Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami. Sehingga kami bias berhasil menyelesaikan
tugas ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul "Model-Model
Pembelajaran Yang Efektip Dan Penerapannya".
Kami menyadari bahwa ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersipat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan ini.
Demikianlah, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan dan ikut serta dalam penysunan ini dari awal sampai akhir. Semoga ALLAH
SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin ya robbal ‘alamin.

Manna 14 Oktober 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 2

BAB I ......................................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 4

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 5

BAB II ....................................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6

A. Model pembelajaran yang efektip dan penerapannya........................................................... 6

BAB III .................................................................................................................................... 16

PENUTUP ............................................................................................................................... 16

B. Saran ................................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 17

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah salah satuhal yang penting dalam kehidupan manusia tanpa
pendidikan manusia tidak akn maju, pada dasarnya segalahal yang kita alami ini
adalah ilmu dan ilmu itu berdasar pendidikan.
Berdasarkan perkembangan jaman pendidikanpun berkembang dan sudut
pandang manusiapun maju terhadap ilmu pendidikan timbal balik dari semuanya itu
diantaranya banyak bermunculan alat-alat teknologi yang amat canggih sejalan
dengan semuanya itu kebudayaan dan jalan pikiran manusiapun berubah dan akhirnya
manusia jadi masarakat modern.
Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya
perubahan yang lebih baik (improvement oriented). Hal ini tentu saja menyangkut
berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan. Komponen yang melekat pada
pendidikan diantaranya adalah kurikulum, guru dan siswa.
Dalam proses pembelajaran keberadaan guru sangatlah urgen, karena guru
yang menentukan apakah tujuan pembelajaran tercapai atau tidak.
Hasil studi menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu pendidikan
yang cukup menggembirakan, namum pembelajaran dan pemahaman siswa di tingkat
dasar termasuk Madrasah Ibtidaiyah pada beberapa materi pelajaran menunjukkan
hasil yang kurang memuaskan. Pembelajaran di tingkat sekolah dasar atau Madrasah
Ibtidaiyah cenderung text book oriented dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-
hari siswa. Pembelajaran konsep cenderung abstrak dan dengan metode ceramah,
sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami. Sementara itu
kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir
siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna, metode yang

3
digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibat motivasi belajar siswa menjadi sulit
ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis (Direktorat PLP,
2002).
Menurut pendapat Peter Sheal (1989) sesuai dengan “Kerucut Pengalaman
Belajar” Dia menyatakan (hasil penelitian) bahwa peserta yang didik hanya
mengandalkan “penglihatan dan pendengaran” dalam proses pembelajarannya akan
memperoleh daya serap kurang dari 50%. Di sisi lain, dalam melaksanakan proses
belajar mengajar, kurang dari 20% guru yang menggunakan alat bantu pembelajaran.
Kurang dari 30% guru yang selalu mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari.
Sehingga wajar apabila evaluasi hasil belajar hasilnya belum seperti yang di
harapkan.
Mencermati hal tersebut di atas, perlu adanya perubahan dan pembaharuan,
inovasi ataupun gerakan perubahan mind set kearah pencapaian tujuan pendidikan
pada umumnya. Upaya-upaya guru dalam mengatur dan memberdayakan berbagai
variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa
mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu pemilihan dan mendesain model-
model pembelajaran yang efektip dan cara penerapan kepada anak didik dan semua
itu dapat berguna dalam mencapai iklim PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, Menyenangkan) adalah tuntutan yang harus diupayakan oleh guru.
Berlatar masalah tersebut di atas, maka penulisan makalah ini kami beri judul
“Model-Model Pembelajaran Yang Efektip Dan Penerapannya”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut model pembelajaran dan jenis jenisnya?
2. Bagaimana caraatau penerapan atau strategi pembelajaran?

4
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini agar kita dapat mengetahui :
1. Model-Model pembelajaran
2. Penerapan dari model pembelajaran

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model pembelajaran yang efektif dan penerapannya


Model-model pembelajaran (teaching model) adalah Model belajar yang
direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam pengajaran.
Model-model pembelajaran lazimnya dijadikan pedoman perencanaan dan
pelaksanaan pengajaran serta evaluasi belajar.
Dalam sebuah model mengajar biasanya terdapat tahapan-tahapan atau
langkah langkah (syntax) yang relatip tetap dan pasti untuk menyajikan materi
pelajaran yang berurutan.
Kumpulan model mengajar yang dianggap komprehensif, menurut Tardif
(1989) adalah set model yang dikembangkan oleh bruce joyce dan marsha weil
dengan kategorisasi sebagai berikut:
a. Model Imformation procecing (tahapan pengolahan impormasi)
Imformasi processing adalah sebuah istilah kunci dalam psikologi kognitip yang
akhir-akhir ini semakin mendiminasi sebagai besar upaya riset dalam pembahasan
psikologi pembahasan psikologi pendidikan .
Imformation processing sebagai sebuah rumpun model-model mengajar perlu
dipelajari dan diterapkan sebaik-baiknya dalam proses belajar mengajar agar ranah
cipta siswa dapat berkembang dan berfungsi septimal mungkin. Pengembangan ranah
cipta dalam proses belajar mengajar dipandang vital dan stategis, karena ranah
kejiwaan yang paling dominan adalah ranah cipta (kognitip). Kenapa? Karena ranah
psikologis yang bermarkas didalam otak ini merupakan sumber dan sekaligus
pengendali ranah-ranah psikologis lainnya, yakni ranah rasa (afektip) dan karsa
(psikomotor). Jadi otak itu berpungsi sebagai mesin dari segala aktivitas dan sebagai
mesin penggerak dari segala perangkat yang ada pada tubuh kita.

6
➢ Model peningkatan kapasitas berpikir
Di antara model-model mengajar yang termasuk kategori impormation processing
adalah mode peningkatan kapasitas berpikir yang diilhami oleh metode klinik ciptaan
jean piaget (1896) seorang ahli psikologi anak yang banyak menekuni perkembangan
kognitipnya, penerapan model tersebut diarahkan pada perkembangan-perkembangan
sebagai berikut:
1. Daya cipta akal siswa
2. Berpikir kritis siswa
3. Penilaian mandiri siswa dan juga pengembangan.
4. Sosioemosional siswa (perasaan kemasrakatan) sebagai salah satu fenomena
rana rasa siswa.
❖ Langkah-langkah (syntax)
Setelah guru mempersiapkan segala sesuatu yang mendukung penyajian
untuk belajar si guru perlu mempersiapkan 3 macam sintak model. Sintak-sintak ini
memerlukan metode diskusi dan pemberian tugas yang secara ringkas dapat diuraikan
sebagai berikut.
1. Langkah konfrontasi.
Pada tahap pertama proses belajar mengajar guru perlu mengkonprontasikan atau
menghadapkan para siswa pada situasi yang menentang, penuh teka-teki terkadang
tak masuk akal. Caranya ialah dengan mengajukan masalah yang pelik (tapi relepan
dengan materi pelajaran) dan masih setara dengan ranah cipta siswa.
2. Langkah inquiry.
Langkah kedua ini merupakan proses menggunakan intelek siswa dalam
memperoleh pengetahuan dengan cara menemukan dan mengorganisasikan konsep-
konsepkedalam sebuah tatanan yang menurut siswa tersebut penting.
Tugas guru dalam langkah kedua ini menggali dan menilai respon para siswa
dalam probling umpamanya dengan cara bertanya untuk meyakinkan benar salahnya
sesuatu yang telah di kemukakan para siswa, kemudian para guru juga dapat
melakukan counter suggestion dengan menanyakan alas an-alasan mengapa siswa

7
dapat menjawab begini dan begitu. Semua pendapat siswa yang sama ataupun engga
di telaah oleh guru lalu di telaah dan diberi saran dan di sempurnakan jawabannya
oleh guru.
3. Langkah transper.
Pada bagian ini para guru menganjurkan melemparkan masalah baru yang juga
muskil dan menentang siswa untuk berpikir. jika siswa telah mampu untuk
memecahkan masalah tersebut berarti telah sampai kepada si anak segala sesuatu
yang telah di ajarkan seorang guru tersebut dan bias mengaplikasikannya terhadap
kehidupan sehari hari.
Tujuan langkah terakhir ini, seperti yang telah di singgung di atas adalah agar
siswa dapat mengaplikasikannya terhadap kehidupannya masing-masing dan dapat
memecahkan masalah dan menyelesaikan tugas tugas lain yang dihadapi baik
sekarang ataupun masa yang akan datang.
b. Model personal (pengembangan pribadi)
Pada dasarnya pada model ini supaya sianak tau bagaimana kepribadian dan
kemampuan masing-masing dan timbal balik dari semua itu dapat menolong siswa
dalam mengembangkan kepribadian mereka berdasarkan kemampuan masing-
masing.

8
Model yang digunakan disini adalah model nondirektip. Model ini pada
umumnya dirancang secara sederhana untuk mempermudah proses belajar pada siswa
secara umum dalam arti tidak ditujukan pada aktipitas belajar materi tertentu. Jadi,
model nondirektip tersebut lebih bersipat bimbingan dan penyuluhan dalam aktipitas
belajar mengajar untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi belajar siswa yang
dianggap bermasalah.
Teknik yang lajim dalam metode ini adalah teknik wawancara. Dalam wawancara
ini siswa dbebaskan menjawab dan mengekspresikan ide dan perasaan kepada guru
pembimbing sehubungan dengan masalah yang sedang mengalaminya. Sebaliknya,
guru sebagai pembimbing harus bersikap empatik dalam arti menunjukan respon
ranah cipta dan rasa yang penuh pengertian terhadap emosi dan perasaan siswa.
➢ Langkah-langkahnya
Menurut carl Rogers yang dikutip oleh dahlan (1990). Ada lima tahapan atau pase
diantaranya.
• Menentukan situasi yang membantu. Tahapan ini dilakukan pada wawancara
awal. pada bagian ini guru pandai-pandai menyusun pertanyaan dan
pernyataan yang membuka jalan bagi siswa klien untuk mengepresikan secara
bebas hal-hal yng berkaitan dengan masalah-masalah yang dihadapi. Jadi
tahapan pertama ini lebih bersipat penjagaan masalah.
Mendorong/memotipasi siswa untuk mengekpresikan segala perasaan
yang ada, baik yang bersipat positip ataupun yang bersipat negatip. Selain itu
guru juga diharapkan dapat memotivasi anak untuk menemukan masalahnya
sendiri yang dihadapi.
• Mengembangkan insight. Pada tahapan ini murid diharapkan dapat
menampakan personal insight dalam arti mengerti dan menyadari sendiri
tentang arti, sebab dan akibat prilakunya pada masa lalu yang bermasalah itu..
peranan guru dalam hal ini supaya guru memberi akses keterusterangan siswa

9
klien, agar masalah yang akan dipecahkan pada masa selanjutnya dapat
sitentukan masalahnya.
• Memotivasi siwa klien sambil membantu membuat keputusan tentang jenis
masalah dan membuat rencana pemecahan masalah tersebut. Dalam hal ini
yangdapat gurulakukan adalah menawarkan alternatip-alternatip penentuan
jenis masalah dan prosedur pemecahannya sendiri. Untuk dijadikan acuan
murid dalam penyelesaian masalahnya sendiri jadi yang menyelesaikan
masalah bukan guru pembimbing melainkan anak itu sendiri.
• Sumber motivasi kepada siswa supaya mengambil keputusan sendiri dalam
masalahnya sendiri (dalam arti relepan dan signifikan) tindakan-tindakan ini
harus dilakukan secara berangsur angsur sesuai elemen-elemen masalah yang
harus dihadapi. Selanjutnya tunggal guru pembimbing memantau pelaksanaan
tindakan-tindakan siswa serta bersiap-siap siaga membantu menyingkirkan
atau membantu menyingkirkan atau mengurangi hambatan yang mungkin
merintangi tindakan positip siswa klien bersangkutan.
c. Model social (hubungan bermasyarakat)
Model social adalah rumpun model mengajar yang menitih beratkan pada
proses interaksi antar individu yang terjadi dalam kelompok individu tersebut. Oleh
karna itu rumpun ini sering disebut rumpun interaktip model (model yang
bersifat hubungan antar individu) sesuai dengan penekanan atau penitikberatannya,
aplikasi rumpun model social di prioritaskan untuk mengembangkan kecakapan
indipidu siswa dalam berhubungan dengan orang lain, atau masyarakat di
sekelilingnya. Salah satu model yang mengutamakan interaksi antar siswa dalam
situasi demokratis itu adalah model mengajar role playing (bermain peran).
Model ini pada prinsipnya dapat berpungsi sebagai berikut :
1. Prosedur bimbingan dan penyuluhan yang bersipat edukatip
2. Prosedur terapi yang bersipat kejiwaan dan penyuluhan yang bersipat
penyuluhan yang bersipat industrial. Dalam dunia pendidikan , selain model

10
ini berpaidah untuk menyelenggarakan bimbingan dan penyuluhan juga
bermanfaat dalam interaksi belajar mengajar.
Dalam hal bagaimana mengerjakan dan menanamkan nilai-nilai moral social
dalam bidang studi kepada para siswa misalnya, seorang guru diharapkan mampu
mengaplikasikan pendekatan mengajar yang tepat. Diantara sekian banyak
pendekatan mengajar yang dipandang relevan dengan proses belajar mengajar
penanaman nilai-nilai social seperti disebut diatas adalah model mengajar bermain
peran atau role playing.
Pada prinsipnya, model mengajar bermain peran merupakan upaya pemecahan
masalah khususnya yang bertalian dengan kehidupan sosial melalui peragaan
tindakan. Proses pemecahan masalah tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut :
❖ Identipikasi/pengenalan masalah
❖ Uraian masalah
❖ Pemeranan/peragaan tindakan
❖ Diskusi dan evaluasi
Menurut shaftel ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam
melaksanakan model dalam bermain peran yaitu :
1. Memotipasi kelompok, dalam merangsang minat siswa terhadap kegiatan
bermain peran, guru perlu menawarkan massalah yang baik. Masalah masalah
yang baik harus memiliki criteria sebagi berikut:
• Masalah-masalah itu actual
• Masalah itu sesuai dengan kehidupan siswa
• Masalah itu merangsang siswa untuk ingin tau

11
2. Memilih pemeran (pemegang peranan/actor) pada tahap ini bersama-sama
para siswa guru mendiskusikan gambaran karakter karakter yang akan
diperankan . sesuai karakter-karakter ini disepakati, selanjutnya guru
menawarkan peran-peran itu kepada siswa yang layak.
3. Mempersiapka pengamat. Dalam melangsungkan model bermain peran
diperlukan adanya pengamat yang diambil dari kalangan siswa sendiri.
4. Mempersiapkan tahapan peranan. Dalam bermain peran tidak diperlukan
adanya dialog-dialog khusus seperti dalam sinetron sebab apa yang
dibutuhkan para siswa actor itu adalah dorongan untuk berbicara dan
bertindak secara kreatip dan spontan.
5. Pemeranan. Setelah segala sesuatunya siap, mulailah para actor memainkan
peran masing-masing secara sepontan sesuai dengan garis-garis besar dan
tahapan-tahapan yang telah ditentukan.
6. Diskusi dan evaluasi sesuai semua peran dimainkan diskusi dan evaluasi
perlu diadakan dalam hal ini guru bersama para aktordan pengamat
hendaknya melakukan pertukaran pikiran dalam rangka menilai bagian-bagian
peran mana yang belum sempurna dimainkan.
7. Pengulangan pemeranan. Dari diskusi dan evaluasi tadi biasanya akan muncul
gagasan yang muncul mengenai alternatif-alternatif lain pemeranan.
8. Diskusi dan evaluasi ulang. Tahapan ini dimaksudkan mengkaji kembali hasil
pemeranan ulang pada langkah ke tujuh tadi, diskusi dan evaluasi pada tahap
ini berlangsung seperti pada tahap ke enam, namun, dari diskusi dan evaluasi
ulang ini juga diharapkan timbul kesepakatan yang bulat mngenai strateegi
tertentu untuk memecahkan masalah yag bertulang dalam bermain peran.
9. Membagi pengalaman dan menarik generalisasi. Tahapan ini dilaksanakan
untuk menarik faidah poko yang terkandung dalam bermain peran yakni
membantu para siswa memperoleh pengalaman-pengalaman baru yang
berharga melalui aktivitas interaksi dengan orang lain. Pada tahap ini para

12
siswa diharpkan saling mengemukakan pengalaman hidupnya bersama orang
lain, mungin pengalaman-pengalaman yang beraneka ragam itu dalam bnyak
segi tertentu terdapat kesamaan yang daapat diambil kesamaan yang dapat
diambil sebagai standar generalisasi (pematokan prinsip yang berlaku umum.
d. Model behavioral (pengembangan perilaku)
Pada model ini direkayasa atas dasar kerangka teori prilaku yang dihubungkan
atas proses belajar dan mengajar. Aktivitas teori ini harus ditujukan pada timbulnya
prilaku baru atau berubahnya perilaku siswa kearah yang diinginkan dan diharapkan.
Model mengajar ini banyak dilandasi oleh asumsi empiris bahwa segenap prilaku
siswa adalah fenomena yang dapat di obserpasi diukur dan dijabarkan dalam bentuk
prilaku-prilaku khusus. prilaku-prilaku khusus ini yang menjadi tujuan belajar siswa.
Dalam dunia pendidikan asumsi empiris diatas bersumber pada ahli teoritikus
kependidikan bernama E.L Thorn Dike yang sudah melakukan experiment
menggunakan hewan-hewan tertentu pada tahun1890 dan experiment ini sering
disebut instrumental conditioning.
Dalam rumpun ini banyak model yang digunakan. Salah satunya model yang
cukup mahsyur ialah model belajar tuntas (mastery learning)
Model mastery learning (belajar tuntas) dalam istilah Benjamin bloom diebut learning
for mastery pada dasarnya merupakan pendekatan mengajar yang mengacu pada
penetapan criteria hasil belajar. Kriterianya meliputi:
1) Pengetahuan
2) Konsep
3) Keterampilan
4) Sikap dan nilai
Pengajaran dalam model ini dapat dilaksanakan secara indipidu maupun
secara kelompok, dalam penyajian indipidu pada dasarnya relatip lebih sulit.guru
dapat mengaplikasikannya dalam kontek pengajaran kelas dengan memberi
perlakuan-perlakuan khusus terhadap siswa tertentu.

13
➢ Langkah-langkah
Sebenarnya jumlah langkah yang ditempuh pada metode ini tidak dapat dibatasi
secara pasti, karena sangat bergantung pada kompleksitas materi dan tujuan
pengajaran yang hendak dicapai, namun sebagian pedoman umum menganjurkan
guru untuk mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
1. Langkah orientasi, dalam tahapan ini guru dianjurkan (menyusun kerangka
kerja pengajaran) dalam kerangka pengajaran ini perlu diterapkan hal-hal
sebagai berikut.
a. Pokok bahasan materi pelajaran.
b. Keterampilan husus yang harus dimiliki siswa sesuain mempelajari materi
pembelajaran.
c. Tugas dan tanggung jawab murid dalam melakukan belajar.
2. Langkah penyajian, pada tahap ini guru guru menjelaskan konsep-konsep
yang terdapat dalam poko bahasan, diselingi dengan peragaan atau
demonstrasi peragaan atau demonstrasi keterampilan yang berhubungan
dengan materi pelajaran. Menurut below (1985) dianjurkan menggunakan alat
bantu seperti gambar peraga atau media yang menggambarkan sesuatu
mengenai pembelajaran tersebut.
3. Langkah strukturisasi latihan. Pada tahap ketiga ini guru memperlihatkan
conto-contoh mempraktikan keterampilan sesuai dengan urutan yang telah di
jelaskan pada waktu penyajian materi.
4. Langkah praktik. Pada tahap ini seorang guru seyogyanya member peluang
kepada si anak untuk mempraktekan keterampilan yangtelah mereka lihat dan
mereka lihat pada tahap-tahap sebelumnya.
5. Langkah praktik bebas. Pada tahap ini guru memberi kebebasan untuk
mempraktekan sendiri keterampilan yang telah dikuasai siswa. Pada tahap ini
baru dapat diberikan kepada para siswa setelah mereka mencapai akurasi
(ketepatan) keterampilan minimal 85 persen.

14
Perlu diketahui bahwa model masery learning sangat tepat untuk mengajarkan
keterampilan yang memerlukan aplikasi pungsi-pungsi jasmani (ranah karsa)
contohnya pelajaran olah yang bahasannyaa mengenai bagaimana cara menggiring
bola dalam olahraga sepak bola dan dalam pelajaran ibadah contonya bagaimana
berwudu yang baik yang sesuai dengan ilmu fikih.

15
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Model-model mengajar adalah salah satu cara mengajar yang direkayasa
secara sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan keinginan
dalam pengajaran.
Kumpulan atau set model yang dianggap komprehensip adalah :
1. Model imformation procecing (tahapan pengolahan impormasi)
• Model kapasitas berpikir
2. Model personal (pengembangan pribadi)
• Model non direktip
3. Model social (hubungan bermasyarakat)
• Model role playing (bermain peran)
4. Model behapioral (pengembangan prilaku)
• Model mastery learning (belajar tuntas)

B. Saran
Sebagai saran, dalam proses belajar mengajar diperlukan model pembelajaran
yang tepat. karna dengan model pembelajaran, pendidikanpun hususnya kegiatan
mengajar akan berjalan dengan lancar dan apa yang di inginkan dalam
pengajaran.akan tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://simba-corp.blogspot.com/2012/03/model-model-pembelajaran.html
http://zonainfosemua.blogspot.com/2010/11/pengertian-model-pembelajaran-
dari.html
Muhibbin syah,m.ed. 2007. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Cetakan
ke tiga belas. Bandung.

17
MAKALAH

“PENGEMBANGA KETRAMPILAN MELAKSANAKAN MODEL


PEMBELAJARAN EFEKTIF”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengebangan Profesi Guru”

Dosen Pengampuh : Rici Oktari M. Pd. I

DISUSUN OLEH :
1. RIA ANGGRAINI
2. CICI FITRIA MARLEZA
3. YONDA PUSPITA SARI

KELOMPOK : 7

SEMESTER : V

PRODI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-QURANIYAH (STIT-Q)

MANNA, BENGKULU SELATAN

TAHUN AJARAN 2021/2022

18

Anda mungkin juga menyukai