Anda di halaman 1dari 22

SEJARAH KECANTIKAN DARI

MASA KE MASA
Oleh :
Ida Susilowati,S.Kep.Ns.MM
Ternyata semenjak ribuan tahun yang
lalu, kecantikan sudah menjadi bentuk
tren di kalangan masyarakatnya. Bahkan
dari berbagai belahan dunia, beragam
cara mereka lakukan agar tampak cantik.
Demikian adalah sejarah kecantikan dari
masa ke masa:
a. Zaman Mesir Kuno
• 37 tahun sebelum masehi, Cleopatra telah
memiliki spa pribadi yang komposisinya
berupa aspal dan garam yang diambil dari
Laut Mati.
• Masyarakat Mesir kuno juga memiliki wadah
sendiri untuk menyimpan produk perawatan
kulit dan kosmetik mereka lengkap dengan
keterangan manfaatnya.
• Pemakaian kosmetik yang meluas
di kalangan masyarakat Mesir
kuno ini dibuktikan dari
ditemukannya residu kosmetik di
dalam sebuah makam yang
berusia lebih dari 3000 tahun.
• Ada lima item kosmetik yang
menentukan status sosial
pemakainya yaitu eyeliner,
parfum, sabun, minyak tubuh dan
cat kuku.
• Seorang bangsawan Mesir akan
memoles kukunya dengan warna
merah menyala, sedangkan rakyat
jelatanya berkuku pucat.
b. Zaman Yunani dan Romawi Kuno
• Masyarakat Yunani kuno senang sekali
menggunakan yoghurt untuk merawat kulit.
Selain itu, mereka juga meyakini kalau kotoran
buaya dapat menghambat proses penuaan
kulit. Untuk memutihkan dan menghilangkan
noda di wajah, mereka menggunakan bubuk
timbal putih.
• Sementara perempuan Iran kuno
menggunakan darah sapi yang dicampur
berudu dan daun pacar untuk mewarnai
rambut.

Helen of Troy
c. Abad Pertengahan di Jepang
• Para Geisha-nya memutihkan
kulit dengan adonan tepung
beras dicampur dengan
kotoran burung. Ramuan ini
kemudian dioleskan ke seluruh
wajah.
• Di zaman itu, kulit putih pucat
menjadi simbol kecantikan,
sehingga banyak perempuan
yang rela melukai diri hingga
berdarah supaya terlihat
pucat.
d. Zaman Renaisans
• Zaman ini, perempuan berwajah pucat
juga dikatakan terlihat lebih cantik.
Karenanya, perempuan di zaman
Renaisans memakai kosmetik yang
mengandung karbohidrat, hidroksida
dan oksida timbal.
• Hal ekstrim lainnya yaitu dengan
menempelkan lintah di dekat telinga
hingga lintah tersebut menghisap
darah mereka dan akhirnya mereka
terlihat lebih pucat.
e. Zaman Ratu Elizabeth
• Perempuan di Inggris kala itu lebih memilih
pemakaian alkali sebagai pewarna rambut
sehingga rambut mereka rontok. Itu pula
sebabnya perempuan di zaman itu lebih memilih
wig untuk menutupi rambut mereka yang rontok.
• Kulit pucat merupakan lambang status sosial
tinggi pada abad ke-15 dan ke-16 di Eropa. Untuk
memutihkan kulitnya, Ratu Elizabeth I
menggunakan lapisan tebal cat timbal yang
beracun. Hal ini juga dilakukan perempuan
bangsawan lainnya.
• Untuk memperbesar
pupil dan membuat
matanya terlihat lebih
cerah, Ratu Elizabeth I
mencetuskan tren
pemakaian obat tetes
mata yang terbuat dari
tanaman nightshade
yang beracun.
f. Zaman Modern
• Di zaman modern sekarang ini, tren kecantikan
berkembang pesat didukung pula oleh teknologi.
Karenanya cantik instan melalui jalur operasi, laser,
obat-obatan dan lain sebagainya kini lebih banyak
peminatnya dibandingkan dengan cantik melalu cara
tradisional yang membutuhkan ketelatenan.
• Standar kecantikan memang beragam dan selalu
berubah tergantung konteks zaman. Pada tahun 1950,
masyarakat Eropa menjadikan Marlyn Monroe sebagai
standar kecantikan dengan berat badan 67 kg dan
tinggi 163 cm. Hal ini membuktikan perempuan sedikit
gemuk dianggap cantik.
• Berbeda lagi ketika sosok
boneka barbie mulai
membanjiri pasar mainan
anak-anak. Menurut Moore
(2009), orang yang cantik di
mata umum adalah yang
paling mirip dengan Barbie
yaitu berkulit putih, bermata
biru, berambut pirang, dan
bertubuh langsing. Standar
kecantikan ini tentu
mempengaruhi pandangan
perempuan Indonesia pada
kecantikan.
g. Kecantikan di Indonesia
• Kecantikan di Indonesia sendiri
memiliki sejarah yang cukup
panjang. Standar kecantikan itu
ternyata telah ada semenjak zaman
Jawa kuno. Kehidupan Jawa kuno
tergambar dalam kisah sastra
Ramayana. Menurut Titib (1998),
cantik pada masa itu digambarkan
melalui tokoh Sita, istri Rama. Sita
digambarkan sebagai perempuan
muda yang sungguh cantik dan
berperilaku baik. Ia bercahaya
laksana rembulan. Rembulan
digambarkan sebagai kecantikan
kulit perempuan yang bercahaya.
• Ketika Indonesia mulai memasuki era kolonal standar
kecantikan pun berubah mengikuti standar para penjajah.
Ketika para penjajah Eropa memasuki Indonesia, mereka
juga menyebarkan dan memperdagangkan produk
kecantikan. Produk tersebut diiklankan melalui media,
pada masa itu. Sebagai contoh iklan sabun palm olive
dalam majalah De Huisvrouw in Indie pada tahun 1937
dan Bintang Hindi tahun 1928.
• Standar kecantikan terus
berkembang di Indonesia.
Setelah penjajahan kolonial,
bergantilah era di bawah
penjajah Jepang. Hal yang
sama juga terjadi. Pada masa
itu, ada majalah memuat
rubrik kecantikan yakni
Djawa Baroe pada tahun
1943 dan Gadis Nippon.
Dalam rubrik tersebut yang
menjadi standar cantik ialah
wanita Jepang. Di situ
digambarkan betapa wanita
Jepang ialah sosok yang jelita
dengan kulit putihnya serta
penampakan fisik lainnya.
• Perubahan konsep cantik
tidak berhenti ketika penjajah
pergi. Seiring berkembangnya
waktu, produk kecantikan
yang mulai beredar di pasaran
Indonesia membawa dampak,
yakni perubahan persepsi
masyarakat Indonesia akan
kecantikan. Produk tersebut
mulai masuk pada tahun
1970. Produk tersebut antara
lain Touro Pearl Cream pada
tahun 1975, Kelly Pearl Cream
pada tahun 1976, Fair lady
Cosmetic pada tahun 1980
dan juga iklan sabun Lux.
• Pada awal tahun 1970 an,
produk kecantikan lokal
membawa angin segar
dengan menawarkan
standar cantik khas
Indonesia yang tidak harus
putih. Produk tersebut
antara lain Viva Cosmetics,
Sari Ayu, dan Mustika
Ratu. Namun seiring
perkembangan jaman
dengan masuknya produk
kecantikan Vaseline dan
Nivea, standar cantik
kembali pada kulit yang
putih.
• Di era modern ini, standar
cantik menjadi lebih
beragam. Media dan arus
globalisasai memberikan
celah untuk masuknya
berbagai pemahaman
cantik, seperti cantik ala
Korea atau cantik ala Eropa.
Untuk mendapatkan
kecantikan tersebut banyak
yang mengahabiskan waktu
di klink kecantikan sehingga
mencapai target cantik
sesuai yang diinginkan.
BISNIS KECANTIKAN
Faktor yang mempengaruhi:
• Bisnis klinik kecantikan masih
menjanjikan untung besar.
• Banyak wanita yang
membutuhkan perawatan
kecantikan.
• Bagi wanita, penampilan cantik
seolah sudah menjadi
keharusan. Bukan hal aneh
bahwa banyak kaum hawa rela
memboroskan waktu berjam-
jam di salon kecantikan hanya
demi menjaga penampilan
supaya tetap menawan.
• Bersyukurlah bagi mereka yang memang
sudah memiliki wajah cantik, kulit putih
mulus, rambut indah, dan badan langsing.
Hanya dengan sedikit sentuhan, barangkali
mereka sudah bisa tampil mempesona.
• Mereka yang kecantikannya pas-pasan pun tak
perlu rendah diri. Prinsip mereka, Tampil cantik
dan menarik bukan hal yang sulit diwujudkan.
Tinggal pergi ke salon atau klinik kecantikan,
beres. Tak peduli harus membayar mahal, yang
penting penampilan mereka bisa lebih segar
dan menawan.
• Yang jeli melihat peluang, usaha klinik
kecantikan bisa jadi masih merupakan ladang
bisnis empuk. Buktinya, klinik kecantikan yang
menawarkan jasa perawatan wajah dan kulit
semakin banyak bertebaran.

Anda mungkin juga menyukai