses kerja sama yang
didalamnya terdapat pembagian tugas dan saling mendukung, maka sasaran advokasi akan dapat
diarahkan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, metode dan media advokasi perlu ditentukan
secara cermat, sehingga dapat terjalin kerjasama yang baik (Depkes, 2011).

d. Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dengan menggunakan strategi ini berupa kebijakan dan peraturan-
peraturan yang mendukung untuk mempengaruhi terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat
serta adanya sumber dukungan dari aspek lain.

2. Strategi Promosi Kesehatan: Social Support dan Enpowerment

Proses belajar akan terlaksana dengan baik jika klien mengalami perubahan tingkat
pengetahuan, kesadaran maupun perilaku. Strategi-strategi yang dibahas biasanya meliputi
belajar-mengajar, pemecahan masalah, penggunaan diri secara terapeutik, kepedulian,
manajemen stres, modifikasi pelaku, membuat kontrak, proses kelompok dan prinsip-prinsip
praktik keperawatan. Terdapat tiga strategi yang dapat dilakukan untuk melakukan perubahan
tersebut pada klien yaitu empiric-rational change, normative-reeducative, dan power-coersive
(Allender, Rector, & Warner, 2014). Selain itu, menurut WHO (1994) dan DepKes RI (2007)
terdapat beberapa strategi dalam promosi kesehatan, yaitu:

a. Bina Suasana (Social Support). Strategi ini dilakukan untuk mencari dukungan
sosial melalui tokoh masyarakat, baik tokoh masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama
kegiatan ini adalah para tokoh masyarakat, dapat menjadi jembatan antara sektor kesehatan
sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat sebagai penerima program kesehatan.

b. Pemberdayaan adalah kegiatan yang melibatkan masyarakat berupa kegiatan dari,


oleh, dan untuk masyarakat dalam mengenali masalah kesehatan mereka sendiri serta bersedia
untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya masing-masing (Efendi &
Makhfudli, 2009). Tujuan umum dalam gerakan pemberdayaan masyarakat ini adalah
masyarakat mampu mengenali, memelihara, melindungi dan meningkatkan kualitas
kesehatannya termasuk apabila mereka sakit, mereka dapat memperoleh pelayanan kesehatan
tanpa mengalami kesulitan terutama dalam biaya. Sasaran dan pelaku dalam gerakan
pemberdayaan masyarakat ditujukan pada masyarakat langsung sebagai sasaran primer. Prinsip
dalam gerakan pemberdayaan masyarakat ini berupa menumbuhkembangkan potensi
masyarakat, menumbuhkan kontribusi masyarakat dalam upaya kesehatan, mengembangkan
kegiatan yang melibatkan kebersamaan antar-masyarakat, kerjasama masyarakat, promosi
pendidikan dan pelatihan dengan pemanfaatan potensi setempat, upaya yang dilakukan secara
kemitraan dengan berbagai pihak dan sesuai dengan keadaan atau budaya setempat. Selain
prinsip dalam gerakan pemberdayaan masyarakat, adapula bentuk dari gerakan pemberdayaan
masyarakat, yaitu community leader, community organizations, community fund, community
material, community knowledge, community technology, dan community decision making.

29
Dalam gerakan pemberdayaan masyarakat dibutuhkan peran dari dinas kesehatan dalam kota
maupun kabupaten yang berupa pengkajian dalam membantu memahami permasalahan
kesehatan di wilayah tersebut, pemberi arah terkait tujuan dan sasaran dari kegiatan yang akan
dilakukan, memberikan bimbingan dan bantuan teknis yang sesuai dengan keperluan serta
memberikan dukungan moral, memberikan dukungan sumber daya manusia dan memantau
perkembangan masalah kesehatan yang dialami. Indikator keberhasilan terhadap strategi gerakan
pemberdayaan masyarakat terdiri dari indikator input, indikator proses dan indikator output
(Maulana, 2009).

30
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui


pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat mandiri
menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat
sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan. (Depkes RI, 2007). Tujuan promosi kesehatan terdiri dari 3 : . Tujuan
Program, Tujuan Pendidikan, Tujuan Perilaku. Sasaran promosi kesehatan : Sasaran primer,
Sasaran sekunder , Sasaran tersier.

Ruang lingkup promosi kesehatan secara sederhana menurut (Notoatmodjo, 2010)


mencakup pendidikan kesehatan yang menekankan pada perubahan perilaku, pemasaran
sosial yang menekankan pada pengenalan produk melalui kampanye, penyuluhan yang
menekankan pada penyebaran informasi, upaya promotif yang menekankan pada upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, upaya advokasi untuk mempengaruhi pihak lain
dalam mengembangkan kebijakan, pengorganisasian, pengembangan, pergerakan dan
pemberdayaan masyarakat. Tingkat program promosi kesehatan yaitu : kesehatan primer ,
Promosi kesehatan sekunder , Promosi kesehatan pencegahan tersier. Model promosi
kesehatan terdiri dari : Health Belief Model (HBM), Theory of Reasoned Action (TRA),
Transteoritikal Model (TTM), PRECEDE dan PROCEED Model .

B. Saran

Dalam melakukan tulisan dan menjelaskannya kepada orang lain harus mudah
dimengerti sehingga tidak menimbulkan persepsi yang berbeda dari seharusnya. Begitu juga
dalam penulisan Asuhan keperawatan harus dapat dimengerti dan menjelaskan secara
lengkap apalagi menyangkut penyakit yang berbahaya.

Tulisan yang baik harus didasari atas kemampuan intelektual dan jiwa seni dalam
menulis sehingga pembaca dapat mengerti dari maksud dan tujuan. Semoga tulisan ini
bermanfaat bagi kita semua.

31
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Kholid. (2014). Promosi kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo

ANA. (2010). Nursing’s social policy statement: the essence of the profession.

Washington: Nursesbooks.org.

Christensen, P. J., & Kenney, J. W. (1996). Nursing process: Application of conceptual models.
USA: Mosby-Year Book, Inc.

Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, (2008). Panduan pelatihan komunikasi
perubahan perilaku, untuk KIBBLA, Jakarta: Depkes RI

Departemen Kesehatan RI, (2008). Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Promosi
Kesehatan, dalam Pencapaian PHB. Jakarta.

32

Anda mungkin juga menyukai