Anda di halaman 1dari 5

Perkembangan Origami

Jepang

Di Jepang seni melipat kertas atau origami masih sering dilakukan oleh semua orang
disana baik tua maupun muda sehingga kesenian ini masih tetap hingga sekarang. Alasan
bagaimana bisa orang-orang Jepang merawat kesenian mereka yang satu ini karena sejak di
taman kanak-kanak kebanyakan guru di Jepang akan mengajarakan untuk membuat sebuah
origami dan dapat dikatakan guru tersebut juga berperan untuk memperkenalkan kesenian
dari negerinya sendiri.

Selain itu, para orang tua di Jepang dikenal sebagai orang tua yang ketat dalam
pemberian alat elektronik atau gadget seperti Handphone kepada anak-anaknya, bahkan
pemerintah jepang sendiri juga memberlakukan sebuah peraturan pembatasan pemakaian
Handphone kepada anak dibawah 18 tahun. Daripada membiarkan anak-anaknya bermain
Handphone sejak kecil orang tua dijepang lebih memilih membiarkan anaknya untuk
bermain diluar bersama teman sebayanya. Saat bermain anak-anak di Jepang gemar sekali
membuat sebuah sebuah origami pesawat lalu menerbangkannya atau membuat sebuah
origami kapal setelah itu ditempatkan kedalam sebuah ember yang berisikan air agar bisa
mengapung. Hal tersebut mereka pelajari dari guru taman kanak-kanak mereka. Dari sini
dapat disimpulkan bahwa memperkenalkan sebuah budaya kesenian asli dari tanah air
kepada anak-anak sangat berpengaruh terhadap kelestarian dari budaya kesenian
permodelan tersebut.

Tetapi kegiatan melipat kertas atau membuat origami sendiri dilakukan hanya
sampai jenjang sekolah dasar saja karena di saat menginjak sekolah menengah kegiatan
kesenian akan lebih berfokus pada melukis dan membuat kerajinan saja sehingga kecil
kemungkinan origami bisa masuk kedalam kegiatan pembelajaran. Biasanya siswa akan
membuat sebuah klub atau kurabu disekolahnya. Perlu diketahui juga bahwa di Jepang juga
memiliki sebuah asosiasi yang berhubungan dengan origami yakni Kabushikigaisha
nihon'origamikyōkai atau Japan Origami Association Co., Ltd yang sudah didirikan sejak
1973. Dikutip dari website-nya di www.origami-noa.jp tujuan didirikannya asosiasi tersebut
bertujuan untuk menurunkan, menjaga, dan mengembangkan origami yang merupakan
budaya kesenian permodelan tradisional asli Jepang yang diharapkan dapat dikenal oleh
banyak orang diluar negeri. Asosiasi tersebut juga memberikan sebuah fasilitas berupa
museum origami yang dibangun di daerah Tokyo. Museum tersebut berisikan karya origami
yang dibuat oleh seniman terkenal disana dan juga origami dari pemenang sebuah
perlombaan yang sering diadakan oleh asosiasi tersebut.

Jika membahas tentang perlombaan, di Jepang sering sekali diadakan perlombaan


membuat origami bahkan ada beberapa perlombaan yang disiarkan di televisi, seperti pada
acara TV Champion. Pada acara tersebut banyak sekali perlombaan yang dilakukan untuk
membuktikan siapa yang terbaik di Jepang tidak terkecuali membuat origami. Salah satu
langganan pemenang dalam acara tv tersebut dan digadang-gadang merupakan master
origami itu bernama Satoshi Kamiya, tidak hanya dikenal di acara tv tersebut orang yang
akrab dipanggil Kamiya tersebut dikenal juga sering memenangkan kompetisi melipat kertas
sejak dibangku sekolah menengah atas. Beberapa karya membanggakannya yang sampai
membuat dunia terpukau dengan keahliannya adalah Divine Dragon, Phoenix, dan Ryujin
3.5. dari karya karyanya itu yang paling terkenal adalah Ryujin 3.5 dimana untuk
membuatnya saja diperlukan waktu hingga satu bulan sehingga membentuk naga tersebut.
Kamiya memiliki 3 buku yang menunjukkan cara uniknya dalam membuat origami tidak
hanya itu Kamiya juga sering tampil diberbagai acara baik didalam maupun luar negeri
untuk menunjukkan dan memperkenalkan tentang kesenian melipat kertasnya.

(Karya Origami Kamiya Satoshi, (Karya Origami Kamiya Satoshi,


Ryujin 3.5) Divine Dragon)
(Karya Origami Kamiya
Satoshi,
Phoenix)

Perkembangan origami di Jepang juga tidak hanya diperlihatkan dalam bidang


perlombaan saja ada juga beberapa bidang yang menerapkan origami sebagai suatu
kebijakan atau aturan untuk lulus dari suatu ujian contohnya saja dalam bidang kedokteran
di Jepang. Hal ini dilakukan oleh rumah sakit bedah nomor satu di Jepang yaitu Kurashiki
Central Hospital sebagai tes keterampilan untuk calon-calon dokter khususnya pada
spesialis dokter bedah. Dalam penerapannya mahasiswa yang berkeinginan menjadi seorang
dokter akan di tes membuat origami berbentuk burung sebanyak-banyaknya dengan kertas
lipat yang hanya berukuran 1,5 sentimeter saja dan uniknya mereka membuat origami
dengan menggunakan peralatan bedah sehingga suasana dalam tes tersebut layaknya sedang
membedah seorang pasien. Menurut pihak rumah sakit tes keterampilan yang sudah
dilakukan pada 19 juli 2015 silam tersebut diadakan karena beberapa pendidikan kedokteran
di Jepang masih terpaku pada buku teks sehingga calon-calon dokter minim sekali
pengalaman dan keahlian dalam pembedahan.

Indonesia

Di Indonesia origami atau seni melipat kertas telah dikenalkan sejak taman kanak-
kanak sama seperti yang ada di Jepang. Dan seperti halnya di jepang ketika menginjak ke
sekolah menengah origami jarang sekali untuk dijadikan materi pembelajaran terutama
dalam mata pelajaran kesenian tetapi jika di Jepang memiliki sebuah klub origami yang ada
dibeberapa sekolah untuk memfasilitasi siswa yang memiliki ketertarikan pada origami
maka di indonesia akan jarang sekali ditemui sebuah klub origami yang ada di sekolah.

Di indonesia klub origami hanya berkembang di perguruan tinggi saja dan itupun
masih dibilang sedikit karena tidak semua perguruan tinggi atau universitas memiliki klub
tersebut. Walaupun klub origami yang ada di tingkat sekolah masih dikatakan kurang umum
didalam masyrakat Indonesia bukan berarti origami tidak dapat berkembang baik di negara
ini. Daripada sebuah klub kecil di Indonesia terdapat sebuah lembaga bernama Sanggar
Origami Indonesia atau yang lebih dikenal dengan singkatan SOI. Lembaga tersebut
merupakan sebuah lembaga yang pendiriannya bertujuan untuk memiliki peran untuk
mengajarkan, mengembangkan, dan menyebarluaskan seni melipat kertas yang berasal dari
Jepang kepada seluruh rakyat indonesia. Lembaga yang didirikan oleh sepasang suami istri
yakni oleh Fajar Ismayanti dan Bambang Setia Budi ini memiliki sebuah visi yaitu “Menjadi
wahana pengajaran dan pengembangan Origami di Indonesia serta menjadi tempat bertemu
para pelipat kertas di Indonesia.” Selain itu lembaga ini juga memiliki sebuah misi yang
mengagumkan yaitu salah satunya adalah memasyarakatkan origami atau seni melipat kertas
dari Jepang sebagai bagian dari pembangunan kreatifitas dan kebudayaan. Lembaga yang
sudah beroprasi sejak 2005 tersebut memiliki 4 aktivitas inti yaitu kursus, pameran,
workshop, dan website.

Dalam perkembangannya indonesia juga memiliki seorang pelipat kertas atau lebih
dikenal dengan origamer yang sampai pada tingkat internasional di umur yang masih sangat
muda namanya adalah Brians Tjipto. Dia adalah merupakan origamer muda yang telah
membuat 2 buku berbasis e-book bersama dengan 31 origamer dari seluruh dunia yang
berjudul Folding Australia 2016 dan IX Convencion Origami Caracas. Tidak hanya itu
Brians ternyata juga membuat bukunya sendiri pada tahun 2015 yang berjudul My First
Origami di usianya yang masih 11 tahun.

Daftar Referensi

https://travel.tribunnews.com/2020/05/07/fakta-unik-origami-seni-melipat-kertas-dari-
jepang-yang-melegenda
https://sekolahdijepang.com/tentang-jepang/belajar-origami/

https://zetizen.jawapos.com/show/1787/jepang-uji-skill-calon-dokter-bedah-dengan-
melipat-origami-super-mini

https://www.jawapos.com/features/15/11/2016/brians-tjipto-jagoan-origami-dengan-
prestasi-global-dipercaya-membuat-dua-buku-origami-internasional-/

https://sanggar-origami.com/tentang-kami/

https://www.origami-noa.jp/%E6%97%A5%E6%9C%AC%E6%8A
%98%E7%B4%99%E5%8D%94%E4%BC%9A%E3%81%AB
%E3%81%A4%E3%81%84%E3%81%A6/

Anda mungkin juga menyukai