Anda di halaman 1dari 3

Pertanyaan dari kelompok 7 Apresiasi Drama – Strukturalisme Ekstrinsik

Senin, 20 April 2020

1. (Wihania R. / NIM:180210402024) Apakah nilai-nilai ekstrinsik harus ada disetiap naskah drama ?

Jawab : menurut kelompok kami, tidak semua naskah drama memenuhi nilai-nilai ekstrinsik.
Namun bukan berarti setiap naskah drama tidak mampu memenuhi nilai-nilai ekstrinsik. Setiap
naskah drama yang dibuat oleh pengarang pasti memiliki kecenderungan masing-masing, terkadang
lebih memunculkan salah satu nilai-nilai ekstrinsik, dan sengaja tidak memasukkan nilai ekstrinsik
lainnya. Misalnya dalam naskah drama “lembu suro” dalam naskah tersebut menurut kami tidak
ditemukan nilai agama yang terkandung dalam naskah tersebut.

2. (Nada Puspita S. / NIM : 180210402002) dari PPT yang anda kirimkan, dalam teori strukturalisme
terdapat 3 Hal, yaitu Mikroteks, keseluruhan yang lebih luas, dan intelektual, lalu bagaimana
hubungan teori strukturalisme dengan naskah yang anda analisis ?

Jawab : dalam naskah drama “Di Dalam Atap Sebuah Cinta” hubungan antar kata dan kalimat, bait,
maupun karya lain dari pengarang masih berhubungan.
Dalam hubungan antar kata dan kalimat naskah drama hal yang dibicarakan masih berkaitan
dengan kisah asmara dan ekonomi, yaitu hubungan perselingkungan antara Bima dan Felecia. Serta
keterkaitan perselingkungan dengan karir pekerjaan Bima. Begitu pula hubungan antar yang lebih
luas. Dari awal dialog naskah drama. topik yang dibicarakan masih berkaitan dengan asmara dan
ekonomi, yaitu terungkapnya hubungan gelap antara Bima dan Felecia. Lalu karya lain dari
pengarang yang berhubungan yaitu dalam puisi yang berjudul “Padamu Aku Putuskaji” didalamnya
terkandung tentang kisah asmara dari seorang anak muda.

3. (Annisa Maulidya C. / NIM : 180210402001) Apa latar belakang pengarang dan latar social
masyarakat dari naskah yang anda analisis ?

Jawab : Aslam Dhena Maysar dilahirkan di Sukabumi, 31 Mei 1992. pengarang tercatat sebagai
lulusan S1 program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah
Sukabumi dan sekarang pengarang adalah seorang mahasiswa S2 Sastra kontemporer di Universitas
Padjadjaran. ia adalah seorang yang memiliki kertertarikan dengan hal-hal yang berkaitan dengan
sastra. Bisa dibuktikan dengan ia aktif menulis puisi, prosa, essai, kritik sastra, drama serta menjadi
deklamator puisi, aktor dan sesekali sutradara teater. Puisinya tersebar di media local dan nasional.
Karyanya pernah diterbitkan dalam antologi penyair muda Indonesia “On the Edge Yarn” (Belistra,
2013), sebuah antologi puisi “Myths of Love” (Romano, 2015).
Latar sosial masyaraktnya adalah Ia hidup dikelilingi lingkungan yang sama-sama menyukai
segala hal dengan sastra, bukan hanya lingkungannya namun juga dari diri sendiri ingin lebih dekat
dengan sesuatu yang berkaitan sastra. Bisa dibuktikan dengan Pengarang adalah pendiri Arkamaya
Teater dan Sastra. Ia juga aktif di Komunitas Janari, serta bergiat di Padepokan Sastra Kampus
UMMI (PASAK UMMI), Hima Satrasia UMMI, dan Forum Silaturahmi Teater Sukabumi. Bahkan ia
juga aktif dalam diskusi dengan komunitas sastra seIndonesia dan menebar benih-benih sastra di
lingkungannya.

4. (Nuri Fikria / NIM : 180210402022) adakah teori lain dari teori strukturalisme ekstrinsik yang anda
gunakan ? mohon dijelaskan.

Jawab : Menurut kelompok tujuh, kami masih belum menemukan teori ekstinsik dalam unsur-unsur
selain yang menurut Tjahyono. Sebelum penyusunan makalah, kelompok kami telah berusaha
mencari di dalam Internet dan juga buku yang kami beli mengenai teori strukturalisme ekstrinsik.
Namun kami belum menemukan selain menurut Tjahyono. Sehingga dari jawaban anda, kami
hanya bisa menyimpulkan bahwa dalam strukturalisme ekstrinsik naskah drama memiliki
perbedaan unsur dibandingkan strukturalisme ekstrinsik prosa atau puisi. Dalam drama hanya
terdapat 4 unsur yaitu; a) Nilai Sosial budaya; b) Nilai Religius/agama; c) Nilai Moral; dan d) Nilai
Ekonomi.

5. (M. Anggi Rizka / NIM : 180210402044) dalam unsur ekstrinsik yang tadi dijelaskan, apakah pada
unsur Moral dalam drama mampu mempengaruhi pemikiran pembaca?

Jawab : Menurut kelompok kami, Hal itu bergantung pada pembaca. Karena setiap pembaca
memiliki persepsi atau pemahaman yang berbeda-beda dalam memahami naskah drama, semakin
pembaca itu memahami makna dalam ceritanya, besar kemugkinan pembaca akan larut dalam
ceritanya. Seperti halnya seseorang yang menangis membaca/menonton drama, hal itu
dikarenakan pembaca memahami maksud cerita hingga ke level imajinasi sesuai cerita tersebut.
Namun, dari kelompok kami belum bisa memastikan dengan mutlak atas jawaban yang kami
berikan. Hal itu bergantung dari diri pembaca masing-masing.

6. (Sandy Nirwana / NIM : 180210402043) apa kelebihan dan kekurangan dari teori strukturalisme ?

Jawab : Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari teori strukturalisme yang kami ambil dari
internet dan menurut Teeuw :
Kelebihan :
a) Teori strukturalisme mampu memicu berkembangnya genre sastra
b) Dianggap sebagai teori modern yang berhasil membawa manusia pada pemahaman yang
maksimal

Kekurangan:
a) Karya sastra diasingkan dari konteks dan fugsinya sehingga sastra kehilangan relevansi
sosialnya, tercabutnya dari sejarah, dan terpisahnya dari permasalahan manusia.
b) Berpotensi mengabaikan pemaknaan dari pengarang karena penafsiran bisa mengorbankan
ciri khas kepribadian, cita-cita, dan norma yang dipegang teguh oleh pengarang.
c) Keobjektifan diragukan, karena kemungkinan besar terhadap banyaknya campur tangan
pembaca dalam menafsirkan karya tersebut.
7. (Tsabit Murtadho / NIM : 180210402041) dalam makalah terdapat penjelasan “naskah yang
diciptakan oleh pengarang memiliki keterkaitan dengan pengarangnya” bukti manakah yang
menjelaskan bahwa naskah yang ditulis memeliki keterkaitan ?

Jawab : Aslam Dhena Maysar adalah seorang pengarang berumur 28 tahun yang aktif dalam
kegiatan yang berkaitan dengan sastra. Dalam naskah tersebut ciri khas dari seorang pengarang
adalah pilihan cerita naskah dramanya yaitu tentang asmara. Hal ini berkaitan dengan umur sang
pengarang yang tergolong masih muda dan belum menikah. Serta dalam naskah drama miliknya
yang berjudul “ Di dalam Atap Sebuah Cinta” kami menemukan gaya Bahasa yang unik, yaitu pilihan
kata dalam dialog yang diucapkan oleh Felecia dalam adegan III.
“ …Kau cinta aku dan aku cinta kau saying. Aku lelah, jangankan ke luar rumah, ada tikus
atau cicak yang mengintip saja seakan-akan mereka akan lapor ke wanita sawahan kurus
cerewet itu”

Menurut kami, pilihan kata yang dipilih oleh pengarang cukup membuktikan bahwa pengarang
adalah seorang yang memang memahami tentang sastra, kata-kata kiasan dalam dialog tersebut
tentu melalui proses berfikir yang mendalam. Jika pengarang bukan seorang yang memahami sastra
mungkin dialog dalam drama tersebut akan biasa-biasa saja.

Anda mungkin juga menyukai