Anda di halaman 1dari 7

NAMA : FATIMAH AZZAHRA

NIM : 5213144031

Sejarah Perkembangan Kosmetik di 5 Negara

A. Perkembangan kosmetik di China


Wanita di Tiongkok mulai melengkapi penampilan mereka dengan lipstik, cat
kuku, dan parfum sejak 3.000 tahun yang lalu, mereka pun tidak pernah berhenti
mengembangkan penggunaan kosmetik. Hingga saat ini, penggunaan bahan alami
untuk kosmetik masih berkiblat pada budaya tradisional Tionghoa. Bahan-bahan
seperti teh hijau, beras, dan goji berry merupakan bahan alami yang merupakan
rahasia kecantikan wanita Tiongkok.

1. Evolusi kecantikan wanita Tionghoa


Wanita di Tiongkok telah memperhatikan penampilan fisik mereka sejak zaman kuno.
Seperti biasa, melalui tren yang berkaitan dengan penampilan pribadi seseoorang
yang datang dan pergi, hanya untuk satu generasi hingga bentuk baru datang dianggap
lebih cocok oleh masyarakat lainnya. Kosmetik telah digunakan oleh orang-orang di
seluruh dunia untuk menonjolkan fitur fisik mereka selama ribuan tahun. Di
Tiongkok, praktik periasan wajah ini secara bertahap menyebar dari kelas penguasa
ke populasi umum. Menurut catatan sejarah, wanita di Tiongkok melengkapi
penampilan mereka dengan lipstik, cat kuku, dan parfum, sejak dua atau tiga ribu
tahun yang lalu. Selama masa kekaisaran, wanita kelas atas dan penghibur yiji (mirip
dengan geisha di Jepang) adalah trendsetter utama.
Awalnya, makeup digunakan untuk menunjukkan status sosial seseorang dan untuk
menarik lawan jenis. Dalam kegiatan hal menarik lawan jenis, seorang wanita yang
ingin memberi tahu seorang pria tentang perasaan asmara, dapat mengirimi sang
pujaan hati saputangan dengan sebuah pesan dan cap bibir. Selain makeup, parfum
juga sudah menjadi bagian dari budaya kecantikan Tionghoa sejak zaman dahulu.
Parfum yang terbuat dari bunga lili, bunga teratai, krisan, dan bunga lainnya telah
dipakai oleh wanita di Tiongkok selama berabad-abad. Mereka juga terbiasa
menebarkan aroma menyenangkan di dalam rumah. Berbagai dupa dan lilin aromatik
juga dibakar untuk memanjakan indra penciuman. Di antara masyarakat kelas atas
zaman dahulu memiliki kebiasaan untuk mengundang para tamu ke rumahnya untuk
menikmati aroma lembut yang diberikan oleh lilin dupa yang paling langka.
Pembakaran dupa ditempatkan bahkan di kamar tidur untuk lebih merasakan efek
menenangkan. Pakaian juga dipenuhi aroma dupa, sehingga mereka yang
mengenakannya akan memiliki wangi segar sepanjang hari.

2. Produk kecantikan pertama di Tiongkok


Di Tiongkok, kebiasaan mewarnai kuku dapat ditelusuri hingga 3000 SM. Berbagai
warna digunakan untuk menandakan status sosial tertentu. Sekitar 600 SM, kelas
penguasa Dinasti Chou mengenakan cat kuku emas dan perak sebagai tanda status
kerajaan. Kemudian, hitam dan merah disediakan khusus untuk royalti. Bedak juga
digunakan sejak dahulu di bagian timur Asia untuk mencerahkan warna kulit. Jenis
bubuk pertama yang digunakan di Tiongkok berasal dari beras. Popularitas kulit
berwarna lebih terang telah datang dan pergi secara bergelombang di Tiongkok. Pada
1960-an, era Revolusi Kebudayaan (1966-1976), wanita berusaha untuk
menggelapkan kulit mereka di bawah sinar matahari sebanyak yang mereka bisa
untuk menghilangkan “warna kapitalistik”. Sedangkan untuk lipstik, pertama dibuat
dari lilin lebah lebih dari 1.000 tahun yang lalu untuk melindungi kulit bibir yang
halus. Selama Dinasti Tang (618-907), minyak wangi ditambahkan ke dalamnya agar
membuat bibir semakin menggoda.

3. Perubahan tren kecantikan Tiongkok


Alis dianggap sebagai bagian tubuh sensual di Tiongkok kuno. Selama berabad-abad,
bentuk alis telah melalui perubahan radikal mulai dari garis tipis yang ditarik pada alis
yang dicukur hingga versi yang lebih tebal dan lebat. Wanita juga akan menggunakan
perhiasan dan hiasan rambut untuk meningkatkan kecantikan mereka. Gaya rambut
juga memainkan peran besar dalam membuat kesan yang diinginkan oleh wanita di
Tiongkok. Pada awal abad ke-20, wanita yang lebih liberal dari masyarakat Tiongkok
mengenakan poni yang lebih pendek daripada wanita dari kelas atas, sehingga
menunjukkan alis mereka yang ekspresif dan berbentuk modis. Pada 1930-an, dunia
sinema menciptakan tren kecantikan baru yang ditentukan oleh mode pakaian Barat
dan lipstik berwarna merah terang. Maskara juga mulai digunakan untuk
menggelapkan bulu mata yang telah ditambahkan bulu mata palsu.

B. Perkembangan kosmetik di Jepang


Seiring dengan aspek budaya lainnya yang masuk dari Cina dan Korea, seperti
beragam bentuk rias seperti warna pipi dan bedak wajah mulai dipergunakan di
Jepang. Bedak muka Jepang pertama diproduksi oleh seorang pendeta Budha, bedak
itu sukses memikat hati Permaisuri Jepang sehingga kemudian ditetapkan sebagai tren
hingga menjadi tren kosmetik Jepang yang mendunia. Selama periode Heian (平安 時
代 , 794-1185), produk-produk kecantikan Jepang melepaskan diri dari pengaruh
model-model Cina dan menciptakan estetika tersendiri, seperti rambut panjang lurus,
wajah dengan bedak putih dan alis dicat ulang. Terlepas dari transformasi ini,
sebagian besar makeup hanya tersedia untuk kaum elit tertentu saja.
Sekitar waktu yang sama, standar kecantikan yang sangat tidak biasa menginvasi
Jepang, seperti menghitamkan gigi, ohaguro ( お 歯 黒 ): Gigi, yang sehitam pekat,
dianggap cantik dan tetap populer sebagai standard kecantikan sampai abad ke 19.
Banyak orang Barat yang mengunjungi Jepang menggambarkan ohaguro sebagai
kebiasaan Jepang yang menjijikkan yang sengaja membuat wanita Jepang tampak
buruk. Namun begitu, banyak gadis Jepang yang diizinkan menjalani kebebasan sosial
dan kedewasaan dalam jumlah besar, sehingga ritual sosial ini jauh lebih mungkin
sebagai perayaan tekad wanita dewasa. Pada awal-awal masa Edo (江 戸 時代, 1600-
1868), Jepang mulai mengembangkan dan berfokus pada hal-hal mendetail seputar
etiket, termasuk pengajaran tentang cara yang tepat penggunaan kosmetik.
Selama periode ini, kosmetik umumnya berpusat pada tiga palet warna dasar: merah
(gincu bibir, cat kuku), putih (bedak wajah: oshiroi お 白 い), dan hitam (penghitam
gigi, pensil alis). Bedak muka putih digunakan untuk membuat kulit menjadi berw
putih pucat, secara artistik sering kali membuat kontras terhadap warna alami kulit di
sekitarnya yang dengan perlahan menimbulkan kontur tepi pada di leher bawah dan di
bawah garis rambut. Sementara itu bibir wanita Jepang pada masa itu sering kali di
cat dengan dasar putih dan dibuat lebih kecil dan sedikit lebih tinggi dari bentuk bibir
alami. Selama era Edo ini wanita Jepang sangat menyukai penggunaan bedak wajah
untuk mendatangkan efek kulit sempurna. Itulah standar wanita cantik Jepang saat itu
populer.
Kemudian tren di akhir era Edo penggunaan lipstik  semakin populer. Lipstik pada
saat itu dibuat dari pigmen yang dihasilkan dari bunga segar. Dan harganya begitu
mahal, bahkan konon nilainya sama dengan emas. Dan di awal-awal abad ke-20,
standar kecantikan di Jepang mulai bergeser. Wantia Jepang kemudian mulai
menyukai penggunaan make praktis yang cepat tapi nyaman. Hal ini karena kemajuan
emansipasi wanita Jepang di masyarakat terutama kiprah mereka di tempat kerja
Dunia barat kemudian mempengaruhi Jepang semenjak 1920 sehingga emulsi
kosmetik dan variasi produk perawatan kulit mulai muncul di pasaran. Bedak dan
lipstik wajah mulai dijual dalam ragam warna yang lebih luas selain warna putih dan
merah tradisional. Terutama setelah Perang Dunia II, estetika Jepang menjadi sangat
dipengaruhi oleh media massa Barat, terutama majalah dan film Amerika.
Kini, Jepang menjadi pemimpin pasar dunia untuk produk kosmetik. Dengan
perkiraan nilai US $ 13 Miliar per tahun, Jepang akan lebih jauh lagi dapat
membangun dirinya sendiri secara stabil dengan berbagai inovasi kecantikan.

C. Perkembangan kosmetik di Indonesia


Di Indonesia sendiri sejarah tentang kosmetologi telah dimulai jauh sebelum zaman
penjajah Belanda, namun tidak ada catatan yang jelas mengenai hal tersebut yang
dapat dijadikan pegangan. Pengetahuan tentang kosmetika tradisional memang
sebagian besar diperoleh secara turun menurun dari orang tua ke generasi penerusnya,
tidak hanya terjadi di kalangan pusat pemerintahan saat itu yakni keraton (istana),
tetapi juga di kalangan rakyat biasa yang berkaca pada kecantikan putri dan
permaisuri raja. Masyarakat penjajah kemudian mulai membawa dan
memperkenalkan kosmetika barat ke Indonesia. Kita mulai mengenal Coty, Elizabet
Arden, Hazelina Snow, Dr. Dralle atau Lavender. Pada tahun 1960, Tio Tiong Hoo,
seseorang dokter kulit, mendirikan Viva, yaitu pabrik kosmetika pertama di Indonesia
yang sampai saat ini masih beroperasi. Lalu disusun dengan Madame Iki, Markcs,
Yanthi dan lainnya. Dua pabrik kosmetika terbesar saat ini yakni Mustika Ratu
(produk Mooryati Soedibjo) dan Sari Ayu (produk Martha Tilaar) lahir di tahun 1970-
an.Oleh sebab itu tidak dapat diragukan lagi bahwa kebutuhan akan kosmetika dewasa
ini sudah demikian primer bagi seluruh wanita, sebagian pria, dan anak-anak. Jadi
apabila penggunaan wewangian di badan, ruangan rumah, kantor dan tempat santai
atau penggunaan sabun atau bedak yang tidak terpisahkan lagi dari kehidupan
manusia dan kultur bangsa. Jadi besar dan kuatnya industri kosmetika yang tidak
kalah kuatnya dengan industri-industri lain. Begitu pula perangkat pelayanan (salon)
dan penjualan yang telah mendesa. Semua itu menunjukkan peranan kosmetika yang
sangat penting dewasa ini (Wasitaatmadja,1997). Tawaran untuk membuat diri
menjadi cantik dan menarik merupakan janji yang selalu ditawarkan oleh produsen
kosmetika. Kulit putih mulus, rambut hitam lurus panjang berkilau, badan langsing
dan awet muda adalah gambaran ideal seorang wanita yang dibentuk di media massa.
Permasalahan yang sering dihadapi oleh konsumen adalah ketidakcocokan terhadap
bahan kosmetika yang digunakannya. Ketidakcocokan ini dapat diakibatkan oleh
faktor alergi atau karena adanya penggunaan bahan-bahan berbahaya. Sejumlah
perusahaan besar kosmetik sudah tidak asing lagi di Indonesia, seperti Mustika Ratu,
Martha Tilaar, Vita Pharm, Unilever, Yasulor, Ristra Indolab dan lain-lain.
Perusahaan-perusahaan dalam industri kosmetik tersebut mengeluarkan berbagai
brand produk yang memenuhi industri kosmetik. Persaingan dan peluang yang terjadi
pada industri kosmetik menjadikan tantangan bagi perusahaan untuk terus
memproduksi produk yang berkualitas, bervariasi dan dapat bersaing dengan produk-
produk luar serta untuk dapat mempertahankan perusahaannya di masa yang akan
datang. Salah satu perusahaan dalam industri kosmetik di Indonesia adalah PT.
Martha Tilaar. PT. Martha Tilaar telah memperoleh sebelas brand untuk portofolionya
sehingga dapat melayani berbagai segmen pasar jamu dan kosmetik. Diantaranya
Berto Martha Tilaar, Bio kos Martha Tilaar, Sari Ayu Martha Tilaar, Belia Martha
Tilaar, dan lain-lain.

D. PERKEMBANGAN KOSMETIK DI KOREA


Ribuan tahun yang lalu orang Korea sebagian besar adalah masyarakat pertanian,
sehingga banyak orang yang bekerja dibawah terik sinar matahari. Hal itu
menyebabkan orang-orang mencari cara untuk menyembuhkan kerusakan kulit akibat
sinar matahari. Kemudian, tahun 1940-an ekonomi Korea berkembang baik dan
perusahaan-perusahaan kecantikan Korea membuat gerakan kecantikan K-modern
seperti:

 AMORE PACIFIC - 1945: Berasal dari tahun 1930 ketika Madam Yun Deok Jeong
mulai menjual Camellia Oil sebagai perawatan rambut di desa Kaesong. Putra
keduanya yang bernama Suh Sung Whan mengambil alih bisnisnya pada tahun 1945
dan menamakannya " 태 평 양 " (Tae Pyeongyang) yang artinya "Samudera Pasifik".
Amore Pacific ini menjadi perusahaan kosmetik terbesar ke-12 di dunia. Beberapa
brand yang banyak dikenal orang yaitu, Etude House, Innisfree, Laneige, Aritaum,
Mamonde, Espoir, Sulwhasoo, dan lainnya.
 SAENGREEN - 1987: Salah satu perusahaan kecantikan Korea pertama yang
berfokus pada bahan atau formula skincare alami.
 SHANGPREE - 1990: Berawal dari rumah spa kecil di Nakseongdae, Seoul.
Pelanggan pertama merekalah menjadi dorongan untuk menjadi skin expert di Korea.
Sampai sekarang Shangpree sudah mendapat beberapa penghargaan dan membuka
store mereka di beberapa negara.

Asal usul kosmetik Korea didapat dari zaman Joseon kuno, dimana mereka
menggunakan ornamen dan mewarnai wajah mereka untuk menunjukan kelas sosial
dan simbol agama. Pada zama Joseon mereka menganggap kulit putih sebagai derajat
yang tinggi. Orang-orang manchu mengoleskan lemak hewan ke tubuh mereka untuk
mencegah dari radang dingin dan melembutkan kulit mereka. Mencegah radang
dingin dengan mengoleskan lemak hewan pada tubuh merupakan asal kosmetik Korea
bermula. Penggunaan Kosmetik Korea bermula dari TIGA ERA Kerajaan Korea.
Dinasti Goguryeo
Pada zaman ini masyarakat korea memiliki ciri-ciri yaitu wajah bundar, alis tipis, dan
tata rambut ciri khas yang dipengaruhi oleh cina. Orang-orang lebih suka berdandan
terlepas dari status mereka yang kaya atau pun miskin. Wanita Goguryeo
digambarkan pada karakter lukisan Ssang Young Chong yang tampak seperti pelayan
atau wanita bangsawan dengan tata rambut yang rapi, alis tipis dengan pemerah pipi.
Dinasti Baekje
Belum ada catatan jelas mengenai makeup masyarakat pada zaman Baekje, tetapi
faktanya Jepang memproduksi dan mengambil teknik kosmetik Korea dari Dinasti
Baekje yang menggambarkan bahwa teknologi pembuatan kosmetik di zaman Baekje
sudah cukup canggih. Beberapa catatan mengatakan bahwa pada zaman Baekje
orang-orang menggunakan makeup ringan sebagai tanda teknologi yang sudah tinggi
dan berkembang, rambut dan makeup pada zaman ini merupakan simbol dan status
mereka.
Dinasti Silla
Pada zaman ini pengenalan agama Buddha sangat mempengaruhi budaya tata rias di
Silla. Hwarang di zaman ini merupakan pria yang menggunakan makeup, cincin giok,
gelang, kalung, perhiasan, dan aksesoris lainnya. Pada tahun 962, seorang biksu
meraih penghargaan atas pembuatan bubuk timbal sebagai teknik pembuatan
kosmetik yang lebih unggul dari Jepang. Teknik pembuatan kosmetik sangat
berkembang di era Silla, mereka membuat face powder atau bedak dan pemerah pipi
yang bisa digunakan pada pipi dan bibir.
Sejarah kosmetik Dinasti Goryeo
Setelah menyatunya tiga kerajaan datanglah Dinasti Goryeo yang merupakan negara
pertama dalam sejarah Korea yang mempromosikan dan mengajarkan tentang tata
rias. Raja pertama Goryeo Tae Jo Wang Geon, memerintahkan para Gisaeng agar
dapat menggunakan riasan dengan benar. 
Pada zaman ini orang-orang membedakan tampilan makeup berdasarkan status sosial.
Seperti Gisaeng yang selalu harus memakai riasan relatif lebih tebal dan berat
dibandingkan wanita pada umumnya. Diyakini bahwa budaya kosmetik pada zaman
ini secara luas telah menyebar ke Cina terutama Dinasti Yuan.

E. PERKEMBANGAN KOSMETIK DI MESIR KUNO

10.000SM
Pada masa ini pria dan wanita di Mesir memakai minyak beraroma wangi untuk
membersihkan dan menghaluskan kulit mereka serta menghilangkan bau badan.
Kosmetik merupakan bagian yang penting dalam kebersihan dan kesehatan orang-
orang Mesir kuno. Mereka sudah menggunakan minyak dan krim untuk melindungi
kulit dari udara panas dan angin dingin. Sari bunga lavender, lili, rosemary, mawar,
minyak zaitun, dan minyak avokad, merupakan bahan dasar yang sering mereka pakai
untuk membuat parfum yang dipakai dalam ritual agama.

3.000SM
Orang-orang China mulai mewarnai kuku mereka dengan getah, lilin, gelatin, juga
telur. Setiap warna mewakili tingkatan sosial tertentu. Hanya kalangan kerajaan saja
yang diizinkan memakai warna-warna terang pada kuku mereka. Sementara itu,
wanita-wanita Yunani melukisi wajah dengan pensil putih dan memakai pemerah pipi
dari sari warna mulberries. Penggunaan alis mata palsu dan rambut palsu juga
dianggap fashionable pada masa itu.

1.500SM
Masyarakat China dan Jepang pada masa ini menggunakan bedak beras untuk
memutihkan wajah mereka. Bentuk riasan lainnya antara lain alis mata dicukur, gigi
dilapis emas, dan rambut diberi warna henna.

1.000SM
Orang-orang Yunani memutihkan kulit mereka dengan kapur atau bubuk bedak, serta
menambahkan lipstik yang dibuat dari tanah liat sehingga menghasilkan warna oranye
atau kuning tua.

100M
Pada masa ini, orang mulai mengenal kosmetik untuk menutupi kekurangan. Di
Roma,  tepung gandum dan mentega dipakai untuk menutupi jerawat. Sementara itu
kuku mereka dicat menggunakan darah dan lemak lembu. Sebagai tambahan, tradisi
mandi lumpur juga mulai populer di kalangan masyarakat Roma.

1.300M
Pada zaman pemerintahan Ratu Elizabeth di Inggris, mencelup rambut menjadi warna
merah menjadi tren. Wanita dari kalangan atas menggunakan putih telur di wajah
mereka untuk menciptakan warna kulit pucat.

1.500-1.600M
Wanita di Eropa mulai menggunakan berbagai produk untuk mencerahkan kulit,
termasuk memakai cat! Ratu Elizabeth 1 dikenal sebagai pengguna timah putih yang
membuat penampilannya terkenal sebagai the Mask of Youth. Rambut pirang pada
masa ini juga sangat disukai, mereka juga mulai mengenal pewarna rambut yang
dibuat dari campuran sulfur hitam, tawas, dan madu. Cara pakainya, dioleskan di
rambut lalu agar zat-zat pewarna bekerja mereka harus berjemur di bawah matahari.

1.900M
Pada masa pemerintahan Raja Edward, muncul tuntutan agar wanita-wanita tampil
semuda mungkin. Meski tidak terbuka, penggunaan kosmetik pada masa ini mulai
meningkat. Salon kecantikan juga sangat populer. Tapi karena tak mau mengakui
adanya kebutuhan agar tampil awet muda,biasanya para wanita datang ke salon lewat
pintu belakang.

Anda mungkin juga menyukai