Disusun oleh:
2020
ISI DEKLARASI HELSINKI
Untuk penelitian yang mengikut sertakan subjek manusia, pedoman yang lazim dipakai
di seluruh dunia ialah Deklarasi Helsinki. Pedoman ini dilahirkan pertama kali tahun 1964
oleh the World Medical Association dan telah direvisi ulang setiap beberapa tahun. Pesan
moral yang ada dalam Deklarasi Helsinki kemudian dibuat petunjuk pelaksanaannya dalam
bentuk Good Clinical Practice, GCP (Cara Uji Klinik yang Baik, CUKB). Dewasa ini GCP
merupakan instrumen yang sangat penting untuk pelaksanaan uji klinik. Penerapan GCP yang
baik akan menghasilkan dua manfaat yaitu:
Perlu dicatat bahwa CUKB tidak mengatur penelitian yang tidak berkaitan dengan
subjek manusia. Uraian yang lengkap mengenai CUKB dapat dibaca di buku Pedoman Cara
Uji Klinik yang Baik yang diterbitkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan tahun
2016.
Sejak tahun 1975, berbagai pertemuan di luar negeri telah membahas perlunya sebuah
komisi/panitia yang memperhatikan segi etik penelitian, terutama yang menggunakan
manusia sebagai subyek penelitian. Komisi/panitia dapat berskala institusional dengan tugas
mengelola penelitian di dalam institusi tersebut (KEPK) , dapat pula berskala nasional
(KNEPK/KEPPKN).
Hal lain yang sangat mendorong dibentuknya suatu komisi/panitia etik penelitian ialah
diperlukannnya suatu ethical clearance sebagai lampiran wajib pada setiap usulan penelitian
yang dananya dimintakan pada lembaga internasional, misalnya WHO. Tanpa adanya ethical
clearance, usulan penelitian tersebut tidak akan diterima atau dipertimbangkan dananya.
Menurut sumber lain segi etik eksperimentasi kedokteran pada WMA pada tahun 1964
menyusun kode etik penelitian (Deklarasi 1 helsinki) dan disempurnakan World Medical
Assembly Tokyo (1975) dan World Medical Assembly Venesia (1983) berisi antara lain :
Riset biomedik pada manusia hanya boleh dilakukan oleh ahli dibawah pengawasan
tenaga medis kompetensi klinis
Kepentingan subyek didahulukan dari pada kepentingan ilmiah atau masyarakat
Para dokter tidak boleh terlibat pada penelitian manusia, kecuali yakin akan
bahayanya dapat diramalkan. Dan bila ada penelitian tersebut harus dihentikan.
Subyek harus diberitahu : dasar, tujuan, risiko dan lain-lain
Mendapat persetujuan secara bebas dan tertulis
Bila subyek tidak dapat memberikan persetujuan tersebut, boleh diperoleh dari wali
yang sah.
Penyusunan etik kedokteran indonesia, berdasarkan deklarasi helsinki : etik dasar penelitian
1. Penelitian klinik (PK) harus sesuai dengan prisip moral dan keilmuan serta penelitian
pendahuluan dengan laboratorium eksperimental atau fakta ilmiah yang mapan
2. PK hanya boleh oleh orang yang mempunyai kualifikasi kelimuan dan tanggung
jawab, di bawah supervisi seorang ahli kedokteran
3. PK boleh dilakukan apabila hasil yang diharapkan berimbang dengan risiko subyek
penelitian
4. Setiap ppercobaan harus dipertimbangkan untung ruginya
5. Perhatian khusus bagi peneliti : kepribadian orang yang mudah dipengaruhi
6. Peneliti bebas menentukan terapi asal manfaat bagi orang subyek penelitian, ada
persetujuan dari yang bersangkutan atau walinya
7. Dokter memandu dan merawat subyek penelitian untuk memperoleh pengetahuan
kedokteran dan dapat dipertanggungjawabkan teraupetik bagi penderita
13. penelitian terhadap penderita gangguan jiwa, hanya boleh dilakukan menyangkut
masalah khusus gangguan jiwa
14. tidak boleh dilakukan pada penderita bukan gangguan jiwa
15. pada anak, hanya boleh dilakukan menyangkut masalah khusus anak
16. bukan menyangkut masalah anak tidak boleh dilakukan pada anak
17. wanita hamil hanya dibenarkan apabila penelitian membawa manfaat bagi wanita dan
janin
18. bukan menyangkut masalah wanita hamil tidak boleh dilakukan pada wanita hamil
sumber :
https://slideplayer.info/slide/16593260/
http://ppds.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/ETIK-PENELITIAN-KESEHATAN.pdf
https://repository.maranatha.edu/2522/3/Metlit%20BAB%20II.pdf