Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Kategori Leksikal, Kata, Frasa & Struktur Kalimat

DOSEN PEMBIMBING:

Mara Untung Ritonga,S.S ,M Hum., Ph.D

MATA KULIAH :

Sintaksis

DISUSUN OLEH:

Asna Sari Pardede (2192510010)


Difa Mulia Insani (2192510013)
Fitri Salimah (2191210013)
Margaretha Audry (2193210010)
Putri Anggraini (2193210001)
Yessi Kristin wate (2192510007)

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kategori Leksikal, Kata, Frasa &
Struktur Kalimat” tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada selaku dosen Mara Untung
Ritonga,S.S ,M Hum., Ph.D pada mata kuliah Sintaksis atas bimbingan, pengarahan, dan
kemudahan yang telah diberikan kepada penulis dalam pengerjaan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka
dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Medan, 7 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.1 Kategori Leksikal............................................................................................................................5
2.2 Kata..................................................................................................................................................5
2.3 Frasa.................................................................................................................................................7
2.4 Struktur Kalimat...........................................................................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................................19
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia kebahasaan kita mempelajari beberapa macam ilmu yang sangat penting. Dari
beberapa cabang ilmu tersebut kita mengenal dengan salahcabang ilmu yang disebut
sintaksis. Secara etimologi, sintaksis berasal dari bahasa Yunani yaitu Sun “dengan” dan
tattein “bersama-sama, menempatkan”. Dari kata yang telah disebutkan, maka kita dapat
mengambil suatu pengertian tentang sintaksis yaitu suatu cabang ilmu yang mempelajari
tentang penempatan secara bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan
kelompok-kelompok kata menjadi kalimat atau dengan kata lain sintaksis adalah suatu
cabang ilmu dalam kebahasaan yang mempelajari tentang bagaimana menyusun suatu
kelompok kata menjadi kalimat.
Salah satu kajian sintaksis yaitu kalimat yang merupakan alat interaksi dan kelengkapan
pesan atau isi yang akan disampaikan, didefinisikan sebagai susunan kata-kata yang teratur
yang berisi pikiran yang lengkap. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-satuan
sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa), kalimat adalah satuan sintaksis yang
disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi
bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
Kalimat juga merupakan satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
mengandung satu pengertian dan mempunyai pola intonasi akhir serta bagian ujaran yang
didahului dan diikuti oleh kesenyapan, serta memiliki fungsi-fungsi gramatikal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa kategorisasi dan subkategorisasi berdasarkan kategori tersebut?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui pembagian subkategori dari kategori tersebut

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kategori Leksikal

Kelas kata yang dianggap sebagai kategori sintaksis dapat disebut kategori leksikal , yang
berbeda dari kategori frasa. Namun, terminologi di sini sama sekali tidak konsisten. Banyak tata
bahasa juga membedakan antara kategori leksikal (yang cenderung terdiri dari kata-kata isi , atau
frase yang dikepalai olehnya) dan kategori fungsional (yang cenderung terdiri dari kata - kata
fungsi atau elemen fungsional abstrak, atau frase yang dipimpin olehnya). Oleh karena itu, istilah
kategori leksikal memiliki dua arti yang berbeda. Selain itu, kategori sintaksis tidak boleh
disamakan dengan kategori tata bahasa (juga dikenal sebagai fitur tata bahasa), yang merupakan
properti seperti tense , gender , dll.

Bagian bahasa tradisional adalah kategori leksikal, dalam satu arti dari istilah itu. Tata bahasa
tradisional cenderung mengakui sekitar delapan hingga dua belas kategori leksikal, misalnya kata
sifat (A), adposisi (preposisi, postposisi, sirkumposisi) (P), kata keterangan (Adv), konjungsi
koordinat (C), determiner (D), interjeksi (I), kata benda (N), partikel (Par), kata ganti ( Pr),
konjungsi bawahan (Sub), kata kerja (V), dll.

Kategori leksikal yang diasumsikan oleh tata bahasa tertentu kemungkinan besar akan berbeda
dari daftar ini. Tentu banyak subkategori bisa diakui. Misalnya, seseorang dapat melihat kata
ganti sebagai subtipe dari kata benda, dan kata kerja dapat dibagi menjadi kata kerja terbatas dan
kata kerja non-terbatas (misalnya gerund, infinitif, partisip, dll.). Kategori leksikal sentral
memunculkan kategori frasa yang sesuai.

2.2 Kata

1. Kata benda
Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang pertama adalah kata benda atau nomina. Nomina adalah
nama dari semua benda dan segala sesuatu yang dibendakan, dan menurut wujudnya dapat
dibedakan menjadi :
a. Kata benda kongkret, yaitu nama dari benda-benda yang dapat ditangkap oleh pancaindra,
misalnya rumah, batu, binatang, tanah, api, pemukul, panah.
b. Kata benda abstrak, yaitu nama-nama benda yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindra,
misalnya keagungan, kehinaan, kebesaran, kekuatan, kemanusiaan, pencucian, pencurian.

5
Ciri-ciri kata benda adalah semua kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan
menambahkan yang+ kata sifat atau yang sangat + kata sifat dibelakang kata tersebut. Misalnya:
rumah yang besar, batu yang keras.

2. Verba (Kata Kerja)


Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang kedua adalah kata kerja atau verba. Verba atau kata kerja
merupakan kata-kata yang menyatakan suatu perbuatan atau tindakan, proses, gerak, keadaan
atau terjadinya sesuatu. Verba menduduki fungsi sebagai predikat dalam kalimat.
Ciri-ciri kata kerja dalam bahasa Indonesia adalah kata tersebut dapat diperluas dengan
kelompok kata dengan + kata sifat atau dengan + kata benda. Misalnya: berjalan dengan cepat,
berbicara dengan dosen.

3. Adjektiva (Kata Sifat)


Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang ketiga adalah kata sifat atau adjektiva. Kata-kata yang
dapat diikuti dengan kata keterangan sekali serta dapat dibentuk menjadi kata ulang berimbuhan
gabung se-nya disebut kata sifat, contoh: indah (indah sekali, seindah-indahnya). Pada tingkat
frase, letak kata sifat adalah di belakang kata benda yang disifatinya, misalnya: rumah besar,
pemandangan indah, meja kecil.
Secara umum, adjektiva adalah kata yang menyatakan sifat, keadaan, watak seseorang, binatang
atau benda. Dalam sebuah kalimat, adjektiva berfungsi sebagai penjelas subjek, predikat dan
objek.

4. Adverbia (Kata Keterangan)


Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang keempat adalah kata keterangan atau adverbia. Adverbia
(kata keterangan) adalah kata yang menerangkan predikat (verba) suatu kalimat.
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Misalnya: banyak, sedikit, cukup,
dan kira-kira.

6. Numeralia (Kata Bilangan)


Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang keenam adalah kata bilangan atau numeralia. Kata
bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya sesuatu hal yang kongkret
(orang, binatang, atau barang) dan konsep.

6
Dalam Bahasa Indonesia ada dua macam numeralia, yaitu numeralia pokok dan numeralia
tingkat. Numeralia pokok merupakan jawaban atas pertanyaan “Berapa?”, sedangkan numeralia
tingkat merupakan jawaban dari pertanyaan “Yang keberapa?”.

2.3 Frasa

Frasa didefinisikan sebagai gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif
(hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase yang tidak berstruktur subjek-predikat
atau predikat-objek), atau lazim juga disebut gabungan kata yang memiliki salah satu fungsi
sintaksis di dalam kalimat.

Frase memiliki kesatuan yang terdiri atas dua kata atau lebih, yang masing-masing
mempertahankan makna dasar katanya. Gabungan kata itu menghasilkan suatu hubungan
tertentu, dan setiap kata pembentuknya tidak bisa berfungsi sebagai subjek dan predikat dalam
konstruksi itu.

Frase adalah kelompok kata (satuan gramatikal) yang tidak melebihi batas

fungsi kalimat. Walaupun merupakan kelompok kata, frase tidak mengandung fungsi subjek dan
predikat serta fungsi-fungsi lainnya (objek, pelengkap dan keterangan).

Contoh:

Kalimat: Adik saya sedang menulis surat.

adik saya: menduduki fungsi subjek → berupa frasa

sedang menulis: menduduki fungsi predikat → berupa frasa

surat: menduduki fungsi objek → bukan frasa karena hanya terdiri atas satu kata

menulis surat: melebihi batas fungsi → bukan frase.

Ø Frase inti dan frase atributif

1) Inti frase adalah unsur utama/pokok, yaitu unsur yang diterangkan (D), sedangkan frase
atributif adalah atribut/pewatas yang merupakan unsur yang menerangkan (M).

Contoh: gedung laboratorium sedang dibangun

D M M D

Inti frasa merupakan bagian frasa yang selalu diterapkan:

a) Dalam kalimat, bagian yang diterangkan adalah bagia yang tidak bisa hilang

7
b) Inti frasa berupa satu kata

2) Frase atributif adalah frase endosentris atributif (frase bertingkat) yang unsur atributnya
berupa kata berimbuhan.

Contoh: anak tertua

inti atribut

garis pembatas

inti atribut

kata tertua dan pembatas merupakan kata berimbuhan ter- dan peng-

Berbeda dengan frase berikut:

kesadaran hukum

inti atribut

Frase kesadaran hukum bukan merupakan frase atributif berimbuhan karena atributnya (hukum)
berupa kata asal/bukan kata berimbuhan.

[2] Ciri-ciri frase:

a) Terbentuk atas dua kata atau lebih dalam pembentukannya

b) Menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat

c) Mengandung satu kesatuan makna gramatikal

d) Bersifat nonpredikatif

e) tidak mengandung unsur subjek dan predikat

f) unsur-unsurnya masih mempertahankan makna aslinya.

Contoh frase:

Mobil baru

Kemeja hijau

8
Jenis Frasa

a. Frasa ditinjau dari segi distributif

1) Frasa eksosentris

Frasa eksosentris adalah frasa yang mempunyai distribusi (penyebaran)

yang tidak sama dengan unsurnya atau tidak mempunyai inti frasa. Frasa ini

umumnya didahului oleh kata depan dan kata sambung.

Frasa eksosentrik yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama
dengan keseluruhannya.

Frasa eksosentris memiliki dua komponen:

a. Perangkai yang berupa preposisi berupa partikel seperti si, para dan yang

b. Sumbu yang berupa kata atau kelompok kata frasa yang berperangkai preposisi disebut frasa
eksosentris direktif atau frasa preposisional, seperti di sekolah, dari kalangan mereka, dan sampai
dengan kemarin

Contoh:

di halaman

pada temannya

ke perpustakaan

Frasa eksosentris biasanya dibedakan atas frase eksosentris yang direktif atau disebut frasa
preposisional (komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen
keduanya berupa kata atau kelompok kata, yang biasanya berkategori nomina) dan frase
eksosentris non direktif (komponen pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang sedangkan
komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina, ajektiva, atau verba).4

Frasa ekosentris dibagi menjadi dua tipe, ekosentris objektif dan ekosentris drektif. Sifat
hubungan antar makna dalam suatu frasa disebut aneksi. Ada beberapa macam aneksi:

1. Aneksi Lokatif, jika hubungan antar makna tersebut menunjukan gabungan/relasi tempat

Contoh: Kandang kuda

2. Aneksi posesif, jika menyatakan hubungan pemilikan

Contoh: Buku saya

9
3. Aneksi objektif, jika menyatakan hubungan pelaku dan objek

Contoh: Masakan ibu

4. Aneksi partikif, jika menyatakan hubungan bagian

Contoh: Ekor kuda

5. Aneksi final, jika menyatakan hubungan tujuan

Contoh: barang dagangan

6. Aneksi instrumental, jika menyatakan hubungan alat

Contoh: Timbunan meriam

7. Aneksi kuantitatif, jika menyatakan hubungan jumlah

Contoh: Ribuan rumah

8. Aneksi frekuentatif, jika menyatakan hubungan perulangan

Contoh: Sering datang

9. Aneksi frekuentatif, jika menyatakan hubungan hubungan sifat

Contoh: Besar harapan

10. Aneksi ablatik, jika menyatakan hubungan asal

Contoh: Tepung terigu

Frasa endosentris terdiri atas beberapa jenis, yaitu frasa subordinatif (atributif bertingkat) dan
frasa koordinatif (setara).

(1) Frasa endosentris subordinatif (bertingkat), frasa yang mempunyai komponen pokok dan
komponen penjelas

Contoh:

Meja tulis, baru pergi, sepanjang sepatu baru.

(2) Frasa koordinatif atau frasa setara: merupakan perpaduan komponen-komponen pokok saja,
jadi tidak ada penjelas.

10
Contoh: Muda belia, Hutan belantara, Cerdik pandai.

2) Frasa Endosentris

Frase endosentris adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki prilaku
sintaksias yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu komponennya dapat
menggantikan kedudukan keseluruhannya. Frasa ini disebut juga frasa modifikasi karena
komponen keduanya, yaitu komponen yang bukan inti atau hulu mengubah atau membatasi
makna komponen inti atau hulunya itu. Selain itu disebut juga frasa subordinatif karena salah
satu komponennya, yaitu yang merupakan inti frasa berlaku sebagai komponen atasan sedangkan
komponen lainnya yaitu komponen yang membatasi, berlaku sebagai komponen bawahan.

Frase endosentris merupakan frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik
semua unsurnya maupun salah satu unsurnya. Dengan lain perkataan, frase endosentris adalah
frase yang mempunyai inti frase. Ada tiga jenis frasa endosentrik yaitu:

(a) Frasa Koordinatif

Frasa koordinatif adalah frasa yang komponennya pembentuknya terdiri dari kedua komponen
atau lebih yang sama dengan sederajatnya, frase endosentris yang terdiri atas unsur-unsur

yang setara. Di antara unsur-unsurnya dapat disisipkan kata dan/atau.

Contoh: suami istri, tiga empat, pembinaan pelaksanaan, belajar bekerja.

suami dan istri, tiga atau empat, pembinaan dan pelaksanaan, belajar atau bekerja.

(b) Frasa Apositif

Frasa apositif adalah frasa koordinatif yang komponennya saling merujuk sesamanya, oleh
karena itu urutan komponennya dapat dipertukar dan atributnya berupa aposisi/keterangan
tambahan.

Contoh: Susi, anak pak saleh, sangat pandai

Made, mahasiswa fapet, memiliki IPK tertinggi

Sapi, ternak ruminansia, berlambung ganda

(c) Frasa Atributif

Fras atributif yaitu frasa yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setra karena ada unsur inti dan
bukan inti/atribut.

11
Contoh: Perjalanan panjang ,

inti atribut

Perjalanan merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh
frasa dengan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan
atributif.6

b. Frasa ditinjau dari kelas kata

Frasa dibagi menjadi enam kelas kata. Pembagian frasa meliputi frasa benda, kerja, sifat,
keterangan, bilangan, dan depan.

1) Frasa benda atau frasa nominal

Frasa benda atau frasa nominal adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata benda unsur
pusat frasa benda yaitu kata benda.

Contoh:

a) Dita menerima hadiah ulang tahun

b) Dita menerima hadiah

Frasa hadiah ulang tahun dalam kalimat distribusinya sama dengan kata benda hadiah. Oleh
karena itu, frasa hadiah ulang tahun termasuk frasa benda atau frasa nomina.

2) Frasa Kerja atau Frasa Verba

Frasa kerja atau frasa verba adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata kerja atau verba.

Contoh: Adik sejak tadi akan menulis dengan pensil baru.

Frasa akan menulis adalah frasa kerja karena distribusinya sama dengan kata kerja menulis dan
unsur pusatnya kata kerja, yaitu menulis.

3) Frasa sifat atau adjektiva

Frasa sifat atau adjektiva adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata sifat. Frasa sifat
mempunyai inti berupa kata sifat. Kesamaan distribusinya itu dapat dilihat pada jajaran berikut

Contoh:

(a) Lukisan yang dipamerkan itu memang bagus-bagus

(b) Lukisan yang dipamerkan itu bagus-bagus

12
4) Frasa Keterangan atau Frasa Adverbia

Frasa keterangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata keterangan. Biasanya inti
frasa keterangan juga berupa kata keterangan dan dalam kalimat sering menduduki fungsi
sebagai keterangan.

(a) Frasa keterangan sebagai keterangan

Frasa keterangan biasanya mempunyai kekeluasaan berpindah karena berfungsi sebagai


keterangan. Oleh karena itu, frasa keterangan dapat terletak di depan atau di belakang subjek
atau di awal dan di akhir kalimat.

Contoh:

(1) Tidak biasanya dia pulang larut malam

(2) Dia tidak biasanya pulang larut malam

(3) Dia pulang larut malam tidak biasanya

(b) Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja

Contoh: Saya tidak hanya bertanya, tetapi juga mengusulkan sesuatu.

5) Frasa bilangan atau Frasa Numeralia

Frasa bilangan adalah frasa yang distribusinya sama dengan kata bilangan. Pada umumnya frasa
bilangan atau frasa numeralia dibentuk dengan menambahkan kata penggolong atau kata bantu
bilangan.

Contoh:

Dua orang serdadu menghampirinya ke tempat itu.

6) Frasa Depan atau Frasa Preposisional

Frasa depan adalah frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai unsur penjelas.

Contoh:

Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan kepada pembicara.

7) Frasa yang Bersifat Ambigu

Ambiguitas terkadang ditemui dalam susunan frasa. Ambiguitas berarti kegandaan makna.

13
Contoh:

(a) kambing hitam dan mobil tetangga baru.

Frasa kambing hitam dapat mempunyai dua makna, yaitu kambing yang berbulu (berwarna)
hitam dan sebuah ungkapan yang berarti orang yang dipersalahkan. Frasa mobil tetangga baru
juga dapat memiliki dua makna, yakni yang baru adalah mobil (milik tetangga) dan yang baru
adalah tetangga (bukan mobilnya).Frasa ambigu akan menjadi jelas jika digunakan dalam
kalimat.

(b) perancang busana wanita

Frase ini dapat bermakna perancang busana wanita yang berjenis kelamin wanita atau orang
(laki-laki atau wanita) yang pekerjaannya merancang busana wanita.

Keambiguan pada frase tersebut disebabkan oleh kegandaan hubungan unsur-unsur.

2.4 Struktur Kalimat

Pengertian Struktur Kalimat

Struktur kalimat berarti fungsi bagi unsur kalimat itu sendiri. Struktur kalimat tidak selalu
berurutan S, P, O, K dan Pelengkap, tapi banyak kalimat yang urutan unsurnya menyimpang dari
pola urutan tersebut. Untuk mengetahui fungsi unsur kalimat, perlu kita kenal pengertian dan ciri
umum tiap fungsi-fungsi sintaksis itu.

A. Subjek

Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal,
atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Subjek pada umumnya diisi oleh jenis
kata atau frasa benda (nomina), klausa, atau frasa verba. Dalam Kamus Linguistik disebutkan
bahwa subjek adalah bagian dari klausa berwujud nomina atau frasa nomina yang menandai apa
yang dikatakan oleh pembicara (Kridalaksana, 1982: 159)

Adapun ciri-ciri subjek adalah :

a. Jawaban atas pertanyaan apa atau siapa

Penentuan subyek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apaatau siapa yang
dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subyek kalimat yang berupa manusia, biasanya
digunakan kata tanya siapa.

14
b. Biasanya disertai kata itu, ini, yang dan tersebut (sebagai pembatas antara subyek dan
predikat)

c. Didahului kata bahwa

Kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya adalah anak kalimat pengisi
fungsi subyek. Di samping itu, kata bahwa juga merupakan penanda subyek yang berupa anak
kalimat pada kalimat yang menggunakan kataadalah atau ialah.

d. Mempunyai keterangan pewatas/atribut yang

Kata yang menjadi subyek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan
menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.

e. Tidak didahului preposisi

Subyek tidak didahului preposisi,

seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering memulaikalimat dengan menggunakan
kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubyek.

f. Berupa kata benda atau frase kata benda

g. Subyek kebanyakan berupa kata benda atau frase kata benda. Di samping kata benda, subyek
dapat berupa kata kerja atau kata sifat, biasanya, disertai kata penunjuk itu.

B. Predikat

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau dalam
keadaan bagaimana subjek (pelaku, toko, atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberi
tahu tindakan atau perbuata subjek, predikat juga dapat menyatakan sifat, situasi, status, ciri,
atau jati diri subjek. Termasuk juga sebagai predikat dalam kalimat adalah pernyataan tentang
jumlah sesuatu yang dimiliki subjek. Predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar
berkelas verba atau ajektiva, tetapi dapat pula numeralia, nomina atau frasa nomina.

Adapun ciri-ciri predikat adalah :

a. Jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana

Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan mengapa
atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaansebagai apa atau jadi apa dapat digunakan
untuk menentukan predikat yang berupa kata benda penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa
dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frase
numeralia.

15
b. Kata adalah atau ialah

Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutamadigunakan jika subyek
kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subyek dan pelengkap tidak jelas.

c. Dapat diingkarkan

Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh kata
tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa kata kerja atau kata
sifat. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat
yang berupa kata benda atau predikat kata merupakan.

d. Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas

kalimat yang berupa kata kerja atau kata sifat dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah,
sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan kata kerja atau kata sifat. Kalimat yang
subyeknya berupa kata benda bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang
menyatakan sikap pembicara (subyek), seperti ingin, hendak, dan mau.

e. Unsur pengisi predikat

Predikat suatu kalimat dapat berupa:

1. Kata, misalnya kata kerja, kata sifat, atau kata benda.

2. Frase, misalnya frase kata kerja, frase kata sifat, frase kata benda, frase numeralia (bilangan).

C. Obyek

Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh nomina,
frasa nominal, atau klausa. Letak objek selalu dibelakang predikat yang berupa verba transitif,
yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya objek.

Adapun ciri-ciri obyek adalah :

a. Langsung di belakang predikat

Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.

b. Dapat menjadi subyek kalimat pasif

Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subyek dalam kalimat pasif.
Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi
subyekdalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk kata kerja predikatnya.

16
c. Tidak didahului preposisi

Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat dan tidak didahului preposisi. Dengan
kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.

d. Kategori katanya kata benda/ frase kata benda

e. Dapat dinganti dengan –nya

f. Didahului kata bahwa

g. Anak kalimat pengganti kata benda ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat
menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.

h. Kebanyakan kata kerja berawalan ber- atau ter- tidak memerlukan objek (intransitif)

i. Kebanyakan kata kerja berawalan me- memerlukan objek (transitif).

D. Pelengkap

Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel
umumnya dibelakang P yang berupa verba. Posisi tersebut juga di tempati O dan jenis kata
yang mengikuti Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa.
Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan.

Adapun ciri-ciri pelengkap adalah :

a. Terletak di belakang predikatCiri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di
belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya
terdapat pada kalimat berikut.

Diah mengirimi saya buku baru.

Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.

Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului
predikat.

b. Tidak didahului preposisi

Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang didahului preposisi
disebut keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini.

c. Kategori katanya dapat berupa kata benda, kata kerja, atau kata sifat.

E. Keterangan
17
Keterangan (Ket) adalah bagian dari kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian
kalimat yang lainnya. Unsur Ket ini dapat menerangkan S, P, O dan Pel. Ket ini memiliki posisi
manasuka, atrinya posisi Ket dapat berasa di awal, di tengah atau di akhir kalimat.Pengisi Ket
adalah frasa nominal, frasa preposional, adverbia, atau klausa.

Adapun ciri-ciri keterangan adalah ;

1. Bukan unsur utama (bersifat manasuka)

Berbeda dari subyek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsure tambahan
yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.

2. Dapat dipindah-pindah posisi/letaknya bebas

Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat.
Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subyek dan
predikat. Jika tidak dapat di pindah-pindahkan, maka unsure tersebut tidak termasuk keterangan.

3. Umumnya di dahului oleh kata depan, seperti, di, dari, ke, tentang

Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan
pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya yang akan
dijelaskan pada bagian lain. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat
pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah contoh kalimat
secara umum :

– Joy Tobing adalah pemenang lomba Indonesian Idol yang pertama.

– Pergi!

– Bang Napi dihadiahi timah panas oleh polisi yang mabok minuman keras itu.

– The Samsons sedang konser tunggal di pinggir pantai ancol yang sejuk dan indah.

Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan
membentuk kalimat yang mengandung arti.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

18
Salah satu kajian sintaksis yaitu kalimat yang merupakan alat interaksi dan kelengkapan
pesan atau isi yang akan disampaikan, didefinisikan sebagai susunan kata-kata yang teratur yang
berisi pikiran yang lengkap. Sedangkan dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang
lebih kecil (kata, frase, dan klausa), kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen
dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai
dengan intonasi final.

DAFTAR PUSTAKA

http://mustolihbrs.wordpress.com/2011/12/04/sintaksis-bahasa-indonesia/

http://tugaskuliah-ilham.blogspot.com/2011/03/sintaksis_21.html

19
http://tata-bahasa.110mb.com/Sintaksis.htm

http://scibd.com/

20

Anda mungkin juga menyukai