LANDASAN TEORETIS
A. Kajian Teoretis
1. Kebudayaan
diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Secara
umum kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam
terutama mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini berkembang arti
11
12
bersifat abstrak; tidak dapat diraba dan disentuh. Wujud kebudayaan ini
tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal berada dalam karangan dan
b. Aktivitas (tindakan)
dari manusia dalam masyarakat itu. Wujudnya ini sering pula disebut
c. Artefak
kebudayaan.
mana pun dan kapan pun berada (Koentjaraningrat, 2009: 150). Tujuh
akal dan budi daya. Dengan budi daya itulah manusia menciptakan dan
interaksi manusia dengan segala isi alam raya ini. Hasil interaksi
tidak dibekali akal budi, tetapi hanya nafsu dan naluri tingkat rendah.
2. Tradisi
berasal dari masa lalu namun benar-benar masih ada kini, belum
apa yang benar-benar tersisa dari masa lalu. Seperti yang dikatakan Shils,
tradisi berarti segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari masa
saja yakni yang tetap bertahan hidup di masa kini (Sztompka, 2011: 69-
70).
adat kebiasan turun temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan
oleh masyarakat; penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada
merupakan yang paling baik dan benar. Tradisi adalah adat atau kebiasaan
berikutnya.
mungkin suatu kebudayaan akan hidup dan langgeng, serta dengan tradisi
lampau (baca tradisi) yang masuk pada kita dan masuk kedalam
tersembunyi tentang adanya kaitan antara masa lalu dan masa kini. Ia
menunjuk kepada sesuatu yang diwariskan oleh masa lalu yang masih
3. Upacara Adat
panen, dan upacara pengukuhan kepala suku. Upacara ini pada umumnya
setiap daerah memiliki upacara adat tersendiri yang seusai dengan karakter
masyarakatnya.
kalangan masyarakat.
18
kalangan masyarakat yaitu upacara adat Kawin Cai, upacara adat Kawin
Cai adalah upacara adat memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya
air dari mata air Tirta Yatra Balong Dalem dengan air dari mata air Sumur
Tujuh Cibulan. Upacara ini dihadiri oleh delapan desa tetangga yaitu Desa
ditetapkan untuk dilakukan pada bulan Oktober hari Kamis malam Jumat
Kliwon.
pertama adalah prosesi pengambilan air dari Balong Dalem yang dalam
hal ini air tersebut dianggap sebagai pengantin laki-laki, kedua adalah
prosesi pengambilan air dari Sumur Tujuh yang dalam hal ini air tersebut
cai (mencampurkan air yang diambil dari Balong Dalem dan air yang
petugas-petugas desa yang terkait dengan masalah air dan irigasi (Mas
4. Nilai
didefinisikan sebagai kadar, mutu, atau sifat yang penting dan berguna
nilai adalah sesuatu yang bersifat abtsrak, ideal, nilai bukan benda konkrit,
bukan fakta, tidak hanya persoalan benar atau salah yang menuntut
tentang nilai buruk, benar atau salah, berubah atau tidak pantas, baik
merupakan atribut atau sifat yang seharusnya dimiliki. (dalam setiadi et al,
2007: 120 ).
20
melaksanakan tugas dengan baik yang dipandang fositif oleh semua orang,
dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai moral
5. Kearifan Lokal
kearifan lokal terdiri dari dua suku kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal
Dengan kata lain maka local wisdom dapat dipahami sebagai gagasan-
temurun dari generasi satu ke generasi lainnya. Kearifan lokal ini bisa
serta diekspresikan didalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka
berlaku dalam tata kehidupan masyarakat antara lain utuk melindungi dan
mengolah kebudayaan yang berasal dari luar bangsa lain menjadi watak
sekitar agar tidak terjadi pergeseran nilai-nilai. Kearifan lokal adalah salah
pendapat Alfian itu dapat diartikan bahwa kearifan lokal merupakan adat
daerah tertentu.
Salah satu nilai kearifan lokal dari upacara adat kawin cai yang
atau religi yang identik dengan kehidupan masyarakat agraris, yaitu nilai
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, nilai tata krama, nilai hormat
kepada budaya warisan nenek moyang, dan nilai gotong royong yang
Kabupaten Kuningan.
23
diantaranya sumber dalam buku, artikel, jurnal, skripsi, tesis, atau disertasi
Fathi Royyani, dan Hawai Widodo (2009), yang berjudul “Peran Adat
adat yang dapat menjaga konservasi mata air ini ialah upacara adat
Kuningan yang masih ada dan dipertahankan hingga saat ini. Upacara
tepatnya pada Kamis malam Jum’at Kliwon atau pada saat musim
sumber mata air dari Sumur Tujuh Cibulan dan Mata air Telaga
Kawin Cai ini sebagai bentuk rasa syukur masyarakat terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan sebagai bentuk konservasi mata air Balong
terdapat mengenai upcara adat kawin cai, upacara adat kawin cai ini
Kawin Cai dari tahun ke tahun, serta nilai-nilai kearifan lokal yang
C. Anggapan Dasar
peneliti, yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat
2013: 9). Berdasarkan anggapan dasar dari penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
sampai saat ini, upacara adat kawin cai ini memiliki fungsi dan
Kabupaten Kuningan.
tradisional khas Jawa Barat. Upacara kawin cai ini setelah dikemas
kawin cai ini seperti nilai ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, nilai tata krama, nilai hormat terhadap warisan budaya nenek
moyang, dan nilai gotong royong yang senantiasa masih dijaga dan
Babakanmulya.