Anda di halaman 1dari 22

Nama : Nurul Fitrotul Aimatul Khoiri

NIM : 2101415052

Rombel :2

Mata Kuliah : Praktik Kepewaraan

Analisislah jenis-jenis acara berikut ini, berdasarkan aspek yang diamati berikut ini!

A. Acara Resmi
Aspek yang diamati.
1. Teknik menciptakan suasana dengan suara
a. Speed

Speed seorang pewara dalam membawakan acara resmi yaitu natural


atau lambat.

b. Tone
Tone seorang pewara dalam acara resmi yaitu rendah.
c. Volume
Volume pewara dalam memandu acara resmi yaitu harus kuat (bulat).
d. Power

Power pewara dalam acara resmi yaitu power yang kuat. Suara yang
dihasilkan harus tepat sesuai dengan penggunaan kata, sehingga mantap dan
berwibawa.

e. Timbre

Timbre seorang pewara dalam memadu acara resmi yaitu khidmat dan
serius, sehingga dapat mempengaruhi pendengarnya.

f. Napas

Napas yang digunakan seorang pewara dalam memandu acara resmi


yaitu dengan menggunakan napas perut karena suara yanng dihasilkan akan
lebih dalam, power lebih kuat, dan lebih terasa nikmat untuk didengar.
2. Teknik berbicara
a. Artikulasi

Artikulasi seorang pewara dalam acara resmi harus diucapkan dengan


jelas dan benar sehingga mudah dipahami dan dimengerti oleh audiens.

b. Stressing

Pada acara resmi biasanya pewara melakukan streesing pada kata-kata


tertentu yang dianggap penting untuk menunjukkan penegasannya. Seperti
ketika seorang pewara menyebutkan nama rektor, wakil dekan, dan lain
sebagainya yang dianggap penting dalam acara tersebut.

c. Phrasing

Pada acara resmi seorang pewara dalam pembicaraannya sebaiknya ada


jeda agar dapat dipahami dengan cepat dan tepat oleh audiens. Pewara tidak
boleh berbicara terlalu cepat karena akan membuat audiens sulit memahami
maksud pewara dan pewara juga tidak boleh berbicara lambat karena akan
membuat audiens mengantuk, lelah, dan cepat bosan.

d. Kontur

Pada acara resmi pola naik turunnya nada harus stabil tidak boleh diawal
dengan nada yang rendah dan tiba-tiba meledak-ledak. Pada acara resmi kontur
seorang pewara harus dikondisikan dengan baik.

3. Sentuhan beauty sentences

Sentuhan beauty sentences pada acara resmi biasanya dilakukan ketika


membacakan susunan acara. Misalnya acara pertama pembukaan, dirangkai
dengan sambutan dekan FBS, dilanjutkan dengan rapat kerja dipimpin oleh rektor,
dan diakhiri dengan penutup. Hal ini dimaksudkan supaya tidak monoton dan
terlihat menarik.

4. Santun kinestetika
a. Cara duduk
Cara duduk yang tepat yaitu denga posisi tubuh tegak, bahu relaks,
tangan diatas pangkuan, dan kaki tertumpang rapi atau rapat searah untuk
wanita.

b. Cara berdiri

Saat berdiri untuk wanita membentuk sudut 45˚, sikap tubuh tegak, dada
tegap, dan bahu rileks. Namun untuk pria kaki sedikit terbuka.

c. Cara berjalan

Cara berjalannya yaitu posisi tubuh tegak, bahu relaks, dan langkah
mantap.

d. Cara menyapa

Cara menyapa seorang pewara dalam acara resmi yaitu dengan suara
yang mantap dan bulat dengan penentuan jeda yang sesuai. Dalam menyapa
biasanya pewara menatap langsung orang yang disebutkannya dan disertai
dengan senyuman.

e. Kontak mata

Pandangi audiens ke seluruh ruangan, pandangan tempat ke mata


mereka, dan dekatilah apabila ada yang tidak intens dengan Anda.

5. Penampilan
a. Busana
- Busana pewara wanita yaitu seragam kantor, two pieces, atau tree pieces
dengan blazer.
- Busana pewara pria yaitu seragam kantor, safari, atau setelan jas.
b. Make up
Make up yang digunakan yaitu natural look.
6. Kiat tampil memikat

Kiat tampil mempesona dan mengesankan dalam membawakan acara


adalah seperti berikut ini.

1. Eye contact
Kepewaraan menyangkut teknik komunikasi tatap muka yang bersifat
dua arah. Teknik pertama untuk menjalin hubungan adalah melihat langsung
kepada khalayak dengan cara sapukan pandangan Anda ke semua audiens.
2. Emotional Contect

Seorang pewara harus mempu menciptakan suasana kebersamaan


dan dialogis. Perlu diciptakan emosi yang terkendali yang merupakan
kekuatan pengikat antara pewara dan audiens, sehingga pembicaraan lebih
menarik. Oleh karena itu, perlu diusahakan agar pembicaraan beremosi
(emotional contect). Hal ini bisa dilakukan dengan mempertegas kata,
mengulang kata, menunda kata, dan memperpanjang kalimat.

3. Voice Art

Pewara dapat menarik perhatian dengan suara yang bervariasi. Voice


art dipakai untuk sekadar improvisasi atau ingin menujukkan identitas.
Acting suara merupakan variasi dalam dialog pewara yang dapat membuat
audiens mengetahui identitas seseorang melalui suaranya.

7. Etiket
Etiket pewara yang dapat memukau audiens adalah sebagai berikut.
a. Pewara tidak harus membacakan susunan acara pada pembukaan acara.
b. Seusai pejabat memberikan sambutan pada acara resmi pewara tidak
memberikan ucapan terima kasih, komentar, atau tanggapan tentang
sambutan tersebut.
c. Bila mempersilakan pejabat untuk memberikan sambutan sebaiknya pewara
bergerak meninggalkan mic pada saat yang sama dengan saat pejabat
meninggalkan mic.
d. Jangan memulai acara berikutnya sebelum pejabat yang baru saja selesai
memberikan sambutan tiba ditempat duduknya.
e. Apabila acara tersebut banyak melibatkan wartawan, fotografer, dan
kameramen, sehingga kegiatan mereka mengganggu jalannya acara, secara
formal beri kesempatan kepada mereka untuk mengambil gambar dan
segera akhiri dengan cara yang sama.
f. Untuk catatan-catatan, gunakan kertas yang terpotong rapi dengan catatan
yang teratur dan jangan mengangkat kertas terlalu tinggi.
g. Jangan memukul, meniup, atau selalu menggerakkan mic, sebelum dan pada
saat berbicara.

B. Acara Keagamaan
Aspek yang diamati.
1. Teknik menciptakan suasana dengan suara
a. Speed

Speed seorang pewara dalam acara keagamaan yaitu sedang (tidak


terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi).

b. Tone

Tone seorang pewara dalam membawakan acara keagamaan yaitu


rendah.

c. Volume
Volume dalam acara keagamaan yaitu kuat (bulat).
d. Power
Power pewara dalam acara keagamaan yaitu power yang kuat. Suara
yang dihasilkan harus tepat sesuai dengan penggunaan kata, sehingga mantap
dan berwibawa dalam membawakan acara.
e. Timbre
Timbre seorang pewara dalam acara keagamaan dalam memadu acara
yaitu khidmat, sehingga dapat mempengaruhi pendengarnya.
f. Napas
Napas yang digunakan oleh pewara dalam menjadi pewara acara
keagamaan yaitu boleh menggunakan suara perut dan boleh menggunakan suara
mulut karena acara keagamaan bukan suatu acara yang formal, melainkan acara
yang nonformal sehingga tidak dituntut membawakan acara yang formal sekali.
2. Teknik berbicara
a. Artikulasi

Artikulasi seorang pewara harus jelas, benar, dan sesuai dengan kaidah
kebahasaan yang benar supaya mudah dipahami oleh audiens. Terkadang dalam
acara keagamaan juga diselingi dengan kata dalam bahasa daerah untuk
memudahkan audiens dalam memahami maksud tertentu.
b. Stressing

Pada acara keagamaan biasanya pewara melakukan streesing pada kata-


kata tertentu yang dianggap penting untuk menunjukkan penegasannya. Seperti
ketika seorang pewara menyebutkan nama penceramah atau kyai, tamu
undangan, perangkat desa, dan lain sebagainya yang dianggap penting dalam
acara tersebut.

c. Phrasing
Pada acara keagamaan seorang pewara dalam pembicaraannya
sebaiknya ada jeda agar dapat dipahami dengan cepat dan tepat oleh audiens.
Pewara tidak boleh berbicara terlalu cepat karena akan membuat audiens sulit
memahami maksud pewara dan pewara juga tidak boleh berbicara lambat
karena akan membuat audiens mengantuk, lelah, dan cepat bosan. Apalagi
dalam acara keagamaan misalnya maulid nabi, pasti audiens ingin segera
menyaksikan hikmah halal bihalal (ceramah dari kyai), sehingga jangan terlalu
membuat audiens lama menunggu yang membuat acara tidak kondusif.
d. Kontur
Kontur (tinggi rendahnya nada) dalam acara keagamaan yaitu dapat
bervariasi, terkadang pewara harus menggunakan nada yang tinggi guna
membangkitkan semangat para audiens seperti mengajak bersholawat dan dapat
menggunakan nada rendah ketika menyebut nama kyai untuk melakukan
ceramah keagamaan.
3. Sentuhan beauty sentences

Pada acara keagamaan sentuhan beauty sentences itu sangat diperlukan


untuk membuat acara semakin menarik. Misalnya ketika acara maulid nabi pewara
menyebutkan nama nabi Muhammad SAW ditambahkan dengan baginda nabi
agung Muhammad SAW.

4. Santun kinestetika
a. Cara duduk

Cara duduk seorang pewara dalam keagamaan harus sopan dan rapi.
posisi tubuh tegak, bahu relaks, tangan diatas pangkuan, dan kaki tidak boleh
tertumpang karena dalam acara tersebut pewara menjadi pusat perhatian dan
guna menghormati para tamu undangan yang kebanyakan pasti dari para habib,
kyai, dan para ulama lainnya.

b. Cara berdiri

Saat berdiri untuk wanita membentuk sudut 45˚, sikap tubuh tegak, dada
tegap, dan bahu rileks. Namun untuk pria kaki sedikit terbuka,

c. Cara berjalan
Cara berjalannya yaitu posisi tubuh tegak, bahu relaks, dan langkah
mantap serta mengutamakan kesopanan.
d. Cara menyapa

Pada acara keagamaan seorang pewara dalam menyapa audiens


biasanya ketika setelah penyebutan nama seorang pewara menundukkan
kepalanya sejenak disertai senyuman guna untuk menghormati orang yang
disebutkan tersebut.

e. Kontak mata
Pandangi audiens ke seluruh ruangan, pandangan tempat ke mata
mereka, dan dekatilah apabila ada yang tidak intens dengan Anda.
5. Penampilan
a. Busana

Busana yang digunakan ketika dalam acara resmi yaitu menggunakan


baju yang sopan. Contohnya acara keagamaan umat islam yaitu maulid nabi
pewara dapat menggunakan baju muslim.

b. Make up
Make up yang digunakan tidak berlebihan dan sederhana.
6. Kiat tampil memikat

Kiat tampil mempesona dan mengesankan dalam membawakan acara


keagamaan adalah seperti berikut ini.

a. Eye contact
Kepewaraan menyangkut teknik komunikasi tatap muka yang bersifat
dua arah. Teknik pertama untuk menjalin hubungan adalah melihat langsung
kepada khalayak dengan cara sapukan pandangan Anda ke semua audiens.
b. Opening touch
Acara keagamaan merupakan acara yang relaks dan santai, maka dari itu
untuk menciptakan suasana tersebut diperlukan beberapa hal yang harus
dilakukan karena terkadang ada audiens yang belum siap untuk memulai
acara. Suasana terasa kaku dan lesu. Maka dari itu seorang pewara dituntut
untuk mencairkan suasana dengan Opening touch pada pembukaan yang
dibentuk dari lelucon, pertanyaan, dan pernyataan yang kontroversial.
Bahkan pewara dapat mengawalinya dengan mengajak audiens untuk
bersholawat.
c. Emotional Contect

Seorang pewara harus mempu menciptakan suasana kebersamaan


dan dialogis. Perlu diciptakan emosi yang terkendali yang merupakan
kekuatan pengikat antara pewara dan audiens, sehingga pembicaraan lebih
menarik. Oleh karena itu, perlu diusahakan agar pembicaraan beremosi
(emotional contect). Hal ini bisa dilakukan dengan mempertegas kata,
mengulang kata, menunda kata, dan memperpanjang kalimat.

d. Voice Art

Pewara dapat menarik perhatian dengan suara yang bervariasi. Voice


art dipakai untuk sekadar improvisasi atau ingin menujukkan identitas.
Acting suara merupakan variasi dalam dialog pewara yang dapat membuat
audiens mengetahui identitas seseorang melalui suaranya.

e. Humor

Pada acara keagamaan biasanya diperlukan adanya humor supaya


suasana yang ada ditempat tersebut tidak kaku. Terkadang humor tersebut
juga digunakan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan sebagai
pemanis dan penyegar suasana dalam acara tersebut dengan menggunakan
humor yang santun dan relevan dengan suasana dan kondisi acara.
Terkadang humor ini juga dilakukan supaya audiens tidak mengantuk dan
tetap memperhatikan dalam acara tersebut.
7. Etiket
Etiket pewara yang dapat memukau audiens adalah sebagai berikut.
a. Pewara harus membacakan susunan acara pada pembukaan acara.
b. Seusai pejabat, kyai, ataupun seseorang yang telah memberikan sambutan
pada acara tersebut, pewara dapat memberikan ucapan terima kasih.
c. Bila mempersilakan untuk memberikan sambutan sebaiknya pewara
bergerak meninggalkan mic pada saat yang sama dengan saat pejabat
meninggalkan mic.
d. Jangan memulai acara berikutnya sebelum pemberi sambutan yang baru saja
selesai memberikan sambutan tiba ditempat duduknya.
e. Apabila acara tersebut banyak melibatkan wartawan, fotografer, dan
kameramen, sehingga kegiatan mereka mengganggu jalannya acara, secara
formal beri kesempatan kepada mereka untuk mengambil gambar dan
segera akhiri dengan cara yang sama.
f. Untuk catatan-catatan, gunakan kertas yang terpotong rapi dengan catatan
yang teratur dan jangan mengangkat kertas terlalu tinggi.
g. Jangan memukul, meniup, atau selalu menggerakkan mic, sebelum dan pada
saat berbicara. Karena dalam acara keagamaan tentunya kesopanan yang
paling utama.

C. Acara Kekeluargaan
Aspek yang diamati.
1. Teknik menciptakan suasana dengan suara
a. Speed

Speed seorang pewara dalam acara kekeluargaan yaitu lambat dan


natural supaya suasana khidmatnya itu terasa. Hal ini dikarenakan dalam acara
kekeluargaan biasanya menggunakan cara/adat suatu daerah tertentu yang
dilakukan dengan nuansa adat kedaerahan yang sangat khas.

b. Tone

Tone seorang pewara dalam membawakan acara kekeluargaan yaitu


rendah untuk menciptakan suasana yang khidmat.
c. Volume
Volume pada acara kekeluargaan yaitu kuat (bulat).
d. Power
Power pewara dalam acara kekeluargaan yaitu power yang kuat. Suara
yang dihasilkan harus tepat sesuai dengan penggunaan kata, sehingga mantap
dan berwibawa dalam membawakan acara.
e. Timbre
Timbre seorang pewara dalam acara kekeluargaan dalam memadu acara
yaitu khidmat, sehingga dapat mempengaruhi pendengarnya. Misalnya dalam
acara pernikahan biasnaya dalam acara tersebut bahkan pewara dapat membuat
tamu undangan maupun orang yang menikah sampai menangis karena
merasakan suasana yang haru yaitu kedua mempelai akan berpisah dengan
orang tuanya dan memulai hidup baru dan dari pihak keluarga akan melepas
anaknya untuk membuat keluarga yang baru. Dalam acara seperti ini terkadang
pewara juga menggunakan selingan bahasa daerah misalnya bahasa Jawa krama
inggil.
f. Napas

Napas yang digunakan oleh pewara dalam menjadi pewara acara


kekeluargaan yaitu menggunakan suara perut supaya menghasilkan suara yang
bulat dan matap.

2. Teknik berbicara
a. Artikulasi

Artikulasi seorang pewara harus jelas, benar, dan sesuai dengan kaidah
kebahasaan yang benar supaya mudah dipahami oleh audiens. Terkadang dalam
acara kekeluargaan juga diselingi dengan kata dalam bahasa daerah untuk
memberikan kesan haru dari audiens, keluarga, maupun yang lain.

b. Stressing

Pada acara kekeluargaan biasanya pewara melakukan streesing pada


kata-kata tertentu yang dianggap penting untuk menunjukkan penegasannya.
Seperti ketika seorang pewara menyebutkan nama orang yang menikah, orang
tua kedua mempelai, dan lain sebagainya yang dianggap penting dalam acara
tersebut.
c. Phrasing
Pada acara kekeluargaan seorang pewara dalam pembicaraannya
sebaiknya ada jeda agar dapat dipahami dengan cepat dan tepat oleh audiens.
Pewara tidak boleh berbicara terlalu cepat karena akan membuat audiens sulit
memahami maksud pewara dan pewara juga tidak boleh berbicara lambat
karena akan membuat audiens mengantuk, lelah, dan cepat bosan.
d. Kontur

Kontur pada acara kekeluargaan yaitu dengan menggunakan nada yang


rendah dan khidmat untuk menciptakan suasana yang haru.

3. Sentuhan beauty sentences

Pada acara kekeluargaan perlu diberikan sentuhan beauty sentences untuk


memberikan kesan yang khidmat yang bisanya menggunakan bahasa daerah
tertentu.

4. Santun kinestetika
a. Cara duduk
Cara duduk yang tepat yaitu denga posisi tubuh tegak, bahu relaks, tangan
diatas pangkuan, dan kaki tertumpang rapi atau rapat searah untuk wanita.
b. Cara berdiri
Saat berdiri untuk wanita membentuk sudut 45˚, sikap tubuh tegak, dada
tegap, dan bahu rileks. Namun, untuk pria kaki sedikit terbuka.
c. Cara berjalan
Cara berjalannya yaitu posisi tubuh tegak, bahu relaks, dan langkah
mantap.
d. Cara menyapa
Cara menyapa seorang pewara dalam acara kekeluargaan yaitu dengan
suara yang mantap dan bulat dengan penentuan jeda yang sesuai. Dalam
menyapa biasanya pewara menatap langsung orang yang disebutkannya dan
disertai dengan senyuman.
e. Kontak mata

Pandangi audiens ke seluruh ruangan, pandangan tempat ke mata


mereeka, dan dekatilah apabila ada yang tidak intens dengan Anda.
5. Penampilan
a. Busana

Busana yang digunakan pewara wanita pada acara kekeluargaan berupa


pernikahan yaitu menggunakan busana seragam panitia, busana daerah, atau
busana nasional, sedangkan pewara pria menggunakan busana daerah, seragam
panitia, batik, atau setelan jas.

b. Make up
Make up yang digunakan yaitu menggunakan make up lengkap.
6. Kiat tampil memikat

Kiat tampil mempesona dan mengesankan dalam membawakan acara


adalah seperti berikut ini.

a. Eye contact
Kepewaraan menyangkut teknik komunikasi tatap muka yang bersifat
dua arah. Teknik pertama untuk menjalin hubungan adalah melihat langsung
kepada khalayak dengan cara sapukan pandangan Anda ke semua audiens.
b. Emotional Contect
Seorang pewara harus mempu menciptakan suasana kebersamaan dan
dialogis. Perlu diciptakan emosi yang terkendali yang merupakan kekuatan
pengikat antara pewara dan audiens, sehingga pembicaraan lebih menarik.
Oleh karena itu, perlu diusahakan agar pembicaraan beremosi (emotional
contect). Hal ini bisa dilakukan dengan mempertegas kata, mengulang kata,
menunda kata, dan memperpanjang kalimat.
c. Voice Art
Pewara dapat menarik perhatian dengan suara yang bervariasi. Voice art
dipakai untuk sekadar improvisasi atau ingin menujukkan identitas. Acting
suara merupakan variasi dalam dialog pewara yang dapat membuat audiens
mengetahui identitas seseorang melalui suaranya.
7. Etiket
Etiket pewara yang dapat memukau audiens adalah sebagai berikut.
a. Pewara harus membacakan susunan acara pada pembukaan acara supaya
audiens mengetahuinya.
b. Bila mempersilakan seseorang untuk memberikan sambutan sebaiknya
pewara bergerak meninggalkan mic pada saat yang sama dengan saat dia
meninggalkan mic.
c. Jangan memulai acara berikutnya sebelum seseorang yang sambutan tiba
ditempat duduknya.
d. Apabila acara tersebut banyak melibatkan wartawan, fotografer, dan
kameramen, sehingga kegiatan mereka mengganggu jalannya acara, secara
formal beri kesempatan kepada mereka untuk mengambil gambar dan
segera akhiri dengan cara yang sama.
e. Untuk catatan-catatan, gunakan kertas yang terpotong rapi dengan catatan
yang teratur dan jangan mengangkat kertas terlalu tinggi.
f. Jangan memukul, meniup, atau selalu menggerakkan mic, sebelum dan pada
saat berbicara.

D. Acara Hiburan
Aspek yang diamati.
1. Teknik menciptakan suasana dengan suara
a. Speed

Speed yang dilakukan oleh seorang yang pewara dalam acara hiburan
yaitu kadang agak cepat.

b. Tone
Tone pada acara hiburan yaitu fluktuatif.
c. Volume

Volume suara seorang pewara dalam membawakan acara hiburan yaitu


suara yang kuat dan powernya yang mantap. Misalnya dalam acara konser
musik biasany

a pewara berbicara dengan suara yang meledak-ledak dan menggebu-


gebu untuk membangkitkan semangat para penonton.

d. Power
Power pada acara hiburan yaitu kadang-kadang kuat.
e. Timbre

Timbre seorang pewara dalam acara hiburan yaitu semangat karena


sifatnya menghibur.

f. Napas

Napas yang digunakan oleh seorang pewara dalam memandu acara


hiburan boleh menggunakan napas mulut karena acara hiburan tidak termasuk
acara yang formal. Jadi tidak harus menggunakan napas perut.

2. Teknik berbicara
a. Artikulasi
Artikulasi seorang pewara dalam acara hiburan harus diucapkan dengan
jelas dan benar sehingga mudah dipahami dan dimengerti oleh audiens.
b. Stressing

Pada acara hiburan biasanya pewara melakukan streesing pada kata-kata


tertentu yang dianggap penting untuk menunjukkan penegasannya. Seperti
ketika seorang pewara menyebutkan nama bintang tamu, grup band yang akan
tampil, dan lain sebagainya.

c. Phrasing
Pada acara hiburan seorang pewara dalam pembicaraannya kadang
hanya memberikan jeda yang tidak lama. Karena biasanya pewara hiburan
bebicara lebih cepat dibandingkan dengan pewara dalam acara resmi karena
memang sifatnya menghibur. Jadi pewara tidak dapat berbicara dengan lambat
karena akan membuat penonton lelah dan bosan.
d. Kontur
Kontur dalam acara hiburan yaitu dengan nada yang tinggi ketika akan
memanggil bintang tamu, melakukan game, dan kegiatan yang lain yang
sifatnya santai dan menghibur. namun, akan menggunakan nada yang rendah
apabila akan meminta pejabat untuk memberikan sambutan.
3. Sentuhan beauty sentences

Pada acara hiburan biasanya pewara menggunakan sentuhan beauty


sentences guna membuat kesan yang manrik. Tetapi dalam acara hiburan pewara
biasanya lebih banyak melakukan improvisasi dalam membawakan acara.
4. Santun kinestetika
a. Cara duduk

Cara duduk seorang pewara dalam acara hiburan tidak seformal pada
acara resmi. Jadi ketika duduk bisa sedikit santai tetapi tetap sopan.

b. Cara berdiri
Saat berdiri untuk wanita membentuk sudut 45˚, sikap tubuh tegak, dada
tegap, dan bahu rileks. Namun untuk pria kaki sedikit terbuka.
c. Cara berjalan
Cara berjalannya yaitu posisi tubuh tegak, santai, dan langkah yang
mantap.
d. Cara menyapa

Cara pewara menyapa seorang penonton dalam acara hiburan harus


semangat menggebu-gebu supaya penontonnya juga ikut semangat. Biasaya
dengan kalimat yang dipanjangkan.

e. Kontak mata

Kontak mata yang dilakukan oleh pewara dalam acara hiburan hampir
sama dengan acara resmi yaitu harus memandangi audiens yang ada ditempat
tersebut.

5. Penampilan
a. Busana
- Busana wanita yaitu bebas rapi, cocktail dress dan busana muslim apabila
ada nuansa keagamaan.
- Busana pria yaitu bebas rapi atau batik.
b. Make up

Make up yang digunakan ketika malam hari yaitu menggunakan make


up yang lengkap. Namun ketika pagi hari menggunakan make up yang tidak
mencolok.

6. Kiat tampil memikat

Kiat tampil mempesona dan mengesankan dalam membawakan acara


adalah seperti berikut ini.
a. Eye contact
Kepewaraan menyangkut teknik komunikasi tatap muka yang bersifat
dua arah. Teknik pertama untuk menjalin hubungan adalah melihat langsung
kepada khalayak dengan cara sapukan pandangan Anda ke semua audiens.
b. Opening touch
Acara hiburan merupakan acara yang relaks dan santai, maka dari itu
untuk menciptakan suasana tersebut diperlukan beberapa hal yang harus
dilakukan karena terkadang ada audiens yang belum siap untuk memulai
acara. Suasana terasa kaku dan lesu. Maka dari itu seorang pewara dituntut
untuk mencairkan suasana dengan Opening touch pada pembukaan yang
dibentuk dari lelucon, pertanyaan, dan pernyataan yang kontroversial.
c. Emotional Contect

Seorang pewara harus mempu menciptakan suasana kebersamaan


dan dialogis. Perlu diciptakan emosi yang terkendali yang merupakan
kekuatan pengikat antara pewara dan audiens, sehingga pembicaraan lebih
menarik. Oleh karena itu, perlu diusahakan agar pembicaraan beremosi
(emotional contect). Hal ini bisa dilakukan dengan mempertegas kata,
mengulang kata, menunda kata, dan memperpanjang kalimat.

d. Voice Art

Pewara dapat menarik perhatian dengan suara yang bervariasi. Voice


art dipakai untuk sekadar improvisasi atau ingin menujukkan identitas.
Acting suara merupakan variasi dalam dialog pewara yang dapat membuat
audiens mengetahui identitas seseorang melalui suaranya.

e. Humor

Pada acara hiburan biasanya diperlukan adanya humor supaya


suasana yang ada ditempat tersebut tidak kaku. Terkadang humor tersebut
juga digunakan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan sebagai
pemanis dan penyegar suasana dalam acara tersebut dengan menggunakan
humor yang santun dan relevan dengan suasana dan kondisi acara.

Humor memiliki beberapa teknik, antara lain yaitu (1) exaggeration,


yaitu melebihkan sesuatu secara tidak proposional yang digunakan untuk
membongkar kejelekan sejelas-jelasnya dengan maksud mengoreksinya, (2)
parodi, yaitu sejenis komposisi gaya suatu karya sastra (prosa, puisi, atau
puisi rilis) yang serius ditiru dengan maksud melucu, (3) ironi, yaitu kata-
kata untuk menyampaikan makna yang bertentangan dengan makna
harfiahnya, (4) burlesque, yaitu teknik membuat humor dengan
memperlakukan hal-hal yang seenaknya atau tidak penting dengan serius
dan memperlakukan hal-hal yang serius dengan seenaknya, (5) perilaku
aneh para tokoh, (6) perilaku orang asing, (7) belokan, yaitu teknik humor
dengan cara membuat audiens meyakini bahwa akan berbicara yang biasa,
kemudian justru mengatakan yang sebalinya dengan tujuan mengejutkan
pada bagian akhir, dan (8) puns, yaitu teknik mempermainkan kata-kata
yang mempunyai makna ganda.

7. Etiket
Etiket pewara yang dapat memukau audiens adalah sebagai berikut.
a. Pewara hiburan tidak harus membacakan susunan acara pada pembukaan
acara.
b. Seusai pejabat memberikan sambutan pada acara hiburan pewara dapat
memberikan ucapan terima kasih, komentar, atau tanggapan tentang
sambutan tersebut.
c. Bila mempersilakan pejabat untuk memberikan sambutan sebaiknya pewara
bergerak meninggalkan mic pada saat yang sama dengan saat pejabat
meninggalkan mic.
d. Jangan memulai acara berikutnya sebelum pejabat yang baru saja selesai
memberikan sambutan tiba ditempat duduknya.
e. Apabila acara tersebut banyak melibatkan wartawan, fotografer, dan
kameramen, sehingga kegiatan mereka mengganggu jalannya acara, secara
formal beri kesempatan kepada mereka untuk mengambil gambar dan
segera akhiri dengan cara yang sama.
f. Untuk catatan-catatan, gunakan kertas yang terpotong rapi dengan catatan
yang teratur dan jangan mengangkat kertas terlalu tinggi.
g. Jangan memukul, meniup, atau selalu menggerakkan mic, sebelum dan pada
saat berbicara.
E. Acara Eksibisi
Aspek yang diamati.
1. Teknik menciptakan suasana dengan suara
a. Speed

Speed seorang pewara dalam acara eksibisi yaitu lambat dan natural
supaya suasana khidmatnya itu terasa. Hal ini dikarenakan dalam acara eksibisi
bersifat srius tapi santai sesuai dengan objek yang dipamerkan atau sesuai
dengan tema acaranya. Acara eksibisi hampir mirip dengan acara resmi tetapi
sedikit lebih santai.

b. Tone
Tone seorang pewara dalam membawakan acara eksibisi yaitu rendah.
c. Volume

Volume suara seorang pewawa dalam acara eksibisi yaitu harus kuat
(bulat).

d. Power
Power pewara dalam acara eksibisi yaitu power yang kuat. Suara yang
dihasilkan harus tepat sesuai dengan penggunaan kata, sehingga mantap dan
berwibawa dalam membawakan acara.
e. Timbre
Timbre seorang pewara dalam acara eksibisi dalam memadu acara yaitu
khidmat, sehingga dapat mempengaruhi pendengarnya.
f. Napas

Napas yang digunakan dalam acara eksibisi seminar menggunakan


napas perut supaya menghasilkan suara yang bulat, sedangkan pada acara
pameran yang diadakan diluar ruangan pewara dalat menyelingi dengan suara
mulut.

2. Teknik berbicara
a. Artikulasi
Artikulasi seorang pewara dalam acara eksibisi harus diucapkan dengan
jelas dan benar sehingga mudah dipahami dan dimengerti oleh audiens.
b. Stressing

Pada acara eksibisi biasanya pewara melakukan streesing pada kata-kata


tertentu yang dianggap penting untuk menunjukkan penegasannya. Seperti
ketika seorang pewara menyebutkan nama penanggung jawab pembangunan
gedung, dekan/kepala unit terkait, rektor, dan lain sebagainya.

c. Phrasing
Pada acara eksibisi seorang pewara dalam pembicaraannya sebaiknya
ada jeda agar dapat dipahami dengan cepat dan tepat oleh audiens. Pewara tidak
boleh berbicara terlalu cepat karena akan membuat audiens sulit memahami
maksud pewara dan pewara juga tidak boleh berbicara lambat karena akan
membuat audiens mengantuk, lelah, dan cepat bosan.
d. Kontur

Kontur pada acara eksibisi seminar yaitu dengan menggunakan nada


yang rendah apabila penyebutan nama rektor, dekan, dan pejabat tinggi lainnya.
Namun menggunakan nada yang tinggi apabila menjadi pewara dalam acara
pameran untuk memikat orang supaya datang ke acara tersebut.

3. Sentuhan beauty sentences


Sentuhan beauty sentences dalam acara eksibisi biasanya dilakukan untuk
pemanis acara. Misalnya ketika penyebutan narasumber dalam acara seminar yaitu
“Marilah kita sambut pembicara kita yang sangat luar biasa, penulis muda yang
sudah menghasilkan banyak karyanya dibidang sastra yaitu Boy Candra.
4. Santun kinestetika
a. Cara duduk
Cara duduk yang tepat yaitu denga posisi tubuh tegak, bahu relaks,
tangan diatas pangkuan, dan kaki tertumpang rapi atau rapat searah untuk
wanita.
b. Cara berdiri
Saat berdiri untuk wanita membentuk sudut 45˚, sikap tubuh tegak, dada
tegap, dan bahu rileks. Namun, untuk pria kaki sedikit terbuka.
c. Cara berjalan
Cara berjalannya yaitu posisi tubuh tegak, santai, dan langkah yang
mantap.
d. Cara menyapa

Cara pewara menyapa seorang penonton dalam acara eksibisi dalam


seminar biasanya dengan menyapu pandangan penonton dengan pelan dan
disertai dengan senyuman, sedangkan dalam pameran yang diadakan diluar
ruangan biasanya dengan pewara menyapa dengan semangat supaya
penontonnya juga ikut semangat dengan kalimat yang dipanjangkan guna
membuat penonton tertarik untuk datang ke stand tersebut.

e. Kontak mata

Kontak mata yang dilakukan oleh pewara dalam acara eksibisi hampir
sama dengan acara resmi yaitu harus memandangi audiens yang ada ditempat
tersebut.

5. Penampilan
a. Busana
- Busana wanita pada acara eksibisi berupa peresmian yang diselenggarakan
dengan sentuhan budaya yaitu menggunakan busana daerah atau nasional.
- Busana pria yaitu busana daerah atau batik.
b. Make up
Make up yang digunakan yaitu tidak mencolok pada pagi hari.
6. Kiat tampil memikat

Kiat tampil mempesona dan mengesankan dalam membawakan acara


adalah seperti berikut ini.

a. Eye contact
Kepewaraan menyangkut teknik komunikasi tatap muka yang bersifat
dua arah. Teknik pertama untuk menjalin hubungan adalah melihat langsung
kepada khalayak dengan cara sapukan pandangan Anda ke semua audiens.
b. Opening touch
Acara eksibisi berupa pameran merupakan acara yang serius tetapi
santai, maka dari itu untuk menciptakan suasana tersebut diperlukan
beberapa hal yang harus dilakukan karena terkadang ada audiens yang
belum siap untuk memulai acara. Suasana terasa kaku dan lesu. Maka dari
itu seorang pewara dituntut untuk mencairkan suasana dengan Opening
touch pada pembukaan yang dibentuk dari lelucon, pertanyaan, dan
pernyataan yang kontroversial.
c. Emotional Contect

Seorang pewara harus mempu menciptakan suasana kebersamaan


dan dialogis. Perlu diciptakan emosi yang terkendali yang merupakan
kekuatan pengikat antara pewara dan audiens, sehingga pembicaraan lebih
menarik. Oleh karena itu, perlu diusahakan agar pembicaraan beremosi
(emotional contect). Hal ini bisa dilakukan dengan mempertegas kata,
mengulang kata, menunda kata, dan memperpanjang kalimat.

d. Voice Art

Pewara dapat menarik perhatian dengan suara yang bervariasi. Voice


art dipakai untuk sekadar improvisasi atau ingin menujukkan identitas.
Acting suara merupakan variasi dalam dialog pewara yang dapat membuat
audiens mengetahui identitas seseorang melalui suaranya.

e. Humor

Pada acara eksibisi biasanya diperlukan adanya humor supaya


suasana yang ada ditempat tersebut tidak kaku. Terkadang humor tersebut
juga digunakan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan sebagai
pemanis dan penyegar suasana dalam acara tersebut dengan menggunakan
humor yang santun dan relevan dengan suasana dan kondisi acara serta tidak
berlebihan.

7. Etiket
Etiket pewara yang dapat memukau audiens adalah sebagai berikut.
a. Pewara eksibisi dalam seminar tidak harus membacakan susunan acara pada
pembukaan acara.
b. Seusai pejabat memberikan sambutan pada acara hiburan pewara tidak perlu
memberikan ucapan terima kasih, komentar, atau tanggapan tentang
sambutan tersebut.
c. Bila mempersilakan pejabat untuk memberikan sambutan sebaiknya pewara
bergerak meninggalkan mic pada saat yang sama dengan saat pejabat
meninggalkan mic.
d. Jangan memulai acara berikutnya sebelum pejabat yang baru saja selesai
memberikan sambutan tiba ditempat duduknya.
e. Apabila acara tersebut banyak melibatkan wartawan, fotografer, dan
kameramen, sehingga kegiatan mereka mengganggu jalannya acara, secara
formal beri kesempatan kepada mereka untuk mengambil gambar dan
segera akhiri dengan cara yang sama.
f. Untuk catatan-catatan, gunakan kertas yang terpotong rapi dengan catatan
yang teratur dan jangan mengangkat kertas terlalu tinggi
g. Jangan memukul, meniup, atau selalu menggerakkan mic, sebelum dan pada
saat berbicara.

Anda mungkin juga menyukai